• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Marga dan Sistem Kekerabatan pada Masyarakat Batak Toba

3.4 Proses Perkawinan dalam Adat Batak

Setelah proses pemberian marga telah dilaksanakan, maka kedua pengantin yang akan menikah boleh melaksanakan tahapan selanjutnya. Berikut penulis akan menjelaskan beberapa tahapan dalam perkawinan Adat Batak Toba

1. Mangarisik

Adalah kunjungan utusan pria yang tidak resmi ke tempat wanita dalam rangka penjajakan. Jika pintu terbuka untuk mengadakan peminangan maka pihak orang tua pria memberikan tanda mau ( tanda holong atau kasih dan pihak wanita member tanda mata). Jenis barang-barang pemberian itu dapat berupa kain, cincin emas dan lain-lain

2. Marhusip/ Marhori-hori dinding

Marhusip artinya berbisik. Acara marhusip ini dihadiri masing-masing pihak yang mau melamar dan dilamar, dilakukan secara internal (tertutup) hanya kerabat dan belum diketahui oleh umum. Pihak laki-laki akan menanyakan kepada pihak wanita berapa kira-kira jumlah uang Simanot yang harus disediakan oleh pihak keluarga si laki-laki, dan juga memberitahukan kepada pihak wanita kira-kira kemampuan mahar yang bisa diberikan pihak si laki-laki. Hal ini dilakukan agar masing-masing kedua belah pihak mengetahui dan mengerti bagaiman keadaan masing-masing kedua pihak. Marhusip ini dilakukan di rumah pihak wanita.

3. Marhata Sinamot dan Manjalo Sinamot

Pada waktu yang telah ditentukan, rombongan pihak laki-laki datang ke rumah orang tua si wanita, dengan membawa makanan adat. Pada masyrakat Batak Toba, pembicaraan baru akan diadakan setelah makan bersama, yaitu memakan makanan yang dibawa oleh keluarga si laki-laki. Setelah makan,

nya jujur atau mahar yang harus diserahkan oleh pihak laki-laki. Biasanya dalam pembicaraan ini, terjadi tawar menawar yang gesit, yang nantinya jatuh pada jumlah yang telah ditetapkan pada waktu Marhusip. Pada waktu Marhata Sinamot inilah dibicarakan semua hal-hal yang penting di dalam pelaksanan perkawinannya dan bagaimana bentuknya.

4. Martumpol

Acara Martumpol ini merupakan acara dari gereja, dimana serangkaian kegiatannya adalah penandatanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua belah pihak, di hadapan majelis gereja. Tata cara Partumpulon dilaksanakan oleh majelis gereja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tindak lanjut dari partumpulon adalah majelis gereja nantinya mewartakan rencana pemberkatan pernikahan dari kedua pengantin melalui warta jemaat.

5. Martonggo Raja

Perkawinan pada masyarakat Batak Toba, bukanlah hanya urusan Ayah dan Ibu si laki-laki saja, melainkan urusan semua keluarga. Oleh karena itu, orang tua si laki-laki akan mengumpulkan semua keluarganya terutama yang menyangkut Dalihan Na Tolu untuk berkumpul di rumah orang tua pihak si laki-laki, dan membicarakan segala hal mengenai susuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan.

6. Pamasu-Masuon ( Pemberkatan Pernikahan)

Pemberkatan pernikahan di gerjea yakni dimana kedua pengantin mengikrarkan janji sehidup semati di depan Tuhan, jemaat dan majelis gereja.

Setelah pemberkatan artinya kedua pengantin telah sah sebagai suami istri.

Selama di gereja, hanya majelis gereja yang berperan, artinya tidak ada adat istiadatnya. Tetapi, setelah acara pemberkatan selesai, salah satu yang

terima kasih kepada majelis gereja juga mengarahkan atau mengundang agar bersama-sama mengikuti dan menghadiri pesta unjuk atau pesta adat ke tempat yang sudah ditentukan.

Gambar 3.3

Foto pemberkatan nikah dan pesta Adat Ade Sinaga dan Oktriana Sitompul

Bagi masyarakat Batak Toba, peresmian perkawinan biasanya harus dilakukan dalam suatu pesta. Besar kecilnya pesta ini disesuaikan dengan kemapuan kedua belah pihak. Pesta peresmian perkawinan ini dapat dilakukan di tempat pihak laki-laki dan dapat dilakukan di tempat pihak wanita. Apabila pesta upacara adat prkawinan dilakukan di tempat keluarga laki-laki, maka setelah upacara perkawinan di Gereja atau di kantor urusan agama, maka si wanta itu dibawa ke rumah keluarga si laki-laki, pesta dilakukan disana. Upacara perkawinan seperti ini disebut Ditaruhon Jual. Semua pembagian jambar bagi yang berhak diserahkan pada saar pesta tersebut. Lalu, apabila pesta perkawinan adat dilakukan di tempat pihak wanita, maka setelah pemberkatan di Gereja ataupun di catatn sipil maka kedua pengantin dibawa dulu le rumah orang si wanita atau langsung ke suatu tenpat pesta. Upacara perkawinan

pengantin wanita dibawa ke rumah keluarga laki-laki. Pada pesta ini jugalah diserahkan pemabgian jambar ke pihak-pihak yang berhak.

Jika seorang laki-laki Batak Toba akan kawin dengan perempuan yang bukan Batak Toba, tetapi perempuan tersebut sudah dimasukkan menjadi orang Batak Toba melalui upacara pemberian marga maka upacara adat yang dilakukan adalah taruhon jual dimana upacara perkawinan dilaksanakan pada kediaman laki-laki. Dan jika seorang perempuan Batak Toba akan kawin dengan laki-laki yang bukan orang Batak Toba, tetap laki-laki tersebut sudah dimargakan dan menjadi orang Batak Toba, maka upacara adat yang dilaakukan adalah alap jual,dimana upacara diadakan ditempat kediaman perempuan.

7. Mebat ( Paulak Une)

Setelah kira-kira seminggu, si wanita tinggal bersama suaminya, maka kedua pengantin dengan beberapa anggota keluarganya datang ke rumah orang tua si wanita. Sebelum Mebat ini maka si wanita dan suaminya belum boleh berkujung ke rumah orang tua si wanita tersebut. Pada acara ini biasanya adalah untuk kesempatan bagi kedua orang tua untuk memebrikan nasehat dan petuah kepada suami istri yang baru tersebut.

8. Maningkir Tangga

Maningkir artinya melihat. Berarti dalam hal ini kedua orang tua si wanita beserta beberpa keluarga datang ke rumah orang tua si laki-laki untuk melihat rumah tangga anaknya. Kedatangan mereka ini selalu membawa makanan adat.

9. Manjae

Setelah semua upacara adat selesai, maka orang tua si pihak laki-laki menyuruh anaknya dengan istri untuk hidup tidak srerumah dengan orang

Dengan demikian suami istri yang baru itu akan berdiri sendiri sebagai rumah tangga yang mempunyai hak dan kewajiban penuh menurut adat.