• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ledakan Besar dan Aborsi Rohani

Dalam dokumen publikasi e-binaanak (Halaman 70-73)

gereja dari semua ketakutan terhadap mereka yang telah menimbulkan kecemasan yang serius. Memperlengkapi dan memerdekakan mereka dalam memakai otoritas ilahi melawan kuasa setan dapat mengubah mereka, Anda, keluarga, gereja, serta dunia pada akhirnya.

Seorang ibu menulis contoh yang indah sekali mengenai melatih secara ilahi dan membebaskan.

Saya sedang berdoa di dalam kamar tidur ketika anak perempuan saya yang berumur 3 tahun, Lauren, masuk dan berbaring di lantai dekat saya. Saya memintanya keluar karena ini adalah saat di mana saya bersama Tuhan. Roh Kudus dengan segera

menegur saya bahwa saya harus mengajarkan segala sesuatu yang telah saya pelajari, dan juga termasuk Lauren karena dia memiliki roh yang sama dengan saya. Jadi, saya mengajaknya berdoa bersama. Dia berdoa dengan doa yang sangat indah yang tidak pernah saya dengar. Dia sekarang berumur 8 tahun dan tetap seperti itu!

Itulah melatih dan membebaskan!

Pada hakikatnya, saya mengharapkan ini merupakan kisah Anda juga. Dapatkah Anda menangkap gambaran yang jelas? Ceritakan kembali berulang kali kepada para ayah dan ibu, kakek dan nenek, pendeta, dan pelayan anak yang memiliki "tanda dari Roh Kudus" dengan anak-anak mereka. Bayangkan hasil yang diperoleh jika membebaskan anak-anak mereka untuk berdoa dan betapa hal itu dapat memengaruhi serta

mengubah keluarga, gereja, dan seluruh kehidupan.

Ledakan Besar dan Aborsi Rohani

"Esther, kamu harus menulis buku tentang pendoa belia. Itu akan menjadi suatu ledakan besar!" Perkataan ini datang dari seorang sahabat yang sangat dihormati, tetapi perkataan itu merupakan pengulangan dari dorongan Tuhan sebelumnya melalui suami dan sahabat-sahabat karib saya untuk menulis buku seperti yang dimaksud. Kata "ledakan besar" sungguh mengejutkan saya. Saya setuju mengambil kata ini sebagai bentuk klise. Tentu saja, untuk kepentingan pendoa belia. di balik semua itu, bagaimanapun juga, yang harus menjadi cita-cita tertinggi adalah "meledakkan

beberapa rintangan". Halangan secara agamawi, rintangan intelektual, dan penghalang tradisi buatan manusia dan pengajaran. Ada pula rintangan pendapat dan penilaian tentang pendoa belia dari berbagai kebudayaan yang dapat atau tidak dapat, harus atau tidak dilakukan.

Batu penghalang ini juga memimpin pada aborsi rohani. Memandang pada hakikat manusia, ciptaan Tuhan yang tertinggi, secara tekun kita menjaga dan merawat kebutuhan jasmani dan emosi anak. Memberi makan dan pakaian. Menyekolahkan mereka dengan baik. Anak-anak berkelimpahan dengan gizi dari produk yang terbaik, tetapi mereka juga adalah roh, jiwa, dan tubuh. Jika kerohanian anak-anak tidak diperhatikan atau diizinkan berfungsi, bagi saya sama dengan aborsi. Oleh sebab itu,

 

keluarga, gereja, dan dunia telah kehilangan anugerah rohani yang sangat berharga, yaitu yang terpenting adalah kuasa dari doa anak-anak -- belum lagi termasuk aborsi jawaban doa yang berpotensi karena doa-doa yang telah diaborsi.

Pemikiran ini terlintas ketika suatu hari di ruang tunggu kantor gembala tempat saya dan tim sedang berdoa, mempersiapkan pelayanan kami di gereja. Saya merasa bingung dan gagal karena diberi tanggung jawab yang saya pikir sama sekali tidak bergerak maju. Anak-anak yang saya harapkan akan menjadi tentara doa yang

berkuasa, telah menghilang entah ke mana, terpikat oleh permainan dan boneka yang menolong mengembangkan kehidupan mereka. Perlengkapan yang berharga, tentu saja. Tampaknya, tidak ada yang dapat kita perbuat untuk meledakkan rintangan tradisi, yang pada dasarnya menghapus gambaran bahwa kemampuan anak-anak adalah untuk memberi sumbangan, dan memanfaatkan kuasa pemberian Tuhan menjadi tentara doa yang terlatih serta berpengalaman bagi generasi mereka, menanggapi semangat permohonan doa dalam diri mereka.

Saya tidak menghendaki hal itu terjadi lagi. Tiba-tiba saya berkata tanpa berpikir, "Ini aborsi rohani!" Saya pikir, saya percaya Roh Kudus sedang berbicara kepada saya. Saya tidak mau hal ini terjadi di sini. (Dalam perjalanan saya dengan Tuhan, saya mengenal saat di mana perkataan yang tak terpikirkan muncul begitu saja. Perkataan itu selalu bertujuan untuk mengajar dan menolong saya bertumbuh. Saya merenungkan pemikiran ini.)

Kejadian pada hari itu membuat saya selalu menanyakan tiga pertanyaan. 1. Apakah sekarang ini doa anak-anak yang berkuasa telah diaborsi?

2. Apakah anak-anak ilahi memiliki hak dan kebebasan untuk menghadapi roh-roh kegelapan masa kini yang mengincar dan hendak membinasakan mereka? 3. Dalam usaha untuk melindungi anak-anak kita dari dunia, apakah pada

kenyataannya kita membiarkan mereka diserang oleh musuh?

Orang dewasa yang khawatir kadang kala berpendapat, "Anda tahu Esther, mereka terlalu muda untuk hal itu." yang mereka maksud mengenai "hal" itu adalah tingkatan doa yang lebih dalam di mana mereka menyingkapkan Roh Kudus dalam suatu cara yang kadang kala membuat orang dewasa merasa tidak nyaman. (Mungkin orang dewasa tersebut belum pernah mengalami seperti itu.) Untuk kasus ini, saya berulang kali menjawab, "Beri tahu saya, seberapa awal dalam hidup mereka terbuka terhadap roh yang tidak kudus?"

Saya ingin memperjelas masalah ini, yaitu karena saya tidak bermaksud memperkecil peranan orang tua atau guru di dalam kehidupan seorang anak. Sebaliknya, saya justru memperbesarnya. Saya sungguh ingin menunjukkan, bagaimanapun juga, meski Nabi Samuel masih sangat muda ketika dia menyadari kehadiran Tuhan (1 Samuel 3), tetapi anak itu mendatangi Eli, imam besar, untuk mencari petunjuk dan penjelasan. Peranan orang dewasa adalah untuk memberi petunjuk, menjelaskan, dan menjaga anak itu,

 

serta mengizinkan dan mendorong anak tersebut untuk bebas berkomunikasi dengan Tuhan seperti yang dilakukan Eli terhadap Samuel.

Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Biarlah Anak-Anak Berdoa Judul asli buku: Let The Children Pray

Judul asli bab: Pelatihan yang Sangat Dibutuhkan Penulis: Esther Ilnisky

Penerjemah: Tammy Tiarawati Rusli

Penerbit: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, Jakarta 2001 Halaman: 29 -- 34

 

Dalam dokumen publikasi e-binaanak (Halaman 70-73)