• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memelihara Anak-Anak Domba

Dalam dokumen publikasi e-binaanak (Halaman 90-93)

Memelihara Anak-Anak Domba

Peringatan Tuhan Yesus terhadap siapa pun yang menyebabkan seorang anak berbuat dosa agak membingungkan. Kelihatannya dalam teguran itu bisa juga tersirat teguran terhadap kejahatan-kejahatan yang jelas berupa penyalahgunaan obat bius dan seks. Namun, orang dewasa menyebabkan anak-anak berdosa dengan banyak cara yang halus, yang mungkin tampaknya tidak jahat kalau dinilai secara sepintas. Dosa adalah segala sesuatu yang membuat seseorang menjauh dari Allah. Orang dewasa menjadi wakil Allah bagi anak-anak di dalam segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukannya. Apabila orang dewasa yang bergaul dengan anak-anak menunjukkan sikap masa bodoh, tidak bisa dipercaya, mengharapkan yang tidak realistis, atau bahkan berniat menyakiti anak-anak, akibatnya mungkin anak akan menganggap bahwa begitulah sifat-sifat Allah. Sebagian dari anak-anak seperti itu tidak akan pernah dapat

mengembangkan hubungan yang sehat dengan Allah.

Yesus menjadi marah ketika murid-murid-Nya menghalang-halangi anak-anak datang kepada-Nya (Mrk. 10:14). Barangkali murid-murid mengira bahwa ada hal-hal yang lebih penting yang akan dikerjakan oleh Tuhan mereka, dan mereka tidak ingin Dia diganggu oleh anak-anak itu. Berapa sering kita telah menghalangi anak-anak datang kepada Tuhan Yesus? Berapa sering kita telah tenggelam dalam hal-hal yang kita anggap "lebih penting" seperti halnya pengobatan, perawatan, dan tugas rutin di rumah sakit, sehingga kita lengah untuk bertanya kepada seorang anak yang sedang dirawat di rumah sakit itu apakah ia biasa berdoa sebelum makan atau sebelum tidur? Atau apakah ia biasa mendengar cerita Alkitab tiap-tiap hari?

Setiap anak sungguh berharga di mata Allah, sehingga Tuhan Yesus mengumpamakan perhatian-Nya seperti seseorang yang memiliki seratus domba. Salah satu dari domba-domba itu tersesat, maka orang itu segera meninggalkan yang sembilan puluh sembilan dan pergi mencari dombanya yang sesat itu ke mana-mana sampai ia menemukannya (Mat. 18:10-14). Tuhan Yesus juga mengharapkan hal yang sama dari orang-orang yang menjaga anak-anak domba-Nya -- dari orang tua, guru, perawat, dan orang-orang dewasa lain yang memunyai peranan penting.

Buku ini terutama membahas tentang pemeliharaan anak-anak secara rohani. Akan tetapi, karena faktor rohani mengisi dan memberi kehidupan kepada seseorang seutuhnya, maka kebutuhan fisik, emosi, dan sosial akan sering pula dibahas dalam pasal-pasal berikut ini, karena semuanya sering berkaitan erat. Kebutuhan rohani bisa diartikan "kurang terpenuhinya satu atau lebih faktor-faktor yang diperlukan untuk

membangun dan/atau memelihara suatu hubungan pribadi yang dinamis dengan Allah". Singkatnya, semua itu adalah kebutuhan, yang jika tidak terpenuhi, akan menghalangi seorang anak datang kepada Tuhan Yesus.

Kebutuhan-kebutuhan rohani yang mendasar pada orang dewasa diringkaskan dalam buku "Spiritual Care: The Nurse's Role" (Pemeliharaan Rohani: Peran Perawat), juga berlaku bagi anak-anak. Kebutuhan akan arti dan tujuan berkembang dalam bentuk-bentuk yang lebih canggih sementara seorang anak bertumbuh menuju kedewasaan.

 

Namun, kebutuhan itu sudah ada sejak ia lahir. Kebutuhan untuk mendapat kasih dan hubungan pribadi merupakan kebutuhan dasar untuk hidup. Bayi yang tidak dikasihi bisa mengalami gangguan emosi yang parah atau bahkan bisa mati. Sementara seorang anak yang sedang tumbuh itu hidup dengan perasaan aman di dalam kasih orang tua dan orang-orang dewasa di sekitarnya, ia akan mulai mengasihi orang lain dan mengerti kasih Allah. Kebutuhan akan pengampunan menjadi nyata, pertama-tama sebagai kebutuhan akan kasih yang diberikan tanpa syarat, tanpa ada batasan;

kemudian lambat laun kebutuhan ini berkembang menjadi suatu kebutuhan untuk diampuni dari "kenakalan".

Awal masa kanak-kanak, khususnya 12 tahun pertama, merupakan masa yang amat penting dan menentukan bagi perkembangan rohani seseorang. Amsal 22:6 berbunyi: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Hikmat yang sudah sejak dulu kala berlaku dalam Kitab Suci disahkan secara mutlak oleh penyelidikan psikologis, yaitu bahwa pengertian rohani yang dikembangkan pada seorang anak sampai ia mencapai usia 12 tahun bisa diragukan olehnya pada masa remaja, tetapi untuk sementara waktu saja. Biasanya pengertian itu justru menjadi dasar bagi iman kepercayaannya pada masa dewasa. Kepercayaan yang dianut oleh kebanyakan orang dewasa sama benar dengan kepercayaan yang dianut oleh orang tua mereka.

Beban tanggung jawab yang utama dalam tugas memerhatikan kerohanian anak terletak pada bahu orang tua. Memberi perawatan yang baik berarti memandang

seorang anak sebagai bagian dari suatu keluarga besar, bukan sebagai seorang pasien yang diasingkan atau diisolasi. Begitu juga dengan perhatian yang diberikan dalam segi rohani. Orang tua harus didukung dan dihormati apabila memberikan perhatian dalam segi rohani. Pada masa-masa krisis, para perawat, guru, pendeta, dan orang-orang lain yang bersedia memberi dukungan atau pun dorongan secara rohani kepada orang tua serta anak-anak mereka, akan menghasilkan dampak yang kekal. Setiap krisis yang dialami pada masa anak-anak bisa memberi peluang bagi timbulnya krisis rohani. Jika anak menderita tanpa berbuat salah apa pun, orang tuanya sering bertanya, "Kenapa? Apa yang telah saya perbuat sehingga terjadi hal ini? Apakah Allah sedang menghukum saya?" Perkembangan rohani anak itu, sekalipun sehat, akan dapat terganggu sekali. Penderitaan secara jasmani dan perasaan ditinggalkan seorang diri di rumah sakit, ketika dikelilingi oleh peralatan yang menakutkan, bisa mengancam perkembangan perasaannya untuk menaruh percaya dan harga diri yang masih rapuh pada anak itu. Pemeliharaan bidang rohani bukanlah semata-mata merupakan suatu pilihan yang enak bagi para perawat yang hanya memunyai sedikit waktu luang; namun pemeliharaan ini sangat penting bagi perkembangan anak itu seutuhnya serta pandangan hidupnya. Kita memunyai suatu mandat untuk memerhatikan, bukan saja sebagai seorang Kristen yang setia, melainkan juga karena kita adalah orang yang harus memberikan perhatian itu secara bertanggung jawab.

 

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku: Kebutuhan Rohani Anak: Pedoman untuk Para Orang Tua, Guru, dan Perawat

Judul asli buku: The spiritual Needs of Children Penulis: Judith Allen Shelly

Penerjemah: Dra. Tan Giok Lie

Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1982 Halaman: 12 -- 17

 

Tips: Mengajar Anak Untuk Bersaksi Mengenai Iman

Dalam dokumen publikasi e-binaanak (Halaman 90-93)