Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kabupaten Garut merupakan sentra produksi kentang terbesar kedua di Jawa Barat. Kecamatan terpilih yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kecamatan Pasirwangi, karena merupakan salah satu kecamatan yang memiliki luas panen kentang terbesar di Kabupaten Garut namun memiliki produktivitas yang lebih rendah dibanding sentra produksi lainnya. Selain itu Kecamatan Pasirwangi memiliki karakteristik kemiringan lahan yang bervariasi (Tabel 4). Tabel 4. Kemiringan Lahan, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang
Beberapa Sentra Produksi di Kabupaten Garut, 2009
Kecamatan
Kemiringan Lahan (%) Kentang
0-2 2-5 15-40 > 40 Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Cikajang 437 985 6.458 4.615 1.407 30.710 21,83 Pasirwangi 702 1.502 1.526 940 1.042 20.976 20,13 Cisurupan 1.596 2.001 1.843 2.648 551 11.768 21,36 Samarang 1.029 812 2.842 1.288 338 9.403 27,82 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut, 2012
Selanjutnya dari 12 desa yang ada, dipilih dua desa sebagai lokasi penelitian yang dapat mewakili karakteristik yang diinginkan, yaitu desa Barusari dan desa Padaawas. Kedua desa tersebut dipilih karena hampir di setiap dusun para petani mengembangkan komoditas kentang (Badan Ketahan Pangan Kabupaten Garut, 2010). Pengambilan data primer dilakukan selama bulan Juni 2011 – Juli 2011.
42 4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data cross section. Sumber data berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada petani melalui kuesioner dan pengamatan lapang. Data primer yang diambil adalah data yang diperlukan dalam analisis pendapatan dan biaya erosi dalam usahatani kentang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk mengadopsi pola konservasi. Data tersebut meliputi data mengenai karakteristik petani (umur, pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan keluarga), luas lahan, kecuraman lereng, tingkat produksi, penerimaan, penggunaan input, dan lainnya. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, dan literatur-literatur yang relevan dalam penelitian, seperti jumlah produksi kentang dari tahun ke tahun, luas panen usahatani kentang, produktivitas kentang, penggunaan pupuk ideal untuk pertanaman kentang, dan sebagainya. 4.3 Kerangka Sampling dan Penentuan Responden
Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah simple random sampling. Pada penelitian ini, responden adalah petani kentang dataran tinggi yang menanam kentang pada periode antara September 2010 sampai Juni 2011. Data dikumpulkan dari PPL (Petugas Penyuluh Lapang) Desa Barusari dan Padaawas. Berdasarkan data dari PPL didapatkan 120 nama petani kentang yang dijadikan kerangka sampling. Nama-nama tersebut diberi nomor urut 1-120 dan kemudian dilakukan pengundian agar nama-nama tersebut memiliki peluang yang sama untuk menjadi responden. Sehingga terpilih 50 petani kentang yang dijadikan responden. Jumlah ini dianggap sudah memenuhi batas minimum
43 sampel (30 sampel) yang dapat digunakan untuk menduga karakteristik dari populasi. Karakteristik Desa Padaawas dan Desa Barusari tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Karakteristik Desa Terpilih di Kecamatan Pasirwangi, 2011
Kriteria Desa Kemiringan (%) Ketinggian (dpl) Infrastruktur Jarak ke Pusat kecamatan (Km) Tanaman Utama*) Jumlah Responden (orang) Padaawas 0 - >40 500 - >1000 baik 2 Kentang-
kubis-tomat 27 Barusari 2 - >40 500 - >1000 Kurang baik 3,5 Kentang-
kubis-tomat 23
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut (2012) Keterangan : * urutan pertama menunjukkan tanaman utama 4.4 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui survey dan wawancara langsung kepada petani kentang dataran tinggi, dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan. 4.5 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ditabulasi menggunakan Excell. Analisis yang dilakukan yaitu analisis nilai ekonomi konservasi dan untuk melihat faktor yang mempengaruhi adopsi digunakan model Logit. Pengolahan data menggunakan SPSS 16.0. Berikut ini tabel keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data, dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 6. Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani untuk mengadopsi konservasi
Data sekunder dan data primer melalui
wawancara dan peninjauan lapang
Analisis menggunakan model regresi logistik dengan
menggunakan maximum likelihood estimator (MLE) 2 Menghitung nilai
ekonomi konservasi usahatani kentang
Data sekunder dan data primer melalui
wawancara dan peninjauan lapang
Analisis nilai ekonomi konservasi usahatani kentang (perbedaan pendapatan usahatani konservasi dan non-konservasi)
44 4.5.1 Model Regresi Logistik
Untuk melihat peluang petani dalam mengadopsi pola konservasi, dilakukan model regresi logit. Berdasarkan teori ekonomi dan analisis empiris, faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah umur, pendidikan formal petani, status kepemilikan lahan, pendapatan petani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan garapan, tingkat kecuraman lahan, dan pengalaman bertani. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka model logit dapat dijabarkan sebagai berikut:
Keterangan:
Pi = peluang kesediaan petani mengadopsi pola konservasi (Pi = 1 jika
petani mengadopsi konservasi, dan Pi = 0 jika petani tidak
mengadopsi konservasi
1 – Pi = peluang ketidaksediaan petani mengadopsi pola konservasi
Zi = keputusan petani
β0 = intersep
βi = parameter peubah (i = 1, 2, 3, …, 10)
UMR = umur (tahun)
PDKN = lamanya petani menempuh pendidikan formal (tahun) LLHN = luas lahan garapan (Ha)
SLHN = status kepemilikan lahan D = 1, lahan milik sendiri; D = 0, lainnya
45 JTK = jumlah tanggungan keluarga (jiwa)
CURM = tingkat kecuraman lahan usahatani (persen) PLMN = pengalaman bertani (tahun)
Pendugaan parameter koefisien model logit menggunakan metode pendugaan kemungkinan maksimum atau maximum likelihood estimator (MLE). Pendugaan MLE memfokuskan fakta bahwa populasi-populasi (yang dicirikan dengan parameternya) berbeda membangkitkan contoh-contoh berbeda; suatu conoth apapun yang sedang dikaji kemungkinan (peluang)nya lebih besar berasal dari beberapa populasi daripada populasi lainnya (Juanda, 2009).
4.5.2 Analisis Nilai Ekonomi
Persamaan berdasarkan teori ekonomi dan hasil analisis empiris yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh rumusan yang ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Perhitungan Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Kentang
Deskripsi Perhitungan
A. Jumlah Produksi Kentang (Kg)
B. Jumlah Kentang yang Dijual (Kg)
C. Harga Kentang (Rp) D. Penerimaan Total A * C E. Penerimaan Tunai B * C F. Biaya Tunai : Benih (Rp) Pupuk Organik (Rp) Pupuk An-organik (Rp) Pestisida (Rp)
Tenaga Kerja Luar Keluarga (Rp)
Ajir dan Mulsa (Rp)
Bahan Bakar (Rp)
Pajak (Rp)
G. Biaya Diperhitungkan :
Sewa Lahan (RP)
Penyusutan Alat (Rp)
Tenaga Kerja Dalam Keluarga (Rp)
H. Biaya Total F + G
I. Pendapatan Tunai E – F
46 Selanjutnya, diperoleh rumusan untuk menghitung nilai ekonomi konservasi (Incremental Net Benefit) yang ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan Nilai Ekonomi Adopsi Konservasi
Deskripsi Sistem Penanaman
Konservasi Non Konservasi
A Penerimaan 1 3
B Biaya 2 4
C Net Benefit dengan Konservasi (Rp) 1-2 D Net Benefit Tanpa Konservasi (Rp) 3-4 E Incremental Net Benefit (Nilai Ekonomi) (Rp) C-D 4.5.3. Pengujian Hipotesis