• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KONFLIK Sulaiman Ismail

Dalam dokumen Mengelola Keragaman Islam dan Relasi A (1) (Halaman 75-98)

Mukhlis Muhammad Ichsan

Pendahuluan

Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk tujuan organisasi. Dengan amat berat seolah-olah kepemimpinan dipaksa menghadapi berbagai macam faktor seperti: struktur atau tatanan, koalisi, kekuasaan, dan kondisi lingkungan organisasi. Sebaliknya, kepemimpinan rasanya dapat dengan mudah menjadi satu alat penyelesaian yang luar biasa terhadap persoalan apa saja yang sedang menimpa suatu organisasi.1

Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkan sosok pemimpin yang profesional. Dalam hal ini, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik. Oleh karena itu kepala sekolah yang professional akan melaksanakan tugasnya secara professional sehingga menghasilkan lulusan yang lebih bermutu. Menjadi kepala sekolah yang profesional tidak akan terwujud begitu saja tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya. Adapun salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan pengembangan profesionalisme ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang mempunyai peran penting dalam hal ini adalah tenaga pendidik dan kependidikan. Tenaga pendidik dan kependidikan merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam proses pendidikan, karena berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah.

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah

1Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan

merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud. Karena tenaga kependidikan profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang tepat, akan tetapi mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan.

Jadi, peran kepala sekolah dalam memajukan lembaga pendidikan yang dipimpin sangat besar. Sebaliknya bila kepemimpinan tidak dapat dijalankan dengan baik, maka akan membawa dampak kepada lahirnya konflik di sekolah dan disini kepala sekolah menjadi orang yang cukup bertanggung jawab untuk hal itu.

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Unggul Aceh Timur merupakan satu-satunya sekolah umum yang menerapkan sistem

boarding school yang ada di kabupaten Aceh Timur. Dalam proses

pendidikan yang dijalankan, masih banyak terdapat konflik yang butuh kepada penyelesaian dari berbagai pihak khususnya oleh kepala sekolah. Di antaranya konflik antar siswa hingga sampai kepada pengambilan keputusan untuk dikeluarkan dari sekolah tersebut.2 Dalam usianya yang masih terbilang muda, SMA Negeri Unggul Aceh Timur telah memiliki banyak prestasi, baik prestasi akademik maupun non-akademik. Peran seorang pemimpin dalam sebuah lembaga pendidikan sangat memberikan pengaruh besar terhadap kualitas pendidikan yang dikelolanya.

Berdasarkan latar belakakang di atas, permasalahan- permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana peran Kepala Sekolah SMA Negeri Unggul Aceh Timur dalam manajemen konflik? Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di SMA Negeri Unggul Aceh

2 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMU Unggul Aceh Timur, Drs.

Timur? Apa saja solusi Kepala Sekolah terhadap konflik yang terjadi pada SMA Negeri Unggul Aceh Timur?

Kepemimpinan dan Manajemen Konflik

Kepemimpinan dan manajemen seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Walaupun demikian antara keduanya terdapat perbedaan yang perlu untuk diketahui. Mengenai kepemimpinan, terdapat banyak definisi yang dirumuskan oleh banyak pakar manajemen. Oleh karena itu, tidak ada satu definisi kepemimpinan pun yang dapat dirumuskan secara lengkap untuk mengabstraksikan perilaku sosial atau perilaku interaktif manusia di dalam organisasi yang memiliki regulasi, atau struktur tertentu, serta misi yang kompleks dan komprehensif. Berikut beberapa definisi tentang kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar:

D.E Mc Farland mengemukakan, sebagaimana yang dikutip oleh Sudarwan Danim, bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses memengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut J.M. Pfiffner, kepemimpinan adalah seni mengoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dan, menurut Oteng Sutisna, kepemimpinan adalah kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk menciptakan bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan dengan berbuat begitu membangkitkan kerja sama ke arah tercapainya tujuan. Sedangkan Sudarwan Danim sendiri mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.3

Adapun menurut Miftah Thoha, kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.4

Sedangkan menurut Yulk, sebagaimana yang dikutip Husaini Usman, kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang

3Sudarwan Danim,Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke

Lembaga Akademik,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, hal. 204.

4 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: PT.

ingin dicapai bersama (shared goal). Adapun kepemimpinan menurut Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 27.KEP/1972 adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan. Dan menurut Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 02/SE/1980 adalah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal. Dan, Terry dan Rue menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang pemimpin, memengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan.5

Dari beberapa definisi di atas memberikan gambaran yang cukup luas dan mendalam tentang kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu atau kelompok untuk mengoordinasi dan memberi arahan baik kepada individu ataupun kelompok yang terhimpun di dalam sebuah wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelumnya.

Pengertian Manajemen dan Manajemen Konflik

Sebagaimana definisi kepemimpinan, manajemen pun memiliki banyak pengertian yang dirumuskan oleh banyak para pakar manajemen. Menurut Haiman, sebagaimana yang dikutip M. Manullang, bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan George R. Terry mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Adapun dalam Encylopedia of the Social Sciense

dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.6

Menurut Husaini Usman, manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Adapun manajemen dalam arti sempit, lanjut Husaini, adalah manajemen sekolah/madrasah, pelaksanaan program sekolah/madrasah, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah,

5 Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, Edisi 3, hal. 279-280.

6 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gadjah Mada

pengawas/evaluasi, dan sistem informasi sekolah/madrasah.7 Dan Sedangkan menurut Muhaimin, dkk., manajemen pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.8

Dari berbagai definisi mengenai manajemen di atas terdapat tiga pokok penting, yaitu pertama, adanya tujuan yang ingin dicapai secara bersama; kedua, tujuan dicapai dengan mempergunakan kegiatan atau aktifitas orang lain, dan ketiga, kegiatan atau aktifitas orang lain tersebut harus tetap mendapatkan bimbingan, arahan serta pengawasan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, konflik berarti percekcokan, pertentangan, atau perselisihan.9 Adapun pengertian konflik menurut pengertian Robbins dalam Organization Behavior, sebagaimana dikutip oleh Mukhlisuddin Ilyas, adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sedang menurut Luthans konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia.10

Istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan. Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan sangat erat hubungannya dengan konflik karena dalam persaingan beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik, terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik

7 Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, Edisi 3, hal. 5.

8 Muhaimin, dkk., Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam

Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. 2, hal. 4.

9Tim Penyusun,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1991), Edisi 2, hal. 518.

10 http://mukhlisuddin.wordpress.com/2008/07/29/kebijakan-

bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik.11

Ardi Maulidy Navastara mendefinisikan, manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.12

Menurut Ross, bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.13

Menurut Vasta, sebagaimana yang dikutip Indati, konflik akan terjadi bila seseorang melakukan sesuatu tetapi orang lain menolak, menyangkal, merasa keberatan atau tidak setuju dengan apa yang dilakukan seseorang. Selanjutnya dikatakan bahwa konflik lebih mudah terjadi di antara orang-orang yang hubungannya bukan teman dibandingkan dengan orang-orang yang berteman. Konflik muncul bila terdapat adanya kesalahpahaman pada sebuah situasi sosial tentang pokok-pokok pikiran tertentu dan terdapat adanya antagonisme-antagonisme emosional. Konflik- konflik substantive (sunstantif conflict) meliputi ketidak sesuaian tentang hal-hal seperti tujuan alokasi sumber daya, distribusi imbalan, kebijaksanaan, prosedur dan penegasan pekerjaan. Konflik ini biasa terjadi dalam sebuah organisasi sedangkan konflik-konflik emosional (emotional conflict) timbul karena perasaan marah, ketidakpercayaan, ketidaksenangan, takut, sikap menentang, maupun bentrokan-bentrokan kepribadian. Konflik inilah yang sering terjadi pada remaja dengan teman sebaya.

11Ibid. 12Ibid.

13 http://humamsyaharuddin.blogspot.com/2012/03/teori-teori-

Sedangkan Collins dan Lausen, memandang konflik pada remaja sebagai akibat dari perubahan peran yang diharapkan oleh lingkungan sosial di sekitarnya karena remaja mengalami transisi tahapan usia dan perubahan-perubahan menuju kematangan. Kecemasan dan akumulasi stres dari berbagai transisi tersebut umumnya akan meningkatkan kemungkinan timbulnya konflik atau efektifnya penangan konflik.14

Hakekat dan Fungsi Kepemimpinan dalam Manajemen

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam organisasi, baik buruknya organisasi sering kali sebagian besar tergantung pada faktor pemimpin. Berbagai riset juga telah membuktikan bahwa faktor pemimpin memegang peranan penting dalam pengembangan organisasi.

Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran kepemimpinan kepala sekolah. Karena kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaganya, maka kepala sekolah harus mampu membawa lembaga ke arah tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Kepala sekolah harus mampu melihat adanya perubahan terhadap regulasi pendidikan dan kehidupan globalisasi. Faktor pemimpin yang sangat penting adalah karakter dari orang yang menjadi pemimpin tersebut. Sebagaimana dikemukanan Stephen R. Covey, seperti yang dikutip Muhaimin, dkk., bahwa 90 persen dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada karakter.15

Menurut pengertiannya, kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kata kepala sekolah berasal dari dua kata yakni kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi, sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi penjelasan.16

14Ahmad Thontowi,Makalah Manajemen Konflik,

15 Muhaimin, dkk., Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam

Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. 2, hal. 29.

16 http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/hakikat-kepala-

Peran Kepala Sekolah dalam Proses Pembelajaran

Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai potensi atau kemampuan untuk mempengaruhi orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan wewenang dan kekuasaannya. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.17

Kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas menjadikan kegiatan-kegiatan tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran untuk dapat berjalan dengan lancar. Kepala sekolah perlu mengadakan pembagian kerja yang jelas bagi guru-guru yang menjadi bawahannya. Dengan pembagian kerja yang baik, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang tepat serta mengingat prinsip-prinsip pengorganisasian kiranya kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar dan tujuan dapat tercapai.18

Menurut Davies, menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan di mana seorang guru diharapkan dapat memotivasi, mendorong dan memberi semangat/inspirasi kepada siswa, sehingga siswa dapat mencapai tujuannya. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran di sekolah terutama ditujukan kepada guru sebab merekalah yang terlibat lagi dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Dan, Made Pidarta mengatakan bahwa, Kepala sekolah dalam hal ini menekankan kegiatannya pada usaha mempengaruhi guru-guru dalam melaksanakan tugas mengajar.19

Faktor-faktor Terjadinya Konflik di Sekolah

Menurut James A.F.Stoner dan Charles Wankel mengemukakan bahwa ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi. Jenis-jenis konflik ini juga terjadi dalam dunia pendidikan. Secara detailnya dapat diuraikan seperti dibawah ini :

a). Konflik Intrapersonal. Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Ada tiga macam bentuk konflik

17 http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/fungsi-kepemimpinan-

dalam-manajemen.html Diakses tanggal 21 Oktober 2012.

18http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/peran-kepala-sekolah-

dalampembelajaran.html Diakses tanggal 21 Oktober 2012.

intrapersonal yaitu: 1) Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik; 2) Konflik pendekatan–penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan; 3) Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.

b). Konflik Interpersonal. Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.

c). Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok.

Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan oleh kelompok kerja mereka.

d). Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama.

Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.

e). Konflik antara organisasi. Dalam pendidikan konflik semacam ini dapat terjadi seperti konflik antara satu sekolah dengan sekolah lainnya.20

Teori-teori Sebab Terjadinya Konflik

Terdapat beberapa teori-teori utama mengenai sebab-sebab terjadinya konflik, yaitu: a). Teori Hubungan Masyarakat.

Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasaran: meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.

b). Teori Kebutuhan Manusia. Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi.Sasaran: mengidentifikasi dan

20http://mukhlisuddin.wordpress.com/2008/07/29/kebijakan-

mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.

c). Teori Negosiasi Prinsip. Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Sasaran: membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.

d). Teori Identitas. Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.

Sasaran: melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.

e).Teori Kesalahpahaman Antarbudaya. Berasumsi bahwa

konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasaran: menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.

f). Teori transformasi konflik. Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidak setaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi. Sasaran: mengubah struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antar pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi, pengakuan.21

Konflik di Sekolah dan Solusinya

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya konflik dalam suatu organisasi pendidikan antara lain adalah: berbagai

21 Ardy Maulidy Navastara,

http://jepits.wordpress.com/2007/12/19/manajemen-konflik-definisi-dan-teori- teori-konflik/ Diakses tanggal 12 April 2012.

sumber daya yang langka ditemukan di sekolah, perbedaan dalam tujuan antara manager dengan guru, saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan, perbedaan dalam nilai atau persepsi. Selain sebab-sebab di atas, ada juga sebab lain yang mungkin dapat menimbulkan konflik dalam pendidikan misalnya gaya seseorang dalam bekerja, ketidakjelasan organisasi (terutama lembaga swasta) dan masalah-masalah komunikasi yang tidak terarah.22

Kepemimpinan kepala sekolah akan terlihat pada saat ia mampu menyelesaikan konflik yang terjadi. Untuk itu bentuk solusi dan implementasi manajemen konflik dalam pendidikan dilakukan dengan beberapa pendekatan. Menurut Donna Crawford dan Richard dalam laporannya menyebutkan bahwa memiliki empat pendekatan dalam melakukan implimentasi manajemen konflik dalam bidang pendidikan yaitu:

a. Process Curriculum: yaitu dalam penyusunan kurikulum selalu melibatkan seluruh elemen yang berkepentingan. Di samping terus melakukan pelatihan-pelatihan untuk guru dan kalau memungkinkan selalu melibatkan masyarakat dalam proses penyusunan kurikulum, proses pengembangan dan selalu melakukan follow up terhadap gejala-gejala konflik dalam pendidikan.

b.Mediation Program: menyiapkan training/pelatihan untuk guru supaya mampu memediasi persoalan-persoalan di sekolah. Di samping menyiapkan modul untuk para guru. c. Peaceable Classroom: yaitu semua guru yang mengajar di

sekolah mampu melakukan kerjasama dengan sesama guru dan pihak manajemen sekolah. Di samping memberi pemahaman kepada siswa sebagaipeace maker.

d.Peaceable School: Menerapkan manajemen konflik di sekolah secara konperehensif dalam sistem pendidikan. Dengan terus mengembangkan proses pembelajaran untuk siswa, guru dan masyarakat. Guru terus dikembangkan menjadi profesional, murid diharapkan punya informasi tentang konflik dan masyarakat harus punya inisiatif untuk pemahaman.23

Terdapat beberapa solusi dalam mengatasi konflik di sekolah, di antaranya:

22http://mukhlisuddin.wordpress.com/2008/07/29/kebijakan-

implimentasi-manajemen-konflik-di-sekolah/ Diakses tanggal 21 Oktober 2012.

a. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk

Dalam dokumen Mengelola Keragaman Islam dan Relasi A (1) (Halaman 75-98)