• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI MAN RANTO PANJANG PEUREULAK

Dalam dokumen Mengelola Keragaman Islam dan Relasi A (1) (Halaman 98-102)

Andhika Jaya Putra Pendahuluan

Penelitian ini mengenai Pendidikan Multikultural sebagai upaya membangun keberagaman inklusif dengan mengambil objek di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ranto Panjang Peureulak Kabupaten Aceh Timur. Secara sederhana pendidikan multikultural dapat didefenisikan sebagai pendidikan utuh tentang keberagaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultual lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.144

Pendidikan Multikultural merupakan proses upaya untuk mewujudkan semangat dari aliran atau paham multikultularisme dibentuk dari kata “Multi” yang artinya banyak, “Kultur” artinya budaya, dan “isme” yang bermaka suatu aliran atau paham.145secara hakiki dalam kata itu dalam mengandung pengakuan akan martabah manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaan masing-masing dan unik.

Konsep Pendidikan Multikultural menjadi komitmen global yang sejalan dengan rekomendasi UNESCO, oktober 1994 di Jenewa. Rekomendasi UNESCO tersebut memuat empat seruan: (1) pendidikan seyogyanya mengembangkan kesadaran untuk memahami dan menerima sistem nilai dalam kebhinnekaan pribadi, jenis kelamin, ras, etnik dan kultur; (2) pendidikan seyogyanya mendorong konvergensi gagasan yang memperkokoh perdamaian, persaudaraan dan solidaritas dalam masyarakat; (3) pendidikan seyogyanya membangun kesadaran untuk menyelesaikan konflik secara damai; dan (4) pendidikan seyogyanya meningkatkan pengembangan kualitas toleransi dan kemauan untuk berbagi secara mendalam.

Pendidikan multikultural memberikan manfaat untuk membangun kohesifitas, soliditas dan intimitas antaretnik, ras,

144 Azyumardi Azra, “Pendidikan Multikultural (Membangun kembali

Indonesia Bhinneka Tunggal Ika)”hal. 28

agama dan budaya telah memberikan dorongan bagi lembaga pendidikan nasional untuk “sudi” menanamkan kesadaran kepada siswa untuk menghargai orang, budaya, dana agama lain. Harapannya adalah pendidikan yang berwawasan multikultural akan membantu sisiwa memahami dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan kepribadian.

Paradigma Multikultural juga menjadi salah satu fokus dari pasal 4 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal ini menjelaskan dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai cultural dan kemajemukan bangsa.

Pendidikan multikultural menawarkan satu alternative melalui implementasi strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang terdapat dalam masrakat, khususnya yang ada pada siswa seperti pluralitas, etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, umur dan ras. Strategi pendidikan ini tidak hanya bertujuan supaya siswa mudah memahami pelajaran yang dipelajari, namun juga untuk meningkatkan kesadaran mereka agar senantiasa berprilaku humanis, pluralis, dan demokratis. Hal yang terpenting yang perlu digaris bawahi dalam pendidikan multikultular adalah seorang Kepala Sekolah memerintahkan semua Guru harus mampu menanamkan nilai-nilai pendidikan multikultural.

Kabupaten Aceh Timur adalah satu kabupaten di Propinsi Aceh yang terdiri dari berbagai etnis yaitu Aceh, Jawa, Batak, Padang, mandailing, melayu.146 Telah menjadi fenomena bahwa setiap kabupaten yang luas banyak sekali pendatang untuk menuntut ilmu maupun mencari nafkah ke Kabupten Aceh Timur, melihat fenomena tersebut Kabuten Aceh Timur adalah kabupaten yang heterogen dengan masyarakat yang Multikultural, sehingga Kabupaten ini merupakan sangat rawan konflik karena adanya perbedaan suku, etnis. Permasalahan ini muncul tidak hanya sebatas pada isu perbedaan suku dan etnis saja, akan tetapi juga timbul berkaitan dengan isu-isu nasional dan sosial ekonomi Kabupaten Aceh Timur.

Untuk meminimalisir timbulnya permasalahan diatas salah satunya dapat memalui institusi pendidikan seperti Dinas Pendidikan atau Kementerian Agama dan Sekolah di Kabupaten Aceh Timur, dimana tugas atkaeholder terkait sebagai pengontrol

146 Portal Aceh Timur www.acehtimurkab.go.id/index.phd/95-ruang-

lingkup/penduduk-dan-suku/161-jumlah-penduduk-kabupaten-aceh-timur- menurut-kecamatan diakses 21 Agustus 2013

dan memberikan pembinaan kepada lembaga-lembaga pendidikan di wilayah Kabupaten Aceh Timur.

Pendidikan multicultural dibutuhkan untuk mengenalkan keragaman suku, bahasa dan budaya di negeri ini. Hal ini lantraan pendidikan menyediakan ruang bagi penanaman dan pengimplimentasian nilai-nilai etika dan kebajikanpendidikan bukan semata-semata transfer of knowledge saja, akan tetapi juga transfer of values dimaksudkan pewarisan nilai-nilai etis-religius humanis dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya. Maka diharapkan lewat institusi tersebut dapat mengatasi dan meminimalisir timbulnya konflik-konflik yang ada.

Lembaga pendidikan Sekolah mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-individu yang didikny secara klasikal. Sekolah diharapkan mampu menjadi guiding light bagi generasi muda penerus bangsa. Ditengah masyarakat Indonesia majemuk, salah satu tugas utama sekolah yang strategis dan mendesak adalah menanamkan sikap toleran dan inklusif sehingga relasi antar kelompok yang majemuk dapat terjalin secara harmonis dan damai. Sikap toleran dan inklusif dalam menghadapi pluralisme harus dipandang sebgai salah satu indicator dari akhlak atau budi pekerti luhur. Salah satu prasyarat bagi terwujudnya hubungan antar kelompok yang lebih harmonis adalah menghilangkan prasangka negative terhadap kelompok yang lebih harmonis adalah menghilangkan prasangka negative terhadap kelompok lain. Sekolah dapat membantu mengurangi prasangka antar kelompok ini dengan menerapkan pendidikan yang menyantuni pluralisme yaitu pendidikan multikultural.147

Pendidikan multikultural adalah proses penanaman sikap hidup saling menghargai, tulus dan toleran terhadap keragaman etnik, agama dan budaya yang ada pada masyarakat Indonesia yang plural.148 Melalui pendidikan multikultural peserta didik yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda dibimbing untuk saling mengenal suku agama, budaya, cara hidup dan istiadat . lebih dari itu peserta didik diajari untuk memahami mengakui dan

147M. Saerozi, Politik Pendidikan Agama dalam Era Pluralisme,

(Yogyakarta: TiaraWacana Yoga, 2004), hlm. 157

http:www.wahanakebangsaan/index.php?option=com_content&task=vie w&id=36&trend=33. Diakses tanggal 4 Agustus 2013

148 H.A. Tilaar, Multikulturalisme, Tantangan-tantangan Global Masa

Depan DalamTransformasiPendidikan Nasional(Jakarta; Grasindo, 2004) Hal 104.

menghormati bahwa tiap golongan memiliki hak untuk meyatakan diri menurut caranya masing-masing. Dengan mengajarkan pendidikan multikultural, para peserta didik sedini mungkin dibimbing untuk memahami makna Bhinneka Tunggal Ika dan mengimplementasikan kehidupan sehari-sehari.149

Berkenaan dengan itu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ranto Panjang Peureulak Kabupaten Aceh Timur didalamnya terdapat keberagaman dan sangat heterogen. Dugaan ini berdasarkan pengamatan dan wawancara.150 Dengan kepala sekolah , beliau mengemukakan bahwa siswa yang menuntut ilmu pada MAN Ranto Panjang Peureulak terdiri dari berbagai suku, etnis dan budaya. Sehingga dengan adanya keragaman dan perbedaan cultural tersebut rentan terjadinya perselihan dan konflik dalam interaksi di lingkungan sekolah tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu lebih menekankan relaitas sosial sebagai objek yang utuh, kompleks, dinamis, dan bersifat interaktif, untuk meneliti kondisi objek yang alamiah. Penelitian ini mengambil lokasi di MAN Ranto Panjang Peureulak, oleh karena itu peneltian ini merupakan penelitian lapangan (field Research) yang bersifat deskriptis analasis. Penelitian ini berusaha menggambarkan dan menyajikan fakta- fakta secara sistematik tentang keadaan objek sebenarnya.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Fenomenologi. Pendekatan ini secara konseptual adalah sebuah studi tentang penampakkan sebuah objek, peristiwa, atau kondisi dalam persepsi individu.pendekatan ini digunakan untuk melacak atau megetahui keberagaman yang terdapat di MAN Ranto Panjang Peureulak.

Potret Keberagaman Di MAN Ranto Peureulak (Siswa, Guru)

Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ranto Panjang Peureulak berasal dari berbagai desa baik dari dalam kecamatan ranto peureulak maupun dari luar kecamatan dengan etnis yang beragam, dimana mayoritas siswa berasal dari etnis/ suku aceh.

Berdasarkan penelitian, didapatkan data yang menunjukkan secara jelas bahwa lebih dari 60% siswa berasal dari Kecamatan

149Ibid

150 Hasil pengamatan dan wawancara dengan Ibu Khairul Bariah pada

Ranto Peureulak dan selebihnya berasal dari kecamatan tetangga yaitu Kecamatan Peureulak Barat dan Peureulak Kota, jumlah peserta didik di MAN Rantau Panjang Peureulak pada tahun pelajaran 2013/2014 seluruhnya berjumlah 306 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata tanpa membedakan etnis, asal tempat tinggal maupun asal sekolah sebelumnya, dimana untuk melihat lebih jelas tentang keadaan siswa ini dapat dilihat pada tabel diwah ini:

TABEL

JUMLAH SISWA MAN RTP BERDASARKAN

Dalam dokumen Mengelola Keragaman Islam dan Relasi A (1) (Halaman 98-102)