• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS DI STAIN ZAWIYAH COTKALA LANGSA

Dalam dokumen Mengelola Keragaman Islam dan Relasi A (1) (Halaman 124-144)

Nina Afrida

Pendahuluan

Sebagai tenaga pendidik, seorang dosen harus mempertimbangkan segala unsur-unsur yang tepat yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran utuk mata kuliah yang diampunya, atas dasar pertimbangan tersebut maka dari itu metode yang digunakan sangat bervariasi, sebagian dosen ada yang menjelaskan materi sepanjang perkuliahan, ada juga yang memberi penjelasan materi sepanjang perkuliahan plus sesi tanya jawab, berdiskusi, pemberian tugas, pembagian kelompok, atau metode- metode lainnya yang disesuaikan dengan faktor-faktor tertentu. Bukan tidak mungkin metode yang mereka gunakan belum tepat sasaran dan tepat guna, karena sebab dari suatu hal yang mungkin tidak disadari oleh dosen tersebut.

Adanya gejala penyimpangan yang benar-benar tidak disadari oleh dosen namun dapat dirasakan keberadaan gejala tersebut oleh penerima materi pembelajaran. Hanya mereka yang memiliki kepekaan fenomenologis saja yang dengan cepat dapat mennyerap gejala-gejala itu lewat indera. Kepekaan fenomenologis ini bisa didapatkan oleh setiap orang yang memiliki banyak pengalaman dalam proses pembelajaran, yaitu mahasiswa.

Pada observasi awal peneliti di prodi PBI STAIN ZCK Langsa, dari metode-metode pembelajaran yang diterapkan oleh dosen, ada beberapa metode yang dominan digunakan oleh dosen yang sama pada setiap pemberian materi perkuliahan, atau beberapa dosen menggunakan metode yang sama dalam menyampaikan materi perkuliahan yang berbeda. Hasil interview terhadap mahasiswa PBI pada studi sebelumnya menyatakan bahwa 9 mata kuliah yang diikutinya memberikan metode yang bervariasi, ada pula beberapa dosen menggunakan metode yang hampir sama. Mata kuliah tersebut terdiri dari 5 mata kuliah yang

berkode TAR, STU, dan STK artinya mata kuliah tarbiyah, umum dan keagamaan yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Ilmu Tasawuf, Ilmu Kalam, Ilmu Pendidikan, dan Kewiraan. Dan 4 mata kuliah yang berkode ENG yaitu Reading, Translation, dan Grammar.

Sebagian besar dosen pada mata kuliah umum yang berkode TAR menggunakan metode mengajar dengan cara membentuk kelompok diawal perkuliahan, kemudian setiap kelompok diberikan materi berdasarkan silabus, selanjutnya setiap kelompok mencari bahan bacaan berdasarkan materi tadi, dan materi tersebut dipertanggung jawabkan didepan kelas pada setiap kali peertemuan, atau mahasiswa sering menyebutnya dengan istilah “maju makalah” atau “metode presentasi”. Kemudian, ada metode lain yang tidak pernah tertinggal yang sering digunakan oleh dosen yaitu metode dosen menjelaskan materi selama proses pembelajaran, pada akhir proses pembelajaran dosen tersebut memberikan peluang kepada mahasiswa untuk bertanya tentang materi yang kurang faham, maka dosen akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sedangkan mata kuliah keprodian memiliki keberagaman metode dalam penyampaian materi perkuliahan.161 Untuk kesimpulan sementara, kedua metode ini menjadi metode favorit dosen di prodi PBI.

Fakta di atas menunjukkan sebagian besar dosen seolah memiliki persepsi yang sama dalam pemilihan dan penetapan metode pembelajaran yang digunakan, Penyebabnya bisa beragam, bisa saja dikarenakan para pendidik di perguruan tinggi harus berpegang teguh pada teori andragogi atau teaching adult, atau memang metode turun temurun yang tanpa fikir panjang harus langsung digunakan, atau bisa saja karena tidak mengetahui metode yang lain. Hal ini memberi efek langsung kepada mahasiswa selaku penerima materi ajar. Jika pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran tersebut benar-benar melihat dari berbagai unsur, maka proses pembelajaran akan berjalan sesuai rencana dan hasilnya pun lebih berkualitas, namun apabila pemilihan metode dilakukan secara subjektif maka akan terjadi hal sebaliknya.

Oleh karena itu, hal ini pastinya memberi pengalaman pembelajaran yang melekat pada diri mahasiswa dan pengalaman tersebut akan diasumsikan sangat bervariasi. Pengalaman ini berdasarkan fenomena yang terjadi selama mereka mengikuti

perkuliahan di PBI, baik itu mata kuliah tarbiyah ataupun mata kuliah prodi.

Selanjutnya, metode mengajar dosen merupakan unsur penting yang harus dosen gunakan ketika proses pembelajaran, setiap dosen memiliki pertimbangan tersendiri ketika menggunakan metode yang digunakannya ketika menyampaikan materi, namun yang jelas pertimbangan tersebut tidak secara subjektif. Jika seorang dosen memilih metode mengajar tanpa ada pertimbangan atau dengan pertimbangan yang subjektif maka metode tersebut diasumsikan kurang tepat pada penyampaian materi. Hingga memberi pengalaman tersendiri pada mahasiswa selaku penerima materi ajar. Maka dari itu, penelitian ini berusaha mengeksplor pengalaman mahasiswa selama proses pembelajaran terfokus pada metode mengajar dosen pada prodi PBI di STAIN ZCK Langsa. Dengan permasalahan penelitian: bagaimana pengalaman mahasiswa selama proses pembelajaran terkait dengan metode yang digunakan dosen? Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan dua rumusan masalah: bagaimana tindakan mahasiswa dalam metode pembelajaran yang digunakan oleh dosen?. Kedua, bagaimana mahasiswa memaknai metode mengajar yang dosen gunakan?

Reorientasi; Fenomenologi, Metode Pembelajaran dan

Symbolic Interaction

Penelitian ini sangat berkaitan dengan istilah fenomenologi, metode pembelajaran dan symbolic interaction. Maka untuk membentuk kesepahaman dalam menjelaskan penelitian ini, terasa penting untuk menjelaskan sedikit yang berkaitan dengan istilah tersebut. Pertama, fenomenologi, teori-teori yang mendukung penelitian ini adalah teori tentang fenomenologi dari Alfred schuzt dalam Bogdan dan Biklen bahwa pengkajian dengan model fenomenologi berusaha memahami makna peristiwa dan interaksi seseorang dalam kejadian tertentu. Dengan fenomenologi dapat dipelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri. Fenomenologi tidak saja mengklasifikasikan setiap tindakan sadar yang dilakukan, namun juga meliputi prediksi terhadap tindakan di masa yang akan datang, dilihat dari aspek-aspek yang terkait dengannya. Semuanya itu bersumber dari bagaimana seseorang memaknai objek dalam

pengalamannya.162 Schutz dalam pendapatnya, fenomenologi adalah studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran atau cara kita memahami sebuah obyek atau peristiwa melalui pengalaman sadar tentang obyek atau peristiwa tersebut. Sebuah fenomena adalah penampilan sebuah obyek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seseorang, jadi bersifat subjektif. Bagi Shultz dan pemahaman kaum fenomenologis, tugas utama analisis fenomenologis adalah merekonstruksi dunia kehidupan manusia “sebenarnya” dalam bentuk yang mereka sendiri alami. Realitas dunia tersebut bersifat intersubjektif dalam arti bahwa sebagai anggota masyarakat berbagi persepsi dasar mengenai dunia yang mereka internalisasikan melalui sosialisasi dan memungkinkan mereka melakukan interaksi atau komunikasi.163 Para ahli fenomenologi yakin bahwa banyak cara menterjemahkan pengalaman yang tersedia dimasing-masing kita melalui interaksi dengan yang lainnya, dan hal tersebut yang mendasari pengalaman kita menjadi realita atau nyata, dan pada akhirnya terbentuklah yang disebut tindakan sosial.164 Hal ini tidak lepas dengan teori Symbolic Interaction.

Kedua, symbolic interaction. Pada konteks fenomenologi, mahasiswa dalam penelitian ini sebagai aktor yang memegang peran utama bagi yang mengalami proses pembelajaran didalam kelas, maka dari itu mereka yang mengalami secara langsung efek dari tindakan dalam proses pembelajaran. Teori yang mendukung kajian ini adalah Teori Interaksi Simbolik (George Herbert Mead dan Herbert Blumer). Para ahli Interaksi simbolik melihat bahwa individu adalah obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Ketika terjadinya interaksi terus menerus antara manusia, maka terjadilah tindak sosial’ perilaku atau tindakan kita merupakan respon dari tindakan orang lain terhadap diri kita. Inilah yang kemudian disebut

162Hadiono Afdjani,Makna Iklan Televisi (Studi Fenomenologi Pemirsa

di Jakarta terhadap Iklan Televisi Minuman “KUKU BIMA ENERGI” Versi Kolam Susu ), Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Januari - April 2010, 96.

163Hadiono Afdjani,Makna Iklan Televisi (Studi Fenomenologi Pemirsa

di Jakarta terhadap Iklan Televisi Minuman “KUKU BIMA ENERGI” Versi Kolam Susu), 99

164 Robert C, Bogdan dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for

Education: An Introduction to Theory and method, (London:Allyn and Bacon,1992), 34

sebagai tindakan sosial. Adanya sebuah interaksi yang dilakukan secara terus-menerus oleh individu-individu sehingga dapat menciptakan kelompok masyarakat, institusi, hukum, dan norma.

Teori Mead menyatakan ada tiga konsep dalam interaksi simbolik, yaitu Mind, Self, and Society165. Pada Mind yaitu

individu memaknai pengalaman yang terjadi baik itu kejadian, orang lain, dan lain sebagainya melalui interaksi dengan hal lain disekitarnya. Terjadinya pemaknaan melalui interaksi bukan timbul dari tindakan otonomi, atau paksaan dari seseorang, melainkan melalui hal yang ditemui seseorang disekitarnya, seperti: keluarga, orang-orang dimasa lalu, orang-orang yang ditemui di tempat kerja, dan yang lainnya. Selanjutnya, dalam konsep Self, seseorang berusaha melihat dirinya sebagaimana orang lain melihat dirinya dengan menerjemahkan gaya dan tindakan langsung melalui dirinya sendiri dan juga dapat menempatkan dirinya pada peran orang lain. Society, seseorang bukan mendefenisikan aturan atau norma, tetapi bagaimana ini semua digunakan dalam situasi tertentu.

Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma norma mengarahkan dalam memilih alternatif cara dan alat dalam mencapai tujuan. Norma-norma tersebut tidak dapat menentukan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. yaitu kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan.

Ketiga, metode pembelajaran. Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.166 Maka metode mengajar adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Richard and Rodger memberi pengertian metode pembelajaran sebagai keseluruhan rangkaian perencanaan untuk mempresentasikan materi secara sistematis.167 Berdasarkan pengertian diatas, maka metode pembelajaran adalah suatu cara dalam mennyampaikan materi secara sistematis untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

165 Robert C. Bogdan and Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for

Education: An Introduction to Theory and Method,35-37

166Strategi dan Metode, diakses dari http//

pakguruonline.pendidikan.net/buku_ tua_pakguru_dasar_ kpdd_ b11.html, pada tanggal 11 mei 2013

167Jack C Richard and Theodore S. Rodger,Approaches and Methods in

Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.168Maka metode mengajar adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Richard and Rodger memberi pengertian metode pembelajaran sebagai keseluruhan rangkaian perencanaan untuk mempresentasikan materi secara sistematis.169 Berdasarkan pengertian diatas, maka metode pembelajaran adalah suatu cara dalam mennyampaikan materi secara sistematis untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Menurut Haris, metode pembelajaran dipilih atas pertimbangan berikut: Rumusan tujuan pembelajaran, sifat dan jenis materi pembelajaran, ketersediaan fasilitas, kondisi dan karakteristik peserta didik, dan alokasi waktu yang tersedia.170

Tidak jauh berbeda dari haris, Andriani menyajikan 6 hal yang harus dipertimbangan dalam penentuan metode, yaitu:171Tujuan yang hendak dicapai, Materi pelajaran, Peserta didik, Situasi, Fasilitas, dan guru.

Berdasarkan teori yang telah disajikan, maka alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambar dalam skema berikut:

168Strategi dan Metode, diakses dari http//

pakguruonline.pendidikan.net/buku_ tua_pakguru_dasar_ kpdd_ b11.html, pada tanggal 11 Mei 2013

169Jack C Richard and Theodore S. Rodger,Approaches and Methods in

Language Teaching: Second Edition, 19

170 Abdul Haris, Dasar-Dasar Pertimbangan Pemilihan Model

Pembelajaran serta Pengembangannya pada Mata Pelajaran Ekonomi.

171 Rina Andriani. Kajian Pustaka: Metode mengajar, diakses dari

http/lib.uin.malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07140005-rina-andriani.ps, pada tanggal 11 Mei 2013.

Alur Kerangka Pemikiran

Studi Fenomenologi: Pengalaman Mahasiswa pada Metode Pembelajaran Dosen Prodi PBI di STAIN ZCK Langsa

Metodologi Penelitian

1. Desain Penelitian

Berkaitan dengan tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk menggali informasi tentang pengalaman belajar mahasiwa pada metode pembelajaran yang diterapkan oleh dosen, maka pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif, dan menggunakan jenis penelitian fenomenologi. Ada beberapa alasan mengapa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Wiersma dalam Herawati, Pendekatan qualitatif yaitu mencari kejadian yang kompleks berdasarkan pengalaman dari partisipan dengan bertanya kepada mereka dan melihat tindakan mereka dengan cara deskriptif. Penelitian kualitatif menggunakan peneliti sebagai instrumen pengumpulan data dan

Fenomenologi Pengalaman (Alfred Schuzt)

Interaksi Simbolik Mind, self, dan Society (George Herbert Mead dan Blumer) Blugaer)

Mahasiswa PBI di STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa

Metode Dosen dalam Proses Pembelajaran

Pengalaman mahasiswa dalam proses

Fenomenologi, Metode Pembelajaran dan Symbolic Interaction pembelajaran

menggunakan analisi induktif.172 Bogdan dan Biklen juga setuju dengan pernyataan tersebut dengan menyebutkan ada 5 karakteristik dalam penelitian kualitatif, 2 diantaranya adalah penelitian kualitatif merupakan natural setting atau situasi wajar dan peneliti merupakan kunci instrumennya, kemudian data dalam penelitian kualitatif adalah deskriptif yang berupa berupa kata atau gambar.173 Karena itu sesuai dengan teori tersebut, salah satu alasan pemilihan pendekatan kualitatif dikarenakan data yang akan diambil dari lapangan merupakan serangkaian pengalaman yang ada pada diri mahasiswa dan akan ditanya langsung kepada yang memiliki pengalaman tersebut, maka dari itu peneliti adalah instrumen penting dalam proses pengumpulan data dilapangan sebagai penanya langsung kepada sumber data, dan data tersebut merupakan data yang berwujudkan kata-kata bukan angka, maka data tersebut adalah data kualitatif berbentuk deskripsi.

Penggalian informasi yang mendalam tentang fenomena yang terjadi ketika proses pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran dominan yang sering digunakan dosen di PBI adalah hal utama yang dicari dalam penelitian ini, Maka dari itu pendekatan kualitatif yang tepat untuk penelitian ini menggunakan desain fenomenologi. Seorang tokoh fenomenologi menyatakan “Dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri.”174 Desain ini menekankan pada subjektivitas pengalaman bermakna yang dialami oleh manusia dengan peneliti menggali secara langsung tanpa ada pengaruh dari hal apapun, kejadian apa adanya.

2. Sumber Data

Data akan diperoleh dari proses tanya jawab tentang apa saja yang dialami mahasiswa PBI ketika belajar mengajar pada prodi PBI. Sumber data yang akan diambil yaitu dari 1 jenis sumber, yaitu infoman. Adapun informan yang dibutuhkan adalah

172Hetty Herawati, The Implementation of Genre Based Approach in the

Teaching of English at SMA N 1 Karanganyer and its Effects in Promoting Students’ Critical Thinking (A Naturalistic Study at SMA N 1 Karanganyer),a thesis, 2009, 82.

173 Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for

Education: An Introduction to Theory and Method,(Boston: 1982: Allyn and Bacon), 29-30

174Engkus Kuswarno.Metodologi Penelitian Komunikasi, Fenomenologi,

Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian. (2009. Bandung : Widya Padjadjaran), 10

mahasiswa Prodi Bahasa Inggris pada yang mereka memiliki pengalaman langsung dari metode yang digunakan dosen ketika terjadinya proses pembelajaran dan mahasiswa yang berada di level semester tinggi, karena mereka sudah memiliki pengalaman hampir semua mata kuliah. Pada pemilihan informan, peneliti mengambil dengan cara Accidental sampling, yaitu dengan siapa saja mahasiswa PBI yang bersedia diwawancara, karena mempertimbangan kegiatan mereka yang padat seperti PPL, KPM, penyusunan skripsi, dan ada juga ditambah dengan perbaikan matakuliah yang tidak lulus. Oleh karena itu, partisipan dipilih dengan melihat siapa dari mereka yang memiliki waktu untuk diwawancara. Hal lain yang menjadi alasan dalam pemilihan responden adalah berdasarkan IP terakhir mereka, dalam hal ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok, (1) Mahasiswa yang memiliki IP terakhir tinggi, antara 3.50 – 4.00, (2) Mahasiswa yang memiliki IP terakhir sedang, antara 3.00 – 4.50. (3) Mahasiswa yang memiliki IP tinggi, antara 2.50 – 3.00. Keseluruhan sumber data tidak kurang dari 10 orang, karena dalam penelitian fenomenologi pengambilan sampel dapat diambil antara 5 sampai 25 orang partisipan.175

3. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Data yang akan diambil dari lapangan pastinya memiliki metode dan teknik tertentu, adapun teknik yang digunakan yaitu interview, yaitu dengan memberikan sederetan pertanyaan secara verbal kepada mahasiswa PBI yang menjadi informan penelitian. Peneliti bertanya langsung kepada mahasiswa berkaitan dengan pengalaman mereka ketika proses perkuliahan, fokus pertanyaan adalah pada metode penyampaian materi yang sering digunakan oleh dosen. Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur atau indept-interview. Penggunaan jenis interview ini disebabkan pertanyaan harus diajukan secara mendalam, partisipan akan terus dikejar dengan berbagai pertanyaan sehingga informasi yang didapat juga mendalam dan detail.

Ada 10 pertanyaan dalam pedoman yang memuat outline

interview. Ini didasari oleh pernyataan Creswell bahwa peneliti harus menyiapkan protocol interview sebelum wawancara dilaksanakan. Interview protocol adalah sebuah form yang dirancang oleh peneliti yang berisikan tentang instruksi

175 James H. McMillan, Educational Research: Fundamental for the

pelaksanaan wawancara, pertanyaan yang akan ditanyakan, dan tempat kosong untuk catatan dari jawaban partisipan.176 Pelaksanaan interview dilakukan lebih kurang dalam durasi 45 sampai 60 menit.

Prosedur pengumpulan data akan melalui tahapan sebagai berikut: Tahap persiapan, pada tahap ini peneliti melakukan penulisan proposal berkaitan dengan permasalahan tentang metode pembelajaran yang sering digunakan dosen pada prodi PBI, kemudian lanjut kepada pembuatan pedoman wawancara agar wawancara lebih sistematis dan terarah dengan adanya penduan tersebut, kemudian wawancara tersebut diujicoba kepada 3 mahasiswa PBI. Persiapan yang dilakukan berikutnya adalah alat perekam di HP sebagai alat bantu ketika wawancara. Kedua, tahap pelaksanaan. Sebelum melakukan wawancara, peneliti mengeluarkan alat tulis, buku, atau alat rekam. Baru setelah itu mengadakan tanya jawab dengan panduan yang telah tersedia. Pada akhirnya adalah tahap terminasi atau peneliti melakukan validasi terhadap data yang telah didapat kepada semua partisipan. Pada tahap penutup ini, ucapan terima kasih diucapkan kepada partisipan dan pengumpulan data dinyatakan berakhir.

4. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil wawancara maka selanjutnya menganalisa data tersebut sehingga data mentah yang diperoleh dari lapangan menjadi mudah dimengerti. Dalam penelitian fenomenologi, pengolahan data yang digunakan hampir sama dengan penelitian kualitatif lain. McMillan menyatakan bahwa analisis data pada fenomenologi sama seperti studi kasus dan etnografi, Transkript, pengkodean, pengelompokan, dan analisa data.177

Analisa data dimulai dengan membuat transkrip dari keseluruhan hasil interview, kemudian menetapkan inisial kode pada transkrip tersebut, memasukkan kedalam katagori, dan membuat ringkasan atau kesimpulan.

Karakteristik Mahasiswa yang Dipilih

Dalam penelitian ini, yang menjadi partisipan berjumlah 10 orang mahasiswa pendidikan bahasa Inggris, yang diambil dari

176 John W Creswell, Educational Research, ( Pearson Merell Practice

Hall: New Jersey, 2008), 233

177 James H. McMillan, Educational Research: Fundamental for the

tahun angkatan yang berbeda, mulai dari tahun angkatan 2010/2011, 2009/2010, 2008/2009. Dan mereka juga berasal dari unit yang berbeda, meskipun pada semester yang sama. Mahasiswa yang menjadi partisipan memiliki IP yang bervariasi. Agar lebih jelasnya maka berikut tabel karakteristik partisipan:

TABEL

Karakteristik Partisipan

NO INISIAL JENIS

KELAMIN SEMESTER UNIT IP

1 DR PR 2009/2010 1 3,33 2 DC PR 2009/2010 1 3.08 3 SR PR 2009/2010 1 3.08 4 NH PR 2009/2010 1 3.08 5 HN PR 2009/2010 1 - 6 IS PR 2010/2011 4 2.41 7 BF PR 2010/2011 4 2.45 8 NR PR 2010/2011 4 2.85 9 IL PR 2010/2011 5 3.52 10 DNS PR 2010/2011 5 3.40

Tindakan Mahasiswa Terhadap Cara Mengajar Dosen

Setelah para partisipan diwawancara dengan menggunakan alat bantu perekam yang terdapat di dalam telpon genggam iPhone dan juga alat bantu tulis dan kertas, maka hal selanjutnya yaitu menterjemahkan hasil wawancara tersebut dalam sebuah transkrip agar mudah menemukan tema yang diujarkan oleh partisipan. Namun sebelumnya perlu diketahui bahwa peneliti melakukan wawancara tidak semata wawancara kepada satu orang saja, namun lebih kepada 2 orang bahkan lebih, dalam waktu yang bersamaan. Ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh data, karena dengan begitu mereka lebih berani untuk berbicara dan berkata jujur.

Dalam proses analisa data maka hal yang paling awal dilakukan yaitu dengan penulisan transkrip wawancara. Pada proses ini diawali dengan menuliskan kata apapun yang dihasilkan dari alat rekam tersebut. Setelah itu yaitu membuang hal yang tidak berkaitan sedikitpun dengan variabel penelitian, seperti jawaban responden yang lebih kepada pendapat terhadap dosen, atau

menyampaikan keluh kesah tentang metode dosen, dan hal lain yang tidak penting untuk bahan penelitian. Pada tahap ini, hal yang dilakukan yaitu dengan memberi kode mana kata yang penting dan mana yang tidak. Setelah hal yang berkaitan dengan penelitian diambil, kemudian menentukan tema dari setiap pernyataan partisipan yang dilakukan melalui beberapa tahap hingga akhirnya tema yang memiliki kesamaan arti digabungkan dalam satu katagori Berikut proses beberapa tahap pada penentuan tema hingga ketahap pengelompokan dengan tema-tema yang memiliki kesamaan arti.

Selanjutnya membahas tentang bagaimana tindakan mahasiswa yang telah diceritakan kepada peneliti terhadap cara mengajar dosen pada saat perkuliahan berlangsung. Karena pada dasarnya meski mereka diajarkan dengan dosen yang sama pada matakuliah yang sama, namun hal ini dapat menimbulkan proses penerjemahan yang berbeda karena mereka memiliki latarbelakang berbeda yang melahirkan sudut pandang yang berbeda pula. Perbedaan ini dapat dilihat dari cara mereka menyampaikan pengalaman belajar dalam proses pembelajaran

Pada saat wawancara, Kelompok mahasiswa yang memiliki IP rata-rata tinggi dan sedang memandang metode mengajar dosen yaitu dosen tidak memberi kesempatan kepada mahasiswa, mereka

Dalam dokumen Mengelola Keragaman Islam dan Relasi A (1) (Halaman 124-144)