• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi Orang Dewasa

Dalam dokumen Mengelola Keragaman Islam dan Relasi A (1) (Halaman 61-70)

MEMBENTUK MUSLIM ACEH: TEUNGKU DAYAH DAN BALAI PENGAJIAN DI ACEH TIMUR

E. Motivasi Orang Dewasa

Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi intern (kesiap-siagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.

51Musa Asy’arie. Islam Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi

Ummat.(Yogyakarta, Lesfi) hlm.45

52Jalaludin,Psikologi Agama.(Jakarta. PT. Rajawali Persada, 1997), Cet.

Menurut MC. Donald, motivasi adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh MC. Donald mengandung tiga elemen diantaranya ialah a) motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. b) motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling seseorang dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kewajiban, efeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.c) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Motivasi muncul dari dalam diri manusia. Tetapi munculnya karena terangsang atau terdorong adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.

Dari ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi sebagai sesuatu yang komplek, menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, yang berhubungan dengan persoalan gejala kewajiban, perasaan dan juga emosi. Kemudian bertindak melakukan sesuatu. Semua itu didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Jadi, motivasi itu sesuatu kekuatan yang dapat menggerakkan seseorang yang kadang-kadang dilakukan dengan menyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat untuk mencapai tujuan yang lebih bermanfaat.53

Motivasi berasal dari kata motive yang diartikan sebagai suatu kondisi yang menggerakkan suatu makhluk yang mengarahkannya kepada sesuatu tujuan atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu. Dilihat dari asal kata, motive berasal dari kata “motion” yang berarti “bergerak”.54 Oleh karena itu motivasi dipandang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai kebiasaan yang diperolehnya yaitu suatu dorongan.

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi yang baik akan menunjukkan hasil yang baik pula.55Dengan demikian motivasi merupakan fungsi dari medan di

53 Sardiman AM, 1994, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar

(Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru), PT. Raja Gravindo Persada, Jakarta, hlm 73-74.

54 M. Arifin, 1977. Psikologi Da’wah Suatu Pengantar Studi, Bulan-

Bintang, Jakarta,hlm 64.

saat sedang terjadi sehingga tingkah-laku perbuatan manusia merupakan fungsi untuk menyelesaikan diri pada saat peristiwa atau proses terjadinya.

Melihat pentingnya fungsi motivasi dalam perilaku organisasi, maka Thorndike, ahli ilmu jiwa aliran behaviorisme di Amerika serikat, menciptakan suatu hukum efek (Law Of Effect). Menurut hukum ini, hubungan yang dibentuk oleh organisme antara situasi rangsangan dengan response (jawaban) menjadi kuat bilamana response tersebut diikuti oleh suatu pemenuhan terhadap kepuasan atau diikuti oleh pengurangan terhadap suatu kebutuhan (need reduction).56

Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi kadang tidak perlu adanya rangsangan dari luar karena di dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya, seorang yang membaca tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia ingin mencari buku-buku untuk dibacanya.57 Jadi motivasi intrinsik dalam hal ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar, karena ia benar-benar ingin mengetahui segala sesuatu, bukan karena ingin dipuji orang lain di samping itu belajar mengandung tujuan untuk menambah pengetahuan.

Motif-motif yang aktif dan berfungsi timbul karena adanya rangsangan dari luar. Seorang yang belajar, misalnya, karena ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik, atau agar dapat hadiah. Kalau dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukannya tidak secara langsung apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.58 Dari kedua motivasi ini nampak kedua-duanya ada suatu kebutuhan yang perlu dipenuhi pemuasannya. Pada motivasi instrik ada suatu kebutuhan untuk menghilangkan rasa ingin yang ada pada diri individu yang bersangkutan. Sedangkan motivasi ekstrinsik terdapat kebutuhan yang memuaskan dirinya yaitu ingin mendapatkan nilai yang baik.

Dari pengertian motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang menunjukkan rasa ataufeelinguntuk melakukan suatu aktivitas.

56H.M. Arifin, Psikologi Da’wah Suatu Pengantar Studi, hlm 72. 57Sardiman A.M,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm 89. 58Ibid, hlm 90.

F. Hasil Penelitian dan Analisis Data

1. Gampong Alue Bu Tuha Gampong Pendidikan

Gampong Alue Bu Tuha terletak di Kecamatan Peureulak Barat, Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Gampong ini termasuk Gampong tua sudah berusia lebih dari setengah abad karena Geuchik pertama almarhum T. Mahmud bin T. Ulee Balang Ben telah memangku jabatan sejak tahun 1945.59

Pendiri gampong Alue Bu adalah Ulee Balang Ben yang berasal dari Buloh Aceh Utara namun tidak ditemukan catatan resmi, pertama kali gampong Alue Bu disebelah Timur berbatasan langsung dengan selat Malaka, sebelah Timur dengan gampong Paya Biek, sebelah Utara dengan gampong Blang Batee dan Paya Bili II (Kecamatan Peudawa) dan sebelah Selatan dengan Gampong Paya Gajah. Pada tahun 1956 terjadi pemekaran pertama dimana gampong Alue Bu Tuha terbagi menjadi dua gampong yaitu Gampong Alue Bu Tuha dan Gampong Alue Bu Jalan. Dengan geuchik tetap T. Mahmud. Sehingga terjadi pengurangan luas wilayah dimana sebelah Timur berbatasan dengan Jalan raya Medan – Banda Aceh selanjutnya pemekaran kedua terjadi pada Tahun 2007 gampong Alue Bu Tuha terpecah menjadi Gampong Alue Bu Tuha dan Gampong Alue Bu Tunong yang sebelumnya bernama dusun Panton Rayeuk. Geuchik pada saat itu adalah Teungku Abdul Razak.60

Adapun daftar nama yang pernah menjabat sebagai Geuchik di Gampong Alue Bu Tuha adalah sebagai Berikut:

No Nama Geuchik Periode

1 T. Ulee Balang Ben Sebelum Merdeka

2 T. Mahmud Bin T. Ulee Balang Ben 1945 – 1962

3 T. Cut Lidan 1962 – 1993

4 T. Sulaiman Raden 1993 – 2001

5 M. Husein Ibrahim 2001 – 2007

6 Tgk. Abdul razak 2007 – 2013

7 Salahuddin Yusuf 2013- sekarang

59Wancara dengan bapak M.Husein Ibrahim geuchik priode 2001-2007 60Dokumentasi Gampong Alue Bu Tuha

Gampong Alue Bu Tuha memiliki sarana pendidikan yang terdiri dari 1 buah TK swadaya masyarakat, SMP Negeri dan SMK Negeri disamping itu terdapat dua buah Dayah yakni dayah yang dipimpin oleh Abi Abdurrahman dan dayah yang dipimpin Teungku Muhammad sementara itu di perbatasan antar gampong Alue Bu Tuha dengan gampong Paya Bili II terdapat dayah yang dipimpin oleh Abi H. M. Yusuf Kardi dan di Gampong Alue Bu Jalan terdapat dayah yang dipimpin oleh Waled H. Kamaluddin Arby. Di gampong ini juga berdiri Masjid Baitul Yaqin. Sehingga dapat kita katakan bahwa gampong Alue Bu Tuha merupakan Gampong Pendidikan.

Hal ini didukung oleh data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang diperoleh dari Bidan Desa setempat. Jumlah yang berpendidikan S-1/D III sederajat berjumlah 93 orang atau berkisar 9 %, berpendidikan SMA sederajat berkisar 20%, berpendidikan SMP sederajat berkisar 11%, SD sederajat 46% dan terdapat 0,8% atau 9 orang yang masih buta huruf dari jumlah penduduk 1.036 jiwa.

2. Masyarakat Alue Bu Tuha dan Religiusitas

Masyarakat gampong Alue Bu Tuha menunjukkan prilaku beragam yang lebih konsisten, meski pada kenyataannya dilakukan oleh sebagian dari mereka, namun warna demikan nampak lebih jelas. Misalnya pada pembicaraan mereka sehari-hari, cara berpakaian, budaya menghadiri pengajian dan acara-acara keagamaan di masjid atau ditempat-tempat lain, menghadiri TPA bagi anak-anak, kebiasaan membaca Al-Qur'an di rumah masing- masing, pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah bagi sebagian kecil dari mereka.

Pada hari Jum’at, biasanya petani, buruh atau tukang bangunan, sopir-sopir biasanya sebelum acara shalat Jum’at selesai mereka tidak melakukan aktivitas juga pada saat ada warga yang meninggal dunia kegiatan perdagangan (took, warung dan kedai- kedai ditutup) juga tidak dilakukan sampai jenazah diantarkan ke kuburan untuk dimakamkan, dan biasanya warga berada di rumah duka sampai mengantarkannya ke liang lahat untuk dikuburkan. Dan pada malam harinya warga mengadakan samadiyah, mengirimkan doa kepada yang meninggal, kecuali jika meninggalnya pada hari kamis maka pada malam harinya tidak diadakan samadiyah, dengan kata lain tidak ada kegiatan yang melibatkan warga pada kamis malam atau malam jum’at karena pada malam tersebut diadakan pengajian di Masjid Baitul Yaqin

yang biasanya diisi oleh Teungku Salahuddin anak dari Abu Seuriget Langsa dan menantu Waled. Pada malam itu para jama’ah pengajian mempelajari materi Tauhid, Ibadah dan lain-lain selain materi membaca Al-Qur'an, masalah membaca Al-Qur'an telah diserahkan kepada Pak Ni.

Berkenaan dengan pekerjaan, terdiri dari kaum tani, pedagang atau pengusaha, Pegawai Negeri Sipil, guru, sopir, pekerja bengkel, tukang bangunan. Bahkan salah seorang masyarakat Alue Bu Tuha ada yang menjadi anggota DPRD Kabupaten Aceh Timur. Pekerjaan sopir umumnya adalah sopir

damtruk karena di gampong Alue Bu Tuha terdiri dari bebukitan yang mengandung batu sehingga sangat cocok untuk penimbunan jalan/pengerasan jalan. Adapun pekerjaan lain-lain maksudnya pekerjaan “mocok-mocok”, yaitu pekerjaan insidentil yang melayani pesanan orang yang membutuhkan.

Dari kenyataan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kebanyakan masyarakat gampong Alue Bu Tuha, pada umumnya memiliki tingkat religiusitas yang cukup tinggi walaupun tidak merata. Kemudian berkenaan dengan kerja, dengan melihat macam-macam pekerjaan yang mereka tekuni dengan segala dinamikanya, memberikan kesan bahwa mereka secara umum bukanlah masyarakat pemalas. Bahkan cukup banyak diantara mereka yang beretos kerja tinggi.

3. Metode Belajar Al-Qur'an

Metode belajar yang digunakan di Bale Pengajian adalah metode Iqra’. Menurut Pak Ni metode ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode yang pernah digunakan sebelumnya. Pertama, materi yang diajarkan langsung disebut nama hukum-hukumnya, hal ini sangat cocok bagi murid yang cepat nangkap, sehingga ketika selesai jilid 6 murid tidak hanyak pintar baca, tetapi mereka juga pintar teori-teorinya. Kedua, materi yang diajarkan sangat luas dan lengkap, serta dilengkapi dengan contoh-contoh materi yang cukup memadai, sehingga memungkinkan siswa akrab dengan materi yang diajarkan. Ketiga,

materi yang diajarkan berurutan, mulai dari yang sangat mudah sampai kepada materi yang lebih sulit.61

4. Pak Ni yang Bukan Teungku Ni

Dilahirkan dengan nama Hamdani sebagaimana anak Aceh yang lain disamping bersekolah di siang hari juga mengaji di

malam hari. Pak Ni pada masa kecilnya bersekolah di SD Negeri 1 Alue Bu tepatnya di Gampong Alue Bu Jalan sampai tamat. Di sela-sela waktu pulang sekolah beliau juga berkesempatan mencari kepiting di rawa-rawa yang berdekatan dengan rumah beliau untuk membantu orang tua dan sempat juga tinggal kelas karena keasyikan mencari uang. Setamat dari SD beliau melanjutkan pendidikan di SMP Alue Bu yang pada saat beliau bersekolah masih berstatus swasta. SMP tersebut merupakan sekolah yang merupakan hasil swadaya masyarakat Alue Bu dan sekitarnya namun tidak sampai tamat, karena faktor ekonomi yang tidak mendukung. Namun teman seangkatan beliau di SMP yang menurut beliau telah berhasil adalah Muslim Hasbalah (mantan Bupati Aceh Timur), AKBP Muhajir (Kapolres Aceh Timur yang sekarang). Setelah keluar dari SMP beliau melanjutkan pendidikan di beberapa Dayah, namun terakhir dan beliau belajar di dayah Abi H. M. Yusuf Kardi.

Beberapa keterangan yang penulis dapatkan mula pertama beliau mengajar mengaji adalah tatkala abang beliau almarhum H. Alamsyah akan berangkat ketanah suci, bersama dengan istri dan rekan beliau bang Junaidi kemudian diikuti oleh saudara Bukhari yang mengambil tempat di rumah abang beliau. Setelah abang beliau selesai, kemudian berlanjut sampai saat ini dan berdasarkan data yang dirangkum teman-teman sepengajian maka jumlah murid Pak Ni yang telah peutamat Qur'an mencapai 70 orang. Makna

peutamat Qur'an disini adalah para murid yang telah belajar mengaji dimulai dari kitab Iqra’ sampai dengan Al-Qur'an sebanyak 30 Juz yang dimulai dari Surat Al-Fatihah sampai Surat Al-Ikhlas. Sikap beliau yang bersahaja dan rendah hati ditunjukkan dengan tidak ingin dipanggil dengan sebutan Teungku. Beliau merasa bahwa ilmu yang beliau miliki tidak seberapa dan belum ada konstribusi ke masyarakat.

Sebelum mengajar mengaji, beliau terlebih dahulu meminta restu kepada guru beliau Abi H. M. Yusuf Kardi pimpinan dayah di gampong Paya Bili II, Waled H. Kamaluddin Arby pimpinan Dayah Darussaa’dah di Gampong Alue Bu Jalan dan Abi Abdurrahman selaku pimpinan Dayah di Gampong Alue Bu Tuha mereka semua mendukung dan sampai saat ini jika ada permasalahan dalam mengajar beliau tetap berkomunikasi kepada ketiga Ulama tersebut.

Menurut beberapa informan yang penulis wawancarai kehadiran beliau di Bale pengajian menunggu muridnya juga

merupakan motivasi yang kuat bagi muridnya untuk hadir belajar tepat pada waktunya. Beliau yang menunggu kami bukan kami yang menunggu beliau. Rasanya tidak pernah kami menunggu beliau datang baru belajar dimulai, tatkala kami datang beliau telah duduk menunggu kedatangan kami. Beliau senantiasa bersikap on time. Kejadian lain yang lebih menerik untuk disajikan disini adalah tatkala teman-teman alumni dari Bale Pengajian bermaksud menyumbangkan sebuah sepeda motor sebagai modal beliau dalam berdagang ditolaknya mentah-mentah dengan alasan sepeda motor yang dimaksudkan telah dibelinya kontan namun ada alumni yang merasa tidak yakin sehingga menanyakan kepada abang beliau. Kenyataannya memang telah beliau beli dan tidak berhutang kepada siapapun termasuk dirinya.

5. Pak Ni sang Wirausahawan

Setahun ada 12 bulan, sebulan ada 30 hari dan seminggu ada 7 hari maka jadwal mengajar beliau dalam seminggu adalah 7 hari yakni pada tiap malam dari ba’da maghrib sampai jam 10 malam. Di Gampong Alue Bu Tuha dilaksanakan setiap Senin, Selasa, Rabu, Jum’at dan Sabtu malam. Minggu dan Kamis malam beliau mengajar di Gampong Alue Bu Baroh (Paya Beunot).

Pekerjaan beliau sehari-hari adalah berjualan ikan di Pasar Alue Bu Tuha, yang dimulai sejak pukul 6 pagi membeli ikan ke Kuala tempat pendaratan ikan, kadang ada Muge62yang lansung

mengantarkan ke pasar tempat beliau berjualan sehingga tidak harus berangkat ke TPI. Sebelumnya tentu saja terlebih dahulu berkomunikasi lewat telepon.

Walaupun demikian beliau juga pernah rugi besar karena ikan bandeng yang beliau pesan tidak dapat dikonsumsi oleh pembeli karena berbau tidak sedap pada saat akan dimakan. Keesokan harinya beliau menggantikan dengan yang lain sebanyak yang dibeli oleh konsumen. Beliau mengungkapkan bahwa itu adalah sebuah konsekuensi dari dagang. Barang yang tidak layak harus kita ganti, sehingga para konsumen akan tetap bebelanja kepada kita, jujur adalah harga mati yang terus kita pertahankan agar rezeki yang kita bawa pulang ke rumah adalah rezeki yang halal. Dengan kata lain menafkahi keluarga kita dengan rezeki yang halal agar mendapat berkah dari Allah SWT. Sisi lain yang menarik adalah beliau lebih mempercayai abang beliau sebagai tempat menabung di bandingkan dengan Bank. Dengan alasan yang

lebih halus yakni karena abang beliau juga seorang pedagang maka beliau menyimpankan uang beliau pada abang dengan harapan dari simpanan beliau tersebut abangnya juga bertambah modal untuk diputar. Beliau tidak menyatakan bahwa bank konvensional menyebarkan riba. Suatu penolakan yang manis terhadap bank konvensional.

Pada bagian depan tadi telah saya uraikan bahwa Pak Ni berdagang dimulai dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore, bagaimana dengan ibadah shalat beliau? Sebagaimana muslim yang lain berdagang maka pada saat akan masuk waktu shalat dhuhur maka beliau menutup dagangan beliau untuk ISHOMA demikian juga saat shalat ashar, yang pada inti sebelum maghrib tiba beliau telah hadir di rumah dan azan maghrib tiba beliau telah hadir di Masjid Baitul Muttaqin Alue Bu. Setelah makan malam beliau telah hadir menunggu kedatangan murid beliau di Bale dan mengajar sampai jam 10 malam. Dari hasil tabungan beliau juga telah membeli beberapa bidang tanah SAWah yang disewakan kepada orang lain juga memiliki tanah kebun.

6. Motivasi Belajar Murid-murid Pak Ni

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi yang baik akan menunjukkan hasil yang baik pula.63Dengan demikian motivasi merupakan fungsi dari medan di saat sedang terjadi sehingga tingkah-laku perbuatan manusia merupakan fungsi untuk menyelesaikan diri pada saat peristiwa atau proses terjadinya. Melihat pentingnya fungsi motivasi dalam perilaku organisasi, maka Thorndike, ahli ilmu jiwa aliran behaviorisme di Amerika serikat, menciptakan suatu hokum efek (Law Of Effect). Menurut hukum ini, hubungan yang dibentuk oleh organisme antara situasi rangsangan dengan response (jawaban) menjadi kuat bilamana response tersebut diikuti oleh suatu pemenuhan terhadap kepuasan atau diikuti oleh pengurangan terhadap suatu kebutuhan (need reduction).64Motivasi murid-murid Pak Ni dalam engikuti pengajian adalah sebagaimana yang tersebut di bawah ini.

Sebagai orang yang telah mempunyai anak, tentu saja berkeiginan anaknya menjadi anak yang saleh bukan anak yang salah. Sehingga anak haruslah diberikan pendidikan. Karena

63Sardiman A.M,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm 84-85. 64H.M. Arifin,Psikologi Da’wah Suatu Pengantar Studi, Hal 72.

berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh seorang ayah maka untuk mendidik sang buah hati anak akan diserahkan ke lembaga pendidikan, di sekolah untuk mendalami ilmu-ilmu umum dan di dayah atau Taman Pengajian Qur’an untuk mendalami ilmu agama islam. Sebagaimana budaya masyarakat Aceh umumnya maka orang tua akan menyerahkan tanggung jawab pendidikan agamanya kepada Teungku baik di dayah maupun di Bale Pengajian. Untuk tingkat dasar biasanya seorang anak biasanya diperkenalkan huruf hijaiyah sebagai bekal awal dalam mempelajari Al-Qur'an. Di Dayah dimana anak penulis mengaji digunakan metode iqrak sebagai langkah awal sebelum membaca Al-Qur'an ditempat yang lain ada juga yang menggunakan metode Baghdadi.

Dengan demikian seorang ayah atau ibu tentu saja harus mampu menggunakan metode iqrak jika anaknya belajar dengan metode tersebut atau metode Baghdadi jika sang anak belajar dengan menggunakan metode ini. Tantu saja wajib hukumnya mampu membaca Al-Qur'an jika sang anak sudah mulai membaca Al-Qur'an. Mempelajari dan mengajarkan Alquran merupakan tolok ukur kualitas seorang muslim. Makanya sebagian besar murid Pak Ni mengatakan:

“Mengikuti pengajian karena anak beliau sudah mulai belajar mengaji di Dayah Abi Yusuf sehingga beliau khawatir suatu hari nanti ditanyai oleh anaknya beliau tidak dapat menerangkan dengan baik terutama tentang huruf dan tajwidnya. Kalau yang kita ajarkan tidak sesuai dengan ilmu tajwid kan bisa jatuh harga diri kita selaku orang tua”65

Dalam dokumen Mengelola Keragaman Islam dan Relasi A (1) (Halaman 61-70)