• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Pemerintahan Desa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah bahan evaluasi bagi aparatur pemerintah desa di Desa Fahiluka mengenai pengelolaan keuangan desa berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai pengelolaan keuangan desa berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Untuk menambah referensi penelitian dari Universitas Sanata Dharma khususnya mengenai pengelolaan keuangan desa serta dijadikan referensi bagi penelitian yang akan datang.

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. OtonomiDaerah dan Desentralisasi

Otonomi daerah diatur dalam undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang prinsip pelaksanaan otonomi daerah yang mengungkapkan pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintah yang telah ditetapkan dalam undang-undang.

Selanjutnya menurut Widjaja (2005) otonomi daerah merupakan salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan yang pada dasarnya untuk memenuhi kepentingan bangsa dan negara secara menyeluruh dalam upaya yang lebih baik dalam mendekatkan berbagai tujuan penyelenggaraan pemerintah agar terwujudnya cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.

B. Desa danPemerintahan Desa

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian desa secara umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal yang terdapat dimana pun dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal maupun bagi pemenuhan kebutuhan, dan terutama yang bergantung pada sektor pertanian (Indrizal, 2006).

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat yang memiliki peran strategis untuk mengatur masyarakat yang ada di pedesaan demi mewujudkan pembangunan. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa atau yang disebut dengan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa (Sujarweni, 2015).

Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sumber: Zainudin, 2016

1. Kepala desa

Kepala desa adalah pemerintah desa atau disebut dengan nama lain yang dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa

Kepala Desa

Kaur.

Perencanaan Kaur. Tata usaha

dan umum Kaur.

Keuangan Sekretaris

Kasi.

Pelayanan

Kasi.

Pemerintah

Kasi. Kesra

(UU RI No. 6 Tahun 2014). Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Dalam melaksanakan tugasnya. Kepala desa memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pemerintahan desa, seperti tata praja pemerintah, penetapan peraturan di desa, pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat, administrasi kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah.

b. Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana pedesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, dan kesehatan.

c. Pembinaan masyarakat, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan dan ketenagakerjaan.

d. Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda olahraga, dan karang taruna.

e. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga lainnya.

2. Sekretaris desa

Sekretaris desa merupakan perangkat desa yang bertugas membantu kepala desa untuk mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan administrasi desa, mempersiapkan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintah desa. Fungsi sekretaris desa ialah:

a. Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk kelancaran tugas kepala desa.

b. Membantu dalam persiapan penyusunan peraturan desa.

c. Mempersiapkan bahan untuk laporan penyelenggaraan pemerintah desa.

d. Melakukan koordinasi untuk menyelenggarakan rapat rutin.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepada kepala desa.

3. Kaur tata usaha dan umum

Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa, menginventarisasi data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.

4. Kaur keuangan

Membantu melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa, pengelolaan administrasi keuangan desa dan mempersiapkan bahan penyusunan APBDes, serta laporan keuangan yang dibutuhkan desa.

Kaur keuangan memiliki fungsi seperti pengurusan administrasi keuangan seperti pengurusan administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan administrasi

penghasilan kepala desa, perangkat desa, BPD dan lembaga pemerintahan desa lainnya.

5. Kaur perencanaan

Memiliki fungsi mengoordinasikan urusan-urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa, menginventarisasi data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.

6. Kasi pemerintah

Mempunyai fungsi untuk melaksanakan manajemen tata praja pemerintah, menyusun rancangan regulasi desa, pembinaan masalah pertanahan, pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat, kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah, serta pendataan dan pengelolaan profil desa.

7. Kasi kesejahteraan

Mempunyai fungsi melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana perdesaan, pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna.

8. Kasi pelayanan

Memiliki fungsi pelaksanaan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, meningkatkan upaya

partisipasi masyarakat, pelestarian nilai sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan.

9. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan permusyawaratan desa adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis (UU RI No. 6 Tahun 2014). Fungsi BPD yang berkaitan dengan kepala desa yaitu

a. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa.

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.

c. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

C. Dana Desa

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 49 Tahun 2016 tentang tata cara pengelolaan, penyaluran, penggunaan, pemantauan, dan evaluasi dana desa, dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Pengelolaan dana desa menurut Thomas (2013) adalah saatu proses atau suatu rangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh serangkaian kelompok

orang di dalamnya terdapat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dengan memanfaatkan potensi yang ada dalam mencapai tujuan tertentu.

D. Alokasi DanaDesa (ADD)

Menurut undang-undang No. 6 Tahun 2014 Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian dari perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh persen) dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus. Sementara itu, Simanjuntak dan Hidayanto (2002:158) mengungkapkan bahwa perumusan alokasi dana bantuan harus bersifat kecukupan, fleksibel, dan stabil. Kecukupan yang diartikan bahwa alokasi dana menutupi kebutuhan dana pemerintah daerah.

Fleksibel yang diartikan dana yang dialokasikan harus disesuaikan dengan kemampuan pemerintah pusat sedangkan stabilitas diartikan bahwa adanya kepastian untuk mendapatkan alokasi dana bagi pemerintah daerah.

Sedangkan ADD menurut Darmiasih (dalam Ruru dkk, 2017) merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pengalokasian yang diberikan khusus kepada desa dari pemerintah melalui pemerintah daerah (Kabupaten) dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar desa, mempercepat pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat. Penggunaan ADD ditetapkan sebesar 70% untuk dialokasikan dalam belanja pemberdayaan masyarakat dan 30%

adalah dana yang akan digunakan untuk membiayai belanja apatur dan operasional desa.

E. Keuangan Desa

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Pendapatan desa meliputi semua penerimaan desa selama satu tahun anggaran yang menjadi hak desa dan tidak perlu dikembalikan oleh desa. Selanjutnya rincian pendapatan dan belanja desa menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, sebagai berikut:

1. Pendapatan desa dibagi dalam beberapa kelompok yaitu pendapatan asli desa, transfer dan pendapatan lain.

a. Kelompok pendapatan asli desa

Dalam kelompok pendapatan asli desa terdiri dari yang pertama hasil usaha antara lain hasil BUM desa. Kedua merupakan hasil aset yang meliputi tanah, kas desa, tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, jaringan irigasi, dan hasil aset lainnya sesuai dengan kewenangan berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa. Ketiga adalah swadaya, partisipasi dan gotong royong dimana penerimaan yang berasal dari sumbangan masyarakat desa. Keempat pendapatan asli desa antara lain merupakan hasil pungutan desa.

b. Kelompok transfer

Kelompok transfer terdiri dari dana desa, bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten atau kota, alokasi dana

desa, bantuan keuangan dari anggaran pendapatan belanja daerah provinsi dan bantuan keuangan dari anggaran pendapatan belanja daerah Kabupaten/Kota.

c. Kelompok pendapatan lain

Kelompok pendapatan lain yang terdiri atas penerimaan hasil kerja sama desa, penerimaan dari bantuan perusahaan yang berlokasi di desa, penerimaan dari hibah dan sumbangan dari pihak ketiga, koreksi kesalahan belanja tahun anggaran sebelumnya yang mengakibatkan penerimaan di kas desa pada tahun anggaran berjalan, bunga bank dan pendapatan lain desa yang sah.

2. Belanja desa yaitu semua pengeluaran yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Klasifikasi belanja desa Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 terdiri dari: penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat desa dan penanggulangan bencana, keadaan darurat dan mendesak desa

a. Bidang penyelenggaraan pemerintah desa terdiri penyelenggaraan belanja penghasilan tetap, tunjangan dan operasional pemerintah desa, sarana dan prasarana pemerintahan desa, administrasi kependudukan, pencatatan sipil, statistik, dan

kearsipan, tata praja pemerintah, perencanaan, keuangan, pelaporan dan pertahanan.

b. Bidang pelaksanaan pembangunan desa terdiri dari pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, penataan ruangan, kawasan pemukiman, kehutanan dan lingkungan hidup, perhubungan, komunikasi dan informatika, energi dan sumber daya mineral serta pariwisata.

c. Bidang pembinaan kemasyarakatan desa terdiri dari ketentraman, keterlibatan, perlindungan masyarakat, kebudayaan, keagamaan, kepemudaan dan olah raga serta kelembagaan masyarakat.

d. Bidang pemberdayaan masyarakat desa yang terdiri dari kelautan dan perikanan, pertanian dan peternakan, peningkatan kapasitas aparatur desa, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga, koperasi, usaha mikro kecil dan menengah, dukungan penanaman modal dan perdagangan dan perindustrian.

e. Bidang penanggulangan bencana, keadaan darurat dan mendesak desa.

F. Tahapan Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan keuangan desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban.

1. Tahap perencanaan

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, Perencanaan pengelolaan keuangan desa merupakan perencanaan, penerimaan dan pengeluaran pemerintahan desa pada tahun anggaran berkenaan yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang desa, tahap perencanaan keuangan desa merupakan proses pemikiran dan penentuan secara matang untuk mencapai suatu tujuan dalam pengelolaan keuangan desa dalam hal kegiatan pembangunan maupun pemberdayaan masyarakat.

Selanjutnya, Surjaweni (2015) menyatakan bahwa pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten dan Kota. Rencana pembangunan desa disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Di sisi lain, Kusuma dan Riharjo (2019) menyatakan mekanisme tahap perencanaan penggunaan ADD diawali dengan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (musrenbangdes). Pembahasan perencanaan ini melibatkan BPD, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), dan tokoh masyarakat lainnya yang bertujuan untuk memberikan ide/pemikiran, dalam menentukan pembangunan yang akan dilakukan dalam 1 (satu) tahun kedepan. Selanjutnya, berdasarkan hasil tersebut kepala desa menyusun rancangan peraturan desa tantang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan

dibahas bersama dengan BPD. RPJMDes dijadikan sebagai dasar dalam menyusun peraturan kepala desa tentang rencana kerja pemerintah desa tahunan untuk dijadikan dasar dalam menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDes dan pengalokasian ADD.

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 tahap perencanaan dimulai dari sekretaris desa mengoordinasikan untuk penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) berdasarkan Rencana Anggaran Kas Desa (RAK Desa) tahun berkenaan dan pedoman APBDes yang diatur dengan peraturan Bupati/Wali Kota setiap tahun yang memuat tentang:

a. Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dengan kewenangan desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa).

b. Prinsip penyusunan APBDes.

c. Kebijakan penyusunan APBDes.

d. Teknis penyusunan APBDes, dan e. Hal khusus lainnya.

Permendagri No. 20 Tahun 2018, Menyatakan sekretaris desa menyampaikan rencana peraturan desa tentang APBDes kepada kepala desa. Rencana peraturan desa tentang APBDes disampaikan kepala desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama dalam musyawarah. Rencana peraturan desa tentang APBDes disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan. Peraturan tersebut

disampaikan kepala desa kepada Bupati/Wali Kota melalui camat paling lambat 3 hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Hasil evaluasi dituangkan dalam keputusan Bupati/Wali Kota dan disampaikan kepada kepala desa paling lambat 20 hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, pelaksanaan pengelolaan keuangan desa merupakan penerimaan dan pengeluaran desa yang dilaksanakan melalui rekening kas desa pada bank yang ditunjuk Bupati/Wali Kota. Pelaksanaan keuangan desa adalah proses dimana peraturan desa tentang APBDes yang telah ditetapkan sebelumnya dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa dalam pelayanan, pembangunan, maupun pemberdayaan (Rahum, 2015).

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Rekening kas desa dibuat oleh pemerintah desa dengan spesimen tanda tangan kepala desa dan kaur keuangan. Untuk mendukung keterbukaan penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat, maka setiap pelaksanaan kegiatan fisik wajib dilengkapi dengan bukti yang lengkap dan sah (Kusuma dan Riharjo 2019)

3. Penatausahaan

Dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan bendahara desa sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh kepala desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayar dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDes (Hamzah, 2015).

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, penatausahaan keuangan dilakukan oleh kaur keuangan sebagai pelaksanaan fungsi kebendaharaan. Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum, buku kas umum ditutup setiap akhir bulan. Dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014 laporan pertanggungjawaban yang wajib dibuat oleh bendahara desa antara lain:

a. Buku kas umum

Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik secara tunai maupun secara kredit, digunakan juga untuk mencatat mutasi perbankan atau kesalahan dalam pembukuan.

b. Buku kas pembantu pajak

Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pajak.

c. Buku bank

Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan uang bank.

4. Pelaporan

Permendagri No. 20 Tahun 2018, menyatakan kepala desa menyampaikan laporan pelaksanaan APBDes semester pertama kepada Bupati/Wali Kota melalui camat. Laporan tersebut terdiri dari:

a. Laporan pelaksanaan APBDes dan b. Laporan realisasi kegiatan.

Kepala desa dalam menyususn laporan menggabungkan seluruh laporan paling lambat dilaporkan minggu ke dua bulan Juli tahun berjalan. Bupati/Wali Kota menyampaikan laporan konsolidasi pelaksanaan APBDes kepada menteri melalui direktur jendral bina pemerintah paling lambat minggu kedua bulan Agustus tahun berjalan.

5. Pertanggungjawaban

Menurut Permendagri No. 20 tahun 2018, Laporan pertanggungjawaban disampaikan kepala desa sebagai bentuk pertanggungjawaban realisasi APBDes kepada Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban disampaikan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun anggaran yang telah ditetapkan, yang disertai dengan

a. Laporan keuangan, yang terdiri dari:

1) Laporan realisasi APBDes 2) Catatan atas laporan keuangan b. Laporan realisasi kegiatan

c. Daftar program sektoral, program daerah, dan program lainnya yang masuk ke desa.

Laporan tersebut harus diinformasikan kepada masyarakat melalui media informasi. Informasi tersebut memuat laporan realisasi APBDes, laporan realisasi kegiatan, kegiatan yang belum selesai dan/atau tidak terlaksana, sisa anggaran dan alamat pengaduan.

G. Asas KeuanganDesa

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan desa menyebutkan bahwa keuangan desa dikelola berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran.

Dengan adanya asas-asas tersebut, maka pemerintahan desa dalam mengelola keuangan desa diharapkan dapat bertanggungjawab dengan laporan keuangannya. Dengan adanya asas pengelolaan keuangan desa diharapakan dapat menciptakan tata kelola desa yang baik, sehingga tidak memunculkan kecurigaan dan bahkan menimbulkan potensi kecurangan dalam pelaksanaanya (Alfaruqi dan Kristianti: 2017).

1. Transparan

Transparan artinya dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah mengungkapkan hal-hal yang sifatnya material secara berkala kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk itu, dalam hal ini yaitu

kepada masyarakat luas (Anwar dan Jatmiko, 2012). Transparan atau dengan kata lain keterbukaan menurut Nordiawan (2006) adalah memberikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan.

Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, dan pelaksanaan, serta hasil-hasil yang dicapai. Mardiasmo (2002: 105) transparansi atau keterbukaan memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat banyak. Transparansi merupakan prinsip yang harus ada dan meliputi keseluruhan bagian pengelolaan keuangan baik dari proses perencanaan dan pelaksanaannya.

Selanjutnya, menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2008, transparansi yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Transparansi merupakan asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat guna untuk menyelenggarakan pemerintahan

desa yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif serta memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kusuma dan Riharjo (2019) mengungkapkan bahwa transparansi atau keterbukaan di dalam organisasi sektor publik khususnya pada pemerintahan desa menjadi penting karena merupakan upaya pemerintah desa untuk bersifat terbuka kepada masyarakat mengenai informasi yang ada di dalam pemerintahan itu sendiri dalam pengelolaan keuangan desa, masyarakat memiliki hak penuh untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa.

Undang-undang No. 14 Tahun 2008 menjelaskan bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik yang merupakan salah satu ciri penting negara demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Pemerintah daerah selaku pengelolaan dana publik harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, tepat waktu, relevan, dan tentunya dapat dipercaya. Oleh karena itu, pemerintah daerah dituntut untuk memiliki sistem informasi akuntansi yang handal. Transparansi berarti pemerintah desa terbuka dalam mengelola keuangan desa karena keuangan itu adalah sesuatu yang bersifat publik yang harus diketahui oleh masyarakat. Indikator transparansi menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 dalam Muttiarni dkk (2020) yaitu

a. Kepala desa menyampaikan informasi mengenai APBDes kepada masyarakat melalui media informasi.

b. Informasi memuat APBDes, pelaksanaan kegiatan anggaran, alamat pengaduan.

2. Akuntabel

Menurut Widodo (2015) akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu, akuntabilitas menurut Nordiawan (2008) adalah upaya untuk mempertanggungjawabkan mengenai pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik yang telah dipercayakan kepada entitas pelaporan. Di sisi lain, akuntabilitas atau pertanggungjawaban menurut Sabeni dan Ghozali (2001) adalah suatu bentuk keharusan seseorang (pimpinan/ pejabat/ pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan tertulis yang informatif dan transparan.

Selanjutnya, menurut Mardiasmo (2002) akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada

BPD dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tetapi juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut. Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktifitasnya dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab kepada pihak yang memberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Asas akuntabilitas menentukan setiap kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan pemerintah desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tuntutan akuntabilitas publik mewajibkan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pertanggungjawaban horizontal, dalam hal ini terhadap masyarakat bukan hanya pertanggungjawaban vertikal, dalam hal ini terhadap aturan yang berlaku baik pada tingkat pusat maupun daerah.

Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Indikator akuntabilitas menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 dalam Muttiarni dkk (2020) yaitu a. Tahap perencanaan