• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Program Studi Akuntansi. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Program Studi Akuntansi. Oleh :"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENERAPAN ASAS TRANSPARAN, AKUNTABEL, PARTISIPATIF, SERTA TERTIB DAN DISIPLIN ANGGARAN DALAM

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Studi kasus di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Eufrasia T. S. Usfinit NIM: 172114086

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

i

EVALUASI PENERAPAN ASAS TRANSPARAN, AKUNTABEL, PARTISIPATIF, SERTA TERTIB DAN DISIPLIN ANGGARAN DALAM

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Studi kasus di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Eufrasia T. S. Usfinit NIM: 172114086

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

LEMBARAN PERSEMBAHAN

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”

-Filipi 4:13

Karya ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus Bapak Paulus Yoseph Seran Mama Maria Yasintha Nurhayati Bapak dan Ibu Dosen, Guru berserta teman-teman dan semua orang yang telah berjasa dalam perjalanan hidup saya

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

“EVALUASI PENERAPAN ASAS TRANSPARAN, AKUNTABEL,

PARTISIPATIF, SERTA TERTIB DAN DISIPLIN ANGGARAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA” Studi kasus di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka

dan diajukan untuk diuji pada tanggal 26 Juli 2021 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Yang membuat pernyataan

Eufrasia T. S. Usfinit

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAANPERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Eufrasia T. S. Usfinit NIM : 172114086

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “EVALUASI PENERAPAN ASAS TRANSPARAN, AKUNTABEL, PARTISIPATIF, SERTA TERTIB DAN DISIPLIN ANGGARAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA” Studi kasus di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka

Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 30 Juli 2021

Eufrasia T. S. Usfinit

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat belajar dan berkembang di Universitas Sanata Dharma.

2. Tiberius Handoko Eko Prabowo, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Firma Sulistiyowati, M.Si., AK., QIA., CA., selaku ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Aurelia Melinda Nisita W., SE., M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah sepenuh hati membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Dr. FA. Joko Siswanto, MM., Akt., QIA, CA., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama empat tahun menjalani study di Universitas Sanata Dharma.

(9)

viii

6. Bapak Primus Yosef Nahak, SP selaku Kepala Desa Fahiluka, Bapak Yosef Seran Bria selaku Bendahara Desa Fahiluka beserta aparatur Desa Fahiluka lainnya yang telah menerima, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran hingga penelitian ini dapat terselesaikan.

7. Bapa, Mama, Adik, Nenek, serta keluarga besar atas semua doa dan harapan yang diberikan agar terselesainya skripsi ini.

8. Teman-teman kontrakan Mamimo Sintikhe, Betty, Monik, Tio yang selama empat tahun ini selalu ada dan selalu menemani dalam menyelesaikan study di Sanata Dharma.

9. Teman-teman seperjuangan Bagas, Elio, Tricia, Eka, Naya, Intan, Lia, Ivana, Vany, Venta, teman-teman Kelas B, dan teman-teman Akuntansi angkatan 2017.

10. Saudara kerabat Ross, Kittu, k Olin, El.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Yogyakarta, 30 Juli 2021

Eufrasia T. S. Usfinit

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Otonomi ... 8

B. Desa dan Pemerintah Desa ... 8

C. Dana Desa ... 13

D. Alokasi Dana Desa ... 14

E. Keuangan Desa ... 15

F. Tahapan Pengelolaan Keuangan Desa ... 17

G. Asas Keuangan Desa ... 23

H. Penelitian Terdahulu ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

(11)

x

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 35

D. Data Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 39

G. Kerangka Pemikiran ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA ... 43

A. Deskripsi tempat penelitian ... 43

B. Keadaan Ekonomi Penduduk Desa Fahiluka ... 46

C. Pendapatan Desa Fahiluka ... 48

D. Deskripsi Pemerintahan Desa Fahiluka ... 48

E. Deskripsi Tugas dan Wewenang Aparatur Pemerintah Desa ... 51

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Deskripsi Data ... 55

B. Analisis Penerapan ... 59

1. Penerapan asas transparan ... 59

2. Penerapan asas akuntabel ... 68

3. Penerapan asas partisipatif ... 77

4. Penerapan asas Tertib dan disiplin anggaran ... 84

C. Pembahasan Penerapan ... 91

1. Penerapan asas transparan ... 91

2. Penerapan asas akuntabel ... 92

3. Penerapan asas partisipatif ... 93

4. Penerapan asas tertib dan disiplin anggaran ... 94

BAB VI PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Keterbatasan ... 97

C. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN ... 101

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pekerjaan Masyarakat Desa Fahiluka Tahun 2020 ... 44

Tabel 2. Data Penduduk Desa Fahiluka Berdasarkan Agama ... 44

Tabel 3. Data Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 45

Tabel 4. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 45

Tabel 5. Sarana dan Prasarana Tempat Ibadah ... 46

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 46

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Umum ... 46

Tabel 8. Pemilikan Lahan Pertanian ... 47

Tabel 9. Luas Tanaman Pangan Menurut Komoditas ... 47

Tabel 10. Pemilikan Lahan Perkebunan ... 47

Tabel 11. Jenis Populasi Ternak... 47

Tabel 12. Pendapatan Desa Fahiluka Tahun 2019 ... 48

Tabel 13. Pendapatan Desa Fahiluka Tahun 2020 ... 48

Tabel 14. Pendapatan Desa Fahiluka Tahun 2021 ... 48

Tabel 15. Perbandingan Hasil Temuan di Desa Fahiluka dengan Indikator Transparan ... 67

Tabel 16. Perbandingan Hasil Temuan di Desa Fahiluka dengan Indikator Akuntabel ... 74

Tabel 17. Perbandingan Hasil Temuan di Desa Fahiluka dengan Indikator Partisipatif ... 83

Tabel 18. Perbandingan Hasil Temuan di Desa Fahiluka dengan Indikator Tertib dan Disiplin Anggaran ... 90

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa ... 9 Gambar 2. Kerangka Pemikiran ... 42 Gambar 3. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Fahiluka ... 50

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin penelitian ... 102

Lampiran 2. Informasi APBDes Desa Fahiluka Tahun 2020 ... 103

Lampiran 3. Notulen Rapat ... 104

Lampiran 4. Daftar hadir musyawarah desa ... 105

Lampiran 5. Foto kegiatan musrembangdes ... 106

Lampiran 6. Foto kegiatan program pembuatan sumur desa ... 108

Lampiran 7. Foto penerimaan BLT ... 109

Lampiran 8. Daftar pertanyaan wawancara ... 110

(15)

xiv ABSTRAK

EVALUASI PENERAPAN ASAS TRANSPARAN, AKUNTABEL, PARTISIPATIF, SERTA TERTIB DAN DISIPLIN ANGGARAN DALAM

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Studi kasus di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka

Eufrasia T. S. Usfinit NIM: 172114086 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2021

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran dalam pengelolaan keuangan desa di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknis analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil temuan pada asas transparan, akuntabel, partisipatif serta tertib dan disiplin anggaran di Desa Fahiluka akan dibandingkan dengan indikator berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran dalam pengelolaan keuangan desa di Desa Fahiluka telah sesuai dengan indikator menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kendala yaitu bencana alam, perubahan cuaca, serta perubahan APBDes yang mengakibatkan terlambatnya penyampaian laporan realisasi APBDes, namun pemerintah desa di Desa Fahiluka telah menyampaikan laporan sesuai batas waktu yang di tetapkan.

Kata kunci: transparan, akuntabel, partisipatif, tertib dan disiplin anggaran, pengelolaan keuangan desa

(16)

xv ABSTRACT

EVALUASTION OF THE APPLICATION PRINCIPLE OF TRANSPARENT, ACCOUNTABLE, PARTICIPATIVE, ORDER AND

DISCIPLINE BUDGETING PRINCIPLES IN VILLAGE FINANCIAL MANAGEMENT

A Case Study at Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka

Eufrasia T. S. Usfinit Student Number: 172114086

Sanata Dharma University Yogyakarta

2021

The research aimed to find out the applications principles of transparent, accountable, participative, order and discipline budgeting in vallage financial management.

This type of research is qualitative. The data collection techniques used are observation, interviews, and documentation. The data analysis technique used is data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The findings on the principles of transparent, accountable, participatory, orderly and budgetary discipline in Desa Fahiluka will be compared with indicators based on Permendagri No. 20 of 2018.

The result of his study indicates that the application principles of transparent, accountable, participatory, orderly and budgetary discipline in village financial management in Desa Fahiluka is in accordance with the indicators according to Permendagri No. 20 of 2018. Although there are still serveral obstacles, namely natural disasters, weather, and changes in the APBDes which resulted in the delay in submitting the APBDes realization report, the village geovernment in Desa Fahiluka has submitted the report according to the stipulated time limit.

Keywords: Transparent, accountable, participatory, orderly and budgetary discipline, village financial management

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sistem pemerintahan di Indonesia saat ini adalah desentralisasi.

Sistem desentralisasi ini memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Istilah desentralisasi sering digunakan dalam lingkup keorganisasian, sistem desentralisasi merupakan suatu rangkaian yang memiliki kesatuan sistem yang besar.

Desentralisasi berhubungan dengan otonomi daerah dimana pemerintahan daerah telah dipercaya dan diberikan wewenang untuk dapat menyusun, mengatur dan mengurus daerahnya secara mandiri. Dengan demikian, definisi desentralisasi menurut undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang telah diatur mengenai pelaksanaan sistem desentralisasi, dimana penyerahan urusan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi, pemerintah pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan, proses, mekanisme dan perencanaan yang menjamin pembangunan di tingkat daerah.

Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan pembangunan di Indonesia, harus dibangun dari tingkat pemerintahan yang paling kecil, dalam hal ini adalah pemerintahan desa (Manado News, 2020). Dengan dimulainya pembangunan pada tingkat pemerintah yang paling bawah bertujuan untuk memeratakan pembangunan

(18)

di Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan dengan didukungnya infrastruktur- infrastruktur desa. Pembangunan desa didasarkan pada kinerja instansi pemerintah yang terdiri dari pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (Ruru dkk, 2017).

Dengan meningkatkan kinerja pemerintah serta melibatkan peran masyarakat diharapkan dapat mewujudkan tercapainya tujuan bersama dalam membangun desa. Menurut PP No. 6 Tahun 2014 tentang keuangan desa pemerintah desa diberikan kewenangan untuk melaksanakan tugas desa secara mandiri melalui konsep pemberian otonomi desa, sehingga desa memiliki hak untuk mendapatkan pembiayaan dari pemerintah pusat untuk dapat melaksanakan kewenangan yang telah diberikan guna meningkatkan pembangunan di tingkat desa, kewajiban yang dilaksanakan oleh pemerintah desa digunakan untuk mengatur dan mengelola keuangan desa sesuai dengan prinsip otonomi daerahnya.

Dalam upaya peningkatan pembangunan di desa, pemerintah pusat memberikan dana khusus untuk dialokasikan dalam pembangunan desa.

Dana tersebut digunakan oleh pemerintah desa yakni kepala desa serta jajarannya untuk mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap desa, tujuannya adalah selain meningkatkan pembangunan desa juga membantu desa untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Sehingga pengertian ADD menurut Arifiyanto (2014) adalah

(19)

satu pendapatan desa yang penggunaannya terintegrasi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Pemberian ADD sebagai perangsang untuk menciptakan program pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi masyarakat, gotong royong dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat (Rosalinda, 2014). Dengan adanya program ADD dapat membantu desa dalam meningkatkan pembangunan dan pemerintah desa. ADD merupakan salah satu bagian dari pengelolaan keuangan desa.

Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan serta pertanggungjawaban. Tahapan pengelolaan keuangan desa dikelola berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran yang sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2018. Hal ini menjadi penting karena merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah desa kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah serta kepada masyarakat dalam rangka mencegah penyalahgunaan pengelolaan keuangan desa.

Di Indonesia sendiri terdapat kasus penyalahgunaan pengelolaan dana keuangan desa seperti yang dikutip dari CNN Indonesia (2019) dari catatan Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menunjukkan bahwa kasus korupsi dana desa kian meningkat dari tahun ke tahun, dalam tahun 2015 sampai 2018 mencapai 252 kasus dimana pada tahun 2015 terdapat 22 kasus, tahun 2016 meningkat menjadi 48 kasus, pada tahun 2017 dan 2018

(20)

meningkat menjadi 98 dan 96 kasus. Seiring dengan peningkatan tersebut, ICW mencatat jumlah kepala desa yang terjerat kasus korupsi yaitu sebanyak 214 kepala desa selama periode tersebut. Kasus korupsi dana desa ini meliputi penyalahgunaan anggaran, laporan fiktif, penggelapan, penggelembungan anggaran, dan suap. Dari kasus korupsi tersebut mengakibatkan kerugian negara mencapai Rp. 107,7 Miliar.

Dikutip dari Wana dalam Kompas.com (2020) pemerintah perlu melakukan upaya pendampingan kepada kepala desa dan apatur desa agar dapat mengelola anggaran desa dan memperkuat warga desa untuk ikut mengawasi serta mendorong keterbukaan pelaporan keuangan desa. Untuk mencegah penyalahgunaan pengelolaan keuangan desa Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia membuat peraturan No. 20 pasal 2 Tahun 2018 dimana isi peraturan tersebut menyatakan bahwa keuangan desa dikelola berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan tertib dan disiplin anggaran. Tujuan dari penerapan peraturan ini agar setiap aparatur desa memiliki landasan dalam mengelola keuangan desa, hal serupa ditemukan dalam peraturan Bupati Malaka Tengah No. 9 Tahun 2020 tentang tata cara pembagian dan penetapan rincian dana desa setiap desa di Kabupaten Malaka.

Desa Fahiluka terletak di Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten Malaka. Di Kabupaten Malaka sendiri memiliki 127 desa dan salah satunya adalah Desa Fahiluka yang merupakan sebuah desa berkembang. Banyak potensi yang ada di Desa Fahiluka yaitu salah satunya Desa Fahiluka

(21)

memiliki akses masuk untuk menuju ke desa-desa lain yang berada di wilayah Aintasi, selain itu Desa Fahiluka memiliki tempat wisata yang menarik salah satunya adalah wisata pantai Motadikin yang selalu banyak pengunjung dari berbagai daerah. Hal tersebut menjadi suatu kelebihan dari Desa Fahiluka dibandingkan desa-desa lain yang berada di wilayah Aintasi.

Selain letaknya yang strategis, Desa Fahiluka memiliki beragam potensi yang dapat di gali, salah satunya adalah tenun ikat yang sudah menjadi salah satu ciri khas bagi masyarakat di Desa Fahiluka, selain itu terdapat usaha peternakan sapi, peternakan ayam dan lain sebagainya. Di sisi lain, kekayaan alam yang dimiliki Desa Fahiluka sangat melimpah karena memiliki ketersediaan lahan yang memadai seperti perkebunan, persawahan serta tambak yang dapat berkembang di daerah tersebut.

Selama tiga tahun terakhir ini Desa Fahiluka memperoleh dana desa sebesar 2.648.874.000. Berikut adalah rincian penerimaan dana desa yang diterima oleh Desa Fahiluka pada tahun 2019 jumlah penerimaan dana desa sebesar Rp. 868.787.000 tahun 2020 sebesar Rp. 881.741.000 dan pada tahun 2021 senilai Rp. 898.346.000. Jumlah tersebut diprediksi akan mengalami peningkatan jumlah pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah desa untuk dapat mengatur, mengurus dan mengelola keuangannya sendiri sesuai dengan kewenangan yang telah diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (desentralisasi).

Untuk itu dana desa tersebut sebaiknya dikelola dengan penuh tanggungjawab oleh pemerintah desa yang berlandaskan pada asas

(22)

transparan, akuntabel, partisipatif serta tertib dan disiplin anggaran agar terciptanya pengelolaan keuangan desa yang baik sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 20. Tahun 2018 dan Peraturan Bupati Malaka Tengah No. 9 Tahun 2020.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Desa Fahiluka terkait dengan pengelolaan keuangan desa berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran yang diterapkan pada tahapan pengelolaan keuangan desa sehingga diharapkan dapat terciptanya tata kelola keuangan yang baik di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka. Hasil akhir yang diharapkan adalah pembangunan yang dapat dirasakan masyarakat pada berbagai aspek. Pembangunan fasilitas berupa pembangunan rumah, jalan dan lain sebagainya yang dapat dinikmati oleh masyarakat desa dan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

B. Rumusan Masalah

Apakah penerapan asas transparan, akuntabel, partisipatif serta tertib dan disiplin anggaran dalam pengelolaan keuangan desa di Desa Fahiluka sudah sesuai dengan Permendagri No. 20 Tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kesesuaian penerapan asas transparan, akuntabel, partisipatif serta tertib dan disiplin anggaran dalam pengelolaan keuangan desa di Desa Fahiluka berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

(23)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Pemerintahan Desa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah bahan evaluasi bagi aparatur pemerintah desa di Desa Fahiluka mengenai pengelolaan keuangan desa berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai pengelolaan keuangan desa berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Untuk menambah referensi penelitian dari Universitas Sanata Dharma khususnya mengenai pengelolaan keuangan desa serta dijadikan referensi bagi penelitian yang akan datang.

(24)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. OtonomiDaerah dan Desentralisasi

Otonomi daerah diatur dalam undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang prinsip pelaksanaan otonomi daerah yang mengungkapkan pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintah yang telah ditetapkan dalam undang-undang.

Selanjutnya menurut Widjaja (2005) otonomi daerah merupakan salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan yang pada dasarnya untuk memenuhi kepentingan bangsa dan negara secara menyeluruh dalam upaya yang lebih baik dalam mendekatkan berbagai tujuan penyelenggaraan pemerintah agar terwujudnya cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.

B. Desa danPemerintahan Desa

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian desa secara umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal yang terdapat dimana pun dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal maupun bagi pemenuhan kebutuhan, dan terutama yang bergantung pada sektor pertanian (Indrizal, 2006).

(25)

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat yang memiliki peran strategis untuk mengatur masyarakat yang ada di pedesaan demi mewujudkan pembangunan. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa atau yang disebut dengan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa (Sujarweni, 2015).

Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sumber: Zainudin, 2016

1. Kepala desa

Kepala desa adalah pemerintah desa atau disebut dengan nama lain yang dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa

Kepala Desa

Kaur.

Perencanaan Kaur. Tata usaha

dan umum Kaur.

Keuangan Sekretaris

Kasi.

Pelayanan

Kasi.

Pemerintah

Kasi. Kesra

(26)

(UU RI No. 6 Tahun 2014). Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Dalam melaksanakan tugasnya. Kepala desa memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pemerintahan desa, seperti tata praja pemerintah, penetapan peraturan di desa, pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat, administrasi kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah.

b. Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana pedesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, dan kesehatan.

c. Pembinaan masyarakat, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan dan ketenagakerjaan.

d. Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda olahraga, dan karang taruna.

e. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga lainnya.

2. Sekretaris desa

(27)

Sekretaris desa merupakan perangkat desa yang bertugas membantu kepala desa untuk mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan administrasi desa, mempersiapkan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintah desa. Fungsi sekretaris desa ialah:

a. Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk kelancaran tugas kepala desa.

b. Membantu dalam persiapan penyusunan peraturan desa.

c. Mempersiapkan bahan untuk laporan penyelenggaraan pemerintah desa.

d. Melakukan koordinasi untuk menyelenggarakan rapat rutin.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepada kepala desa.

3. Kaur tata usaha dan umum

Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa, menginventarisasi data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.

4. Kaur keuangan

Membantu melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa, pengelolaan administrasi keuangan desa dan mempersiapkan bahan penyusunan APBDes, serta laporan keuangan yang dibutuhkan desa.

Kaur keuangan memiliki fungsi seperti pengurusan administrasi keuangan seperti pengurusan administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan administrasi

(28)

penghasilan kepala desa, perangkat desa, BPD dan lembaga pemerintahan desa lainnya.

5. Kaur perencanaan

Memiliki fungsi mengoordinasikan urusan-urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa, menginventarisasi data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.

6. Kasi pemerintah

Mempunyai fungsi untuk melaksanakan manajemen tata praja pemerintah, menyusun rancangan regulasi desa, pembinaan masalah pertanahan, pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat, kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah, serta pendataan dan pengelolaan profil desa.

7. Kasi kesejahteraan

Mempunyai fungsi melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana perdesaan, pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna.

8. Kasi pelayanan

Memiliki fungsi pelaksanaan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, meningkatkan upaya

(29)

partisipasi masyarakat, pelestarian nilai sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan.

9. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan permusyawaratan desa adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis (UU RI No. 6 Tahun 2014). Fungsi BPD yang berkaitan dengan kepala desa yaitu

a. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa.

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.

c. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

C. Dana Desa

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 49 Tahun 2016 tentang tata cara pengelolaan, penyaluran, penggunaan, pemantauan, dan evaluasi dana desa, dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Pengelolaan dana desa menurut Thomas (2013) adalah saatu proses atau suatu rangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh serangkaian kelompok

(30)

orang di dalamnya terdapat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dengan memanfaatkan potensi yang ada dalam mencapai tujuan tertentu.

D. Alokasi DanaDesa (ADD)

Menurut undang-undang No. 6 Tahun 2014 Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian dari perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh persen) dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus. Sementara itu, Simanjuntak dan Hidayanto (2002:158) mengungkapkan bahwa perumusan alokasi dana bantuan harus bersifat kecukupan, fleksibel, dan stabil. Kecukupan yang diartikan bahwa alokasi dana menutupi kebutuhan dana pemerintah daerah.

Fleksibel yang diartikan dana yang dialokasikan harus disesuaikan dengan kemampuan pemerintah pusat sedangkan stabilitas diartikan bahwa adanya kepastian untuk mendapatkan alokasi dana bagi pemerintah daerah.

Sedangkan ADD menurut Darmiasih (dalam Ruru dkk, 2017) merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pengalokasian yang diberikan khusus kepada desa dari pemerintah melalui pemerintah daerah (Kabupaten) dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar desa, mempercepat pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat. Penggunaan ADD ditetapkan sebesar 70% untuk dialokasikan dalam belanja pemberdayaan masyarakat dan 30%

adalah dana yang akan digunakan untuk membiayai belanja apatur dan operasional desa.

(31)

E. Keuangan Desa

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Pendapatan desa meliputi semua penerimaan desa selama satu tahun anggaran yang menjadi hak desa dan tidak perlu dikembalikan oleh desa. Selanjutnya rincian pendapatan dan belanja desa menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, sebagai berikut:

1. Pendapatan desa dibagi dalam beberapa kelompok yaitu pendapatan asli desa, transfer dan pendapatan lain.

a. Kelompok pendapatan asli desa

Dalam kelompok pendapatan asli desa terdiri dari yang pertama hasil usaha antara lain hasil BUM desa. Kedua merupakan hasil aset yang meliputi tanah, kas desa, tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, jaringan irigasi, dan hasil aset lainnya sesuai dengan kewenangan berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa. Ketiga adalah swadaya, partisipasi dan gotong royong dimana penerimaan yang berasal dari sumbangan masyarakat desa. Keempat pendapatan asli desa antara lain merupakan hasil pungutan desa.

b. Kelompok transfer

Kelompok transfer terdiri dari dana desa, bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten atau kota, alokasi dana

(32)

desa, bantuan keuangan dari anggaran pendapatan belanja daerah provinsi dan bantuan keuangan dari anggaran pendapatan belanja daerah Kabupaten/Kota.

c. Kelompok pendapatan lain

Kelompok pendapatan lain yang terdiri atas penerimaan hasil kerja sama desa, penerimaan dari bantuan perusahaan yang berlokasi di desa, penerimaan dari hibah dan sumbangan dari pihak ketiga, koreksi kesalahan belanja tahun anggaran sebelumnya yang mengakibatkan penerimaan di kas desa pada tahun anggaran berjalan, bunga bank dan pendapatan lain desa yang sah.

2. Belanja desa yaitu semua pengeluaran yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Klasifikasi belanja desa Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 terdiri dari: penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat desa dan penanggulangan bencana, keadaan darurat dan mendesak desa

a. Bidang penyelenggaraan pemerintah desa terdiri penyelenggaraan belanja penghasilan tetap, tunjangan dan operasional pemerintah desa, sarana dan prasarana pemerintahan desa, administrasi kependudukan, pencatatan sipil, statistik, dan

(33)

kearsipan, tata praja pemerintah, perencanaan, keuangan, pelaporan dan pertahanan.

b. Bidang pelaksanaan pembangunan desa terdiri dari pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, penataan ruangan, kawasan pemukiman, kehutanan dan lingkungan hidup, perhubungan, komunikasi dan informatika, energi dan sumber daya mineral serta pariwisata.

c. Bidang pembinaan kemasyarakatan desa terdiri dari ketentraman, keterlibatan, perlindungan masyarakat, kebudayaan, keagamaan, kepemudaan dan olah raga serta kelembagaan masyarakat.

d. Bidang pemberdayaan masyarakat desa yang terdiri dari kelautan dan perikanan, pertanian dan peternakan, peningkatan kapasitas aparatur desa, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga, koperasi, usaha mikro kecil dan menengah, dukungan penanaman modal dan perdagangan dan perindustrian.

e. Bidang penanggulangan bencana, keadaan darurat dan mendesak desa.

F. Tahapan Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan keuangan desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban.

1. Tahap perencanaan

(34)

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, Perencanaan pengelolaan keuangan desa merupakan perencanaan, penerimaan dan pengeluaran pemerintahan desa pada tahun anggaran berkenaan yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang desa, tahap perencanaan keuangan desa merupakan proses pemikiran dan penentuan secara matang untuk mencapai suatu tujuan dalam pengelolaan keuangan desa dalam hal kegiatan pembangunan maupun pemberdayaan masyarakat.

Selanjutnya, Surjaweni (2015) menyatakan bahwa pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten dan Kota. Rencana pembangunan desa disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Di sisi lain, Kusuma dan Riharjo (2019) menyatakan mekanisme tahap perencanaan penggunaan ADD diawali dengan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (musrenbangdes). Pembahasan perencanaan ini melibatkan BPD, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), dan tokoh masyarakat lainnya yang bertujuan untuk memberikan ide/pemikiran, dalam menentukan pembangunan yang akan dilakukan dalam 1 (satu) tahun kedepan. Selanjutnya, berdasarkan hasil tersebut kepala desa menyusun rancangan peraturan desa tantang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan

(35)

dibahas bersama dengan BPD. RPJMDes dijadikan sebagai dasar dalam menyusun peraturan kepala desa tentang rencana kerja pemerintah desa tahunan untuk dijadikan dasar dalam menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDes dan pengalokasian ADD.

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 tahap perencanaan dimulai dari sekretaris desa mengoordinasikan untuk penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) berdasarkan Rencana Anggaran Kas Desa (RAK Desa) tahun berkenaan dan pedoman APBDes yang diatur dengan peraturan Bupati/Wali Kota setiap tahun yang memuat tentang:

a. Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dengan kewenangan desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa).

b. Prinsip penyusunan APBDes.

c. Kebijakan penyusunan APBDes.

d. Teknis penyusunan APBDes, dan e. Hal khusus lainnya.

Permendagri No. 20 Tahun 2018, Menyatakan sekretaris desa menyampaikan rencana peraturan desa tentang APBDes kepada kepala desa. Rencana peraturan desa tentang APBDes disampaikan kepala desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama dalam musyawarah. Rencana peraturan desa tentang APBDes disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan. Peraturan tersebut

(36)

disampaikan kepala desa kepada Bupati/Wali Kota melalui camat paling lambat 3 hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Hasil evaluasi dituangkan dalam keputusan Bupati/Wali Kota dan disampaikan kepada kepala desa paling lambat 20 hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, pelaksanaan pengelolaan keuangan desa merupakan penerimaan dan pengeluaran desa yang dilaksanakan melalui rekening kas desa pada bank yang ditunjuk Bupati/Wali Kota. Pelaksanaan keuangan desa adalah proses dimana peraturan desa tentang APBDes yang telah ditetapkan sebelumnya dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa dalam pelayanan, pembangunan, maupun pemberdayaan (Rahum, 2015).

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Rekening kas desa dibuat oleh pemerintah desa dengan spesimen tanda tangan kepala desa dan kaur keuangan. Untuk mendukung keterbukaan penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat, maka setiap pelaksanaan kegiatan fisik wajib dilengkapi dengan bukti yang lengkap dan sah (Kusuma dan Riharjo 2019)

3. Penatausahaan

(37)

Dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan bendahara desa sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh kepala desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayar dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDes (Hamzah, 2015).

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018, penatausahaan keuangan dilakukan oleh kaur keuangan sebagai pelaksanaan fungsi kebendaharaan. Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum, buku kas umum ditutup setiap akhir bulan. Dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014 laporan pertanggungjawaban yang wajib dibuat oleh bendahara desa antara lain:

a. Buku kas umum

Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik secara tunai maupun secara kredit, digunakan juga untuk mencatat mutasi perbankan atau kesalahan dalam pembukuan.

b. Buku kas pembantu pajak

Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pajak.

(38)

c. Buku bank

Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan uang bank.

4. Pelaporan

Permendagri No. 20 Tahun 2018, menyatakan kepala desa menyampaikan laporan pelaksanaan APBDes semester pertama kepada Bupati/Wali Kota melalui camat. Laporan tersebut terdiri dari:

a. Laporan pelaksanaan APBDes dan b. Laporan realisasi kegiatan.

Kepala desa dalam menyususn laporan menggabungkan seluruh laporan paling lambat dilaporkan minggu ke dua bulan Juli tahun berjalan. Bupati/Wali Kota menyampaikan laporan konsolidasi pelaksanaan APBDes kepada menteri melalui direktur jendral bina pemerintah paling lambat minggu kedua bulan Agustus tahun berjalan.

5. Pertanggungjawaban

Menurut Permendagri No. 20 tahun 2018, Laporan pertanggungjawaban disampaikan kepala desa sebagai bentuk pertanggungjawaban realisasi APBDes kepada Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban disampaikan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun anggaran yang telah ditetapkan, yang disertai dengan

a. Laporan keuangan, yang terdiri dari:

(39)

1) Laporan realisasi APBDes 2) Catatan atas laporan keuangan b. Laporan realisasi kegiatan

c. Daftar program sektoral, program daerah, dan program lainnya yang masuk ke desa.

Laporan tersebut harus diinformasikan kepada masyarakat melalui media informasi. Informasi tersebut memuat laporan realisasi APBDes, laporan realisasi kegiatan, kegiatan yang belum selesai dan/atau tidak terlaksana, sisa anggaran dan alamat pengaduan.

G. Asas KeuanganDesa

Menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan desa menyebutkan bahwa keuangan desa dikelola berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran.

Dengan adanya asas-asas tersebut, maka pemerintahan desa dalam mengelola keuangan desa diharapkan dapat bertanggungjawab dengan laporan keuangannya. Dengan adanya asas pengelolaan keuangan desa diharapakan dapat menciptakan tata kelola desa yang baik, sehingga tidak memunculkan kecurigaan dan bahkan menimbulkan potensi kecurangan dalam pelaksanaanya (Alfaruqi dan Kristianti: 2017).

1. Transparan

Transparan artinya dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah mengungkapkan hal-hal yang sifatnya material secara berkala kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk itu, dalam hal ini yaitu

(40)

kepada masyarakat luas (Anwar dan Jatmiko, 2012). Transparan atau dengan kata lain keterbukaan menurut Nordiawan (2006) adalah memberikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan.

Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, dan pelaksanaan, serta hasil-hasil yang dicapai. Mardiasmo (2002: 105) transparansi atau keterbukaan memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat banyak. Transparansi merupakan prinsip yang harus ada dan meliputi keseluruhan bagian pengelolaan keuangan baik dari proses perencanaan dan pelaksanaannya.

Selanjutnya, menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2008, transparansi yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Transparansi merupakan asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat guna untuk menyelenggarakan pemerintahan

(41)

desa yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif serta memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kusuma dan Riharjo (2019) mengungkapkan bahwa transparansi atau keterbukaan di dalam organisasi sektor publik khususnya pada pemerintahan desa menjadi penting karena merupakan upaya pemerintah desa untuk bersifat terbuka kepada masyarakat mengenai informasi yang ada di dalam pemerintahan itu sendiri dalam pengelolaan keuangan desa, masyarakat memiliki hak penuh untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa.

Undang-undang No. 14 Tahun 2008 menjelaskan bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik yang merupakan salah satu ciri penting negara demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Pemerintah daerah selaku pengelolaan dana publik harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, tepat waktu, relevan, dan tentunya dapat dipercaya. Oleh karena itu, pemerintah daerah dituntut untuk memiliki sistem informasi akuntansi yang handal. Transparansi berarti pemerintah desa terbuka dalam mengelola keuangan desa karena keuangan itu adalah sesuatu yang bersifat publik yang harus diketahui oleh masyarakat. Indikator transparansi menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 dalam Muttiarni dkk (2020) yaitu

(42)

a. Kepala desa menyampaikan informasi mengenai APBDes kepada masyarakat melalui media informasi.

b. Informasi memuat APBDes, pelaksanaan kegiatan anggaran, alamat pengaduan.

2. Akuntabel

Menurut Widodo (2015) akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu, akuntabilitas menurut Nordiawan (2008) adalah upaya untuk mempertanggungjawabkan mengenai pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik yang telah dipercayakan kepada entitas pelaporan. Di sisi lain, akuntabilitas atau pertanggungjawaban menurut Sabeni dan Ghozali (2001) adalah suatu bentuk keharusan seseorang (pimpinan/ pejabat/ pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan tertulis yang informatif dan transparan.

Selanjutnya, menurut Mardiasmo (2002) akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada

(43)

BPD dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tetapi juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut. Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktifitasnya dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab kepada pihak yang memberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Asas akuntabilitas menentukan setiap kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan pemerintah desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Tuntutan akuntabilitas publik mewajibkan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pertanggungjawaban horizontal, dalam hal ini terhadap masyarakat bukan hanya pertanggungjawaban vertikal, dalam hal ini terhadap aturan yang berlaku baik pada tingkat pusat maupun daerah.

Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Indikator akuntabilitas menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 dalam Muttiarni dkk (2020) yaitu a. Tahap perencanaan

(44)

1) Perencanaan pengelolaan keuangan desa dianggarkan dalam APBDes.

2) Penyusunan rancangan APBDes berdasarkan RKPDes tahun berkenaan.

b. Tahap pelaksanaan

1) Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

2) Kaur dan kasi pelaksana kegiatan anggaran menyusun Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA).

3) Kaur keuangan mencatat pengeluaran anggaran kedalam buku kas umum dan buku kas panjar.

c. Tahap penatausahaan

1) Penatausahaan dilakukan oleh kaur keuangan sebagai pelaksana fungsi kebendaharaan.

2) Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum.

d. Tahap pelaporan

1) Kepala desa menyampaikan laporan pelaksanaan realisasi APBDes semester pertama kepada Bupati/Walikota melalui Camat.

2) Laporan semester pertama berupa pelaporan pelaksanaan APBDes dan laporan realisasi kegiatan.

e. Tahap pertanggungjawaban

(45)

1) Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APBDes kepada Bupati/Walikota setiap tahun anggaran.

2) Laporan pertanggungjawaban terdiri atas laporan keuangan, laporan realisasi kegiatan dan daftar program sektoral, program daerah dan program lainnya yang masuk ke desa.

3. Partisipatif

Menurut Sujarweni (2015: 29) partisipasi adalah prinsip bahwa setiap warga negara desa yang bersangkutan mempunyai hak untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan pada setiap kegiatan yang diselengarakan oleh pemerintah desa dimana mereka tinggal.

Keterlibatan masyarakat dalam rangka pengambilan keputusan dapat secara langsung dan tidak langsung. Menurut United Nation Development Program (UNDP) yang dikutip oleh Mardiasmo (2004), partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan bersosialisasi dan berbicara serta berpatisipasi secara konstruktif.

Dalam pengelolaan keuangan desa perlu adanya partisipasi masyarakat bertujuan agar masyarakat ikut berperan aktif dalam pengelolaan keuangan desa. Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 1999 Pasal 8, peran masyarakat dalam penyelenggaraan negara

(46)

merupakan hak dan tanggungjawab masyarakat untuk ikut mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih. Hal tersebut berarti masyarakat ikut aktif mengawasi pengelolaan keuangan desa agar dapat meminimalisir tindakan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).

Maksud dari partisipasi untuk menjamin bahwa setiap kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah dapat mencerminkan aspirasi masyarakat.

Dalam hal ini mengantisipasi berbagai isu yang ada. Pemerintah menyediakan mekanisme saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya (Bastian, 2014: 160).

Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintah desa yang mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.

Menurut Fadil (2017) partisipasi adalah persoalan relasi kekuasaan, atau relasi ekonomi politik yang dianjurkan oleh demokrasi. Indikator partisipatif menurut Permendagri No. 20 tahun 2018 dalam Muttiarni dkk (2020) yaitu

a. Rancangan peraturan desa tentang APBDes yang disampaikan kepala desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama dalam musyawarah.

b. Masyarakat ikut serta dalam kegiatan pemerintah desa.

4. Tertib dan disiplin anggaran

Menurut Yuliansyah (2016), Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa yang berisi tentang

(47)

belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah desa selama satu tahun dan sumber biaya pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan menjadi defisit atau surplus. Menurut Permenkeu No. 40 Tahun 2020 menyatakan APBDes adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa. Sementara itu APBDes menurut Surjaweni (2015) adalah pertanggungjawaban dari pemegang manajemen desa untuk memberikan informasi tentang segala aktivitas dan kegiatan desa kepada masyarakat dan pemerintah atas pengelolaan dana desa dan pelaksanaan berupa rencana program yang dibiayai dengan uang desa.

Selanjutnya menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 Pasal 2, pengelolaan keuangan desa dikelola dalam masa satu tahun anggaran yakni tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Pemerintah desa dalam menulis rencana anggaran keuangan desa pada APBDes. APBDes berisi mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). Rencana tersebut membahas tentang pembangunan desa secara keberlanjutan dan pengembangan penduduk desa. Dalam pembentukan RPJMDes dan RKPDes mengikutsertakan masyarakat untuk bermusyawarah untuk mengutarakan aspirasi masyarakat, setelah rencana tersebut dibentuk sekretaris desa dibantu oleh kepala desa dalam membentuk APBDes selambat-lambatnya bulan Oktober tahun tersebut. Setelah itu akan

(48)

disampaikan kepada Bupati/Walikota setelah melakukan evaluasi maka Bupati/Walikota akan mengesahkan APBDes tersebut.

Pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya. Indikator tertib dan disiplin anggaran menurut Permendagri No. 20 Tahun 2018 dalam Muttiarni dkk (2020) yaitu

a. Pengelolaan keuangan desa dikelola dalam tahun anggaran tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.

b. Pelaksana anggaran dilakukan oleh kaur dan kasi.

c. Tata cara penggunaan anggaran diatur dalam peraturan Bupati/Walikota mengenai pengelolaan keuangan desa.

d. Laporan pertanggungjawaban APBDes disampaikan kepada Bupati/Walikota paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun anggaran.

H. Penelitian Terdahulu

1. Kusuma dan Riharjo (2019), Studi kasus pada Desa Candibinangun Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban Desa Candibinangun secara garis besar telah tersusun secara baik sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014.

2. Ruru dkk (2017), studi kasus pada Desa Suwaan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan penerapan alokasi dana desa pada Desa Suwaan sudah berjalan sesuai dengan Peraturan Bupati No. 22 Tahun 2016, selain itu

(49)

penerapan ADD Desa Suwaan sudah sesuai dengan prinsip pengelolaan ADD yaitu transparan, akuntabel, dan partisipatif.

3. Rahum (2015) studi kasus pada Desa Krayan Makmur Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan ADD sudah dilaksanakan dengan baik. Dalam tahap perencanaan sudah melibatkan masyarakat dan tokoh masyarakat, tahap pelaksanaan sudah berjalan sesuai dengan perencanaan yang dimusyawarahkan, tahap penatausahaan sudah berdasarkan prosedur dan aturan pemerintah, tahap pelaporan dan pertanggungjawaban dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

4. Astuty dan Fanida (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan prinsip akuntabilitas sudah berjalan dengan baik namun masih memiliki beberapa kelemahan yaitu rendahnya partisipasi masyarakat untuk mengikuti kegiatan dan pengalihan dan posyandu lansia tanpa adanya bukti kuitansi dalam SPJ.

5. Muttiarni dkk (2020) studi kasus pada Desa Timbuseng, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan Desa Timbuseng sudah sesuai dengan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

(50)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2014) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Tipe penelitian deskriptif kualitatif berusaha mendeskripsikan gambaran yang senyatanya dari fenomena yang terjadi pada pengelolaan keuangan desa.

Penelitian ini menggunakan studi kasus sendiri yaitu penelitian secara integratif dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu berserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik (Raharjo, 2011). Deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan penerapan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran dalam pengelolaan keuangan desa di Desa Fahiluka berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2021 hingga April 2021.

(51)

C. Subjek Penelitian

Menurut Meleong (2015) informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi dari latar belakang penelitian dan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Informan kunci adalah orang- orang yang dipandang tahu permasalahan yang diteliti. Untuk memperoleh informasi yang valid dan akurat dilakukan wawancara secara mendalam terhadap informan-informan yang dijadikan sumber informasi. Informan yang dipilih adalah informan yang terlibat langsung serta memahami dan dapat memberikan informasi atau gambaran tentang pengelolaan keuangan desa dalam hal ini yang menjadi target peneliti yaitu aparatur pemerintah desa di Desa Fahiluka yang terdiri dari kepala desa, bendahara desa, kasi, kaur, kepala dusun, dan BPD.

D. Data Penelitian 1. Data primer

Data primer merupakan data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pengumpulan data primer diperoleh secara langsung pada saat melakukan penelitian di lapangan (Sugiyono, 2016).

Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara terkait pengelolaan keuangan desa berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran yang dilakukan secara mendalam kepada subjek penelitian yaitu aparatur pemerintah desa di

(52)

Desa Fahiluka yang terdiri dari kepala desa, bendahara desa, kasi pelayanan, kaur perencanaan, kepala dusun, dan ketua RT.

2. Data sekunder

Menurut Sugiyono (2016) menyatakan bahwa data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder digunakan untuk mendukung informasi yang diperoleh dari sumber data primer. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui dokumen yang berkaitan dengan proses pengelolaan keuangan desa di Desa Fahiluka yaitu laporan pertanggungjawaban yang meliputi laporan keuangan, laporan realisasi kegiatan dan dokumentasi kegiatan-kegiatan lainya.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda- benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Observasi merupakan salah satu metode dalam pengumpulan data secara sengaja, terarah, sistematis, dan terencana sesuai tujuan yang akan dicapai dengan mengamati dan mencatat seluruh kejadian dan fenomena yang terjadi dan mengacu pada syarat dan aturan penelitian. Nasution (1988) dalam Sugiyono (2009) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu

(53)

pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan di kantor desa di Desa Fahiluka dengan mengamati proses pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, pada tahap pelaksanaan peneliti akan mengamati kegiatan yang dilaksanakan di Desa Fahiluka seperti pelayanan umum dan kegiatan lain yang akan ditemui saat observasi. Pada tahap pertanggungjawaban peneliti akan mengamati media penyaluran informasi seperti baliho, spanduk, benner, papan pengumuman yang berada disekitaran kantor desa.

2. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2009) adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur. Dalam pelaksanaan wawancara semiterstruktur memberikan kebebasan kepada narasumber untuk menceritakan tentang permasalahan yang terjadi.

(54)

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang penerapan asas pengelolaan keuangan desa di Desa Fahiluka. Partisipan di ajak dalam wawancara untuk memberikan informasi yang mereka ketahui terkait proses penerapan pengelolaan keuangan desa pada tahapan pengelolaan keuangan desa yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipaif, serta tertib dan disiplin anggaran.

Dalam wawancara peneliti akan merekam proses wawancara dengan menggunakan alat perekam dan akan menganalisa hasil wawancara tersebut. Yang menjadi target informan dalam wawancara ini yaitu kepala desa, bendahara desa, sekretaris, kaur, kasi, kepala dusun, BPD, dan masyarakat lainnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan penelaah terhadap catatan tertulis maupun dokumen- dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang digunakan bisa berbentuk gambar, tulisan, peraturan, kebijakan, dan dokumen lainnya yang dapat mendukung penelitian (Kusuma dan Riharjo 2019). Dalam penelitian ini dokumen yang diperlukan pada tahap perencanaan dalam pengelolaan keuangan desa yaitu RPJMDes, RKPDes, notulen rapat, daftar hadir, dan dokumentasi kegiatan saat musrembangdes, dokumen tersebut berkaitan dengan asas transparan,

(55)

akuntabel, dan partisipatif. Pada tahap pelaksanaan dan penatausahaan pengelolaan keuangan desa dokumen yang diperlukan yaitu Buku Kas Umum (BKU), Buku Kas Panjar (BKP), dan foto dokumentasi pelaksanaan kegiatan program pembangunan desa, dokumen tersebut berkaitan dengan asas transparan, akuntabel dan asas partisipatif.

Sedangkan pada tahap pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa dokumen yang dibutuhkan yaitu laporan pertanggungjawaban (LPJ), baliho desa dan laporan lainnya, dokumen tersebut berkaitan dengan asas transparan, akuntabel, partisipatif serta tertib dan disiplin anggaran.

F. Teknik Analisis Data

Bogdan dalam Sugiyono (2019) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik analisis data ini menggunakan model Miles dan Hubernam (1994) yang menjelaskan tiga kegiatan yaitu:

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

(56)

mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya.

(Basrowi dan Suwandi, 2008).

Menurut Djamal (2015) reduksi data merupakan bentuk analisis untuk mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang dan menyusun data ke arah pengambilan kesimpulan. Melalui proses reduksi data, maka data yang relevan disusun dan disistematisasikan ke dalam pola dan kategori tertentu, sedangkan data yang tidak terpakai dibuang.

Dalam penelitian ini, reduksi yang dilakukan oleh peneliti dimulai dengan menyusunan daftar pertanyaan wawancara yang dibuat berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif serta tertib dan disiplin anggaran dengan menggunakan acuan pada Permendagri No. 20 Tahun 2018 yang dilihat dalam proses pengelolaan keuangan desa.

Setelah selesai melakukan wawancara, data yang diperoleh dari lapangan berupa rekaman sehingga harus diubah dalam bentuk transkip kemudian hasil transkip data tersebut akan di kategorikan berdasarkan penerapan dari masing-masing asas dalam pengelolaan keuangan desa.

2. Penyajian data

Setalah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Basrowi dan Suwandi, 2008). Menurut Sugiyono (2009) penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya karya seni merupakan perwujudan nilai seniman penciptanya yang ditujukan kepada orang lain. Dari satu sisi, karya seni adalah wujud seperangkat nilai

Penelitian ini terdapat banyak kelemahan dalam penilaian tingkat kehalusan yang sebaiknya kehalusan kulit harus diamati secara cermat dengan menggunakan alat ukur yang

Tujuan perancangan ini adalah menyediakan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan rekomendasi jurusan bagi siswa baru dalam rangka membantu sekaligus

Hasil penelitian tindakan di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murni (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap dan tindakan remaja putri

Untuk menjelaskan semua gambaran umum data penelitian, maka akan dilakukan analisis statistic deskriftif yang akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut: Pada

Ada bahan piezoelektrik untuk suhu tinggi umumnya digunakan untuk pembangkit energi listrik dengan panas, batubara atau yang lain, panas yang dihasilkan tidak sia-sia

Raharjana, D.T., 2012, Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata Studi Kasus di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara,

Lahirnya hak kebendaan pada hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan, yaitu digantungkan pada penerapan dari asas publisitas, dengan mendaftarkan ke kantor pendaftaran