• Tidak ada hasil yang ditemukan

F Manfaat dan Risiko Lingkungan

Yang dimaksud “asas manfaat” adalah bahwa segala usaha dan/ atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya. Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro (1998) menyatakan, manfaat merupakan nilai barang dan jasa bagi konsumen, sedangkan biaya merupakan manfaat yang tidak diambil, atau lepas dan hilang

(opportunity cost). Kiranya sukar untuk menentukan manfaat serta biaya segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek lingkungan. Orang telah mencoba untuk menentukan biaya pembuangan sampah atau limbah buangan perusahaan-perusahaan maupun rumah tangga. Biaya tersebut ialah biaya mencegah polusi dan biaya polusi. Biaya pencegahan polusi adalah biaya yang dikeluarkan baik oleh perusahaan, perorangan dan/ atau pemerintah untuk mencegah sebagian atau keseluruhan polusi sebagai akibat kegiatan produksi atau konsumsi. Biaya polusi dibagi ke dalam (a) biaya yang dikeluarkan pemerintah atau swasta untuk menghindari kerusakan akibat polusi, dan (b) kerusakan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat polusi. Yang pertama relatif mudah untuk mengukurnya, akan tetapi biaya yang kedua sangatlah sukar untuk mengukurnya. Kerusakan cat gedung seluruh kota mungkin dapat diukur dengan uang, tetapi orang sakit? Apakah sakitnya karena polusi atau sebab-sebab lain. Ini menimbulkan masalah. Walaupun demikian, tidak ada jeleknya untuk mengikuti formulasi ini daripada tidak memiliki ukuran sama sekali. Dalam hal pemerataan, proses politis mengambil peranan penting, artinya proses pengambilan keputusan oleh lembaga-lembaga legislatif sangatlah menentukan. Oleh karena itu, pembuat peraturan perlu dilengkapi dengan pengetahuan ini, paling tidak memiliki staf ahli yang membantu membuat peraturan ini. Sebelumnya perlu ditimbulkan kesadaran terhadap penting dan perlunya pemecahan soal yang berhubungan dengan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya harus ada kekuatan memaksa untuk pelaksanaannya.

Risiko atau dampak lingkungan yang mungkin terjadi karena adanya suatu pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembangunan itu berarti merubah lingkungan yang telah ada dan karena perubahan lingkungan itulah timbul adanya risiko lingkungan atau dampak lingkungan. Suratmo (1998) menyebutkan, dari sekian dampak yang dapat terjadi, karena adanya suatu proyek, ada dampak negatif yang terjadinya tidak pasti. Dampak negatif tersebut dapat terjadi, tetapi mungkin juga dampak negatif tersebut tidak terjadi, sehingga ada yang menyebutnya sebagai uncertain negative impact. Sekalipun dampak negatif tersebut tidak pasti terjadinya tetapi harus diperhitungkan dalam Amdal, sehingga dalam perhitungan tetap kita masukkan atau seolah-olah mengharapkan kejadian yang tidak diharapkan terjadi walaupun dampaknya negatif, sehingga ada yang menyebutkan seperti expecting the unexpected. Sebenarnya tidak mudah untuk membedakan antara dampak yang jelas akan terjadi dengan risiko atau dampak yang belum pasti akan terjadi, karena batasnya tidak jelas. Sebenarnya dampak lingkungan yang dianggap akan terjadi tingkat kepastiannyapun juga sangat bervariasi. Kadang-kadang suatu dampak yang sama dari suatu proyek di suatu daerah tertentu sudah pasti akan terjadi tetapi di tempat lain belum tentu terjadi. Hanya cara pendugaanya yang berbeda untuk pendugaan risiko digunakan analisis kemungkinan (probability analysis), sedang yang biasa disebut sebagai dampak lingkungan yang sudah pasti tidak menggunakan cara tersebut, tetapi dapat menggunakan model matematika. Untuk membedakan dampak lingkungan yang tidak pasti dengan dampak lingkungan yang pasti, atau disebut Risiko Lingkungan dan Dampak Lingkungan tidaklah

mudah, walaupun pengertian pasti dan tidak pasti ini dapat diperdebatkan lagi.

Selanjutnya dikatakan, untuk memperjelas pengertian risiko lingkungan diberikan contoh yang mudah dimengerti sebagai berikut :

Suatu aktivitas pengangkutan dari hasil suatu industri digunakan truk gandengan dari Jakarta ke Surabaya. Sekarang diduga apakah pengangkutan hasil industri tersebut akan pasti selamat di Surabaya atau dapatkah kita mengatakan bahwa pasti akan terjadi tabrakan atau kecelakaan di jalan? Kedua pertanyaan tersebut tidak akan dapat dijawab. Jawabannya mungkin selamat dan mungkin juga tabrakan. Kalau dipertanyakan pula seberapa jauh kemungkinan tabrakan terjadi, maka dapat digunakan data sejarah kecelakaan truk gandengan yang berjalan dari Jakarta ke Surabaya. Hanya data yang akan digunakan sebenarnya memerlukan hasil pengamatan atau pencatatan yang cukup lama dan data yang cukup banyak. Semakin banyak data yang terkumpul dan makin lama periode waktu pencatatan dan pendugaan makin dapat dilakukan mendekati kebenaran.

Selanjutnya, angka-angka dari kecelakaan dari kendaraan gandengan tersebut ternyata sangat bervariasi, dan variasi dari rata-rata kecelakaan tiap bulan sangat besar. Apabila diteliti lebih dalam banyak faktor yang ikut menentukan tingkat kemungkinan dari timbulnya kecelakaan. Misalnya, sifat pengemudi yang berbeda-beda, kondisi pengemudi, kepandaian pengemudi, keadaan roda kendaraan, mesin kendaraan, perubahan musiman dari kesibukan lalulintas dan lain sebagainya.

Dikatakan, dalam Analisis Dampak Lingkungan sering pula Analisis Risiko ini dimasukkan, terutama untuk proyek-proyek yang akibat terjadinya risiko (kecelakaan) sangat berbahaya dan mengancam rusaknya lingkungan secara berat dan keselamatan manusia yang banyak. Misalnya, proyek pembangikit tenaga nuklir, proyek yang menyimpan gas beracun dan berbahaya dan lain sebagainya.

Sebagaimana dikutip dari Soemarwoto (1989), faktor lingkungan sebagian membantu dan sebagian lagi merintangi kita untuk mendapatkan kebutuhan dasar kita. Fraktor yang membantu untuk mendapatkan kebutuhan dasar itu merupakan manfaat lingkungan dan yang merintangi merupakan risiko lingkungan. Manfaat dan risiko lingkungan itu berupa faktor hayati dan fisik kimia serta dapat bersifat alamiah atau buatan manusia. Misalnya, nyamuk malaria adalah risiko lingkungan bersifat hayati dan mata air manfaat lingkungan bersifat fisik. Keduanya merupakan faktor alamiah. Racun hama, misalnya DDT, yang mencemari suatu perairan adalah risiko lingkungan yang bersifat kimia buatan manusia.

Manfaat atau risiko lingkungan dapat teersebar secara aktif dengan kekuatannya sendiri, misalnya dengan terbang atau kekuatan fisiknya. Dapat pula terbawa secara pasif oleh kekuatan tertentu, misalnya arus udara atau arus air. Nyamuk malaria, misalnya, tersebar dengan terbang, gempa bumi tersebar dengan kekuatan fisik melalui tanah dan kuman penyakit kolera melalui air. Penyebaran itu dapat juga terjadi karena seekor hewan memakan organisme lain, yaitu melalui rantai makanan . suatu rantai makanan misalnya, ialah plankton yang

hidup dalam air dimakan ikan kecil, ikan kecil dimakan ikan yang lebih besar dan ikan yang lebih besar ini ditangkap dan dimakan oleh manusia. Misalnya air itu mengandung DDT. DDT akan terserap oleh plankton sehingga tubuh plankton mengandung DDT juga dan selanjutnya DDT itu akan berpindah dari ikan kecil ke ikan yang lebih besar yang memakannya. Manusia yang memakan ikan yang lebih besar itu juga mendapatkan DDT di dalam tubuhnya.

Penyebaran manfaat dan risiko lingkungan tidak saja terjadi secara alamiah, melainkan juga dapat melalui faktor teknologi dan sosial budaya lain, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Air, misalnya, dapat disebarkan secara berencana melalui pipa atau saluran terbuka. Tikus terbawa dari satu tempat ke tempat lain oleh kapal.

Manfaat dan risiko lingkungan sifatnya tidaklah pasti, melainkan merupakan suatu kementakan. Kementakan itu dapat besar dapat kecil. Misalnya, Bandung mempunyai curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun. Hal ini berarti kementakannya adalah besar, dalam satu tahun akan turun hujan sekitar 2.000 mm. Tetapi itu tidak dapat dipastikan. Dalam suatu tahun mungkin hanya turun hujan 1.500 mm atau malahan 3.000 mm. Pengalaman memang menunjukkan ada tahun dengan lebih banyak hujan dari normal dan ada pula tahun dengan lebih sedikit hujan dari normal. Gempa bumi dan meletusnya gunung berapi adalah contoh lain yang tidak dapat ditentukan dengan pasti. Pada umumnya di Indonesia kementakan terjadinya gempa bumi adalah besar. Gunung Merapi di Jawa Tengah mempunyai kementakan besar untuk meletus,

sedangkan Gunung Tambora di Sumbawa mempunyai kementakan kecil untuk meletus. Tetapi kita tidak dapat menyatakan bahwa Gunung Tambora tidak akan meletus lagi. Demikian pula kita tidak dapat mengatakan tidak akan ada lagi kasus penyakit cacar di Indonesia. Yang dapat kita katakan ialah di Indonesia kementakannya sangat kecil akan terjadi wabah penyakit cacar.

Antara manfaat dan risiko lingkungan terdapat hubungan yang erat. Suatu faktor dapat merupakan manfaat dan risiko sekaligus. Misalnya, hujan merupakan sumber air yang utama. Dengan adanya hujan, danau dan sungai menjadi berair dan lapisan tanah penyimpanan air trisi oleh air. Tetapi hujan juga merupakan kekuatan yang menyebabkan erosi tanah dan dapat mengakibatkan banjir. Erosi tanah mengurangi kesuburan tanah dan menurunkan produksi tanaman. Banjir menyebabkan kerusakan serta kematian ternak dan manusia.

BAB II

EKOLOGI

Pada bab ini akan membahas tentang pengertian ekologi, macam-macam ekologi, komponen-komponen ekologi, ekosistem, habitan dan relung serta adaptasi dan evolusi dari makhluk hidup.