• Tidak ada hasil yang ditemukan

HATTA MELAWAN DENGAN TULISAN: KONSEP KESEJAHTERAAN DAN KEADILAN SOSIAL DARI ANAK MINANG UNTUK BANGSA INDONESIA

27

Baca juga Dibawah Bendera Revolusi; Demokrasi-Politik dan Demokrasi-Ekonomi. Hal 171-6 (Fikiran Ra’jat, 1932). Sebagai catatan; Soekararno sering melakukan pengulangan dalam menuangkan gagasan.

Fondasi struktur ekonomi Indonesia bisa dikatakan sangat dipengaruhi oleh pandangan Hatta, seperti kebanyakan orang mengenal Hatta selain seorang perintis kemerdekaan dia juga peletak system ekonomi di Indonesia. Bgitu juga Hatta, karir perjuangannya bukanlah sebuah isapan jempol belaka, ketika menjadi mahasiswa di Belanda Hatta sudah bergelut dalam praxis gerakan untuk kemerdekaan Indonesia. Secara personal Hatta adalah orang yang cukup pendiam dan sedikit kaku, pribadi yang seperti itu mendorong Hatta untuk beropini lewat tulisan. Berbeda seperti Soekarno yang sangat piawai diatas podium dengan menggelorakan semangat revolusi, Hatta justru memilih pena sebagai senjata mematikan dan mengajak segenap bangsa untuk berdialog dengan gagasannya. Diantara empat tokoh bangsa yang akan kita bahas, seorang Hatta lah yang memiliki karya tulis paling banyak, sehingga Hatta sedikit lupa untuk membangun front politik untuk menyeimbangi kekuatan Soekarno.

Seperti dalam pembahasan sebelumnya, bagian ini akan berfokus pada wacana politik Hatta menuju kedalam tatanan negara demokratis. Kepedulian dan apresiasinya terhadap organisasi sudah terlihat ketika dia sekolah MULO Padang. Kemudian Hatta melanjutkan ke PHS (Sekolah Perdagangan) di Batavia dan Hatta sudah aktiv di JSB (Jong Sumatrenan Bond) bersama Nazir Pamuntjak sedari MULO di Padang. Dalam aktivitas gerakan di Batavia, Hatta juga bersinggungan dengan tokoh besar Minang seperti H. Agus Salim. Lingkarang Hatta memang banyak berasal dari daerah yang sama dengannya, itu juga yang mempertebal budaya Minang secara inheren dalam pribadi Hatta. Alih-alih seperti Alfian juga mengemukakan pendapat28

28

Dalam Alfian; Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia. (hal 36-9)

; pada dasarnya pemikiran-pemikiran Hatta, baik dalam bidang politik maupun ekonomi yang menjadi keahliannya,banyak dipengaruhi tentang nilai-nilai yang terkandung didalam kebudayaan dan agama (Islam) sendiri. Dalam hal ini termasuk ide Hatta tentang Demokrasi yang banyak

dipengaruhi oleh penghetauannya tentang cirri-ciri demokrasi di berbagai masyarakat pedesaan Indonesia, terutama di daerah masyarakat kelahirannya Minangkabau (Suleman, 2010: 27). Pendapat Alfian bisa dijadikan referensi untuk memahami Hatta, namun pengaruh sekolah di Belanda juga memberikan dampak besar terhadap pandangan politik dan ekonomi Hatta. Terlebih ketika Hatta banyak membaca perspektif ekonomi dalam pendekatan Marxian. Memang tidak bisa juga dilepaskan pikiran Hatta dengan pengaruh gagasan-gagasan Barat. Hal senada dilontarkan oleh Mavis Rose, “Demokrasi Hatta bersumber dari ajaran Islam tentnag kebenaran, perdamaian dan persaudaraan antar umat manusia, paham Sosialisme Barat tentang perikemanusian dan tradisi kebersamaan (koletivisme) tradisional bangsa Indonesia. Hatta tidak sepenuhnya menolak demokrasi Barat. Penolakan Hatta terhadap demokrasi Barat terutama ditunjukan pada system ekonomi kapitalis yang merugikan rakyat miskin dan terbelakang”

(Suleman, 2010: 37). Gagasan sosialisme bukan lah hal yang benar-benar baru bagi Hatta, ketika masih di MULO Hatta sudah mengenal gagasan sosialisme dari buku-buku yang dibelikan seorang kerabatnya. Kerabatnya membelikan tiga judul buku penting untuk Hatta, yaitu

Staathuishoudkunde (Ekonomi Politik, dua Jilid) karangan N.G Pierson, De Socialisten (Kaum Sosialis, 6 Jilid) karangan H.P Quack dan Het Jaar karangan Bellamy. Hatta juga banyak mengupas gagasan-gagasan Ferdinand Lasalle soal keadilan sosial, seorang sosialis Jerman yang membangun gerkan buruh di Jerman (Suleman, 2010: 70-71). Jadi, kita boleh simpulkan bahwa Hatta sudah cukup akrab dengan gagasan Barat terlebih pandangan Sosialisme.

Hatta yang kelak menjadi orang nomer dua di Republik Indonesia, dilahirkan pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Hatta termasuk dari kalangan kelas menengah dan terpandang, ayahnya bernama H. Muhammad Djamil anak dari seorang pemimpin tarekat Naqsyabandiah di Surau Batu Hampar yang bernama Syeikh Abdurrahman dengan gelar syaikh nan tuo. Ayah Hatta

meninggal pada usia 30 ketika Hatta masih delapan bulan, dengan system matrilineal maka Hatta diasuh oleh keluarga ibunya. Ibu Hatta bernama Siti Saleha berasal dari keluarga pedagang,ayahnya (kakek Hatta) pedagang begelar Ilyas Bagindo Marah yang cukup luas wilayah perdagangannya di Sawahlunto dan Lubuk Sikaping. Ada dugaan orangtua dari ibu Hatta berasal dari Surabaya, yang sudah dianggap sebagai Nagari Kurai. Secara adat budaya matrilineal Hatta diasuh oleh keluarga ibu, meskipun paman Hatta yang seorang Ulama tetap mengarahkan pribadi dan tujuan hidup Hatta (Noer, 1990: 15-18).

Meskipun aktivitas organisasi Hatta sudah dimulai sewaktu bersekolah di Padang dan Batavia, ketika Hatta menajdi mahasiswa di Belanda aktivitas organisasiya semakin meningkat. Hatta terlibat aktif dalam kepengurusan pekumpulan mahasiswa pribumi (Perhimpunan Indonesia), hal itu semakin diperkuatnya ketika Hatta bertemu kembali dengan Pamuntjak yang menjadi ketua PI pada tahun 1924. Benih-benih pikiran kritis Hatta yang banyak membaca dari karya-karya kaum sosialis Eropa terus digeluti secara serius dengan membaca koran-koran sosialis di Belanda. Hatta juga menjadi tertarik untuk membaca dan menuliskan kembali pikiran-pikiran besar seperti; Adam Smith, Keynes, Karl Marx, John Locke untuk dijadikan refernsi berfikir (Suleman, 2010: 75). Kegiatan menulis Hatta mulai dipublikasikan ketika dia ditunjuk sebagai administrator

Hindia Putra sebelum berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Kehebatan Hatta dimana menuangkan gagasan kedalam tulisan terus meningkat dan menjadi perhatian mahasiswa lain. Hal ini berdampak positif terhadap Hatta, sehingga dia dipercayakan untuk mengelola surat kabar

Indonesia Merdeka dan sering memberi tulisan kepada surat kabar local yang ada di Hindia- Belanda. Maka tulisan-tulisan Hatta menjadi sebuah pola identik terhadap sosok dan pribadinya sendiri, Hatta memainkan peran melalui tulisannya terhadap gerakan PI dan kaum intelektual pribumi di Hindia-Belanda (Noer, 1990: 41-44). Nama Hatta menjadi popular ketika Indonesia

Merdeka dibredel oleh pemerintah Belanda dan pimpinan-pimpinan Perhimpunan Indonesia juga ditangkap. Alasan pemerintah Belanda yaitu Hatta sebagai salah satu perwakilan PI mendapat bantuan uang dari Moskow dan PI juga berafiliasi dengan politik komunis. Kriminalisasi gerakan terhadap Hatta dan kawan-kawan adalah dampak dari kegagalan revolusi 1926.29

Seecara prinsip, dasar pemikiran Hatta tidak terlalu berbeda dengan para aktivis pergerakan masa itu, yaitu non-kooperation. Bagi Hatta dengan jalan non-kooperasi lah Indonesia dapat menikmati kemerdekaannya yang utuh. Non-kooperasi bagi Hatta adalah menolak untuk duduk dalam lembaga ‘perwakilan’ bentukan dari pemerintah colonial baik yang didaerah maupun dipusat. Selain itu juga menolak untuk bekerja dalam lingkungan pemerintah colonial.

Tuduhan ini adalah satu cara pemerintah Belanda menghentikan gerakan kemerdekaan Indonesia.

30

Dalam kritiknya terhadap pemerintahan colonial di Hindia-Belanda Hatta menyerang empat prinsip demokrasi yang dihilangkan oleh colonial. Pertama adalah Sensor pers, dalam pandangan Hatta pemerintah Hindia-Belanda tidak memberikan ruang kebebasan berpendapat kepada rakyat Baginya non- kooperasi bukanlah sebuah gerakan anarkis, karena dilain sisi Hatta juga masih percaya akan fungsi dari parlemen (Noer, 1990: 55). Hatta adalah sosok yang berfikir cukup maju, dalam pembelaanya dia mengatakan; “bahwa politik non-kooperasi di Indonesia dimaksudkan sebagai protes untuk menentang politik reaksioner pemerintah”. Dalam pandangan ini kita bisa menangkap bahwa Hatta saat itu mengasumsikan gerakan politik non-kooperasi sebagai aksi protes, yang secara tersirat Hatta masih meyakini adanya ruang demokratis dalam negri jajahan.

29

Baca Abdul Rivai, Student Indonesia Di Eropa; Student Indonesia Di Tangkap. Laporan Surat Kabar

Bintang Timoer 8 November 1927.

30

Meskipun Hatta pernah duduk dalam parlemen di Belanda, hal itu yang kemudian membuat Soekarno geram atas pilihan politik Hatta.

Indonesia. Karena opini dan informasi adalah sebuah hak yang seharusnya bisa dinikmati banyak orang. Kedua adalah Larangan berkumpul dan terror, pemerintah Hindia-Belanda selalu menggunakan pasal-pasal karet untuk membubarkan aksi pemogokan yang dilakukan serikat- serikat pekerja dan menangkap para pemimpinnya. Yang sebenarnya hak penduduk dan berserikat harus diakui. Ketiga Pengadilan berdasarkan ras di Indonesia, Hatta mengkritik secara keras bagaimana system hukum di Indonesia tidak berlaku sama. Hukum colonial akan tumpul untuk bangsa Belanda dan tajam untuk bangsa Indonesia. Terakhir Keadilan Ekonomi dan Sosial daripada rakyat, pemerintah Hindia-Belanda harusnya juga mensejahterkan bangsa Indonesia. Karena hasil bumi tanah Indonesia selama ini banyak dinikmati kaum Belanda, namun pada kenyataannya itu justru berbanding terbalik.31

Meskipun Hatta memiliki prinsip non-kooperasi sama seperti Soekarno, namun Hatta sesungguhnya masih banyak berharap pada sebuah system negara yang demokratis. Dengan menguraikan empat tuntutan diatas, Hatta lebih lanjut menguraikan gagasan non-kooperasinya;

Tuntutan yang dilayangkan Hatta kepada majelis persidangan di Belanda menggambarkan sebuah pemuda intelektual yang berfikir dalam kerangka demokrasi Barat. Kedekatannya dengan gerakan sosialis semakin kental ketika Hatta di advokasi oleh seorang pengacara sosialis Mr. Vleming dan Mr. Duys.

“Kerjasama hanya mungkin antara dua golongan yang mempunyai hak yang sama, kewajiban yang sama, dan kepentingan bersama. Dalam system colonial dewasa ini maka politik kerjasama hanyalah menambahkan keragu-raguan, bukan kepercayaan pada diri sendiri. Dan apabila gerakan non-kooperasi di Indonesia pada mulanya

31

Untuk lebih jelas baca Mohammad Hatta dalam Indonesia Merdeka. Pada bab IV ‘Pemerintah Reaksioner Gubernur-Jendral Fock’(Jakarta, Bulan Bintang; 1976)

merupakan tiruan daripada gerakan Gandhi, maka Perhimpunan Indonesia memproklamasikannya semata-mata sebagai segi negative daripada politik self help yang aktiv. Baik negative maupun positive itu tidak dapat dipisahkan, tetapi yang menjadi dominan adalah segi positv, bukan segi negativnya. Maka salah sangka orang untuk mengatakan, non-kooperasi kami disebabkan oleh karena bangsa Indonesia sudah kehilangan kepercayaan! Sebaliknya ‘ia adalah ungkapan- ungkapan bangsa yang percaya akan dirinya sendiri, yang sadar akan munculnya tenaga segar dan muda dari dalamnya. Adalah politik oto-aktivitet

Berbeda dengan Soekarno yang menyerang pemerintahan colonial dari sentiment bangsa kulit ‘sawo matang’ dengan kulit putih, Hatta justru menuntut hak-hak politik secara demokratis. Semangat anti-kolonialisme nya dipusatkan pada perjuangan hak manusia, apabila hak manuisa Indonesia belum setara dengan bangsa Belanda maka kerjasama hanyalah omong kosong belaka. Meskipun Hatta juga mendorong sebuah aliansi Asia untuk melawan segala bentuk penindasan di negara ketiga. Hatta mengambil jarak sebagai sikap oposisi terhadap pemerintah kolonial dengan pola perjungan non-kooperasinya, empat hak sipil yang dibatasi oleh colonial menjadi sebuah identifikasi perjuangan Hatta untuk meraih kemerdekaan.

ini dan bukan politik-mengemis yang dianjurkan oleh Perhimpunan Indonesia dengan segala kekuatan aksinya, dan ini kemudian juga menggema pada aksi partai-partai nasionalis Indonesia di tanah air” (Indonesia Merdeka, 1976: 76-77).

MEMBANGUN

PILAR

EKONOMI

SOSIALIS:

KRITIK

TERHADAP

KAPITALISME,

Garis besar

Dokumen terkait