• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1.2 Membaca Menulis Permulaan

Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Rubin (dalam Slamet, 2014: 107) mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca yakni sebagai berikut, (1) peningkatan ucapan, (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa), (3) hubungan antara huruf-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca, (4) membedakan bunyi-bunyi merupakan hal penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca, (5) kemampuan mengingat, (6) membedakan huruf, (7) orientasi ke kiri dan ke kanan, (8) keterampilan pemahaman, dan (9) penguasaan kosakata.

2.1.2.1.1 Materi Pembelajaran Membaca Permulaan

Materi membaca permulaan di SD terdapat di kurikulum dan silabus kelas I dan II. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada kelas I saja. Materi membaca permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua diuraikan oleh Slamet (2014: 24-27) sebagai berikut:

1. Kelas I Semester Pertama a. Persiapan (pramembaca)

Anak dikenalkan tentang sikap duduk yang baik, cara meletakkan atau menempatkan buku di meja, cara memegang buku, cara membalik halaman buku, dan memperhatikan gambar atau tulisan.

b. Sesudah Pramembaca

Anak dikenalkan tentang lafal atau ucapan kata (menirukan guru), intonasi kata dan intonasi kalimat (lagu kalimat sederhana), huruf-huruf yang sudah dikenal anak, dan kata-kata baru yang bermakna. Tahap pertama, anak dikenalkan secara bertahap dengan keempat belas huruf yaitu: 1) a, i,m, dan n, 2) u, b, dan l, 3) e, t, dan p, 4) o dan d, 5) k dan s.

2. Kelas I Semester Kedua

Materi pembelajaran membaca permulaan berikutnya adalah bacaan kurang lebih 10 kalimat (dibaca dengan lafal dan intonasi yang wajar), kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya), dan huruf kapital pada awal kata nama orang, Tuhan, agama, kitab suci.

2.1.2.1.2 Metode Pembelajaran Membaca Permulaan

Selain materi pembelajaran, Solchan (2008: 6.16-6.22) menguraikan enam metode dalam pembelajaran membaca permulaan. Keenam metode tersebut adalah metode eja, metode bunyi, metode suku kata, metode kata, metode global, dan metode SAS. Peneliti menggunakan metode eja, metode suku kata, dan metode kata. Berikut uraian dari ketiga metode tersebut.

1. Metode Eja

Metode ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Setelah tahapan ini, siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenal. Misalnya:

b, a, d, u menjadi b-a ba (dibaca atau dieja /be-a ba )

2. Metode Suku Kata

Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaian menjadi kata-kata bermakna. Misalnya: cu-ci

Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan perangkaian kata menjadi kelompok kata sederhana. Contoh: ka-ki ku-da

3. Metode Kata

Metode ini disebut juga metode kata lembaga. Dalam pembelajarannya, diawali dengan pengenalan kata tertentu kemudian diuraikan menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan dikembalikan ke bentuk asal sebagai kata lembaga (kata semula). Contoh:

kaki ---- ka-ki ---- k-a-k-i ---- ka-ki ---- kaki

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah pembelajaran membaca tahap awal di kelas I dan II dengan menggunakan metode-metode membaca yang disesuaikan dengan kemampuan membaca yang akan dicapai.

2.1.2.2Menulis Permulaan

Solchan (2008: 9.4) menjelaskan bahwa siswa SD yang baru masuk sekolah diperkenalkan dengan bentuk huruf-huruf. Pada hakikatnya, huruf-huruf itu dibentuk oleh garis-garis maka siswa diperkenalkan dan dilatih untuk membuat garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, dan garis bulat yang merupakan dasar untuk menulis sebuah huruf. Di samping itu, siswa dibiasakan untuk menulis dengan sikap yang benar. Oleh karena itu, keterampilan menulis bukan merupakan kemampuan otomatis yang dibawa sejak lahir. Keterampilan menulis yang handal hanya diperoleh dengan banyak latihan menulis.

2.1.2.2.1 Materi Menulis Permulaan

Materi menulis permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua diuraikan oleh Slamet (2014: 45-47) sebagai berikut:

1. Kelas I Semester Pertama

Tahap ini disebut sebagai persiapan pramenulis permulaan. Hal-hal yang perlu dibiasakan anak meliputi duduk wajar dan baik, meletakkan buku tangan dengan jarak ke mata yang cukup dengan sudut tegak lurus, memegang buku dengan baik, membuka buku dari kanan ke kiri, melihat tulisan dari kiri ke kanan, melemaskan lengan tangan dengan gerakan menulis di udara, memegang pensil dengan benar, melemaskan jari (dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, meniru, melatih

dasar menulis), dan melemaskan jari dengan cara menuliskan huruf dengan menggunakan jari.

2. Kelas I Semester Kedua

Siswa mulai melakukan penulisan kata-kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal atau yang baru dengan huruf balok. Materi lainnya yang harus dikuasai siswa berikutnya adalah menyalin kata-kata yang cocok dengan gambar yang ditunjukkan guru, menulis jelas dan rapi, menulis kata yang didiktekan guru, menulis kalimat sederhana yang dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik, penggunaan huruf kapital untuk nama orang, nama Tuhan, dan nama agama/kitab suci.

2.1.2.2.2 Metode Pembelajaran Menulis Permulaan

Dalam pengenalan menulis permulaan, metode yang digunakan tidak berbeda jauh dengan metode pengenalan membaca permulaan. Metode mana yang paling sesuai dengan perkembangan anak itulah yang dipilih. Membaca dan menulis saling terkait, sehingga metode dalam menulis permulaan mengikuti metode membaca yang digunakan (Slamet, 2014: 49).

Dengan demikian, menulis permulaan adalah pembelajaran menulis tahap awal di kelas I dan II dengan penguasaan kegiatan pramenulis yang berkembang menjadi kegiatan menulis yang lebih kompleks dan bertahap. Penguasaan keterampilan menulis didukung dengan keragaman materi yang diberikan secara bertahap untuk melatih kemampuan siswa.

2.1.2.3Membaca Menulis Permulaan

Membaca Menulis Permulaan (MMP) merupakan pembelajaran tahap awal di kelas rendah. Disebut permulaan karena hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu adalah kemampuan membaca dan menulis yang lebih diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf dan kemampuan menulis mekanik. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah (Solchan, 2008: 6.12).

Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni kemampuan melek wacana

yang merupakan kemampuan membaca yang sesungguhnya. Kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut (Solchan, 2008: 6.12).

Pada dasarnya, tujuan dari membaca dan menulis permulaan ialah memberi bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mengenalkan tentang teknik-teknik membaca dan menulis permulaan dan mengenalkan teknik menangkap isi bacaan dan dapat menuliskannya (Slamet, 2014: 49).

Berdasarkan paparan di atas, membaca dan menulis permulaan merupakan kemampuan membaca dan menulis yang diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar. Membaca dan menulis merupakan dua hal yang penting dan sangat diperlukan untuk memperluas pengetahuan, mempertinggi daya pikir, dan mempertajam penalaran. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan.