• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori."

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA

Latar belakang penelitian ini adalah permasalahan dalam membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I dan adanya keterbatasan alat peraga di sekolah. Penggunaan akan alat peraga sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan dalam membaca dan menulis. Akan tetapi ketersediaan dan penggunaan alat peraga masih terbatas. Tujuan penelitian adalah mengembangkan alat peraga membaca dan menulis berbasis metode Montessori dan mengembangkan alat peraga dengan kualitas baik. Penelitian dilaksanakan pada sampel yaitu siswa kelas I SD N Karangwuni I tahun ajaran 2015/2016.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Peneliti mengadaptasi dan memodifikasi model penelitan Borg dan Gall (dalam Tegeh, Jampel, dan Pudjawan, 2014) dan Sugiyono (2012). Model tersebut dimodifikasi ke dalam lima tahap penelitian, yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji coba lapangan terbatas.

(2)

DEVELOPMENT OF MATERIAL FOR EARLY READING AND WRITING

BASED ON MONTESSORI METHOD Theresia Tri Wulandari

Universitas Sanata Dharma 2016

The background of this research was early reading and writing problems in grade I and limitedness of material in school. The using of the material was necessary to overcome with reading and writing problems. But, the availability and the using of the material still limited. The purposes of this research were to developed a material for early reading and writing based on Montessori method and developed material with good quality. The research was conducted on a sample of the grade I students at SD N Karangwuni 1 2015/2016 school year.

The research method in this study was Research and Development (R & D). The researcher adapted and modified a research model by Borg and Gall (in Tegeh, Jampel, and Pudjawan, 2014) and Sugiyono (2012). The model was modified into a five-step development, the potential and problems, the planning, the development of an early form of products, product validation and limited trial.

(3)

i

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA

MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Theresia Tri Wulandari NIM: 121134083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan St. Theresia

Doa yang mengalir dari orang tuaku,

Agustinus Rachmat Purwanto dan Christiana Murniwati

Kakakku, Iwan, Jaya, Annie dan adik kecil Mathea

Sahabatku Deta dan Rina

Para sahabatku yang memberi semangat dan penghiburan

(7)

v

HALAMAN MOTTO

“Your speed doesn’t matter, forward is forward”

(8)
(9)
(10)

viii

Latar belakang penelitian ini adalah permasalahan dalam membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I dan adanya keterbatasan alat peraga di sekolah. Penggunaan akan alat peraga sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan dalam membaca dan menulis. Akan tetapi ketersediaan dan penggunaan alat peraga masih terbatas. Tujuan penelitian adalah mengembangkan alat peraga membaca dan menulis berbasis metode Montessori dan mengembangkan alat peraga dengan kualitas baik. Penelitian dilaksanakan pada sampel yaitu siswa kelas I SD N Karangwuni I tahun ajaran 2015/2016.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Peneliti mengadaptasi dan memodifikasi model penelitan Borg dan Gall (dalam Tegeh, Jampel, dan Pudjawan, 2014) dan Sugiyono (2012). Model tersebut dimodifikasi ke dalam lima tahap penelitian, yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji coba lapangan terbatas.

(11)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF MATERIAL FOR EARLY READING AND WRITING

BASED ON MONTESSORI METHOD Theresia Tri Wulandari

Universitas Sanata Dharma 2016

The background of this research was early reading and writing problems in grade I and limitedness of material in school. The using of the material was necessary to overcome with reading and writing problems. But, the availability and the using of the material still limited. The purposes of this research were to developed a material for early reading and writing based on Montessori method and developed material with good quality. The research was conducted on a sample of the grade I students at SD N Karangwuni 1 2015/2016 school year.

The research method in this study was Research and Development (R & D). The researcher adapted and modified a research model by Borg and Gall (in Tegeh, Jampel, and Pudjawan, 2014) and Sugiyono (2012). The model was modified into a five-step development, the potential and problems, the planning, the development of an early form of products, product validation and limited trial.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat keajaiban-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Berbasis Metode Montessori”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Peneliti dibantu oleh berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi, sehingga dapat selesai dengan lancar. Maka dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang memberikan rahmat kesehatan, keselamatan, dan kelancaran dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Kaprodi PGSD.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakaprodi PGSD.

5. Dra. Haniek Sri Pratini, M,Pd. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. dosen pembimbing skripsi yang membimbing dan memotivasi peneliti selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

6. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Susana Sri Anggawati, S.Pd. yang membantu dalam proses validasi instrumen.

7. Ibu Tri Muryanti, S.Pd. Kepala SD N Karangwuni 1 yang telah memberikan ijin dan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian.

8. Bapak Widodo, S.Pd. Kepala SD N Caturtunggal 1 yang telah memberikan ijin untuk uji coba kepada siswa.

9. Ibu Anik wali kelas I dan segenap guru SD N Karangwuni 1 yang telah membantu dan memberi ijin dalam melakukan uji coba terbatas kepada siswanya.

(13)

xi

11.Ibu E. Krismiatiningsih, S.Pd. SD dan siswa-siswi SD N Caturtunggal 1 atas kerjasamanya dalam uji empiris dan uji keterbacaan instrumen. 12.Kedua orang tuaku, Bapak Purwanto dan Ibu Murni atas segala doa Ayuk, Anna, dan Fajar untuk semangat dan penghiburannya.

16.Teman-teman OMK ST. Fransisca, Karang Taruna Melati, dan kelompok koor „sana-sini‟ yang memberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi disela kesibukan.

17.Teman-teman kelas A dan B, dan PGSD 2012.

18.Bapak Muhibat dan crew yang membantu dalam pembuatan alat peraga.

19.Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mengalami banyak kendala. Namun, peneliti tidak pantang menyerah dan semangat untuk terus maju menyelesaikan tanggungjawab ini.

Akhir kata, peneliti meminta maaf atas segala kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk banyak pihak baik dalam hal isi maupun inspirasi untuk kemajuan pendidikan.

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Spesifikasi Produk ... 6

1.6. Definisi Operasional... 10

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 12

2.1.1.1 Pembelajaran ... 12

(15)

xiii

2.1.2 Membaca Menulis Permulaan ... 14

2.1.2.1 Membaca Permulaan ... 14

2.1.2.1.1 Materi Pembelajaran Membaca Permulaan ... 14

2.1.2.1.2 Metode Pembelajaran Membaca Permulaan ... 15

2.1.2.2 Menulis Permulaan... 16

2.1.2.2.1 Materi Menulis Permulaan ... 16

2.1.2.2.2 Metode Pembelajaran Menulis Permulaan ... 17

2.1.2.3 Membaca Menulis Permulaan ... 17

2.1.3 Metode Montessori ... 18

2.1.3.1 Sejarah Montessori ... 18

2.1.3.2 Prinsip Pendidikan Montessori ... 19

2.1.4 Perkembangan Anak ... 20

2.1.4.1 Tahap Sensori-Motor (0-2 tahun) ... 20

2.1.4.2 Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun) ... 21

2.1.4.3 Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) ... 21

2.1.4.5 Tahap Operasi Formal (lebih dari 11 tahun) ... 21

2.1.5 Alat Peraga Montessori ... 22

2.1.5.1 Hakikat Alat Peraga ... 22

2.1.5.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori ... 23

2.2 Penelitian yang Relevan ... 24

2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori ... 25

2.2.2 Penelitian tentang Membaca dan Menulis Permulaan ... 26

2.3 Kerangka Berpikir ... 28

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Setting Penelitian ... 31

3.2.1 Subjek Penelitian ... 31

3.2.2 Objek Penelitian ... 31

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 31

(16)

xiv

3.3 Rancangan Penelitian ... 32

3.4 Prosedur Penelitian... 35

3.4.1 Potensi Masalah ... 36

3.4.2 Penyusunan Rencana ... 36

3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk... 37

3.4.4 Validasi Produk ... 37

3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5.1 Observasi ... 38

3.5.2 Wawancara ... 38

3.5.3 Kuesioner ... 39

3.5.4 Tes ... 40

3.6. Instrumen Penelitian... 40

3.6.1. Pedoman Observasi ... 40

3.6.1 Pedoman Wawancara ... 41

3.6.1.1 Wawancara Kepala Sekolah ... 41

3.6.1.2 Wawancara Guru Kelas I ... 42

3.6.1.3 Wawancara Siswa Kelas I ... 42

3.6.3 Kuesioner ... 43

3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 43

3.6.3.2. Kuesioner Validasi Produk ... 44

3.6.3.3 Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga ... 45

3.6.4. Soal tes ... 47

3.7 Triangulasi... 51

3.8 Teknik Analisis Data ... 52

3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ... 52

3.8.2 Analisis Data Kualitatif ... 57

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 58

4.1.1 Potensi Masalah ... 58

(17)

xv

4.1.1.1.1 Observasi ... 58

4.1.1.1.2 Wawancara ... 60

4.1.1.2 Analisis Kebutuhan ... 67

4.1.1.2.1 Analisis Karakteristik Siswa ... 67

4.1.1.2.2 Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori ... 68

4.1.1.2.3 Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan ... 68

4.1.1.2.4 Data Analisis Kebutuhan ... 72

4.1.2 Penyusunan Rencana ... 79

4.1.2.1 Disain Alat Peraga... 79

4.1.2.1.1 Konsep Pembuatan Alat Peraga ... 79

4.1.2.1.2 Disain alat peraga ... 80

4.1.2.2 Disain Album Alat Peraga ... 82

4.1.2.3 Instrumen Tes dan Validasi Produk ... 82

4.1.2.3.1 Tes ... 82

4.1.2.3.2 Kuesioner Validasi Produk ... 88

4.1.2.3.3 Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga ... 89

4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk... 90

4.1.3.1 Pengumpulan Bahan... 90

4.1.3.2 Pembuatan Alat Peraga ... 90

4.1.3.3 Pembuatan Album Alat Peraga ... 95

4.1.4 Validasi Produk ... 95

4.1.4.1 Validasi Produk Alat Peraga ... 95

4.1.4.2 Validasi Produk Album Alat Peraga ... 96

4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 97

4.1.5.1 Data dan Analisis Tes... 99

4.1.5.2 Data dan Analisis Kuesioner Tanggapan mengenai Produk Alat Peraga. 101 4.2. Pembahasan ... 102

4.2.1 Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Kebutuhan yang Dilakukan di SD N Karangwuni 1 ... 102

(18)

xvi

4.2.3 Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan

Berdasarkan Ciri-Ciri Alat Peraga Montessori ... 103

4.2.4 Hasil Penilaian terhadap Ciri Alat Peraga Montessori pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ... 104

4.2.5 Hasil Pretest dan Posttest Siswa dalam Membaca dan Menulis pada Uji Coba Terbatas ... 105

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 107

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 108

5.3 Saran ... 108

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Ketersediaan Alat Peraga dan Pembelajaran

Membaca dan Menulis di Kelas I ... 40

Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 41

Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas I ... 42

Tabel 3.4 Rencana Wawancara Identifikasi Masalah dengan Siswa ... 42

Tabel 3.5 Rencana Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ... 42

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 43

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk ... 44

Tabel 3.8 Aspek Penilaian Album Alat Peraga ... 45

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan untuk Guru mengenai Alat Peraga ... 45

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan untuk Siswa mengenai Alat Peraga ..46

Tabel 3.11 Kisi-Kisi Soal Tes ... 48

Tabel 3.12 Penilaian Validitas Isi dan Konstruk Tes ... 49

Tabel 3.13 Kisi-Kisi Tes Isian ... 50

Tabel 3.14 Koefisien Reliabilitas menurut Sugiyono ... 50

Tabel 3.15 Skala dan Kriteria Instrumen Non Tes ... 53

Tabel 3.16 Skala dan Kriteria Uji Validitas Isi dan Konstruk Instrumen Tes ... 53

Tabel 3.17 Skala dan Kriteria Uji Keterbacaan Instrumen Tes ... 53

Tabel 3.18 Skala dan Kriteria Uji Keterbacaan Kuesioner dan Wawancara ... 54

Tabel 3.19 Skala dan Kriteria Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ... 54

Tabel 3.20 Skala dan Kriteria Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli ... 54

Tabel 3.21 Skala dan Kriteria Kuesioner Tanggapan Penggunaan Alat Peraga ... 55

Tabel 3.22 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 55

Tabel 3.23 Skala dan Kriteria Penilaian Tes ... 56

Tabel 4.1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli... 58

Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran Membaca dan Menulis dan Ketersediaan Alat Peraga ... 59

Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 60

(20)

xviii

Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 61

Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ... 62

Tabel 4.7 Revisi Pedoman Wawancara Guru berdasarkan komentar oleh Ahli ... 62

Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru ... 63

Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa ... 64

Tabel 4.10 Revisi Pedoman Wawancara Siswa berdasarkan Komentar oleh Ahli Bahasa Indonesia ... 65

Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 65

Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 69

Tabel 4.13 Revisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru berdasarkan Komentar dari Ahli Bahasa Indonesia ... 69

Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru .... 70

Tabel 4.15 Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 70

Tabel 4.16 Revisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa Berdasarkan Komentar Ahli Bahasa Indonesia ... 71

Tabel 4.17 Hasil Uji Keterbacaan Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa. 71 Tabel 4.18 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ... 72

Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 73

Tabel 4.20 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 74

Tabel 4.21 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Wawancara Analisis Kebutuhan ... 76

Tabel 4.22 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ... 82

Tabel 4.23 Komentar mengenai Instrumen Tes oleh Ahli ... 83

Tabel 4.24 Hasil Perbaikan Instrumen Tes Setelah Validasi oleh Ahli ... 83

Tabel 4.25 Hasil Validasi Instrumen Tes Menulis Abjad dengan SPSS ... 85

Tabel 4.26 Hasil Validasi Instrumen Tes Isian dengan SPSS ... 85

Tabel 4.27 Hasil Validasi Instrumen Tes Menulis Suku Kata, Kata, dan Kalimat dengan SPSS ... 86

Tabel 4.28 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Menulis Abjad dengan SPSS .. 86

Tabel 4.29 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Isian dengan SPSS ... 87

(21)

xix

Tabel 4.31 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ... 88

Tabel 4.32 Hasil Validasi Kuesoner Validasi Produk oleh Ahli ... 88

Tabel 4.33 Komentar mengenai Kuesoner Validasi Produk oleh Ahli Bahasa Indonesia ... 89

Tabel 4.34 Hasil Uji Keterbaacaan Kuesioner Tanggapan Siswa mengenai Produk ... 90

Tabel 4.35 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli ... 95

Tabel 4.36 Komentar mengenai Produk Alat Peraga ... 96

Tabel 4.37 Hasil Validasi Produk Album Alat Peraga oleh Ahli ... 96

Tabel 4.39 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa ... 98

Tabel 4.40 Revisi Alat Peraga setelah Uji Coba Lapangan Terbatas ... 101

Tabel 4.41 Hasil Tanggapan mengenai Produk ... 101

Tabel 4.42 Hasil Penilaian Ciri Alat Peraga Montessori pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ... 105

(22)

xx

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Disain Kotak Huruf (tampak depan) ... 7 Gambar 1.2 Disain Kotak Huruf (tampak atas) ... 7 Gambar 1.3 Disain Kartu Gambar tampak depan (kiri) dan tampak belakang

(kanan) ... 8 Gambar 1.4 Disain Kartu Suku Kata ... 9 Gambar 1.5. Disain Kartu Kata ... 9 Gambar 1.6 Disain Kotak Garis (tampak depan) ... 9 Gambar 1.7 Disain Kotak Garis (tampak atas) ... 9 Gambar 1.6 Disain Papan Tulis ... 10 Bagan 2.1 Literature Map ... 27 Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut

(23)

xxi

DAFTAR RUMUS

(24)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah

Lampiran 1.1 Lembar Hasil Validasi Pedoman Observasi ... 113 Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi ... 115 Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Guru, dan Siswa oleh Ahli... 116 Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 122 Lampiran 1.5 Transkrip Wawancara dengan Guru ... 125 Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Siswa ... 128 Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan

Lampiran 2.1 Lembar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh

Ahli ... 130 Lampiran 2.2 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan

untuk Guru ... 134 Lampiran 2.3 Lembar Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan untuk

Siswa ... 139 Lampiran 2.4 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Wawancara Analisis Kebutuhan

untuk Siswa ... 143 Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh

Guru ... 146 Lampiran 2.6 Transkrip Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ... 149 Lampiran 3 Instrumen Tes

(25)

xxiii

Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ... 171 Lampiran 4.2 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk

Guru ... 174 Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk

Siswa ... 177 Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli ... 180 Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Alat Peraga

oleh Ahli ... 183 Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Produk oleh Guru ... 185 Lampiran 4.7 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Produk oleh Siswa... 187 Lampiran 5 Surat Penelitian

Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ... 189 Lampiran 5.1 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 190 Lampiran 6 Album Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ... 191 Lampiran 7 Gambar Produk Alat Peraga Membaca dan Menulis

(26)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia lebih menekankan pada upaya meningkatkan kemampuan siswa agar mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulis. Hal tersebut ditegaskan oleh Werdiningsih (dalam Solchan, 2008: 11.6) dengan memaparkan bahwa Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa adalah berkomunikasi. Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki ruang lingkup yang mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek antara lain mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (BNSP, 2006: 318). Keempat aspek tersebut dilaksanakan secara terpadu. Akan tetapi, pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 1 dan 2 menekankan pada aspek peningkatan membaca dan menulis permulaan.

(27)

Sedangkan menulis permulaan memiliki tujuan lain yaitu (a) bersikap dengan benar dalam menulis garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran, garis pembentuk huruf, (b) menjiplak dan menebalkan (gambar, lingkaran, bentuk lurus), (c) menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat, atau beberapa kalimat), (d) menulis huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas, (e) menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung, (f) menulis kalimat yang didiktekan guru menggunakan huruf sambung dan menuliskannya dengan benar, dan (g) menulis rapi kalimat dengan huruf sambung (Solchan, 2008: 9.6).

Dari penjabaran di atas, membaca dan menulis memiliki tujuan masing-masing. Kenyataan di lapangan, terdapat permasalahan-permasalahan yang menghambat tercapainya tujuan tersebut. Slamet (2014: 107-108) menyebutkan permasalahan umum yang dihadapi anak dalam membaca antara lain, (1) kesulitan anak dalam mengenali huruf; (2) membaca suara, kesulitannya pada (a) membaca kata demi kata, (b) pemarafrasean yang salah, (c) kesalahan pengucapan, (d) penghilangan, (e) pengulangan, (f) pembalikan, (g) penyisipan, (h) penggantian, dan (i) menggunakan gerak bibir, menggunakan jari telunjuk, dan menggerakkan kepala; dan (3) pemecahan kode yang meliputi (a) kesulitan konsonan, (b) kesulitan vokal, (c) kesulitan kluster, diftong, disgraph, (d) kesulitan menganalisis struktur kata, dan (e) tidak mengenali kata dalam kalimat.

(28)

dengan observasi pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan pada bulan September 2015. Permasalahan yang muncul dari hasil observasi antara lain 1) Siswa kesulitan merangkai huruf, 2) Penulisan huruf b dan d masih terbalik. Masalah ini terjadi pula pada saat siswa membaca, 3) Penulisan huruf yang kurang atau melebihi huruf yang seharusnya (contoh: “mangga” menjadi “manga”, 4) Salah seorang siswa bahkan belum hafal huruf alphabet, 5) Cara penulisan huruf yang tidak sesuai urutan yang benar. Ketika menyalin huruf atau kata, siswa cenderung menyalin dengan melihat bentuk hurufnya tanpa memperhatikan cara penulisan yang benar, 6) Kurangnya konsentrasi siswa pada saat pelajaran membaca dan menulis. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran membaca dan menulis, 7) Gerak bibir belum memperlihatkan pelafalan huruf/kata yang diucapkan, dan 8) Gerakan kepala dan jari telunjuk yang masih mengikuti ketika membaca. Oleh karena itu, jelas bahwa masih ada permasalahan-permasalahan dalam membaca dan menulis yang perlu ditangani. Maka, dibutuhkan suatu metode yang mudah, menarik minat siswa, membuat siswa aktif sekaligus dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis.

Metode pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dalam membaca dan menulis adalah metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Asyhar (dalam Prastowo, 2015: 298) yang mengungkapkan bahwa alat peraga adalah media yang memiliki ciri dan/atau bentuk dari konsep materi ajar yang digunakan untuk memperagakan materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. Salah satu metode pembelajaran yang khas dengan penggunaan alat peraga adalah metode pembelajaran Montessori. Pembelajaran ini diciptakan oleh dokter Maria Montessori (1870-1952). Alat peraga dalam pembelajaran Montessori memiliki ciri-ciri yaitu, 1) menarik, 2) bergradasi, 3) auto-correction 4) auto-education. Alat peraga dapat menarik perhatian siswa. Alat peraga bergradasi dalam warna, kekerasan, berat, dan rangsangan-rangsangan yang rasional. Terdapat control of error dalam alat peraga sehingga siswa dapat memperbaiki kesalahannya sendiri.

(29)

pembelajaran sendiri (Montessori, 2002: 169-174). Alat peraga Montessori sangat cocok diberikan untuk siswa kelas I karena sangat kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu alat peraga Montessori merupakan sesuatu yang konkret bagi siswa sehingga sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, anak usia 7-12 tahun (usia anak Sekolah Dasar) masuk dalam tahapan operasional konkret (Salkind, 2004 : 326). Selama tahap ini, proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh siswa. Siswa dapat melakukan operasi problem yang agak kompleks selama problem itu konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2008: 320).

Selain sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa, alat peraga dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti (2015) dan Ratri (2014) mengenai alat peraga berbasis metode Montessori. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murti (2015) menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam operasi hitung pembagian. Penelitian tersebut menunjukkan perbedaan rerata prestest dan postets. Rerata hasil pretest adalah 4,62 sedangkan hasil posttest adalah 8,9. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ratri (2014) menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dalam materi operasi bilangan bulat melalui alat peraga papan bilangan bulat. Peningkatan tersebut sebesar 71% dilihat dari hasil pretest dan posttest. Maka alat peraga berbasis metode Montessori dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam belajar.

Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan membaca dan menulis, kebutuhan alat peraga pada pembelajaran, dan keefektifan alat peraga Montessori, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan. Alat peraga ini merupakan pengembangan dari Large Movable Alphabets (LMA) yang merupakan alat peraga Montessori untuk pembelajaran bahasa. Pengembangan memperhatikan lima ciri alat peraga Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education. Penelitian ini dibatasi pada tahapan menghasilkan prototipe atau

(30)

diujikan secara ilmiah oleh ahli dan melalui tahap uji coba lapangan terbatas di SD N Karangwuni.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dua rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori untuk siswa kelas I Sekolah Dasar dengan konsep alat peraga Montessori yang sudah ada?

1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas I Sekolah Dasar?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mengembangkan alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori untuk siswa kelas I Sekolah Dasar dengan konsep alat peraga Montessori yang sudah ada.

1.3.2 Mendeskripsikan kualitas alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah keterampilan dalam melakukan penelitian terlebih mengenai pembuatan alat peraga. Selain dalam pembuatannya, diharapkan peneliti mampu memaksimalkan dalam penggunaan alat peraga, khususnya untuk membaca dan menulis permulaan di Sekolah Dasar.

1.4.2 Bagi Guru

(31)

akhirnya guru menyadari pentingnya alat peraga dalam pembelajaran untuk mempermudah siswa bahkan mampu mengatasi kesulitan belajar siswa.

1.4.3 Bagi Siswa

Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru dan menyenangkan mengenai penggunaan alat peraga membaca dan menulis. Kesulitan siswa dalam membaca dan menulis terbantu dengan adanya alat peraga tersebut.

1.4.4 Bagi Sekolah

Sekolah dapat mempertimbangkan mengenai pengadaan alat peraga untuk pembelajaran. Sehingga sekolah memperoleh wawasan baru mengenai berbagai macam alat peraga terlebih alat peraga berbasis Montessori beserta manfaatnya dalam pembelajaran.

1.4.5 Bagi Prodi PGSD

Menambah referensi alat peraga yang ada dapat dikembangan di PGSD dan menambah pengalaman penelitian research and development mengenai alat peraga. Disamping itu, memperluas kerjasama dengan pihak SD mitra (kepala sekolah, guru, dan siswa).

1.5 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang dikembangkan adalah alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori beserta album penggunaannya. Alat ini dikembangkan dari alat peraga Montessori yang berupa Large Movable Alphabets (LMA). Aktivitas pokok dari perkenalan menulis adalah penggunaan LMA

(32)

kata dengan suku kata berbeda; 4.3.3 Menulis sesuai garis kata dengan tiga suku kata; 4.3.4 Menulis sesuai garis kata yang terdapat huruf mati; 4.3.5 Menulis sesuai garis kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata. Alat peraga ini terdiri dari kotak huruf, kartu huruf diftong, kartu suku kata, kartu kata, kartu gambar, kotak garis, papan petunjuk penulisan huruf, dan papan tulis.

Gambar 1.1 Disain Kotak Huruf (tampak depan)

Gambar 1.2 Disain Kotak Huruf (tampak atas)

(33)

Pembedaan warna tersebut berdasarkan prinsip Montessori pada alat peraga LMA. Huruf-huruf ini dibuat dengan bahan acrylic. Tata letak huruf disusun berdasarkan ukuran tingginya dan dibedakan menjadi daerah A dan daerah B. Daerah A terdiri dari huruf b, d, f, g, h, j, k, l, p, q, t, dan y. Masing-masing kotak pada daerah A memiliki ukuran 10 cm x 7,5 cm. Ukuran tinggi huruf pada daerah A adalah 9 cm kecuali untuk huruf t. Selanjutnya huruf a, c, e, i, m, n, o, r, s, u, v, w, x, dan z merupakan huruf daerah B yang memiliki tinggi 4 cm. Masing-masing kotak huruf daerah B berukuran 5cm x 7,5 cm. Di bawah daerah B terdapat dua kotak masing-masing berukuran 5 cm x 4 cm untuk kotak tanda titik huruf i dan j. Huruf-huruf tersebut berfungsi sebagai alat untuk menyusun suku kata, kata, maupun kalimat yang kemudian akan dibaca dan ditulis oleh siswa. Kotak huruf beserta huruf-hurufnya memiliki berat 1,5 kg.

Selain kotak huruf, komponen lain dari alat peraga ini adalah kartu gambar, kartu suku kata, dan kartu kata. Kartu-kartu yang dibuat dengan bahan Ivory 260 ini dimasukkan dalam dua kotak yang berukuran 7,5 cm x 7,5 cm untuk

setiap kotaknya. Letak kotak ini berada di samping kotak tanda titik. Melalui kartu-kartu ini, siswa dapat menyusun suku kata, kata, maupun kalimat. Pada sisi belakang kartu gambar terdapat pengendali kesalahan berupa nama benda tersebut yang digunakan pada saat siswa menyusun huruf. Kartu suku kata terdiri dari ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya sampai huruf z untuk setiap huruf konsonan. Sedangkan untuk kartu kata terdiri dari kata yang merupakan nama benda pada kartu gambar, kata dengan tiga suku kata, kata berimbuhan huruf mati, dan nama orang sebagai pelengkap dalam menyusun kalimat. Berikut adalah disain kartu-kartu tersebut.

(34)

Gambar 1.4 Disain kartu suku kata Gambar 1.5 Disain kartu kata

Komponen lain selain kotak huruf dan kartu-kartu di atas adalah kotak garis dan papan tulis. Peneliti memanfaatkan tutup kotak huruf sebagai papan untuk menyusun huruf. Tutup tersebut berukuran 50 cm x 38 cm. Tinggi luar 4 cm sedangkan tinggi dalam 3,5 cm. Bagian dalam tutup dibuat kotak bergaris empat dengan dua garis utama dan dua garis bayangan (garis putus-putus). Kotak garis ini ada dua dan masing-masing berukuran 48 cm x 12 cm. Fungsi dari kotak garis tersebut adalah untuk meletakkan kartu-kartu dan menyusun huruf. Berikut adalah disain kotak garis.

Gambar 1.6 Disain kotak garis (tampak depan)

(35)

Setelah kotak garis, komponen terakhir ialah papan tulis. Papan tulis bentuknya sama dengan kotak garis. Berikut adalah gambar 1.6 disain papan tulis.

Gambar 1.6 Disain papan tulis

Papan ini berukuran 47 cm x 29 cm berfungsi sebagai tempat latihan menulis sesuai dengan garis yang tersedia. Alat untuk menulis di papan tulis ini adalah boardmarker yang mudah dihapus dengan penghapus papan white board. 1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar dan dilaksanakan secara terkendali dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dalam pembelajaran. 1.6.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran dengan

pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan komunikasi lisan dan tulis yang melibatkan aspek keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan sastra. 1.6.3 Membaca permulaan adalah pembelajaran membaca tahap awal di kelas I

dan II dengan menggunakan metode-metode membaca yang disesuaikan dengan kemampuan membaca yang akan dicapai.

1.6.4 Menulis permulaan adalah pembelajaran menulis tahap awal di kelas I dan II dengan penguasaan kegiatan pramenulis yang berkembang menjadi kegiatan menulis yang lebih kompleks dan bertahap.

(36)

1.6.6 Metode Montessori adalah metode yang menekankan pada kebebasan, kemandirian, yang melatih dan mengembangkan indra-indra dan pemikiran anak dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montessori. 1.6.7 Perkembangan anak adalah serangkaian perubahan yang berlangsung

secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar.

1.6.8 Alat peraga adalah media yang menggambarkan, mengilustrasikan, atau mencirikan tentang konsep materi ajar yang diajarkan, sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut.

(37)

12

Subbab ini menguraikan beberapa teori pendukung penelitian. Teori-teori tersebut di antaranya adalah Pembelajaran Bahasa Indonesia, Membaca Menulis Permulaan, Metode Montessori, Perkembangan Anak, dan Alat Peraga Montessori.

2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Uraian dalam subbab ini terdiri dari pembelajaran dan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut. 2.1.1.1Pembelajaran

Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Al-Tabany, 2014: 19). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 mengartikan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan pengalaman siswa di dalam kelas dan dalam situasi pembelajaran lain di sekolah, siswa dengan saling berbagi, diharapkan mampu memperoleh hikmah pembelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna (Suyono & Hariyanto, 2011: 15).

(38)

dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sembilan prinsip tersebut antara lain (1) menarik perhatian, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) mengingatkan konsep yang telah dipelajari, (4) menyampaikan materi pelajaran,(5) memberikan bimbingan belajar, (6) memperoleh kinerja/penampilan siswa, (7) memberikan balikan, (8) menilai hasil belajar, dan (9) memperkuat transfer belajar.

Dengan demikian, pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar dan dilaksanakan secara terkendali dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dalam pembelajaran. 2.1.1.2Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran bahasa tidak lepas dari pendekatan pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Terdapat empat pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yakni pendekatan tujuan, pendekatan struktural, pendekatan komunikatif, dan pendekatan terpadu. Pendekatan tujuan dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai seperengkat kaidah bahasa atau tata bahasa. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Penggunaan bahasa di dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun non formal, tiap-tiap aspek tidak berdiri sendiri melainkan bersama-sama dalam penggunaannya. Dengan kata lain, penggunaan bahasa dalam praktik komunikasi akan tampil secara terpadu (Slamet, 2014: 19-22).

(39)

ditentukan dalam kurikulum. Pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara terpadu antara empat aspek keterampilan berbahasa (kompetensi dasar), kebahasaan (kompetensi kebahasaan), dan sastra. Dari keempat aspek keterampilan tersebut, dapat difokuskan pada salah satu aspek saja, sedangkan aspek yang lain sebagai variasi kegiatan belajar siswa. Tujuannya agar keempat aspek tersebut dikuasai secara seimbang dan pembelajaran tidak monoton (Solchan, 2008: 11.6-11.7). Dengan demikian, pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran dengan pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan komunikasi lisan dan tulis yang melibatkan aspek keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan sastra.

2.1.2 Membaca Menulis Permulaan 2.1.2.1Membaca Permulaan

Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Rubin (dalam Slamet, 2014: 107) mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca yakni sebagai berikut, (1) peningkatan ucapan, (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa), (3) hubungan antara huruf-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca, (4) membedakan bunyi-bunyi merupakan hal penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca, (5) kemampuan mengingat, (6) membedakan huruf, (7) orientasi ke kiri dan ke kanan, (8) keterampilan pemahaman, dan (9) penguasaan kosakata.

2.1.2.1.1 Materi Pembelajaran Membaca Permulaan

Materi membaca permulaan di SD terdapat di kurikulum dan silabus kelas I dan II. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada kelas I saja. Materi membaca permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua diuraikan oleh Slamet (2014: 24-27) sebagai berikut:

1. Kelas I Semester Pertama a. Persiapan (pramembaca)

(40)

b. Sesudah Pramembaca

Anak dikenalkan tentang lafal atau ucapan kata (menirukan guru), intonasi kata dan intonasi kalimat (lagu kalimat sederhana), huruf-huruf yang sudah dikenal anak, dan kata-kata baru yang bermakna. Tahap pertama, anak dikenalkan secara bertahap dengan keempat belas huruf yaitu: 1) a, i,m, dan n, 2) u, b, dan l, 3) e, t, dan p, 4) o dan d, 5) k dan s.

2. Kelas I Semester Kedua

Materi pembelajaran membaca permulaan berikutnya adalah bacaan kurang lebih 10 kalimat (dibaca dengan lafal dan intonasi yang wajar), kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya), dan huruf kapital pada awal kata nama orang, Tuhan, agama, kitab suci.

2.1.2.1.2 Metode Pembelajaran Membaca Permulaan

Selain materi pembelajaran, Solchan (2008: 6.16-6.22) menguraikan enam metode dalam pembelajaran membaca permulaan. Keenam metode tersebut adalah metode eja, metode bunyi, metode suku kata, metode kata, metode global, dan metode SAS. Peneliti menggunakan metode eja, metode suku kata, dan metode kata. Berikut uraian dari ketiga metode tersebut.

1. Metode Eja

Metode ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Setelah tahapan ini, siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenal. Misalnya:

b, a, d, u menjadi b-a ba (dibaca atau dieja /be-a ba ) 2. Metode Suku Kata

Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaian menjadi kata-kata bermakna. Misalnya: cu-ci

(41)

3. Metode Kata

Metode ini disebut juga metode kata lembaga. Dalam pembelajarannya, diawali dengan pengenalan kata tertentu kemudian diuraikan menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan dikembalikan ke bentuk asal sebagai kata lembaga (kata semula). Contoh:

kaki ---- ka-ki ---- k-a-k-i ---- ka-ki ---- kaki

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah pembelajaran membaca tahap awal di kelas I dan II dengan menggunakan metode-metode membaca yang disesuaikan dengan kemampuan membaca yang akan dicapai.

2.1.2.2Menulis Permulaan

Solchan (2008: 9.4) menjelaskan bahwa siswa SD yang baru masuk sekolah diperkenalkan dengan bentuk huruf-huruf. Pada hakikatnya, huruf-huruf itu dibentuk oleh garis-garis maka siswa diperkenalkan dan dilatih untuk membuat garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, dan garis bulat yang merupakan dasar untuk menulis sebuah huruf. Di samping itu, siswa dibiasakan untuk menulis dengan sikap yang benar. Oleh karena itu, keterampilan menulis bukan merupakan kemampuan otomatis yang dibawa sejak lahir. Keterampilan menulis yang handal hanya diperoleh dengan banyak latihan menulis.

2.1.2.2.1 Materi Menulis Permulaan

Materi menulis permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua diuraikan oleh Slamet (2014: 45-47) sebagai berikut:

1. Kelas I Semester Pertama

(42)

dasar menulis), dan melemaskan jari dengan cara menuliskan huruf dengan menggunakan jari.

2. Kelas I Semester Kedua

Siswa mulai melakukan penulisan kata-kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal atau yang baru dengan huruf balok. Materi lainnya yang harus dikuasai siswa berikutnya adalah menyalin kata-kata yang cocok dengan gambar yang ditunjukkan guru, menulis jelas dan rapi, menulis kata yang didiktekan guru, menulis kalimat sederhana yang dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik, penggunaan huruf kapital untuk nama orang, nama Tuhan, dan nama agama/kitab suci.

2.1.2.2.2 Metode Pembelajaran Menulis Permulaan

Dalam pengenalan menulis permulaan, metode yang digunakan tidak berbeda jauh dengan metode pengenalan membaca permulaan. Metode mana yang paling sesuai dengan perkembangan anak itulah yang dipilih. Membaca dan menulis saling terkait, sehingga metode dalam menulis permulaan mengikuti metode membaca yang digunakan (Slamet, 2014: 49).

Dengan demikian, menulis permulaan adalah pembelajaran menulis tahap awal di kelas I dan II dengan penguasaan kegiatan pramenulis yang berkembang menjadi kegiatan menulis yang lebih kompleks dan bertahap. Penguasaan keterampilan menulis didukung dengan keragaman materi yang diberikan secara bertahap untuk melatih kemampuan siswa.

2.1.2.3Membaca Menulis Permulaan

Membaca Menulis Permulaan (MMP) merupakan pembelajaran tahap awal di kelas rendah. Disebut permulaan karena hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu adalah kemampuan membaca dan menulis yang lebih diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf dan kemampuan menulis mekanik. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah (Solchan, 2008: 6.12).

(43)

yang merupakan kemampuan membaca yang sesungguhnya. Kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut (Solchan, 2008: 6.12).

Pada dasarnya, tujuan dari membaca dan menulis permulaan ialah memberi bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mengenalkan tentang teknik-teknik membaca dan menulis permulaan dan mengenalkan teknik menangkap isi bacaan dan dapat menuliskannya (Slamet, 2014: 49).

Berdasarkan paparan di atas, membaca dan menulis permulaan merupakan kemampuan membaca dan menulis yang diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar. Membaca dan menulis merupakan dua hal yang penting dan sangat diperlukan untuk memperluas pengetahuan, mempertinggi daya pikir, dan mempertajam penalaran. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan.

2.1.3 Metode Montessori

Sub bab ini menguraikan sejarah Montessori dan prinsip pendidikan Montessori.

2.1.3.1Sejarah Montessori

(44)

1907 lalu diiikuti tahun 1908 membuka Casa dei Bambini di Via Solari, Milan (Magini, 2013: 103-111).

Pada akhirnya Montessori mengundurkan diri sebagai dosen di Universitas Roma dan meninggalkan praktik sebagai dokter untuk fokus pada pendidikan. Di tahun yang sama yaitu tahun 1911, pendekatan Montessori sudah mulai dipakai di sekolah di Inggris dan Argentina, juga mulai diterapkan di sekolah-sekolah dasar di Italia dan Swiss. Mulai tahun 1913, Montessori menyelenggarakan kursus pelatihan dan kongres Montessori di berbagai negara di Eropa dan sekitarnya. Montessori mengabdi pada pendidikan hingga wafatnya pada tanggal 6 Mei 1952 di Noordwijk aan Zee, Belanda (Magini, 2013: 103-111).

2.1.3.2Prinsip Pendidikan Motessori

Montessori mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah proses dinamis dimana anak-anak berkembang menurut “ketentuan-ketentuan dalam” dari kehidupan mereka, dengan “kerja sukarela” mereka ketika ditempatkan dalam sebuah lingkungan yang disiapkan untuk memberi mereka kebebasan dalam ekspresi diri. Anak-anak, menurut Montessori, secara alamiah dan secara enerjik berusaha untuk mencapai kemandirian fungsional yang merangsang anak menuju aktivitas diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut dan kemandirian yang lebih besar. Kemandirian berarti mampu melakukannya sepenuhnya oleh dirinya sendiri (Gutex, 2013 : 75).

(45)

Terdapat delapan prinsip dalam pendidikan Montessori yang diungkapkan oleh Lillard (2005: 29-33), kedelapan prinsip tersebut adalah 1) Pergerakan dan pemikiran yang berkaitan erat, dan pergerakan dapat meningkatkan pemikiran dan pembelajaran, 2) Kebebasan dalam memilih dan memberikan kontrol diri, 3) Ketertarikan belajar. Anak dapat belajar dengan lebih baik apabila mereka tertarik pada apa yang mereka pelajari, 4) Menghindari penghargaan ekstrinsik, 5) Pembelajaran kolaboratif antar teman sebaya, 6) Pembelajaran dalam konteks akan lebih mendalam dan lebih memperkaya daripada pembelajaran abstrak, 7) Pentingnya bentuk-bentuk interaksi guru terhadap anak, dan 8) Keteraturan lingkungan dan pikiran yan bermanfaat bagi anak. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Montessori merupakan metode yang menekankan pada kebebasan, kemandirian, yang melatih dan mengembangkan indra-indra dan pemikiran anak dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montessori.

2.1.4 Perkembangan Anak

Perkembangan adalah serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar (Desmita, 2009: 9). Perkembangan menurut Piaget merupakan proses spontan dimana organisme memainkan peran aktif. Proses perkembangan terdiri atas empat faktor: maturasi, pengalaman transmisi sosial, dan faktor ekuilibrasi yang bersifat menyatukan semuanya (Salkind, 2009: 313). Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat tingkatan, yakni sensori-motor (0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), dan operasi formal (lebih dari 11 tahun) (Dahar, 2011: 136).

2.1.4.1Tahap Sensori-Motor (0-2 tahun)

(46)

2.1.4.2Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)

Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata dan gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik (Desmita, 2009: 101).

2.1.4.3Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini anak akan dapat berpikir logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda (Desmita, 2009: 101). Apabila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik (Haditono, 2006: 223).

2.1.4.4Tahap Operasi Formal (lebih dari 11 tahun)

Dalam tahap ini, anak berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik (Desmita, 2009: 101). Anak bisa menggunakan pertimbangan masa lalu dan masa yang akan datang ketika dihadapkan pada situasi-situasi yang baru. anak bisa menangani masalah-masalah yang ada dalam semua bingkai waktu (Salkind, 2009: 346-347).

Selain Piaget, Montessori mengidentifikasi periode perkembangan anak menjadi tiga yaitu: absorbent mind (0-6 tahun), periode usia 6-12 tahun (periode kedua), dan periode usia 12-18 tahun (periode ketiga). Selama tahap absorbent mind, anak-anak menyerap informasi dan membangun konsep melalui eksplorasi

lingkungan, menggunakan bahasa, dan mulai masuk ke dunia yang lebih besar dari kebudayaan kelompok mereka. Selama periode kedua, keterampilan dan kemampuan mulai muncul dan terus berkembang, dilatih, diperkuat, disempurnakan, dan dikembangkan. Periode ketiga, bersamaan dengan usia remaja, terjadi perubahan fisik yang besar dan menuju kematangan yang sempurna. Sang remaja berusaha untuk memahami peran-peran sosial dan ekonomi dan berusaha menemukan posisinya di tengah masyarakat (Gutek, 2004: 49-50).

(47)

menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar. Perkembangan siswa kelas I (usia 6-7 tahun) masuk dalam tahap operasional konkret dan periode kedua dalam periode perkembangan oleh Montessori. Pada tahap ini, siswa dapat melakukan operasi logis yang dihadapkan pada permasalahan yang konkret. Kemampuan tersebut perlu dilatih, diperkuat, dan dikembangkan untuk mempertajam keterampilan-keterampilan mereka. Oleh karena itu, alat peraga sangat dibutuhkan oleh siswa SD untuk melatih kemampuan memecahkan permasalahan logis melalui benda-benda konkret. 2.1.5 Alat Peraga Montessori

Sub bab alat peraga Montessori menguraikan pengertian alat peraga, fungsi alat peraga, kriteria alat peraga dan alat peraga berbasis metode Montessori.

2.1.5.1Hakikat Alat Peraga

Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran. Segala sesuatu yang masih bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan (Arsyad, 2014: 9). Menurut Estiningsih (dalam Prastowo, 2015: 298), alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Sementara Sanaky (dalam Prastowo, 2015: 298) mengartikan alat peraga sebagai suatu alat bantu yang digunakan oleh siswa untuk memperagakan materi pembelajaran. Menurut Asyhar (dalam Prastowo, 2015: 298) alat peraga adalah media yang memiliki ciri dan/atau bentuk dari konsep materi ajar yang digunakan untuk memperagakan materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. Penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan terutama untuk menjelaskan konsep atau materi yang abstrak.

(48)

membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya, kedua, mengilustrasikan dan memantabkan pesan dan informasi, dan ketiga, menghilangkan ketegangan dan hambatan dan rasa malas siswa.

Berdasarkan teori di atas, alat peraga merupakan media yang menggambarkan, mengilustrasikan, atau mencirikan tentang konsep materi ajar yang diajarkan, sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut. Alat peraga memiliki fungsi dan kriteria tertentu. Salah satu metode pembelajaran yang memiliki ciri khas dengan penggunaan alat peraganya adalah metode Montessori. 2.1.5.2Alat Peraga Berbasis Metode Montessori

Alat peraga berbasis metode Montessori memiliki ciri-ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Ciri yang pertama adalah menarik. Alat peraga Montessori dibuat agar dapat menarik perhatian dari anak. Jika anak mulai tertarik dengan alat peraga tersebut, maka mereka dapat belajar dengan lebih mendalam. Alat peraga tersebut dapat digunakan dalam berbagai bentuk permainan yang membuat suasana belajar menjadi lebih berkesan dan menyenangkan (Gutek, 2013: 235-239).

Ciri yang kedua adalah bergradasi. Dilihat dari segi fisik alat peraga Montessori, gradasi yang dimaksud ialah gradasi warna, kekerasan, berat, dan rangsangan-rangsangan yang akan dimunculkan oleh anak. Alat peraga bergradasi ini melibatkan panca indera anak sehingga memungkinkan berbagai macam rangsangan yang muncul dari anak. Oleh karena itu, alat peraga dibuat agar dapat melatih indera, dapat digunakan untuk berbagai macam usia dan berbagai macam konsep (Gutek, 2013: 234-240).

Ciri yang ketika adalah auto-correction. Alat peraga Montessori memiliki ciri khas dimana dalam penggunaannya siswa dapat mengontrol setiap kesalahan. Anak berproses untuk memperbaiki kesalahannya dan melakukan perbaikan ini dengan berbagai cara. Dalam mengalami proses tersebut, anak dibantu dengan adanya control of error (pengendali kesalahan) yang ada pada setiap alat peraga (Montessori, 2002: 171).

(49)

Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang memungkinkan anak belajar mandiri. Direktris (sebutan untuk guru di sekolah Montessori) tidak perlu ikut campur, cukup mengamati dan memberikan kebebasan untuk anak bekerja (Montessori, 2002: 172-173).

Ciri yang kelima adalah kontekstual. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lillard (2005: 29-33), pembelajaran dalam Montessori disesuaikan dengan konteks. Hal itu dikemukakan karena pembelajaran dalam konteks akan lebih mendalam dan memperkaya pemahaman siswa daripada belajar dengan pembelajaran yang abstrak. Oleh karena itu, kontekstual yang dimaksud adalah sesuai dengan lingkungan, dekat dengan anak, dan terdapat di lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian di atas, alat peraga berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, correction, auto-education, dan kontekstual. Peneliti mengembangkan alat peraga yang sesuai

dengan kelima ciri alat peraga Montessori. Peneliti mengembangkan dari alat peraga Montessori yang sudah ada dengan membuat beberapa modifikasi. Alat peraga yang dikembangkan menarik, berwarna, cara penggunaannya menyenangkan, dan dapat dikembangkan dengan berbagai macam permainan. Alat peraga bergradasi karena dapat digunakan oleh berbagai usia dan berbagai konsep dalam pengajaran bahasa. Terdapat pengendali kesalahan dimana siswa dapat menemukan dan memperbaiki kesalahan sendiri (auto-correction). Sehingga akan memungkinkan timbulnya pembelajaran sendiri tanpa didampingi oleh guru (auto-education). Bahan pembuatan alat peraga dapat ditemukan di sekitar anak. Alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti adalah alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori.

2.2 Penelitian yang Relevan

(50)

2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori

Penelitian tentang alat peraga berbasis metode Montessori dilakukan oleh Murti (2015), Ratri (2014), dan Fikasari (2012). Murti (2015) mengembangkan alat peraga matematika SD materi pembagian berbasis metode Montessori. Jenis penelitian yang digunakan ialah research and development (R&D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan 1) memiliki lima ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education dan kontekstual, serta 2) memiliki kualitas “sangat baik”. Rerata hasil pretest dan posttest menunjukkan perbedaan. Hasil pretest adalah 4,62 sedangkan hasil posttest adalah 8,9.

Ratri (2014) mengembangkan alat peraga matematika untuk operasi bilangan bulat berbasis metode Montessori. Jenis penelitian yang digunakan ialah research and development (R&D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Papan

Bilangan Bulat yang dikembangkan memiliki empat ciri alat peraga Montessori dan satu ciri tambahan (kontekstual). Alat peraga Papan Bilangan Bulat memiliki rerata skor validasi produk 3,5 yang menunjukkan kualitas “sangat baik”. Dalam proses belajar dengan alat peraga, siswa menjadi lebih antusias, lebih aktif, lebih berkonsentrasi, dan belajar secara mandiri. Hasil belajar siswa meningkat sebanyak 71% berdasarkan hasil pretest dan posttest.

Fikasari (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran sandpaper letters terhadap kemampuan meniru huruf kelompok PAUD Ar Rahman Jombang. Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif korelasi dengan menggunakan 70 anak kelompok A PAUD Ar Rahman sebagai populasi. Penelitian melakukan analisis data menggunakan SPSS 17.0 for windows dengan interpretasi nilai rhitung > rtabel. Hasil perhitungan

(51)

2.2.2 Penelitian tentang Membaca dan Menulis Permulaan

Penelitian tentang Membaca dan Menulis Permulaan dilakukan oleh Dewi, Suwatra, dan Arini (2014), Sukartiningsih (2004), dan Mutingah (2009). Dewi, dkk. (2014) menggunakan metode Struktur Analitik Sintetik (SAS) untuk meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan pada siswa kelas I SD Negeri 7 Bungkulan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode SAS dapat meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan. Hal ini ditunjukan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan metode Stuktur Analitik Sintetik (SAS) pada siklus I memperoleh rata – rata sebesar 69,9 dan terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 78,6. Jadi pembelajaran membaca permulaan tergolong berhasil. Ketuntasan pada siklus I sebesar 64 terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 72,4. Jadi pembelajaran membaca permulaan tergolong tuntas. Hasil penelitian kemampuan menulis permulaan pada siklus I memperoleh rata – rata sebesar 66,1 yang meningkat pada siklus II sebesar 83,3. Jadi pembelajaran menulis permulaan tergolong berhasil. Perolehan ketuntasan pada siklus I sebesar 66,1 dan terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 83,3. Jadi pembelajaran menulis permulaan tergolong tuntas.

Sukartiningsih (2004) mengembangkan media kata bergambar (MKB) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD. Peneliti menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D) yang dilakukan di SDN Jepara III. Penelitian ini menghasilkan produk MKB yang memiliki karakteristik dan spesifikasi yang tampak dari (1) Wujud, (2) Ukuran, (3) Bentuk tulisan, (4) Gambar, (5) Jenis kata yang dipakai, dan (6) Warna MKB.

(52)

sebagai metode yang tepat untuk pembelajaran keterampilan membaca menulis permulaan dan dapat digunakan sebagai variasi guru dalam pemilihan metode pembelajaran.

Berdasarkan beberapa studi literatur, peneliti menemukan relevansi dari penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan. Dari studi relevansi tersebut, terbukti bahwa alat peraga berbasis metode Montessori mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tentang membaca dan menulis permulaan menunjukkan hasil bahwa pembelajaran membaca dan menulis dapat ditingkatkan berbagai metode dan pengembangan. Karena belum ada yang melakukan penelitian pengembangan alat peraga berbasis metode Montessori untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan, maka peneliti mencoba menawarkan penelitian yang mengembangkan alat peraga untuk membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori. Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map pada bagan 2.1.

Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-penelitian yang Relevan Penelitian

Adanya peningkatan kemampuan operasi hitung pembagian setelah menggunakan alat peraga matematika berbasis metode

Montessori yang memiliki kualitas sangat baik. Ratri (2014)

Adanya peningkatan kemampuan pemecahan operasi bilangan bulat setelah menggunakan alat peraga matematika berbasis

Montessori yang berkualitas sangat baik.

Yang

Adanya peningkatan dalam membaca dan menulis permulaan menggunakan metode SAS

Sukartiningsih (2004)

Adanya peningkatan dalam membaca dan menulis melalui media kata bergambar

Adanya pengaruh media pembelajaran sandpaper letters terhadap kemampuan meniru huruf kelompok A PAUD Ar Rahman.

Mutingah (2009)

(53)

2.3 Kerangka Berpikir

Membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai seseorang sejak dini. Kedua keterampilan tersebut dimasukkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Di kelas rendah, membaca dan menulis diwadahi dalam satu pembelajaran yang disebut membaca menulis permulaan (MMP). Pembelajaran tersebut harus diberikan kepada siswa untuk melatih dan mendalami keterampilan membaca dan menulis. Sebab, membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang wajib dikuasai oleh siswa agar mampu menguasai keterampilan lainnya.

Pada kenyataannya, tidak sedikit permasalahan yang muncul dalam pembelajaran membaca menulis permulaan. Oleh karena itu, sebagai sarana untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu metode yakni metode Montessori mewadahi kebutuhan siswa dalam mengatasi permasalahan dalam membaca dan menulis serta meningkatkan kemampuan membaca dan menulis. Kekhasan dari metode ini adalah alat peraganya yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Pembelajaran dengan alat

peraga dalam metode ini memungkinkan siswa agar belajar mandiri dan menyenangkan. Terlebih usia perkembangan yang sudah berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini siswa dapat melakukan operasi dan berpikir logis apabila dihadapkan pada situasi konkret. Maka sudah seharusnya siswa difasilitasi dengan metode yang mengkondisikan siswa pada situasi yang konkret.

(54)

2.4 Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan lima pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

2.4.1 Bagaimana hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan yang dilakukan di SD N Karangwuni 1?

2.4.2 Bagaimana pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan dari alat peraga Large Movable Alphabets?

2.4.3 Bagaimana pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan berdasarkan ciri-ciri alat peraga Montessori?

2.4.4 Bagaimana hasil penilaian terhadap ciri alat peraga Montessori pada alat peraga membaca dan menulis permulaan?

(55)

30 BAB 3

METODE PENELITIAN

Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau lebih dikenal dengan istilah Research and Development (R&D). Penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010:

194) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Sedangkan Seels & Richey (dalam Setyosari, 2010: 195) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai kajian secara sistematik untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan secara internal. Selain dari dua pengertian di atas, Sukmadinata (2008: 164) juga mendefinisikan pengertian penelitian dan pengembangan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Hampir sejalan dengan pengertian Sukmadinata, Sugiyono (2012: 297) berpendapat bahwa metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu. Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk merancang, mengembangkan, memvalidasi, mengevaluasi, dan menyempurnakan suatu produk yang diuji berdasarkan standar dan kriteria tertentu.

Gambar

Gambar 1.1 Disain Kotak Huruf (tampak depan)
gambar, kartu suku kata, dan kartu kata. Kartu-kartu yang dibuat dengan bahan
Gambar 1.7 Disain kotak garis (tampak atas)
Gambar 1.6 Disain papan tulis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Natuna adalah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten

Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory (survey penjelasan). Populasi penelitian adalah 8 buah puskesmas dan SD di Kota Binjai. Sampel penelitian adalah 3

Analisis ISSR pada sembilan populasi Taka (Tacca leontopetaloides) menunjukkan level variasi genetika yang cukup tinggi dengan pita polimorfik sebesar

Bagi pelanggan indosat yang belum memiliki Henpon yang mendukung teknologi eAP-SiM juga bisa menikmati layanan indosat Super wi- Fi, caranya pelanggan harus mengisi Username

Indonesia telah melakukan langkah maju dalam pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu ( Integrated Water Resources Management –

(1) Rapat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (1) huruf a membahas seluruh materi rancangan undang-undang sesuai dengan daftar inventarisasi masalah

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan bubur buah black mulberry , sari buah lemon, bubur buah pepaya, dan pengaruh suhu

Berdasarkan analisis statistika dalam Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji-T Independen telur asin ayam ras dan telur asin itik adalah berbeda nyata artinya