• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mempengaruhi Opini Publik

Dalam dokumen POLITIK BENAZIR BHUTTO (Halaman 80-87)

BAB III. BENAZIR BHUTTO DALAM KANCAH POLITIK

C. Upaya Benazir Bhutto Menggoyahkan Pemerintahan Nawaz

C. 1. Mempengaruhi Opini Publik

Selama Nawaz Sharif memerintah Pakistan sejak kemenangannya dalam pemilu 1990, Benazir Bhutto bertindak sebagai pemimpin oposisi. Benazir mulai melancarkan aksi-aksi politiknya untuk merongrong kewibawaan pemerintah Nawaz Sharif. Berbagai cara dilakukan mulai dari tuduhan-tuduhan terhadap kesewenang-wenangan pemerintah yang telah mendiskreditkan PPP dalam kancah politik Pakistan, menyebarkan “White

Paper” yang berisi tentang kecurangan dalam pemilu 1990, melakukan aksi mogok makan sebagai protes terhadap kecurangan yang dilakukan pemerintah atas partainya, sampai melakukan “Long March”.

Tak lama setelah pemilu 1990, Benazir memulai aksi protesnya terhadap pemerintah dengan menyebarkan “White Paper” yang berisi tuduhan bahwa selama pemilu pemerintah telah melakukan manipulasi yang memungkinkan kelompok Nawaz Sharif menang mutlak. Oleh karena itu, menurut Benazir Bhutto keberadaan pemerintah Nawaz Sharif tidaklah absah. Oposisi juga meminta agar masalah pro dan kontra mengenai pembentukan pemerintahan nasional serta perdebatan-perdebatan mengenai pidato Presiden pada Sidang Gabungan Parlemen yang dianggap berat sebelah dan tidak mencerminkan semua golongan untuk diperdebatkan kembali di parlemen.

Belum lagi ketika terjadi Perang Teluk yang pecah pada bulan Januari 1991, pemerintahan Nawaz Sharif sempat menghadapi krisis kepercayaan karena keputusannya yang menyanggupi pengiriman 11.000 tentara Pakistan untuk bergabung dalam pasukan multinasional pimpinan Amerika Serikat. Keputusannya ini menimbulkan gelombang protes anti Amerika Serikat. Hal ini dieksploitasi oleh beberapa partai termasuk PPP untuk mengorganisir protes dan unjuk rasa pro-Irak.105

Posisi Nawaz Sharif dalam hal ini memang sulit, karena disatu pihak dia harus mendapat dukungan dari rakyat, yang menentang kebijakannya dalam Perang Teluk. Sedangkan di lain pihak harus menjaga hubungan baik dengan Saudi Arabia dan Amerika Serikat yang merupakan donor utama Pakistan. Selain itu pengiriman pasukan ke Saudi Arabia juga sebagai realisasi dari perjanjian antara kedua negara tahun 1982, di mana keduanya akan saling membantu apabila kemerdekaan dan kedaulatannya

105

terancam. Meskipun keputusan tersebut pada akhirnya telah mengakibatkan keduanya partai agama Jamaat Islami (JI) pimpinan Qazi Hussain Ahmad dari koalisi IJI dan mundurnya Menteri Agama Pakistan Abdussatar Niazi dari Jama’at Ulama Pakistan (JUP), pemerintah masih berhasil mempertahankan posisinya dari protes keras tersebut.106

Setelah melakukan perjalanannya ke luar negeri selama sebulan, Benazir Bhutto mulai melancarkan serangannya lagi kepada pemerintah dengan tuduhan bahwa pemerintah Pakistan telah mencoba menyisihkan peranannya sebagai pemimpin oposisi serta memfitnah suaminya telah melakukan tindakan kriminal. Benazir Bhutto juga menuduh pemerintah ingin menyingkirkannya dari Majelis Nasional Pakistan dan partai politik, dengan cara melancarkan beberapa tuduhan pemerintah terhadap ketidak becusan Benazir Bhutto dalam memerintah Pakistan, seperti antara lain: korupsi, nepotisme, ktidakmampuan mengatasi masalah dalam negeri Pakistan, pelanggaran konstitusi, kegagalan mengendalikan pelanggaran hukum dan tata tertib di propinsi Sindh konfrontasi antara pusat dan daerah. Polisi juga mengajukan tuntutan kepada beberapa mantan anggota kabinet Benazir Bhutto dengan tuduhan telah berkomplot membunuh Altaf Hussain, pemimpin MQM.

Ditengah kritikan-kritikan Benazir Bhutto ini, pemerintah Nawaz Sharif berhasil menguasai isu yang paling kontroversial mengenai pemberian status legal kepada Syariah, sebuah Undang-Undang resmi yang menerima hukum Islam. Hal tersebut disampaikan dalam Sidang Majelis Nasional pada pertengahan April 1991. keberhasilan ini menjadi acuan bagi panitia terpilih untuk meninjau kembali dan mempertimbangkan usul-usul perubahan. Perubahan Undang-Undang Syariah diterima oleh Majelis pada

106

pertengahan bulan Mei 1991 dan disetujui oleh Senat dua minggu kemudian Akhirnya, Presiden Ghulam Ishaq Khan mensahkan Undang-Undang Syariah yang menyatakan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai hukum tertinggi di Pakistan.107 Menurut Pemerintah, Undang-Undang tersebut ditujukan untuk meng-Islamkan sistem ekonomi dan pendidikan Pakistan, serta akan mempercepat proses keadilan bagi rakyat dan menjadikan Pakistan sebagai negara Islam yang sejahtera108 Undang-Undang tersebut didukung oleh kaum fundamentalis yang bergabung dalam Jamaat Islami (IJI).

Tetapi Benazir Bhutto yang bertindak selaku pemimpin kubu oposisi, menilai undang-undang tersebut sebagai kemunduran dan inkounstitusional. Bahkan menurut Benazir Bhutto, undang-undang tersebut akan mengandung sentiman atau pertikaian di antara para ulama dan sekte-sekte keagamaan. Sekte minoritas Syiah, sejumlah intelektual dan kelompok-kelompok kaum feminis juga menentang pemberlakuan undang-undang yang disetujui Majelis Nasional (16 Mei 1991) dan disahkan Senat (28 Mei 1991) itu. Bahkan partai radikal JUI (Jamiat ul Ulema i-Islami) menganggap undang-undang tersebut hanya sebagai lelucon, dengan alasan undang-undang-undang-undang itu tak melarang praktek riba dan pemberian bunga atas pinjaman.109

Persamaan-persamaan anti pemerintah di kalangan partai-partai oposisi telah menimbulkan semangat persatuan, yang diwujudkan dalam All Parties Conference (APC) dipimpin ketua Pakistan Democratic Party (PDP), Nawabzada Nasrullah Khan. APC ini bukan merupakan aliansi, tetapi suatu kerja sama antara beberapa partai yang bertujuan

107

Ghulam Ishaq Khan”, data diakses pada 12 November 2008, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Ghulam_Ishaq_Khan

108

Yudi Prianto, “Setelah Masa Berkabung Usai”, artikel diakses pada 12 November 2008, dari http://majalah.tempointeraktif.com/id/email/1988/09/03/LN/mbm.19880903.LN28105.id.html

109

Hafid Usman, “Political Parties and Leaders” artikel diakses pada 12 November 2008, dari http://surf.de.uu.net/bookland/compendia/cia/factbook/fields/political_parties_and_leaders.html

untuk menggalang persatuan dalam menghadapi pemerintah. Kerja sama tesebut terdiri dari: PDP, PPP, Tehrik Nifaz Firqah Jafariya, Tehrik i-Istiqlal, PML Qasim Group, Qaumi Mashrik Awami (QMA), Mazdoor Kissan Party (MKP), dan Hizb-e-Jebeb ini dimaksudkan untuk mengoreksi dan mengkritik kebijakan pemerintah. Upaya yang dilakukan di luar parlemen adalah melalui unjuk rasa, pawai demonstrasi, dan rapat-rapat umum. Hal ini tentu saja sangat mendukung People Democratic Alliance (PDA) sebagai partai oposisi dalam menghadapi pemerintah.

Banyak cara telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi agitasi kaum oposisi. Untuk mengurangi pengaruh PPP di propinsi Sindh yang dianggap sebagai ancaman utama terhadap kedudukannya misalnya, Nawaz Sharif mengangkat Jam Saddiq Ali, - seorang mantan pimpinan PPP yang kurang puas pada Zulfikar Ali Bhutto – sebagai Ketua Menteri. Selama masa pemerintahan Jam Saddiq Ali ini, dilakukan berbagai cara untuk menghancurkan kekuatan PPP, baik di parlemen maupun di luar parlemen. Banyak pemimpin PPP termasuk suami Benazir, Asif Zardari ditahan dengan berbagai tuduhan. Demikian pula di dalam tubuh IJI, Nawaz Sharif telah melakukan pembersihan kabinetnya terhadap orang-orang yang dianggap terlalu dekat oposisi atau terlalu vokal menentang kebijkan pemerintahannya, seperti Menteri Dalam Negeri Zahid Sarfraz dan Menteri Komunikasi Murtaza Jatoi.110

Pada bulan Juli 1991 pemerintah telah pula mengeluarkan Amandemen ke-12. Amandemen ke-12 ini sebelumnya telah disetujui oleh Majelis Nasional dan Senat, dan pada akhirnya disetujui oleh Presiden Ghulam Ishaq Khan sebagai Undang-Undang No. 15/1991. Di keluarkannya amandemen tersebut berawal dari situasi keamanan dan

110

“Asif Ali Zardari”, data diakses pada 12 November 2008, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Asif_Ali_Zardari

ketertiban yang sedemikian buruknya yang tidak bisa diatasi dengan segala perangkat kepolisian dan perundang-undangan yang ada. Dengan disetujuinya Amandemen ke-12 ini telah menjadi bagian dari konstitusi 1973 dan harus ditaati oleh semua pihak tanpa kecuali dan menjadi dasar hukum bagi pembentukan peradilan khusus di keempat propinsi.

Menurut pemerintah amandemen ini merupakan senjata ampuh untuk menegakkan keamanan dan ketertiban masyarakat, di mana proses peradilan terhadap pelaku kejahatan dipercepat. Namun oposisi meragukan dari amandemen tersebut, karena kalau sekedar menampung kriminal sebenarnya sudah ada pengadilan. Oleh karena itu oposisi beranggapan bahwa Amandemen ke-12 lebih dimaksudkan untuk menghukum lawan-lawan politik dan atau kelompok oposisi. Dugaan oposisi ternyata benar, karena setelah berlakunya Amandemen ke-12 tersebut maka pemerintahan propinsi terutama di propinsi Sindh, melakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh dan anggota-anggota PPP, yang ditangkap sebagai pembunuh, teroris dan penculik.

Untuk memprotes pemerintahan Nawaz Sharif yang dianggapnya akan menghancurkan partainya ini, Benazir dan beberapa tokoh oposisi lantas melakukan aksi mogok makan pada Minggu tanggal 4 Agustus 1991. Aksi mogok makan selama 12 jam di luar gedung parlemen ini sebagai protes menentang aksi penahanan dan penyiksaan 5.000 pendukung partainya.111 Bahkan bersamaan dengan tuduhan-tuduhan Benazir tenteng terjadinya kecurangan dalam pemilu 1990 yang menyebabkan kerugian besar bagi PPP, ternyata muncul pengakuan kecurangan dari Naveed Malik mantan Penasehat Perdana Menteri Nawaz Sharif itu mengaku telah berbuat curang, dengan

111

Rosyadi, “Perjalanan Benazir Bhutto”, artikel diakses pada 12 November 2008, dari http://suryoele.wordpress.com/page/2/

mengkoordinasikan dua sel pemilu yang dibentuk untuk memanipulasi hasil pemilu agar Benazir Bhutto (PPP) tidak menang. Dengan demikian terungkaplah sebagian dari kecurangan-kecurangan pemilu 1990. Benazir Bhutto menuduh bahwa Presiden Ishaq Khan lah sebagai penanggung jawab utama dari semua kejahatan ini. Bahkan sebagai aksi protes bagi pemerintah, Benazir berhasil juga membujuk 18 anggota parlemen PPP untuk mengundurkan diri.112

Setahun sesudah pemecatannya, Benazir Bhutto mengangkat pula isu skandal ratusan juta dollar yang melibatkan partai yang sedang berkuasa, sebagai tindakan balas dendam atas isu yang sama ditimpakan pada pemerintahannya, 1988-1990. Isu skandal yang tersebut terutama dituduhkan pada lembaga-lembaga koperasi simpan pinjam yang dijalankan para anggota partai berkuasa, yang berhenti membayar setoran dan memohon bantuan pemerintah. Koperasi-koperasi itu sebagai salah satu contohnya adalah Lembaga Keuangan Koperasi Nasional (Nation Industrial Credit Financial Corporation – NICFC), dimiliki anggota partai IJI pimpinan Perdana Menteri Nawaz Sharif.113

Benazir Bhutto menuding Nawaz Sharif dan Menteri Dalam Negeri Shujaan Hussain telah mengambil pinjaman dalam jumlah besar dari koperasi untuk membiayai usaha pribadi mereka. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Koperasi Masyarakat tahun 1952 yang tidak membenarkan untuk memberikan pinjaman kepada Perseroan Terbatas (PT). Ada dugaan kuat bahwa perusahaan milik Perdana Menteri dalam semalam meminjam Rs. 300 juta dari Muslim Commercial Bank dalam

112

Serangan-serangan Benazir Bhutto, ditanggapi Nawaz Sharif dalam sebuah pidato hari Kemerdekaan Pakistan, 14 Agustua 1991 di Lahore dengan kemarahan, kebencian dan ancaman. Pada saat yang sama, Nawaz Sharif telah pula mendeklarasikan dirinya sebagai pembawa panji prinsip-prinsip Ali Jinnah. Juga pada hari ulang tahun kematian Zia Ui Haq tiga hari kemudian, ia mengangkat dirinya tersebut sebagai penjaga warisan Zia Ui Haq, lihat Rais Ahmad Khan, ASIAN SURVEY, h.131.

113

Zacky Khairul Umam, “Pakistan dan Demokrasi yang Tersisih,”artikel diakses pada 12 November 2008, dari http://klikinter.blogspot.com/2007_12_01_archive.html

rangka membayar kembali hutang-hutangnya kepada NICFC. Dinyatakan juga bahwa jaminan atas pinjaman tersebut dinaikan secara tidak wajar, sertifikat-sertifikatnya dipalsukan dan pinjaman-pinjaman baru disetujui tanpa melihat adanya keganjilan-keganjilan pada pinjaman-pinjaman sebelumnya. Salah satu Perseroan Terbatas yang dimaksud PDA adalah milik Perdana Menteri, The Itterfaq Group of Industries, yang memberi hak para pemegang deposito NICFC sejumlah Rs. 61 juta dengan diskon sangat besar. Namun, pada akhirnya para pemegang deposito tersebut justru kehilangan harapan untuk menerima uangnya kembali.114

Perdana Menteri membentuk komisi untuk menyelidiki sebab-sebab kebangkrutan bank-bank koperasi dan mencari segala cara dan upaya untuk mengembalikan uang para penyetor. Tetapi komisi tersebut gagal bertindak cepat, bahkan hanya memfokuskan usahanya untuk membersihkan nama Ittefaq Industries tanpa memikirkan cara untuk memecahkan inti masalah. Pemerintah benar-benar telah dipermalukan dengan tuduhan-tuduhan ini, sebab persoalannya hampir sama dengan tuduhan-tuduhan Presiden atas Benazir Bhutto dan kelompoknya yang kasusnya justru sedang dalam proses pengadilan.

Dalam dokumen POLITIK BENAZIR BHUTTO (Halaman 80-87)