• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terselenggaranya Pemilu Tahun 1993

Dalam dokumen POLITIK BENAZIR BHUTTO (Halaman 110-119)

BAB IV. KEMBALINYA BENAZIR BHUTTO DALAM KEKUASAAN POLITIK

C. Keberhasilan Benazir Bhutto Menjadi Perdana Mentri Kedua Kalinya

C. 1. Terselenggaranya Pemilu Tahun 1993

Pemilu untuk Majelis Nasional direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 1993 dan untuk Majelis Propinsi pada tanggal 9 Oktober 1993.136 Tahun 1988, Benazir dengan ditopang kharisma mendiang bapaknya, Zulfikar Ali Bhutto, berhasil

136

mengalahkan Sharif. Namun, pada pemilu 1990 Benazir gagal mengulangi suksesnya, akibat dianggap telah gagal memimpin Pakistan. Walhasil, Benazir yang sempat memimpin Pakistan selama 20 bulan itu akhirnya tergeser oleh kekuatan Nawaz Sharif. Setelah Sharif dipaksa mundur dari jabatannya, Benazir-Sharif kembali berhadapan di Pemilu 1993 guna mengulangi adu kekuatan. Benazir nampak optimis bahwa dirinya bakal menang. Mengingat kekuatan Sharif sedang rapuh akibat perseteruannya dengan mantan sekutu utamanaya, Ishaq Khan.137

Namun sebagian besar pengamat mengatakan bahwa kelemahan yang paling parah bagi prospek pemilihan Nawaz Sharif dalam pemilu adalah akibat perpisahannya dengan tokoh vokal Qazi Hussain Ahmed pimpinan Jamaat Islami (JI). Qazi Hussain Ahmed telah membentuk Pakistan Islamic Front (PIF), yang mulai menempatkan diri sebagai kekuatan politik ketiga setelah PPP dan PML. Selain itu, kelompok PML sempalan pimpinan Hamid Naser Chatta justru telah bergabung dengan PPP. Hal ini tentu dapat memperkuat kubu Benazir terutama di propinsi terpadat Punjab, yang merupakan kartu penentu kemenangan dalam pemilu. Sementara propinsi Sindh masih tetap berada dalam genggamannya, Benazir Bhutto kemudian mulai melakukan pengaturan pemilihan di NWFP dan bekerja sama dengan partai keagamaan penting, yakni Jamiat-ul Ulama-i-Islam Fazlur Rahman (JUIF).138

JUIF mau bekerja sama dengan Benazir Bhutto karena. Pertama, meskipun JUIF adalah partai keagamaan yang semula sangat menentang kepemimpinan seorang wanita namun Benazir Bhutto pernah memerintah Pakistan pada tahun 1988-1990 sehingga kepemimpinan seorang wanita nampaknya tidak terlalu dipersoalkan lagi. Kedua, isu

137

Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h.193-194.

138

yang muncul menjelang pemilu 1993 bukan lagi isu agama tetapi lebih kepada perebutan kekuasaan di antara Nawaz Sharif-Ishaq Khan-Benazir Bhutto dan isu ekonomi. Sedangkan Nawaz Sharif sendiri bentrok dengan partai keagamaan karena mengirim pasukan ke Irak untuk membantu tentara multinasional pimpinan Amerika Serikat. Akibatnya Jamaat Islami (JI) keluar dari koalisi IJI dan membentuk PIF, sementara partai keagamaan lainnya seperti JUIF lebih memilih bekerja sama dengan Benazir Bhutto.

Akhirnya pemilu pun berlangsung sesuai dengan rencana. Pemilu tersebut diikuti 64 partai politik, termasuk 12 kelompok minoritas non-muslim. Lebih dari 49 juta orang berduyun-duyun ke kotak suara untuk memilih wakil mereka yang akan mengisi 207 kursi yang diperuntukkan bagi wakil Muslim dalam Majelis Nasional yang beranggotakan 237 orang. Di antara 1.500 kandidat terdapat sekitar 600 calon independent. Sekitar 1,4 juta pemilih non Muslim secara terpisah memilih untuk 10 kursi yang dicadangkan bagi minoritas dan untuk kaum wanita disediakan 20 kursi.139

Dalam pemilu kali ini, partai-partai politik bersaing secara individu partai. Tidak ada lagi koalisi Islami Jamhoori Ittehad (IJI) ataupun People’s Democratic Alliance (PDA) karena masing-masing telah pecah menjelang berlangsungnya pemilu. Banyaknya partai politik di Pakistan yang ikut berpartisipasi dalam pemilu 1993 telah memancing perjuangan masing-masing partai untuk menawarkan program-program yang ditawarkan oleh partai-partai utama berbeda satu dengan dengan lainya. Pakistan Moslem League (PML) pimpinan Nawaz Sharif memfokuskan diri pada liberalisasi perekonomian, swastanisasi dan industrialisasi dengan tetap menonjolkan nilai-nilai ke-Islaman. Sebagai simbol pilihannya adalah gambar Harimau. Pakistan People’s Party (PPP) pimpinan Benazir Bhutto lebih menfokuskan diri pada reformasi struktur (birokrasi), swastanisasi

139

sektor umum dan menawarkan disiplin penggunaan keuangan serta memotong defisit anggaran. PPP juga menjanjikan mendorong nilai-nilai agama melalui pendekatan filosofis demi penyesuaian kehidupan modern yang sekuler. Lambang dalam pemilihannya adalah panah. Pakistan Islamic Front (PIF), kelompok yang sering dikategorikan fundamentalis, mengajukan program akan membenahi banyaknya kesalahan manajemen dengan menghentikan korupsi. Lambang pemilihannya adalah mobil. Sedangkan Muhajir Qoumi Movemen (MQM), partai kuat di daerah Sindh, yang didirikan oleh Altaf Hussain memilih layang-layang sebagai lambang partainya. Selain empat partai utama tersebut, puluhan partai lainnya tidak bisa dikesampingkan begitu saja keterlibatannya dalam pemilu 1993. mereka juga memiliki basis massa meski tidak besar namun memiliki fanatisme.

Sebagaimana dengan pemilu sebelumnya, pemilu Pakistan 1993 ini kembali diwarnai dengan persaingan dua tokoh utama pemain politik Pakistan, Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif. PPP pimpinan Benazir Bhutto dan PML pimpinan Nawaz Sharif, muncul sebagai dua partai terkuat. Akhirnya, PPP beserta koalisinya yaitu PML Chatta group memperoleh 92 kursi dari 207 kursi yang diperebutkan di Majelis Nasional, denagan perincian 86 kursi dari PPP sendiri dan 6 kursi dari PML Chatta group. Sementara saingan utamanya PML hanya memperoleh 72 kursi di Majelis Nasional.

Tabel 3 Hasil Pemilihan Umum Tanggal 6 Oktober 1993.140

140

Deepak Tripathani,” Pakistan: The Return of Benazir Bhutto”, The World Today, December, 1993, h 227.

NO NAMA PARTAI PEROLEHAN KURSI

1. Pakistan People’s Party (PPP) 86 kursi

2. Pakistan Moslem League (PML Nawaz Sharif Group) 73 kursi 3. Pakistan Moslem League (PML Junejo/ Chatta group) 6 kursi

4. Pakistan Islamic Front (PIF) 3 kursi

5. Islami Jamhoori Mahaz (IJM) 3 kursi

6. Pakhtoon Khawa Milli Awami Party 3 kursi

7. Awami National Party (ANP) 3 kursi

8. Muttahida Deeni Mahaz 3 kursi

9. Jamhoori Watan Party (JWP) 2 kursi

10. Pakhtoonkhwa Qaumi Party 1 kursi

11. Baluchistan National Mavement (Hai) 1 kursi

12. Baluchistan National Movement (Mengal) 1 kursi

13. National Democratic Alliance (NDA) 1 kursi

14. National People’s Party (NPP) 1 kursi

15. Independent 15 kursi

TOTAL* 202 kursi

* Penghitungan suara di lima daerah pemilihan dihentikan karena berbagai alasan, termasuk kematian para calon.

Sedangkan pemilu propinsi untuk memilih 483 anggota Majelis Propinsi. Hasil pemilu propinsi Punjab menunjukan bahwa PML memperoleh 106 kursi dari 240 kursi. Sedangkan PPP beserta koalisinya yaitu PML Chatta group berhasil memperoleh 112

kursi, dengan perincian 94 kursi dari PPP dan 18 kursi dari faksi PML sempalan pimpinan Hamid Naser Chatta. Di propinsi Sindh, PPP memenangkan 56 kursi dari 100 kursi, MQM memenangkan 27 kursi, PML hanya memperoleh 8 kursi, dan satu kursi diperoleh Murtaza Bhutto, putra Zulfikar Ali Bhutto, yang ikut serta dalam pemilu dengan platform Shaheed Bhutto Commie (SBC) tanpa bergabung dengan PPP. Di propinsi NWFP, PPP memenangkan 22 kursi, ANP 21 kursi dan PML Nawaz Sharif memperoleh 15 kursi. Sementara PML Hamid Nasser Chatta memperoleh 4 kursi dan PIF juga memperoleh 4 kursi. Di propinsi Baluchistan, PML berhasil memperoleh 6 kursi, PPP hanya 3 kursi dan sisanya dibagi di antara partai-partai kecil dan para calon indpenden. (Lihat table 4, 5, 6 dan 7).

Tabel 4 Hasil Pemilu Propinsi Punjab, 9 Oktober 1993.141

NO. NAMA PARTAI PEROLRHAN SUARA

1. Pakistan Moslem League (PML Nawaz Sharif) 106 kursi

2. Pakistan People’s Party (PPP) 94 kursi

3. Pakistan Moslem League (PML Chatta) 18 kursi

4. Pakistan Islamic Front (PIF) 2 kursi

5. National Democratic Party (NDP) 1 kursi

6. Muttahida Deeni Mahaz (MDM) 1 kursi

7. Independent 17 kursi

TOTAL 240 kursi

141

Tabel 5 Hasil Pemilu Propinsi Sindh, 9 Oktober 1993.142

NO. NAMA PARTAI PEROLEHAN KURSI

1. Pakistan People’s Party (PPP) 56 kursi

2. Muttahida Qumi Mahaz-Altaf (MQM-A) 27 kursi

3. Pakistan Moslem League (PMI, Nawaz Sharif) 8 kursi

4. National People’s Party (NPP) 2 kursi

5. Shaheed Bhutto Commite (SBC) 1 kursi

6. Sindh National Front (SNP) 1 kursi

7. Independent 5 kursi

TOTAL 100 kursi

Tabel 6 Hasil Pemilu Propinsi NWFP, 9 Oktober 1993.143

NO. NAMA PARTAI PEROLEHAN SUARA

142

Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 206.

143

1. Pakistan People’s Party (PPP) 22 kursi

2. Awami National Party (ANP) 21 kursi

3. Pakistan Moslem League (PML Nawaz Sharif) 15 kursi

4. Pakistan Moslem League (PML) Chatta) 4 kursi

5. Pakistan Islamic Front (PIF) 4 kursi

6. Islami Jamhooti Mahaz (IJM) 1 kursi

7. Jamiat Mushaikh Pakistan (JMP) 1 kursi

8. Muttahida Deeni Mahaz (MDM) 1 kursi

9. Independen 11 kursi

TOTAL 80 kursi

Tabel 7 Hasil Pemilu Propinsi Baluchistan, 9 Oktober 1993.144

NO. NAMA PARTAI PEROLEHAN KURSI

1. Pakistan Moeslim League (PML Nawaz Sharif) 6 kursi

2. Jamhoori Watan Party (JWP) 5 kursi

3. Baluchistan National Movement (BNM Mengal) 4 kursi

4. Paktoon Khwa Milli Awami Party (PKMAP) 4 kursi

5. Pakistan People’s Party (PPP) 3 kursi

6. Islami Jamhoori Mahaz (IJM) 3 kursi

7. Baluchistan National Movement (BNM Hai) 2 kursi

144

8. Awami National Party (ANP) 1 kursi

9. Pakistan National Party (PNP) 1 kursi

10. Muttahida Deeni Mahaz (MDM) 1 kursi

11. Dehi Ittehad Pakistan (DIP) 1 kursi

12. Independent 9 kursi

TOTAL 40 kursi

Pemilu tersebut menampilkan PPP dan aliansinya sebagai partai yang memperoleh kursi terbanyak di Majelis Nasional, dan di Majelis Propinsi Sindh. Sedangkan di propinsi Baluchistan dan NWFP, aliansi oposisi menang menang tipis dibanding PPP. Dengan kemenangan tipis ini, dipastikan partai pimpinan Benazir Bhutto ini tidak akan mampu memenangkan mayoritas dua pertiga kursi dalam parlemen. Padahal seperti pernah dikatakan Benazir Bhutto, ia memerlukan sekurang-kurangnya dua pertiga dari 237 kursi yang diperebutkan dalam parlemen, agar dapat meleksanakan program-program partainya. Atau paling tidak 119 kursi (50%+ 1) dari 237 kursi parlemen, yang agaknya juga sulit diraih Benazir Bhutto. Partai yang dapat mengumpulkan mayoritas sederhana dengan 50%+ 1 (II9 kursi) dari 237 kursi majelis dapat membentuk pemerintahan. Dan sebuah partai yang mendapat sekitar 90 kursi masih dapat berharap membentuk pemerintahan dengan mengandalkan calon independen, delapan anggota dari daerah kesukuan dan 10 yang terpilih untuk menduduki kursi yang di cadangkan bagi minoritas non Muslim untuk memenuhi jumlah yang diperlukan. Dengan demikian, terciptanya suatu pemerintahan yang kuat dengan dukungan stabilitas politik yang lebih mantap masih jauh dari harapan, karena hampir dapat dipastikan

kedudukan pemerintahan rapuh dan sewktu-waktu bisa guncang, bahkan bisa dijatuhkan oleh suatu mosi tidak percaya di parlemen.

Hasil pemilu juga menunjukkan bahwa beberapa partai kecil tidak mendapatkan dukungan yang memadai. Fenomena lain yang dapat dicatat dari pelaksanaan pemilu tersebut adalah rendahnya partisipasi rakyat dalam menggunakan haknya untuk memilih wakil-wakilnya di kedua Majelis. Diperkirakan dari 49. 585. 855 calon pemilih terdaftar hanya 20. 101. 310 (40,5%) pemilih yang hadir ke Tempat Pemilihan Suara (TPS) untuk menggunakan hak pilihnya. Angka tersebut menunjukkan adanya penurunan partisipasi rakyat untuk lebih banyak banyak memusatkan perhatiannya kepada pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kurang peduli dengan masalah-masalah politik. Masyarakat Pakistan yang mayoritas masih buta huruf (65%). Tampaknya merasa mereka hanya dijadikan alat saja pada waktu itu.

Dalam dokumen POLITIK BENAZIR BHUTTO (Halaman 110-119)