• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengenal Pribadi dan Karya Yesus

Dalam dokumen PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (Halaman 59-68)

YESUS KRISTUS

A. KITAB SUCI: SUMBER UNTUK MENGENAL YESUS KRISTUS

2. Mengenal Pribadi dan Karya Yesus

a. Pengalaman Murid-Murid yang Pertama

Ketika melihat Yesus lewat, Yohanes berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah.” Dua orang murid yang mendengar perkataan itu, segera mengikuti Yesus dan tingga bersama Dia. Mereka itu adalah Yohanes dan Andreas. Keduanya yakin bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias. Kemudian ketika Andreas bertemu dengan Simon, ia pun diajak untuk mengikuti Yesus. Yesus memandang Simon dan berkata: “Engkau Simon. Engkau akan dinamakan Kefas.” Kefas artinya batu karang. Kelak Petrus akan menjadi kepala para rasul. Ketika bertemu Filipus, Yesus berkata: “Ikutlah AKu!” Filipus segera mengikutinya. Ketika Filipus bertemu dengan Natanael, ia bercerita kalau mereka telah menemukan Mesias yang disebutkan dalam kitab para Nabi, yaitu Yesus anak Yusuf dari Nasaret.

Dalam kisah murid-murid yang pertama Yohanes banyak menggunakan istilah “melihat”. Hal ini dimaksudkan agar kita melihat Yesus dengan mata iman dan terang hati. Dengan memandang Dia kita memikirkan, mengamati bahwa Dia adalah Anak Domba Allah. Dia yang kita pandang dengan berhadapan muka adalah Penebus, Sang Penyelamat dunia.

Kabar Injil tetap aktual. Pengalaman para murid yang pertama juga menjadi pengalaman kita saat membaca tentang kisah perjumpaan para murid dengan Yesus. Belajar mengenal Yesus bukan pertama-tama usaha akal budi untuk mencari pengetahuan, tetapi usaha membiarkan hati kita tertarik kepada Dia, melihat dan merenungkan keistimewaan-Nya yang mempesona. Mengenal Yesus semakin mendalam adalah buah hasil doa di bawah bimbingan Roh.

Pertemuan pertama para murid dengan Yesus merupakan pengalaman yang berkesan dan menjadi momen penting di mana mereka menyerahkan diri sepenuhnya kepada Sang Penyelamat itu. Ungkapan “mengikuti Yesus” mempunyai arti rohani tinggal bersama dengan Dia, terikat dan terpikat pada -Nya dengan memelihara dan menyempurnakan relasi cinta dan persahabatan. Kita mencari dan mengenal Yesus secara mendalam dengan mendengarkan ajaran-ajaran dan karya-karya-Nya di Palestina. Membaca dan merenungkn Kitab Suci adalah cara terbaik untuk mengenal Yesus secara sungguh-sungguh. Persahabatan dan persatuan dengan Yesus akan terpelihara, diperdalam dan dimurnikan lewat ibadat dan doa-doa gerejani, terutama lewat Ekaristi Kudus. b. Yesus Guru dan Nabi

Yesus memulai karya-Nya di depan umum pada usia 30 tahun. Ia berkarya di Palestina sebagai Guru dan Nabi. Ia berkeliling ke seluruh daerah Galilea, mengajar di rumah-rumah ibadat, di serambi Bait Allah di Yerusalem, di atas bukit, di lembah, di dalam perahu, di tepi danau, di rumah-rumah keluarga dan bahkan di jalan. Ia memberitakan Injil Kerajaan Allah, mengusir setan dan

34

menyembuhkan banyak penyakit. Yesus berkeliling dengan para murid-Nya. Ini merupakan kebiasaan Guru pada jaman itu yang memiliki banyak murid. Para murid tersebut tinggal bersama dengan gurunya, mengikuti ke manapun ia pergi, melihat cara hidupnya, mengambil bagian dalam hidup gurunya. Mereka melihat dari dekat sikap hidup sang guru dan ‘menghirup’ semangatnya yang sakti. Itu pula yang terjadi dengan para murid Yesus.

Sebagai Guru, ia mengajar dengan sederhana sehingga mudah dimengerti

oleh pendengar-Nya. Dalam pengajaran-Nya, Yesus menggunakan

perumpamaan-perumpamaan. Ia mengumpamakan Kerajaan Allah dengan aneka hal yang telah menjadi pengalaman sehari-hari. Perumpamaan-perumpamaan yang digunakan untuk menggambarkan keajaiban dan kemuliaan Kerajaan Allah diambil dari kehidupan para petani, nelayan, gembala, ibu rumah tangga, alam dan margasatwa. Dengan cara mengajar yang sederhana, orang tertarik dan terpikat untuk mendengarkan ajaran-Nya. Kita para murid-Nya hendaknya mempelajari cara Yesus mengajar kepada kita karena pengajaran-Nya juga ditujukan untuk kita sehingga kita bisa menemukan makna dan pesan yang mau disampaikan kepada kita. Sebagai utusan Allah, Yesus Putera Bapa berwewenang mengajar tentang Kerajaan Allah. Hal ini menandakan bahwa Ia sungguh berasal dari Allah. Ia memberi kesaksian tentang apa yang Ia lihat dan dengar dari Bapa -Nya. Sabda Yesus penuh kuasa ilahi. Ia menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati hanya dengan bersabda. Sabda yang keluar dari mulut-Nya penuh kuasa dan berwibawa. Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Nya akan terpesona oleh cara mengajarnya yang penuh kewibawaan.

Mendengar apa yang diwartakan Yesus dalam pengajaran-Nya tentang Kerajaan Allah, orang banyak berkata: “Sungguh, Yesus dari Nasaret ini nabi.” Yesus memang seorang Nabi. Ia adalah Nabi Perjanjian Baru yang berbicara atas kuasa-Nya sendiri. Kalau nabi-nabi Perjanjian Lama selalu berbicara atas nama Tuhan: “Inilah firman Tuhan, demikianlah firman Tuhan atau Tuhan berfirman kepadaku,” lalu mereka menyampaikan apa yang difirmankan Tuhan. Namun Yesus tidak demikian. Ia selalu berkata: “Aku berkata kepadamu” (bdk. Mat 5: 14-47; 19:9). Hal ini menunjukkan bahwa Ia memiliki kuasa. Sebagai nabi Yesus memiliki kewibawaan penuh sebagai Anak Allah. Atas kuasa-Nya sendiri Ia memulihkan peraturan-peraturan yang ada dalam Hukum Taurat. Sebagai Nabi

Perjanjian baru, Yesus tidak menghapus Hukum Musa, melainkan

menyempurnakannya. Yesus adalah Nabi yang esa sepanjang zaman Perjanjian Baru, yang berlangsung sampai kiamat.

Yesus bukan hanya sekedar nabi. Ia adalah sungguh-sungguh nabi. Hal ini terlihat pada saat kemunculannya yang pertama di depan umum. Ia mulai memberitakan Injil Kerajaan Allah dengan berkata: “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil (Mrk 1:15). Seruan ini merupakan seruan dasar seluruh pewartaan-Nya. Kadang seruan kenabian-Nya terasa keras dan tuntutan menjadi murid bersifat mutlak. Syarat-syarat untuk masuk ke Kerajaan Allah bersifat menyeluruh. Seperti halnya nabi-nabi Perjanjian Lama, Yesus pun dalam hati-Nya bisa marah: dengan gusar Ia mengusir setan, membenci kemunafikan, bertengkar dan marah kepada orang -orang Farisi. Para murid yang mendengar-Nya menjadi terkejut dan takut mendengar peringatan dan teguran Yesus yang keras dan tak kenal kompromi.

35

Yesus menegur dengan pedas dan tajam orang-orang yang tegar hati dan menolak pewartaan-Nya. Yesus adalah nabi yang benar yang membawa kebenaran. Karena itu banyak orang yang percaya bahwa Dia adalah utusan Allah. Ia sering memuji orang-orang yang melakukan kebenaran dan menjanjikan Kerajaan Allah kepada mereka.

Inti sari ajaran Yesus adalah CINTA KASIH yaitu: kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama.”Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 22:36-40). Perintah mengasihi Allah lebih besar daripada perintah mengasihi sesama. Allah mengasihi semua manusia tanpa kecuali, karena itu kitapun diajak untuk meneladani Allah Bapa dalam kasih-Nya itu. Cinta kasih harus merangkum semua orang termasuk mereka yang memusihi kita (Mat 5:43-48). Pengajaran dan teguran Yesus sehubungan dengan cinta persaudaraan ini memang banyak. Sebuah model pengajaran cinta persaudaraan yang diungkapkan secara singkat dan dengan bahasa yang memikat terdapat dalam “Khotbah di Bukit”” (Mat 5:1-12 atau Luk 6:20-23). Khotbah yang amat terkenal ini diawali-Nya dengan ungkapan “berbahagialah…”

c. Yesus Bergaul dengan Semua Orang

Tampilnya Yesus di Galilea menggemparkan banyak orang yang menyebabkan pergerakan massa yang begitu besar. Hal ini dilukiskan dalam Injil dengan sangat jelas. “Banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya (Mrk 3:7-10). Orang berbondong-bondong datang mengikuti Yesus karena terpesona oleh kepribadian, watak, dan hati-Nya yang memancarkan baikan dan kebenaran. Kepribadian Yesus itulah yang menyatakan kepada mereka bahwa Dia itu Orang yang berkuasa dari Allah.

Pergaulan Yesus tidak terbatas pada kalangan tertentu saja. Ia bergaul dengan siapa saja. Belas kasih-Nya terhadap rakyat jelata terutama orang-orang kecil yang miskin dan bersahaja sangatlah besar. Dalam pergaulan, orang-orang ini dipandang rendah dan disingkirkan. Mereka dianggap berdosa. Kemiskinan mereka dianggap sebagai hukuman dari Allah. Tetapi Yesus mendekati mereka dengan penuh perhatian, penghargaan dan cinta kasih yang murni. Tidak mengherankan bahwa orang-orang kecil ini menaruh harapan yang besar kepada Yesus dan kata-kata-Nya. Mereka melihat Dia sebagai sahabat, pemimpin dan penyelamat. Sikap ramah tama Yesus membuka hati mereka untuk mendengarkan ajaran-ajaran-Nya. Banyak kisah dalam Injil yang menceritakan tentang perhatian Yesus terhadap rakyat jelata, misalnya: kisah penyembuhan seorang perempuan yang sudah 12 tahun mengalami pendarahan (Luk 8:43); Perempuan Siro-Fenesia yang percaya (Mrk 7:24-30); ajakan Juruselamat (Mat 11:28), dst.

Perhatian dan cinta Yesus juga ditujukan kepada orang-orang yang sakit dan menderita. Belas kasih itu sangat nyata dari tindakan yang dilakukannya dengan menyembuhkan banyak orang dan melenyapkan segala penyakit. Ia

36

menyembuhkan orang bisu, tuli, lumpuh, kusta dan orang-orang yang kerasukan roh jahat dibebaskan-Nya. Selama berkarya Yesus banyak sekali melakukan mujizat penyembuhan, dan Injil mencatatnya dengan sangat jelas. Penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan Yesus menunjukkan kepada kita belas kasih Yesus yang sungguh luar biasa. Perhatian Yesus tidak hanya pada penderitaan jasmani saja tetapi lebih dari itu Yesus menyembuhkan mereka secara jasmani dan rohani. Orang sakit disembuhkan bukan untuk hidup sementara saja tetapi melepaskan mereka dari pokok segala derita yakni dosa. Dalam melakukan mujizat penyembuhan, Yesus membuktikan Keallahan-Nya. Dan itu dilakukan dengan makna istimewa. Dengan membebaskan orang dari roh jahat dan penderitaan penyakit menandakan awal perkembangan Kerajaan Allah di dunia ini. Kuasa Allah meraja dan manusia memperoleh keselamatan.

Pertemuan dengan anak-anak sangat disukai oleh Yesus. Kemurahan hati, kerendahan hati dan keramahtamahan Yesus ditunjukkan dalam pergaulannya dengan anak-anak. Karena itu orang-orang membawa anak-anak mereka supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan memberkati mereka. Kepada para murid yang melarang anak-anak itu datang kepada-Nya, ia berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, jangan menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga; lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka (Mat 19:13-15; Mrk 10:13-16;Luk 18: 15-17).

Sikap Yesus terhadap para pendosa juga sangat menarik perhatian kita. Ia tidak mengucilkan mereka sebagaimana yang dilakukan oleh para pemimpin agama Yahudi. Ia justru bergaul dan bersahabat dengan mereka. Yesus menunjukkan sikap yang penuh kasih dan merangkul mereka. Ia sendiri menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan. Dosa telah menyebabkan manusia hidup terpisah dari Allah Sumber keselamatan. Dosa dan penderitaan berasal dari setan yang menjadi musuh utama Mesias yang datang untuk mendirikan Kerajaan Allah. Karena itu si jahat harus dienyahkan dari hidup manusia agar manusia mencapai keselamatan.

Yesus , Yang Kudus dari Allah sangat membenci dosa dan bersikap penuh cinta kepada orang berdosa. Ia memahami bahwa kedurhakaan dosa ialah menolak dan melawan Allah. Karena itulah Yesus berikhtiar untuk membawa kambali orang-orang yang telah jatuh dalam dosa ke dalam pelukan kasih Allah. Dengan tobat dan iman mereka akan memasuki Kerajaan Allah. Untuk mencari dan menemukan orang berdosa, Yesus bergaul dengan mereka, bahkan makan bersama mereka. Namun orang-orang Farisi yang salah mengerti dengan sikap Yesus malah mengecam-Nya (lih. Mat 9:9-13).

Terhadap para pemungut cukai, Yesus tidak menghakimi mereka karena pekerjaan mereka mudah membawa mereka kepada penipuan dan korupsi. Ia menyapa mereka dan bahkan memanggil untuk menjadi muridnya, seperti yang terjadi pada Zakheus dan Matius. Dalam perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai (Luk 18:19-14) Yesus mengatakan bahwa pemungut cukai yang rendah hati dan mengakui diri orang berdosa dibenarkan oleh Tuhan dan orang Farisi yang angkuh tidak.

Dalam Luk 7:36-50 diceritakan tentang seorang perempuan berdosa yang datang menemui Yesus untuk bertobat. Ia membasahi kaki Yesus dengan air matanya, menyekanya dengan rambutnya dan meminyakinya dengan minyak

37

wangi. Ketika orang Farisi yang melihat hal itu menghakimi Yes us dalam hati, Yesus menceritakan suatu perumpamaan tentang “orang yang berhutang” dan kepada perempuan itu Ia berkata: ”Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat.” Belas kasih yang sama juga ditunjukkan Yesus kepada perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi menghendaki agar perempuan itu dihukum selain karena melanggar hukum Musa juga untuk mencobai Yesus. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kalian yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama kali melemparkan batu kepada perempuan ini.” Mendengar itu pergilah mereka satu persatu. Dan Yesuspun berkata kepada perempuan itu: “Akupun tidak menghukum engkau, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.” Sungguh benar apa yang dikatakan Yesus, “Anak Manusia datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan.

Yesus yang mengajarkan tentang hukum Cinta sungguh menerapkan dalam hidup-Nya. Ia mencintai semua orang termasuk mereka yang memusuhi-Nya yakni Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia bergaul dengan mereka untuk menyadarkan mereka akan keadaan mereka sendiri, juga dengan orang murtad dan kafir supaya mereka menemukan Tuhan. Kasih sayang dan kebaikan merupakan ciri khas Yesus dalam bergaul dengan mereka.

Begitu banyak kisah dalam Injil yang melukiskan kepribadian Yesus yang menjadi Sahabat manusia, Penyelamat dunia dan Gembala yang baik. Dalam diri-Nya terpancar kasih Allah. Ia adalah benar-benar gambar Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15). Belajar mengenal Yesus berarti belajar mengenal Allah. Dalam kebaikan dan kemurahan hati Yesus kita melihat cinta kasih Allah.

d. Yesus dan Doa

1) Yesus sebagai Pendoa

Kehidupan Yesus tidak pernah lepas dari doa, selain mengajar dan berbuat baik. Doa merupakan inti sari hidup Yesus, sumber kekuatan-Nya, dan sumber segala perbuatan-Nya. Injil banyak mengisahkan tentang doa dalam hidup Yesus. Yesus memiliki semangat doa yang tinggi, setiap saat dan waktu ia selalu menyediakan waktu untuk berdoa. Di tengah kesibukan-Nya berkarya, Ia sejenak mengundurkan diri ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Bahkan sebelum memulai sebuah karya penting Yesus terlebih dahulu berdoa.

Sebagai seorang Yahudi, salah satu dari “Sisa Kecil Israel”, Yesus memiliki semangat keagamaan yang kuat. Lebih dari itu Yesus adalah “Abdi Allah” sejati yang senantiasa hidup di hadirat Allah dan berhubungan erat dengan Allah. Dalam pendidikan anak-anak Yahudi, bacaan dan renungan Kitab Suci mmempunyai tempat dan fungsi yang istimewa. Demikian juga dalam hidup sehari-hari Keluarga Kudus. Tidak heran apabila Yesus bertumbuh dan berkembang dalam kesalehan. Sebagai orang Yahudi yang saleh, Yesus mengambil bagian dalam ibadat-ibadat Yahudi, seperti:

 Setiap hari sabat Yesus pergi ke rumah ibadat/Sinagoga untuk sembahyang. Di sana bersama orang Yahudi lainnya Ia mendengarkan pembacaan Kitab Suci dan bahkan sebagai Nabi, Ia sendiri membacakan Kitab Suci;

38

 Setiap tahun Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah.

 Yesus senantiasa hidup di hadirat Allah. Budi dan hati-Nya terarah sepenuhnya kepada Allah dan kehendak-Nya yang kudus.

Injil senantiasa mengisahkan bahwa untuk berdoa Yesus mengundurkan diri ke tempat yang sunyi pada waktu-waktu tertentu. Seringkali Yesus berdoa sendirian. Pada kesempatan lain Ia mengajar para murid-Nya untuk bersama Dia pergi berdoa ke suatu bukit (Luk 9:38). Ia berdoa dengan berkanjang, ada banyak waktu dan kesempatan dan bahkan sepanjang malam. Karya-karya Yesus dijiwai oleh semangat doa-Nya. Ketika Ia mengajar dan menyembuhkan, ketika menjelajah seluruh palestina, ketika melaksanakan suatu pekerjaan berat dengan menderita lapar dan haus. Seluruh hidup Yesus diresapi oleh doa.

Dalam hidupnya Yesus mengalami banyak hal yang luar biasa dan kejadian penting yang terjadi dalam hidupnya. Injil menceritakan bahwa hal-hal itu terjadi dalam hidup Yesus. Kisah-kisah tersebut selalu menekankan bahwa dalam suasana yang demikian Yesus mencari kekuatan dalam hubungan mesra dengan Bapa-Nya. Ada kejadian menyenangkan, ada pula kejadian menyedihkan, misalnya:

 Pada waktu di baptis di sungai Yordan dan pada masa puasa di padang gurun;

 Pemilihan rasul-rasul-Nya;

 Ketika ketujuh puluh murid diutus ke desa-desa untuk mewartakan kabar gembira itu kembali dan mereka menceritakan kepada-Nya bagaimana mereka dapat mengusir setan dan menyembuhkan penyakit serta mentobatkan orang, Yesus sangat terharu, lalu mengucapkan doa syukur;  Doa syukur dan penyerahan diri-Nya sesudah orang Yunani datang

kepada-Nya (Yoh 12:20);

 Kabar pembunuhan Yohanes Pembaptis oleh Herodes yang disampaikan oleh para murid Yohanes.

 Lazarus dibangkitkan.

Doa-doa yang diucapkan Yesus membuka bagi kita rahasia hati-Nya dan cinta-Nya kepada Allah. Perhatian dan hasrat-Nya akan keselamatan kita diperlihatkan dalam doa-doa-Nya. Menjelang akhir hidup-Nya Yesus berdoa dengan tidak jemu-jemunya. Yohanes menuliskan bagaimana Yesus Sang Pendoa menyampaikan permohanan-permohonan-Nya kepada Bapa di Surga. Doa-Nya yang terkenal ialah “Doa Yesus Imam Agung” (lih. Yoh 17). Dalam doa tersebut kita mengenal jiwa religiusitas Yesus. Dalam bagian pertama dari doa-Nya, Yesus berdoa unttuk diri-Nya sendiri. Mulai ayat 6, Ia berdoa untuk murid-murid-Nya; lalu mulai ayat 20, Yesus mendoakan semua orang yang akan percaya kepada-Nya.

Setelah perjamuan berakhir, pergilah Yesus bersama murid-murid-Nya ke bukit Zaitun. Biasanya Yesus selalu pergi ke sana untuk be rdoa. Dan sesaat sebelum di tangkap Yesus berdoa di taman itu dengan sangat khusuknya. Dalam jam kematian-Nya, Yesus berdoa untuk orang-orang yang membawanya sampai pada saat itu. Dan sesudah kebangkitan-Nya, Yesus meneruskan doa-doa-Nya untuk orang-orang-Nya kepada Bapa-Nya. Yesus

39

menjadi satu-satunya pengantara kita kepada Bapa. Hanya melalui Dia kita dapat sampai kepada Bapa di Surga.

2) Ajaran Yesus Tentang Doa

Yesus adalah teladan dalam hal doa. Ia yang adalah Guru Ilahi mengajarkan agar kita membangun relasi yang intim dengan Allah. Kita harus berdoa. Yesus mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita berdoa. Yesus berkata: “Apabila kamu berdoa, katakanlah:

Bapa dikuduskanlah nama-MU, Datanglah kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya Dan ampunilah kami akan dosa kami,

sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” (Luk 11:1 dst).

Dalam Mat 6:9-13, doa ini dimulai dengan memanggil “Bapa kami yang ada di surga” ditambah dengan ucapan “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” dan diakhiri permohonan “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Sebelum permohonan terakhir doa ini didahului dengan catatan “berilah kami, setiap hari makanan kami yang secukupnya.” Ungkapan “secukupnya” diterjemahkan juga dengan “rejeki hari ini”. Maksudnya adalah memohon kepada Allah apa yang perlu untuk hidup jasmani dan bukan suatu kekayaan atau kemewahan.

Matius menulis “lepaskanlah kami dari yang jahat”. Ungkan “yang jahat dapat dimengerti baik sebagai “orang yang jahat”, iblis maupun segala yang jahat atau kejahatan. Kata “pencobaan” di sini tidak berarti perbuatan seseorang yang membawa kepada dosa, karena Tuhan tidak membawa manusia kepada dosa. Itu adalah perbuatan iblis dan keinginan-keinginan jahat manusia. Dalam doa “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan”, kata “pencobaan” mengandung maksud suasana hidup kita. Ini berarti bahwa kita diajar untuk meminta kepada Tuhan agar suasana hidup kita di dunia ini jangan membawa kita kepada dosa. Kita memohon agar dalam segala suasana hidup, kita melihat penyelenggaran Tuhan dan melaksanakan kehendak Tuhan. Juga di dalam segala suasana Tuhan menyertai dan membantu kita dengan kasih dan rahmat-Nya.

Secara keseluruhan, doa “Bapa Kami” merupakan inti sari ajaran mengenai hubungan kita dengan Bapa. Doa ini adalah doa yang termulia dari segala doa yang ada. Doa ini juga merupakan “hati” dari Injil. Doa “Bapa Kami ini terdiri dari dari dua bagian. Pertama, manusia mengarahkan seluruh perhatian kepada Allah. Kedua, manusia membawa segala kebutuhannya sebagai makhluk ciptaan kepada Allah Sang Pencipta. Pada bagian yang pertama, kita berda bukan untuk Tuhan, melainkan meminta kepada Tuhan agar semua makhluk memuliakan nama Tuhan dan melaksanakan kehendak-Nya yang kudus. Kita meminta agar semua manusia membuka hatinya kepada kebaikan dan kehendak-Nya untuk membahagiakan manusia. Jika manusia membukan hatinya kepada Tuhan Sang Penyelamat, ia akan

Dalam dokumen PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (Halaman 59-68)