• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potret Gereja Lokal

Dalam dokumen PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (Halaman 84-88)

YESUS KRISTUS

A. WAJAH GEREJA DEWASA INI

1. Potret Gereja Lokal

Masalah Gerejalocal dan Gereja universal secara khusus dibahas oleh Konsili Vatikan II dalam LG. Masing-masing Uskup merupakan asas dan dasar yang kelihatan dari kesatuan dalam Gerejanya sendiri, yang terbentuk menurut mitra semesta Gereja (universal).Gereja Katolik yang satu dan tunggal berada dalam Gereja-Gerejasetempat itu dan terhimpun dari padanya.Disini terungkap sifat Katolik Gereja.Gereja Katolik yang satu dan tunggal berada dimana-mana tetapi dalam bentuk yang berbeda-beda.Maka Gereja lokal (setempat) terbentuk menurut citra Gereja universal (semesta). Ini berarti Gereja universal sudah ada sebelumnya dan menjadi model Gereja setempat. Hal ini menunjukkan sifat kesatuan

Gereja.Secara manusiwi Gereja universal adalah persekutuan Gereja-Gereja

setempat.Tetapi secara Ilahi, sebagai Gereja Kristus, Gereja universal berada dalam Gereja -Gereja setempat itu.-Gereja universal bukan hanya perkumpulan -Gereja--Gereja setempat.Karena sifat misterinya Gereja universal sudah hadir dan terlaksana dalam setiap umat setempat. Oleh kerena itu jika semua Gereja Katolik ber-communio, tidak terjadi banyak Gereja Kristus melainkan “Gereja Katolik yang satu dan tunggal terhimpun dari padanya”.Dalam hal ini janganlah melihat Gereja semesta sebagai Gereja yang sesungguhnya, sedangkan Gereja setempat dilihat sebagai cabang saja.Sifat universal terjamin antara persekutuan Gereja-Gereja.Dalam hal ini yang dimaksud oleh Gereja lokal adalah lingkungan, paroki dan keuskupan.Bagaimana umat di lingkungan, paroki dan keuskupan kita dalam menghayati kehidupan meng-Gereja?Bagaimana keterlibatan dan penghayatan dalam doa-doa, kepemimpinan, pewartaan, liturgi serta pelayanan Gereja kedalam dan ke luar?Keberadan lingkungan kita dalam tugas dan keterlibatan di atas merupakan gambaran Gereja universal.

59 2. Arti dan Makna Gereja

Gereja berasal dari kata Igreja (Portugis), Ecclesia (Latin), Ekklesia (Yunani) yang berarti: Kumpulan/kelompok orang yang sangat khusus, jemaat, umat. Kata Yunani itu berasal dari kata yang berarti “memanggil”. Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan, itulah arti sesungguhnya kata Gereja.

Eklesia adalah kata yang biasa saja pada jaman Para Rasul. Dari cara memakainya,kelihatan bagaimana jemaat perdana memahami diri dan merumuskan karya keselamatan Tuhan diantara mereka. Kadang-kadang mereka berkata “Gereja Allah” atau juga “Jemaat Allah”(lih. 1 Kor 10:32, 11:22; 15:9) Maksud sebutan itu menjadi jelas dengan penegasan Paulus mengenai Jemaat yang berkumpul untuk perayaan Ekaristi. Maka ada tiga “nama” yang dipakai untuk Gerejadalam Perjanjian Baru: ‘Umat Allah” Tubuh Kristus” dan Bait Roh Kudus”.Sedangkan dalamnama yang dipakai dalam Ajaraan Gereja juga ada tiga yakni: “misteri dan sakramen”, “communion”, dan “persekutuan para kudus”. Semuanya berkaitan satu sama lain.

Adapun pengertian Gereja menurut Kitab Suci dan Ajaran Gereja adalah sbagai berikut:

a. Gereja: Umat Allah

Kata umat Allah merupakan istilah dari Perjanjian lama.Yang paling menonjol dalam sebutan ini adalah bahwaGereja itu umat terpilih Allah. (1 Ptr 2:9) Oleh Konsili Vatikan II (LG Art 9) sebutan Umat Allah amat dipentingkan khususnya untuk menekankan bahwa Gereja bukan pertama-tama organisasi manusiawi melainkan perwujutan karya Allah yang konkret.Tekanannya ada pada pilihan dan kasih Allah.Gereja adalah kelompok dinamis, yang keluar dari sejarah Allah dengan manusia.Kata Umat Allah dipakai agar Gereja tidak dilihat secara yuridis dan organisatoris melulu.Gereja muncul dan tumbuh dari sejarah keselamatan yang sudah dimulai dengan panggilan Abraham.Dalam perjanjian lama Tuhan bersabda “jika kamu bersungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang teguh pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku dari antara segala bangsa” (Kel 19:5).Dan kata itu diulangi lagi dalam Perjanjian Baru “Kita adalah bait Allah yang hidup, menurut Firman Allah ini: Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup ditengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka umat-Ku” ( 2 Kor 6:16; Ibr 8:10; Why 21:3).

Dari pengalaman Roh kita mengetahui bahwa Allah ada dalam diri kita.Sejarah keselamatan yang dimulai dengan panggilan Abraham berjalan terus dan mencapai puncaknya dalam wafat dan kebangkitan Kristus serta pengutusan Roh Kudus. Maka Gereja bukan hanya lanjutan umat Allah yang lama, tetapi terutama kepenuhannya,karena sejarah keselamatan Allah berjalan terus dan Allah memberikan diri semakin sempurna (bdk. 1 Kor 15:28). Oleh karena itu dengan sebutan “umat Allah” belum terungkap seluruh kekayaan hidup rohani Gereja.

b. Gereja: Tubuh Kristus

Sebutan yang lebih khas Kristiani adalah Tubuh Kristus. Paulus menjelaskan maksud kiasan tersebut: “Sama seperti tubuh itu dan anggota-angotanya banyak, dan segala anggota itu meskipun banyak, merupakan satu tubuh, demikin pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (1

60

Kor 12:12-13).Dengan gambaran “Tubuh” Paulus mau mengungkapkan kesatuan jemaat, kendatipun ada aneka karunia pelayanan, Gereja tetaplah satu.

Dalam arti sesungguhnya, proses pembentukan Tubuh baru mulai dari peninggian Yesus, yakni dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Namun itu tidak berarti bahwa sabda dan karya Yesus sebelumnya tidak ada sangkut pautnya dengan pembentukan Gereja.Memang tidak ada hari dan tanggal pembentukan Gereja atau hari proklamasi Gereja, karena Gereja berakar dalam seluruh sejarah keselamatan.

Dalam proses pembentukan itu, wafat dan kebangkitan Kristus, serta pengutusan Roh Kudus, merupakan peristiwa yang paling menentukan. Gereja berkembang dalam keselamatan Allah. Oleh karena itu Gereja sekarang masih tetap berada dalam perjalanan menuju kepenuhan rencana Allah.Gereja bukan tujuan, melainkan sarana dan jalan menuju pada tujuan itu.

c. Gereja: Bait Roh Kudus

Gambaran Gereja yang paling penting barangkali adalah Gereja sebagai Bait Roh Kudus.Paulus berkata “tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam didalam kamu?(1 Kor 3:16, lih. 2 Kor 6:16). Bait Allah berarti tempat pertemuan antara manusia dengan Allah, dan menurut ajaran Perjanjian Baru, itu adalah Kristus (Yoh 2:21). Di dalam Gereja orang diajak mengambil bagian dalam kehidupan Allah Tritunggal sendiri.

Gereja itu Bait Allah bukan secara statis, melainkan berpartisipasi dengan dinamika kehidupan Allah sendiri. Maka Konsili Vatikan II mendorong umat beriman agar dengan perayaan liturgi setiap hari membangun diri menjadi “Bait suci dalam Tuhan, menjadi kediaman Allah dalam Roh Kudus sampai mencapai kedewasaan penuh sesuai dengan kepenuhan Kristus (SC Art 2).

Gerejaitu Bait Allah yang hidup dan berkembang.Gerejadibangun di atas dasar para rasul dan nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun menjadi Bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.Jelas sekali bahwa semua gambaran tidak cukup untuk merumuskan jati diri Gereja dengan tepat.Na mun, melalui pelbagai gambaran kita berusaha menangkap makna Gereja yang mendalam (LG a rt 6).

d. Gereja: Misteri dan Sakramen

Dalam masa Konsili Vatikan I, pandangan tentang Gereja dilihat sebagai organisasi dan lembaga yang didirikan oleh Kristus.Didalam pandangan itu diberikan tempat yang amat penting kepada hierarki sebagai pengganti Kristus yang harus meneruskan tugas -Nya di dunia ini.Sedangkan Konsili Vatikan II, tidak menonjolkan segi institusional Gereja walaupun tidak menyangkalnya. Dalam konstitusi Lumen Gentium, Konsili Vatikan II lebih menonjolkan misteri Gerejasebagai tempat pertemuan antara Allah dan manusia.Kata “misteri” ini tidak dapat dilepaskan dari kata “sakramen”, kedua kata ini secara bersama -sama menunjukkan inti pokok kehidupan Gereja.

Kata Yunani:“mysterion”sama dengan kata Latin:“sacramentum”. Dalam Kitab Suci, keduanya dipakai untuk menyatakan rencana keselamatan Allah yang disingkapkan kepada manusia. Tetapi dalam perkembangan teologi kata “misteri” terutama dipakai untuk menunjuk segi Ilahi (tersembunyi) rencana dan karya Allah, sedangkan kata “sakramen” lebih menunjuk pada segi insani (tampak).Gereja disebut misteri karena hidup Ilahinya masih tersembunyi dan hanya dimengerti dalam iman; dan juga disebut sakramen, karena

61

misteri Allah itu justru menjadi tampak dalam Gereja.Oleh karena itu, misteri dan sakramen saling terkait.Gereja itu misteri dan sakramen sekaligus.Misteri dan sakramen adalah dua aspek dari satu kenyataan, yang sekaligus Ilahi dan Insani yang disebut “Gereja”.Gereja adalah sakramen yang kelihatan yang menandakan kesatuan yang menyelamatkan itu (LG Art 9).Gereja tidak hanya menunjuk pada keselamatan Allah sebagai suatu kenyataan diluar dirinya.Karya Allah oleh Roh, sudah terwujudkan di dalam Gereja.

e. Gereja: Communio

Para Uskup dalam sinode luar biasa pada tahun 1985 menegaskan kembali ajaran Konsili Vatikan II tentang “communion” atau persekutuan. Kata itu merupakan terjemahan Latin dari kata Yunani:“koinonia”, yang harus dimengerti dengan latar belakang Kitab Suci. Sinode mengkhususkan artinya sebagai hubungan atau persekutuan dengan Allah melalui Yesus Kristus dan sakramen-sakramen.

Pemahaman “communion” tidak dapat dimengerti secara organisasi saja. Dari pihak lain, paham “communion” juga mendasari antara pihak Gereja sendiri. Oleh karena itu, kesatuan “communion” ini berarti keanekaragaman para anggotnya dan keanekaragaman dalam berkomunikasi.Sebab Roh Kudus yang tinggal dalam diri umat beriman, memenuhi serta membimbing seluruh Gerejadan menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu.

Dengan paham komunio, Gereja juga dilihat dalam hubungannya dengan orang Kristen yang lain, bahkan dengan seluruh umat manusia. Gereja tidak tertutup dengan dirinya sendiri.Gereja harus memperhatikan hubungannya dengan kelompok keagamaan

lain. Oleh karena itu, amat penting dengan komunio dan komunikasi

dipertahankan.Keterbukaan Gereja terhadap hal-hal baru, juga terhadap pemahaman diri yang baru harus selalu ditanamkan dan dikembangkan terus menerus.

f. Gereja: Persekutun Para Kudus

Dalam Syahadat pendekGereja juga disebut “persekutuan para kudus”, atau“communio sanctorum”. Sebutan ini dimasukkan dalam syahadat pendek di Gereja Barat pada akhir abad ke IV. Maksud dan artinya tidak sepenuhnya jelas, sebab kata Latin “communio sanctorum” tidak hanya dapat berarti “persekutuan para kudus”tetapi juga dalam “partisipasi dalam hal-hal yang kudus”. Namun kedua arti ini tidaklah bertentangan.

Gereja pertama-tama persekutuan dalam iman (Flm 1:6), persekutuaan dengan Yesus Kristus (1 Kor 1:9), dan persekutuan Roh (Flp2:1). Komunikasi manusia mengakibatkan suatu persekutuan iman antara orang beriman sebagai anggota tubuh Kristus dan membuat mereka sehati sejiwa (1 Yoh 1:7). Dengan demikian “persekutuan para kudus” dapat berarti Gereja dari segala zaman.

Sumber kesatuan Gereja dari yang sesungguhnya ialah Roh Kudus, yang mempersatukan semua manusia oleh rahmat-Nya. Selalu ditekankan bahwa kesatuan lahiriah menampakkan dan mewujudkan persekutuan dalam Roh itu.Kesatuan organisatoris bukanlah penjamin kehidupan Gereja, sebaliknya segala kesatuan dan komunikasi Gereja berasal dari Roh yang menggerakkan dari dalam. Maka “Persekutuan para kudus” akhirnya tidak lain rumusan lain bagi Gereja sebaga umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus. Dengan berpegang teguh didalam kebenaran dan didalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, yakni Kristus yang adalah kepala (Ef 4:15).

62 B. SEJARAH HAKIKAT DAN SIFAT-SIFAT GEREJA

Dalam dokumen PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (Halaman 84-88)