• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sengsara, Wafat Dan Kebangkitan Yesus

Dalam dokumen PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (Halaman 73-78)

YESUS KRISTUS

A. KITAB SUCI: SUMBER UNTUK MENGENAL YESUS KRISTUS

4. Sengsara, Wafat Dan Kebangkitan Yesus

c. Makna Kerajaan Allah Bagi Orang Kristiani

Seluruh hidup Yesus merupakan pernyataan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah nyata terutama dalam diri Yesus. Kerajaan Allah merupakan inti pewartaan Yesus tentang kabar baik yang disampaikan-Nya kepada manusia. Bagi orang Kristen, Kerajaan Allah tidak berarti kerajaan yang terletak disuatu tempat didunia baka ini dimana Allah menjadi raja. Tetapi yang dimaksudkan adalah kuasa Allah sebagai raja serta martabat kerajaan-Nya. Kerajaan Allah berarti Allah sebagai Raja yang berkuasa atas alam semesta (dunia dan manusia). Karena Allah sebagai Raja, maka Ia memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga manusia mengalami kebahagiaan dan keselamatan. Segalanya aman sentosa, damai sejahtera karena semua yang menekan manusia hilang; penderitaan dan sengsara tidak ada lagi.

Kerajaan Allah juga berarti Allah memerintah sebagai raja yang dilukiskan oleh Yesus sebagai Bapa. Allah itu adalah Bapa yang sungguh baik hati dan suka mengampuni. Allah meraja dengan kasih, maka manusia dituntut untuk bersikap pasrah dan penuh iman kepada-Nya. Allah menjadi sandaran, harapan dan andalan bagi manusia, karena itu manusia tidak boleh mengandalkan harta, kekuasaan, jabatan/pangkat, kedudukan, nama besar bahkan dirinya sendiri.

4. Sengsara, Wafat Dan Kebangkitan Yesus

a. Sengsara Yesus.

Yesus mengetahui bahwa ia akan menghadapi sengsara dan penderitaan sebagai konsekwensi dari hidup dan pewartaan-Nya yang dianggap menggugat kemapanan banyak pihak. Sebelum Yesus mengadakan Perjamuan Malam Terakhir bersama para murid-Nya. Dalam perjamuan itu, Yesus banyak memberikan wejangan dan nasihat serta amanat untuk para murid-Nya. Dalam Perjamuan Terakhir itu pula Yesus mendirikan Ekaristi. Dikisahkan dalam Injil bahwa sebelum menderita sengsara Ia berkumpul dengan para murid untuk mengadakan perjamuan. Ia mengambil roti mengucap syukur dan memberikan kepada para murid-Nya, seraya berkata: “Ambillah dan makanlah. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu.” Demikian juga dilakukan-Nya dengan piala. Ia mengambil piala dan menyerahkan-Nya kepada para murid sambil berkata: “Terimalah dan minumlah. Inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal yang ditumpahkan bagi kamu dan bagi semua orang. Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Daku.” Tubuh dan darah Yesus adalah Yesus sendiri yang dikorbankan bagi kita manusia. Yesus menyerahkan tubuh dan darah-Nya agar kita selamat. Korban inilah yang selalu kita kenangkan setiap kali kita merayakan ekaristi.

Yesus menyadari bahwa waktunya sudah dekat. Karena itu sesudah perjamuan, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke taman Getsemani. Di taman Getsemani Yesus mempersiapkan diri secara khusus untuk menerima penderitaan-Nya. Ia menyadari bahwa ia harus menghadapi penderitaan-Nya dan tidak mungkin untuk menghindar, karena itu ia berdoa kepada Bapa-Nya. Sebagai manusia biasa, Yesus merasakan ketakutan yang luar biasa sehingga keringat dingin-Nya mengucur bercampur darah. Dalam situasi seperti ini Ia berseru: “Ya Bapa-Ku, jika Engkau mau ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42;

48

Mat 26:39; Mrk14:36). Ketakutan yang dialami Yesus membuat Dia berdoa dengan sungguh-sungguh dan saat itu Allah memberikan kekuatan kepada-Nya lewat kehadiran seorang malaikat. Doa menjadi bagian hidup dan sumber kekuatan bagi Yesus. Selama hidup-Nya, Yesus sering berdoa. Ia bahkan selalu mencari tempat yang sunyi untuk berbicara dengan Allah. Kebiasaan ini pula diketahui oleh para murid-Nya karena Yesus juga selalu mengajak mereka. Pada sat Ia sedang berdoa di taman Getsemani itulah Ia ditangkap. Hal ini terjadi karena pengkhianatan yang dilakukan oleh salah satu Rasul dan sahabat-Nya sendiri. Ia sudah dijual hanya dengan harga 30 keping perak. Seperti seorang penjahat besar, Yesus ditangkap oleh sejumlah pasukan yang bersenjata lengkap dan didakwa bertubi-tubi. Mula-mula, Yesus dibawa kerumah Imam Besar untuk diadili disana. Yang menjabat sebagai Imam Besar pada saat itu adalah Kayafas. Bersama mertuanya Hanas, Kayafas melakukan pemeriksaan terhadap Yesus dan menanyakan tentang identitas dan ajaran-Nya. Yesus memberikan tanggapan yang membuat mereka yang memeriksa-Nya dan mengikuti sidang tersebut menjadi jengkel.

Sesungguhnya para pemukan agama ingin menjebak Yesus agar dapat menemukan kesalahan yang dapat membawa Yesus pada vonis hukuman mati. Dan jebakan tersebut berkaitan dengan Bait Allah, karena mereka tidak mau Yesus ikut campur tangan. Yesus pernah membuat kegemparan dengan mengusir para pedagang yang berada di Bait Allah (lih. Mat 21:12; Mrk 11:15; Luk 19:45). Bagi orang Yahudi, Bait Allah adalah pusat keagamaan mereka, sedangkan bagi pemuka agama, Bait Allah merupakan pusat kekuasaan, juga pusat penghasilan mereka. Apabila Bait Allah dihancurkan maka mereka akan kehilangan tempat ibadah, kedudukan, jabatan dan kekuasaan serta penghasilan. Karena itu dengan alasan mempertahankan stabilitas sistem keamanan secara nasional, para pemuka agama meletakkan titik kesalahan pada Yesus.

Pewartaan dan tindakan Yesus memang baru, dengan merombak ajaran-ajaran agama Yahudi. Hal ini jelas menimbulkan ketidaksenangan dalam diri pemimpin agama yang beranggapan bahwa hanya agamalah yang dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa. Barangsiapa yang merongrong agama berarti juga merongrong bangsa. Perubahan terhadap ajaran agama diangga p akan mendatangkan murka Allah sehingga riwayat bangsa Yahudi akan berkhir.

Di luar pengadilan itu, seorang rasul/sahabat kepercayaan-Nya dengan bersumpah mengatakan secara terbuka bahwa ia tidak mengenal Yesus. Nasib sial apa yang menimpa Yesus pada malam itu? Atas nama seluruh bangsa, para rohaniwan menyerahkan Dia kepada pemerintah penjajah untuk diadili. Mereka sudah mengatur skenarionya: Yesus harus mati digantung. Dan itu terjadi. Pengadilan di depan Pilatus itu hanya untuk memenuhi formalitasnya saja. Semua sudah diatur. Pemerintah penjajah pun tidak keberatan. Demi kepentingan politik dan stabilitas, apa artinya satu nyawa dihilangkan. Jadilah Yesus dihukum mati digantung. Pelaksanaan hukuman mati itupun berjalan mulus. Itulah akhir perjalanan hidup Yesus.

b. Wafat Yesus

Pontius Pilatus menjatuhkan hukuman kepada Yesus walau Ia tidak bersalah. Murid-murid dan teman-teman Yesus tidak mampu

membela-49

Nya.Justru mereka semua meninggalkan Yesus dan membiarkan Dia dihukum mati (disalib). Menurut keyakinan orang Yahudi, mati dikayu salib merupakan tanda bukti bahwa seseorang dibuang oleh Allah sendiri. Mati disalib berarti dibuang oleh bangsanya dan dikutukoleh Allah.

Selama tiga tahun Ia telah mengabdikan seluruh hidup-Nya bagi Allah dan bangsa-Nya. Hampir tidak mempunyai tempat tinggal, sering tidur di bawah langit dan berbantalkan batu, Ia telah menjelajahi seluruh negeri, masuk keluar kota dan dusun, menyusuri pantai dan melayari tasik, mendaki gunung dan menjalani lereng-lereng bukit hanya untuk mewartakan Kabar Gembira dan berbuat baik untuk bangsa-Nya. Apakah adil hidup-Nya harus berakhir pada sebuah salib? Di manakah orang-orang lumpuh, bisu tuli, para penderita kusta yang telah disembuhkan? Di manakah ribuan orang yang telah memakan roti sampai tersisa itu? Di manakah mereka semua yang telah dihibur-Nya, diteguhkan hatinya dan diselamatkan dari gangguan setan-setan? Di manakah murid-murid, yang telah digembleng-Nya secara khusus selama tiga tahun? Apakah semua telah menjadi sia-sia? Dan di mana Allah Bapa, yang kehendak-Nya telah ditaati-kehendak-Nya sepatuh-patuhnya? Bukankah hukuman mati di salib merupakan penghinaan yang paling kejam, hukuman yang hanya boleh dikenakan pada para budak dan pemberontak? Bukankah bagi bangsa Yahudi hukuman mati di salib merupakan kenyataan bahwa seseorang telah dibuang oleh bangsanya dan dikutuk oleh Allah? “Ya Allah, Ya AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46). Bukankah ini suatu seruan putus asa dari Yesus di akhir hidup-Nya? Apakah Ia telah kalah? Apakah akhirnya musuh-musuhlah yang benar dan menang? Bukankah kematian-Nya merupakan suatu bukti bahwa Allah tidak di pihak Yesus? Apakah Yesus telah gagal? Ternyata tidak!

Yesus tahu, apa yang Dia katakan dan apa yang Dia buat. Dia tahu pula, bahwa apa yang Dia buat dan Dia katakan tidak menyenangkan banyak pihak. Bahkan mengancam kepentingan pihak-pihak itu. Dan pihak-pihak inilah yang berpengaruh dan mempunyai kuasa dalam masyarakat, khususnya dalam bidang keagamaan. Ia tahu pula risikonya kalau menentang golongan yang berkuasa. Tetapi apakah dengan itu Yesus harus mundur atau mengambil sikap kompromistis? Bukankah bijaksana mengelakkan bahaya yang lebih besar?

Tetapi tidak dengan Yesus. Ia tidak mundur! Ia konsekuen dengan apa yang dikatakan-Nya dan apa yang telah mulai dikerjakan-Nya. Ini menyangkut nilai-nilai fundamental Kerajaan Allah. Ia harus konsekuen. Ia harus maju, apapun risikonya, walau sebagai manusia Ia takut dan gemetar. Ia berusaha maju dengan kepala tegak. Ia berjuang untuk menjadi tuan atas penderitaan-Nya. (Kalau kita membaca keempat Injil kesan ini muncul dengan kuat sekali). Yesus rupanya menyadari bahwa penderitaan dan kematian-Nya adalah bagian dari misi dan tugas-Nya. Kalau Dia mundur, bagaimana dengan nasib Kerajaan Allah yang telah mulai diwartakan dan dibangun-Nya itu? Bukankah Kerajaan Allah itu telah mulai direalisir justru dalam diri-Nya? Nilai-nilai Kerajaan Allah seperti: cinta kasih, keadilan dan perdamaian mulai menguncup. Apakah semua itu harus mati lagi oleh kekuatan kejahatan? Dan kalau Dia mundur, bagaimana dengan pengikut-pengikut-Nya kelak? Bukankah Dia ada untuk menolong, mendukung, memajukan, memerdekakan dan membahagiakan orang lain? Tidak!! Yesus sadar bahwa sengsara dan kematian-Nya merupakan bagian dari karya penyelamatan.

50

Ia merupakan tebusan, seperti yang telah dialami oleh banyak nabi terdahulu. Bukankah Ia telah berkata: “Biji gandum harus jatuh dan mati untuk menghasilkan banyak buah?”

Karena ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa, kematian Yesus justru menyelamatkan banyak orang dan membawa orang semakin dekat dengan Allah. Ia telah menyatukan antara surga dan dunia berkat wafat-Nya. Hal ini terbukti dari cara wafat Yesus. Keempat Injil mencatat kematian Yesus justru disertai dengan tanda-tanda alam yang sangat dasyat, seperti: kegelapan yang meliputi seluruh daerah dan gempa bumi yang menyebabkan terbelahnya tabir Bait Allah menjadi dua. (lih. Mat 27:45-56; Mrk 15:33-41; Luk 23:44-49; Yoh 19:28-30). Peristiwa ini disaksikan oleh banyak orang termasuk kepala pasukan, sehingga ia memuliakan Allah dan berkata: “Sungguh orang ini adalah orang benar.” Kuasa kegelapan tampak seakan-akan menunjukkan kekusaannya atas seluruh dunia. Namun pada saat Yesus wafat semua cahaya dipusatkan pada salib. Kegelapan sering dihubungkan dengan rasa takut, kecemasan dan adanya bahaya. Kegelapan menjadi lambang ketidak-berdayaan. Peristwa kegelapan yang terjadi saat kematian Yesus mempunyai arti khusus yakni keterlibatan Allah atas kematian Yesus. Melalui kegelapan yang diciptakan-Nya, Allah mau menyatakan terang kehidupan baru yang akan muncul. Dari kegelapan lahirlah Mesias yang membuka sejarah keselamatan baru bagi semua bangsa di dunia.

Tanda lain yang menyertai wafat Yesus adalah terbelahnya tabir Bait Allah menjadi dua. Hal ini membawa perubahan yang radikal. Tabir Bait Allah yang dimaksudkan untuk memisahkan ruang yang dikhususkan bagi para iman dan orang-orang yang tidak percaya, kini dihancurkan. Hal ini menunjukkan bahwa kematian Yesus membawa kedekatan Allah dengan manusia. Allah terbuka bagi semua bangsa. Allah tidak lagi tinggal di tempat terasing, dalam ruang khusus dan tertutup, melainkan berada diantara kita. Ia bahkan sangat dekat dengan kita. Maka semua orang tanpa terkecuali boleh datang kepada Allah. Dipuncak Golgota di atas kayu salib, penyertaan Allah semakin nyata, yakni penyertaan untuk merangkum penderitaan manusia. Manusia tidak perlu takut akan penderitaan karena Allah akan selalu beserta manusia dalam segala situasi.

Sengsara dan kematian-Nya harus merupakan pengabdian-Nya yang terakhir. Pengabdian karena kasih demi Kerajaan Allah, demi manusia. Yesus percaya bahwa kemudian akan bangkit orang-orang seperti Dia untuk membangun Kerajaan Allah. Ia telah memberi jalan. Ia adalah contoh. Ia adalah teladan. Ia adalah idola. Dalam Dia siapa saja dapat melihat bagaimana seorang manusia sejati bertindak. Kiranya jelas bahwa penderitaan dan kematian Yesus adalah kesaksian yang paling final dan paling utama tentang Kerajaan Allah. c. Kebangkitan Yesus

Kebangkitan Yesus adalah dasar dari semua iman Kristen. Injil sebenarnya tidak menceritakan kebangkitan Yesus, tetapi hanya menceritakan tentang kubur kosong dan penampakan-penampakan.Apa yang diwartakan oleh makam kosong adalah kebangkitan Kritus sebagai misteri penyelamatan. Makam terbuka berarti duka cita dan kegelapan sudah diganti oleh suka cita dan terang kebangkitan.

Tanda lain akan kebangkitan Yesus adalah penampakan. Orang-orang pertama yang bertemu dengan Yesus yang telah bangkit adalah Maria dari

51

Magdala dan wanita-wanita saleh yang datang ke pemakaman untuk meminyaki jenasah Yesus (lih. Mrk 16:1) yang dengan tergesa-gesa dimakamkan pada hari jumat karena hari sabat segera tiba. Dengan demikian, para wanita itu merupakan orang pertama yang membawa berita tentang kebangkitan Yesus. Sesudah itu, Yesus menampakan diri kepada para rasul lebih dahulu kepada Petrus, kemudian kepada keduabelas murid-Nya.

Penampakan Yesus ini sungguh membawa makna, yaitu Yesus memperkenalkan kepada para murid dan gereja-Nya suatu cara kehadiran yang baru.Untuk tujuan itu penampakan yang terjadi selama 40 hari merupakan masa peralihan. Dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan bahwa ia selalu hadir, juga kalau mereka tidak melihat-Nya. Yesus yang telah bangkit merupakan “alam ciptaan baru” di tengah-tengah kita. Penampakan-Nya menunjukkan kehadiran yang parmanen, yakni:

 Melalui Sabda-Nya

Sejak bangkit dari alam maut Yesus hadir ditengah-tengah kita melalui sabda-Nya, misalnya dalam cerita tentang dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus (lih. Luk 24:13-35).Waktu mereka sedang berjalan bersama Yesus, hati mereka belum tersentuh oleh rupa Yesus. Tetap hati mereka mulai berkobar-kobar ketika ia mulai berbicara dan menerangkan Kitab Suci kepada mereka (lih. Luk 24:32). Dalam sabda mereka berjumpa dengan Yesus.

 Melalui tanda

Yesus membuat para murid mengenal-Nya melalui tanda yakni ”memecah-mecahkan roti”. Tanda ini oleh gereja diwujudkan dalam Sakramen Ekaristi. Untuk seterusnya, Yesus akan memberikan diri-Nya dalam Perayaan Ekaristi

 Melalui Roh Kudus-Nya

Yesus hadir ditengah para murid-Nya melalui Roh-Nya.Sebagai tanda kehadiran “Roh”, Yesus telah menghembusi dan memberikan Roh kepada mereka. Untuk seterusnya mereka akan terus menjumpai Yesus melalu Roh-Nya.

 Melalui jabatan kegembalaan Petrus dan melalui kuasa apostolik untuk mengampuni dosa Tuhan yang telah bangkit itu tetap hadir ditengah-tengah umat-Nya.

Tidak setiap orang dapat mengalami kehadiran Yesus, sebab untuk mengenal dan mengetahui kehadiran Yesus diperlukan adanya iman. Para murid yang menuju Emaus mengenal Yesus ketika mereka mulai membuka hati bagi sabda-Nya. Bukan mata kepala, tetapi mata iman yang menyebabkan pengenalan yang sebenarnya. Bahkan Thomas yang “tak percaya” sebetulnya orang yang bersedia menyerahkan diri kepada Kristus (Bdk. Yoh 11:16). Maksud cerita penampakan kepada Thomas adalah setiap orang yang menyerahkan diri kepada Yesus boleh merasa pasti dan yakin akan kehadiran-Nya, meskipun ia tidak melihat Yesus.

Makna kebangkitan Yesus bagi kita:

1. Kebangkitan Yesus mensahkan dan melegitimasi apa yang telah dilakukan dan diajarkan-Nya. Semua kebenaran juga yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia, mendapat kebenaran oleh kebangkitan Yesus.

52

2. Dalam kebangkitan Yesus, terpenuhilah janji-janji Perjanjian Lama (Bdk. Luk 24:26-27) dan janji Yesus selama hidup-Nya di dunia. Dengan kebangkitan Yesus terpenuhilah nubuat-nubuat Perjanjian Lama.

3. Kebangkitan menegaskan ke-Allah-an Yesus. Ia telah mengatakan “Apabila kamu meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia” (Yoh. 8:28). Kebangkitan Yesus menerangkan bahwa Ia sungguh-sungguh Putra Allah. Kebangkitan Yesus berhubungan erat dengan penjelmaan Putra Allah menjadi manusia.

4. Rahasia paskah mempunyai dua sisi, yakni: dengan kematian-Nya Yesus membebaskan kita dari dosa, dan dengan kebangkitan-Nya Yesus membuka pintu menuju kehidupan baru. Hidup baru menempatkan kita kembali ke dalam rahmat Allah (Bdk. Rm 4:25), supaya seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati demikian juga kita hidup dalam hidup yang baru.

5. Kebangkitan Yesus adalah dasar kebangkitan kita yang akan datang. “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung (I Kor 15:20). Dengan kebangkitan-Nya Yesus masuk ke dalam kemuliaan Ilahi. Kebangkitan Yesus adalah kepenuhan hidup-Nya. Namun kebangkitan Yesus dimulai dan diwartakan tidak hanya sebagai kepenuhan hidup Yesus, tetapi terutama sebagai sumber keselamatan manusia. Karena itu wafat dan kebangkitan Yesus harus diwartakan.

Dalam dokumen PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (Halaman 73-78)