• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengkonstruksi Citra Parbowo Subianto Melalui Iklan Politik Dalam konteks politik pencitraan, iklan politik menjadi alat yang sangat

SUBIANTO PADA PILPRES 2009

B. Langkah-langkah Partai Gerindra dalam Melakukan Politik Pencitraan Prabowo Subianto

5. Mengkonstruksi Citra Parbowo Subianto Melalui Iklan Politik Dalam konteks politik pencitraan, iklan politik menjadi alat yang sangat

efektif untuk digunakan. Menurut Pawito, upaya membangun citra dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, meberikan penonjolan-penonjolan pada kesuksesan atau keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai di masa lampau.

18

Ibid.

19

Kedua, menumbuhkan asosiasi pemikiran tentang partai atau kandidat dengan kebesaran sejarah di masa lampau, seperti kejayaan bangsa, pemimpin kharismatik yang pernah ada, dan bentuk-bentuk simbolik baik kata-kata maupun gambar-gambar. Ketiga, memberikan penonjolan orientasi ke depan, misalnya dengan kecanggihan teknologi dan optimisme kemajuan-kemajuan di masa yang akan datang. Keempat, menghadirkan tokoh-tokoh tertentu demi menumbuhkan dan memperkokoh keyakinan akan kuat atau luasnya dukungan termasuk tokoh-tokoh adat, dan pemimpin atau tokoh-tokoh-tokoh-tokoh negara lain.20 Kesemua bangunan

pencitraan tersebut bisa dikemas dan dipublikasikan melalui desain iklan politik untuk disampaikan kepada masyarakat sehingga akan terbangun citra positif, baik partai maupun kandidatnya.

Terkait dengan politik pencitraan Prabowo Subianto, Partai Gerindra turut menggunakan iklan sebagai alat untuk mengkonstruksi citra Prabowo. Sebagaimana disebutkan oleh Fadli Zon dalam wawancara pribadi dengan penulis:

“ Iklan politik adalah alat yang paling efektif karena melalui iklan politik itu

jangkauannya sangat luas, yang menonton tv rakyat Indonesia disinyalir lebih dari 90%. Sehingga kalau ada ilkan tv yang menyaksikan jauh lebih banyak. Banyagkan misalnya kita hanya mendatangi lapangan untuk rapat umum, paling banyak terkumpul 20-30 ribu orang. Iklan adadal salah satu sarana untuk menyampaikan pesan yang paling efektif sekarang ini dan Gerindra menggunakan iklan sebagai

salah satu strategi membangun citra Prabowo”.21

Secara teoritis promosi dengan menggunakan iklan poitik mengunakan dua cara pertama, lewat cara-cara gratis melalui peliputan reguler media terhadap

20

Pawito, Komunikasi Politik: Media Massa dan kampanye Pemilihan, h. 265. 21

kegiatan partai atau kandidat. Kemudian kedua, dengan membayar ke media tersebut kareena memasang iklan politik. Dalam iklan politik, kandidat atau partai politiklah yang memutuskan bagaimana mereka ditampilkan. Karena itulah, dua bentuk penggunaan media televisi itu (free and paid media) kerap juga di istilahkan dengan controlled media dan uncontrolled media. Mengingat adanya prinsip seperti ini Partai Gerindra secara rasional dan setiap partai politik tentunya banyak mengeluarkan dana untuk biaya iklan. Penelitian AC Nielsen menyebutkan pada 2008 sampai menjelang pilpres 2009 biaya iklan yang dikeluarkan Partai Gerindra dalam mengiklankan Prabowo Subianto dan partainya menghabiskan dana hingga Rp 66 miliar dan mendapatkan sekitar 4 ribu spot iklan yang tersebar di hampir seluruh media televisi.22

Selanjutnya masih dalam analisis Nielsen pada saat Prabowo diatampilkan pertama kali dengan bersamaan memperkenalkan berbagai organisasi seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional, dan sebagai ketua dewan Pembina Partai Gerindra, dana yang dihabiskan mencapai 8 miliar per-bulan periode Juli-Oktober 2008.23 Namun dari jumlah biaya iklan ini

Partai Gerindra menurut Fadli Zon tergolong paling sedikit dari dua kandidat lainnya, seperti ungkapannya:

“ Waktu pilpres kami tidak menampilkan seperti dua kandidat lain

(SBY-Boediono dan Jusup Kala-Wiranto). Dua kandidat lain mungkin dananya lebih besar daripada kami. Sehingga jumlah durasi iklannya juga lebih banyak. Dari tiga kandidat itu, kami yang frekuensi iklannya paling jarang meskipun kami tampil di

22

Vennie Melyani,”Belanja Iklan Partai Politik Mencapai Rp 1 triliun”, Artikel diakses

pada 6 Agustus 2011 http://www.tempo.co/hg/bisnis/2009/04/28/brk,20090428-173209,id.html. 23

semua statsiun televisi. Kami juga tidak melanggar, frekuensi iklan SBY-Boediono

mereka jauh lebih banyak ketimbang kami”.24

Di lihat dari kisaran dana yang dikeluarkan Partai Gerindra di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Partai Gerindra adalah Partai yang terlibat dalam penggunaan iklan sebagai strategi politiknya. Kemudian Prabowo sebagai produk yang ditawarkan Partai Gerindra untuk bisa diterima oleh masyarakat. Melalui memanfaatkan iklan politik, citra Prabowo Subianto di bangun lalu dikembangkan agar mempengaruhi persepsi positif di benak masyarakat.

24

93

Bab V merupakan bab penutup pada skripsi ini. Bab ini menyimpulkan pembahasan bab-bab sebelumnya yang selaras dengan rumusan masalah skripsi ini. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan dasar yaitu mengapa Partai Gerindra melakukan politik pencitraan terhadap Prabowo Subianto dan bagaimana peran Partai Gerindra untuk membentuk politik pencitraan Prabowo Subianto pada pilpres 2009. Untuk menjawab pertanyaan dasar tersebut, didahului dengan dengan menjabarkan teori-teori yang berkaitan dengan variabel pada rumusan masalah pada Bab II skripsi ini. Selanjutnya Bab IV menjadi bab pembuktian mengapa Partai Gerindra melakukan politik pencitraan terhadap Prabowo Subianto dan bagaimana peran Partai Gerindra dalam membentuk pencitraan Prabowo Subianto pada pilpres 2009. Informasi diperoleh melalui wawancara langsung yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Fadli Zon selaku Wakil Ketua Umum Bidang Politik dan Keamanan Partai Gerindra. Selanjutnya di Bab V ini penuli akan menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan penulis.

A. Kesimpulan

Pemilu Presiden 2009 merupakan kontestasi pertama Partai Gerindra melakukan langkah-langkah strategi politik pada level eksekutif. Sebagai Partai politik yang telah terkonsolidasikan dengan baik, Partai Gerindra tentunya memiliki kapasitas yang mumpuni ketika harus membangun image (citra) tokoh

yang dipromosikannya. Pada saat musim kampanye politik 2009 Partai Gerindra berperan dalam melakukan politik pencitraan terhadap Prabowo Subianto. Peran Partai Gerindra terekam dari Langkah-langkah strategi politik pencitraan yang dilakukan Partai Gerindra terhadap Prabowo Subianto diantaranya adalah Partai Gerindra melakukan kampanye politik yang cukup intens di berbagai media publik, baik internal maupun lokal. Selain menggunakan jasa media, Partai Gerindra juga melakukan komunikasi politik secara dialogis keberbagai segmentasi masyarakat misalnya kaum buruh, mahasiswa, petani, nelayan dan guru.

Strategi politik yang dikembangkan oleh Partai Gerindra menjelang pemilihan Presiden pada 2009 yaitu, mengkontruksi image (citra) positf Prabowo Subianto agar presepsi masyarakat terhadap Prabowo Subianto menjadi baik. Membentuk image positif kandidat partai bukanlah hal yang mudah dilakukan, terlebih Prabowo Subianto pernah menjadi figur kontoversial di benak masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Partai Gerindra melakukan langkah-langkan politik yang di spesialisasikan untuk pencitraan Prabowo Subianto. Langkah-langkah terebut adalah sebagai berikut pertama, Partai Gerindra melakukan fungsi komunikasi politik. Seacara teoritis komunikasi politik yang dikembangkan oleh Partai Gerindra menggunakan komunikasi dua arah (dyadic communication). Komunikasi dua arah yang dilakukan oleh Partai Gerindra adalah dengan mengumpulkan aspirasi dari masyarakat yang nantinya akan dijadikan input untuk membuat kebijakan-kebijakan politik partai seperti gagasan ekonomi kerakyatan.

Selanjutnya yang kedua, Partai Gerindra menggunakan wacana ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan popularitas Prabowo Subianto pada pilpres 2009,

konsep wacana ini termaktub kedalam visi-misi dan menjadi positioning partai. Ketiga, Partai Gerindra memanfaatkan momentum kampanye, baik kampanye jangka pendek (short tern) maupun kampanye yang bersifat permanen dengan tujuan untuk menyalurkan informasi terkait kebijakan-kebijakan partai, pemebentukan opini agar Partai Gerindra dan Prabowo Subianto mendapatkan kesan yang baik dibenak masyarakat, klarifikasi berita-berita kurang baik (negative campaign) yang beredar di masyarakat, dan yang paling utama untuk pembentukan citra positif Partai Gerindra maupun kandidatnya (Prabowo Subianto). Keempat, Partai Gerindra mengguanakan media massa sebagai alat politik dan dianggap sangat efektif karena ruang lingkup dan kecepatan informasi yang akan diperoleh masyarakat melalui pemanfaatan iklan di tv, radio, koran, dan internet. Keempat strategi tersebut merupakan bentuk dari langkah-langkah Partai Gerindra dalam membentuk politik pencitraan Prabowo Subianto pada pilpres 2009.

B. Saran-Saran

Di penghujung penelitian skripsi ini, sepertinya perlu juga untuk berbagi saran-saran dan kritik dalam rangka menilai fenomena politik pencitraan yang berkembang pesat di era teknologi informasi kini. Hal ini penting, karena politik pencitraan dapat menjadi buruk apabila relasi anatara citra dan aplikasinya tidak sesuai, yang ada hanya janji palsu dari kemasan pencitraan dan masyarakat menjadi korban manipulasi citra. Mengkonstruksi dan menjaga citra yang dilakukan Partai Gerindra terhadap Prabowo Subianto agar mendapat simpatik

rakyat sah-sah saja, asal pencitraan yang dilakukan harus sesuai dengan aplikasinya.

Partai Gerindra dan Prabowo Subianto diharapkan untuk tidak berlebihan dalam menggunakan pencitraan iklan politik di media massa. Sebaiknya Partai Gerindra dan Prabowo Subianto lebih mengedepankan program-program nyata yang langsung berdampak positif kepada masyarakat, karena pencitraan tidak selamanya sesuai dengan realitas sesungguhnya. Ketika seorang kandidat atau partai politik hanya mengandalkan pencitraan untuk mengambil simpatik masyarakat, hampir dapat dipastikan bahwa kandidat dan partai politik tersebut menggunakan pencitraan hanya sebagai alat manipulasi politik untuk mengambil simpatik masyarakat.

Dan tentunya, berkaitan dengan skripsi ini penulis mengharapkan saran dan kritik para pembaca guna memperbaiki kesalahan atau kekurangan yang ada. Selain itu penulis sendiri sadar bahwa karya ini merupakan buah pertama dari proses panjang pendewasaan intelektual penulis, sehingga masih sangat dimungkinkan jauh dari kesempurnaan.

97

Adi Soempeno, Femi. Prabowo Bintang Tiga: Dari Cijantung Bergerak ke Istana. Yogyakarta: Galangpress, 2009.

Agung Wasesa, Silih. Strategi Public Relation. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Ambardi, Kuskridho. Mengungkap Politik Kartel: Stadi tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi Jakrta: Gramedia, 2009.

Armando, Ade. Kampanye Melalui Media Massa: Keniscayaaan di Abad 21. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Arifin, Anwar. Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Bungin, Burhan. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodelogis Ke Arah Ragam Farian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Danial, Akhmad. Iklan Politik tv: Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde Baru. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2009.

Deliarnov. Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga, 2006.

DPP Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Tanya Jawab Seputar Partai Gerindra. Jakarta: Gerindra, 2008.

---, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra. Jakarta: Partai Partai Gerindra, 2008.

---. Acuan Kampanye Menejemen Pemasaran Partai Politik: Strategi Pemenangan Pemilu 2009. Jakarta: Gerindra, 2008.

---, Anggaran Dasar Anggran Rumah Tangga Partai Gerindra. Jakarta: Partai Gerindra, 2008.

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS, 2001.

Firmanzah. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.

Harun, Rochajat dan AP, Sumarno. Komunikasi politik. Bandung: Madar Maju, 2006.

Kasiram, Mohamad. Metodelogi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodelogi Penelitian. Malang: UIN Press, 2008.

Kasman, Suf. “Perss dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia: Analisis isi

Pemberitaan Harian Kompas dan Republika,” Desertasi S3 Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.

Nursal, Adam. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Pambudi, A. Kalau Prabowo Jadi Presiden. Jakarta: Penerbit Narasi, 2009.

Pawito, Komunikasi Politik: Media Massa dan kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra, 2009.

Pusat Bahasa Departement Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia, 2008.

Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Ramaja Rosdaka, 2001.

Rauf, Maswadi. Sistem Presidensial dan Sosok Presiden Ideal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Rauf, Maswardi dan Nasrun, Mappa. Indonesia dan Komunikasi Politik. Jakarta: PT Gramedia Utama, 1993.

Ruslan, Rusady. Kampanye Public Relation. Jakarta: PT Grafindo, 2007.

---, Kiat dan Strategi Kampanye Publik Relations. Jakarta: PT Grafindo, 2007.

Setiyono, Budi. Iklan dan Politik: Menjaring Suara dalam Pemilihan Umum. Jakarta: AdGoal Com, 2008.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Sumawinata, Sarbini. Politik ekonomi Kerakyatan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Suhada, Sidik. Gaya Retorika Komunikasi Politik Prabowo. Malang: Lembaga Suprimasi Media Indonesia, 2009.

Suharni, Inke. “Humas dalam Kompanye Politik: Studi Partai Gerindra

Menghadapi pemilu 2009.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009.

Sutojo, Siswanto. Manajemen Perusahaan Indonesia: Sebuah Pendekatan Filosofis dan Akademis Prakti. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 2004.

Sy, Pahmy. Politik Pencitraan. Jakarta: Gaung Persada Pers 2010.

Tinarbuko, Sumbo. Iklan politik dalam realitas media. Yogyakarta: Jalasutra, 2009.

Uchjana Effendy, Onong. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Website :

Am, Munawar “Fenomena Partai Gerindra” diakses pada 23 November 2009 dari http://74.125.153/search?qcache:U6Gx4MlucJ:kangnawar.com/politikpe milu/fenomenapraboPartaiGerindra+komunikasi*politik*partai*PartaiGer indra&cd=8&hl=id&ct+clnk&gl+id

Asydhad, Arifin. “14 Korban Penculikan Diyakini Sudah Meninggal” diakses

pada 10 Desember 2011.

http://www.detiknews.com/read/2005/06/14/145425/381113/10/14-korban-penculikan-yang-diyakini-sudah-meninggal

Bambani Amri, Arifi. “Kepak Syap Gerindra”. Artikel diakses 4 Agustus 2011

dari http://sorot.vivanews.com/news/read/27935-kepak_sayap_gerindra Hidayati, Nurul. ” Gagalkan Penculikan Jenderal, Luhut Layak Dapat Bintang”

diakses pada Kamis 1 Desember 2011 dari

http://preview.detik.com/detiknews/read/2009/03/12/121426/1098307/10/ gagalkan-penculikan-jenderal-luhut-layak-dapat-bintang

Melyani, Vennie. ”Belanja Iklan Partai Politik Mencapai Rp 1 triliun” diakses

pada 6 Agustus 2011

http://www.tempo.co/hg/bisnis/2009/04/28/brk,20090428-173209,id.html Mujayatno, Arief. “Gagalnya Upaya Penyederhanaan Jumlah Parpol” diakses

pada 15 Agustus 2011

http://www.antaranews.com/view/?i=1215515162&c=ART&s

Phyrman. “Definisi Iklan, Efek dan Iklan Korporat” diakses pada 15 November 2011 dari http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/definisi-iklan-efek-dan-iklan-korporat.html

Suprianto, Agus. “Prabowo dan Sjafrie Tak Penuhi Panggilan Komnas HAM”

diakses pada 7 Desember 2011 dari

http://www.tempo.co.id/hg/nasional/2005/06/03/brk,20050603-62010,id.html

Tim Liputan 6 SCTV. “Belanja iklan politik Habiskan Dana Rp 2,2 Triliun”

diakses pada 7 September 2011 dari

http://berita.liputan6.com/read/172256/belanja-iklan-politik-habiskan-dana-rp-22-triliun

Xpos, Siar. ” Prabowo Come Back,” diakses pada tanggal 21 Maret 2011 dari http://laleristana.dagdigdug.com/2009/02/09.html

102

1. Print Screen Website Pribadi Prabowo Subianto

3. Print Screen Video Iklan Politik Prabowo Subianto

5. Poster Kampanye Koalisi Mega-Prabowo Pada Pemilihan Presiden 2009

7. Foto Majalah Tani Merdeka