• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF MELALUI METODE PENUGASAN

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 53-59)

Hari Tri Panglipuringtyas SDN Tanjungan Kemlagi Mojokerto

Naskah diterima: 20/08/2016, Direvisi akhir: 5/9/2016, Disetujui: 15/9/2016 Abstrak: Keterampilan berbahasa terdiri atas menyimak, membaca dan menulis. Satu di antara keterampilan di atas yang dibahas ialah membaca. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata. Membaca intensif adalah perbuatan membaca yang dilakukan secara serius, hati-hati dan penuh ketelitian. Cara membacanya biasanya dilakukan dengan pelan- pelan. Adapun tujuannya adalah untuk memahami keseluruhan bahan bacaan itu sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya. Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, dimana penyelesaian tugas tersebut dapat dilakukan secara perseorangan atau secara kelompok sesuai dengan perintahnya. Kata Kunci: Keterampilan Berbahasa, Membaca Intensif, Metode Pemberian Tugas

Abstract: Of language skills consist of listening, reading and writing. One of the skills discussed above are read. Reading is a process that is carried and used by readers to get the message, to be delivered by the author through the medium of words. Intensive reading is the act of reading is done seriously, be care full and full accuracy. How read usually done slowly. The overall goal is to understand the reading material was up to the things that are the smallest. The method of administration tasks can be interpreted as a form of teaching and learning interactions that marked the one or more tasks assigned by the teacher, with the completion of these tasks can be done individually or in groups in accordance with his orders.

Keywords: Language Skills, Intensive Reading, The Method of Administration Tasks

PENDAHULUAN

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlibat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak dipenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson, 1960:43-44)

Disamping itu, ada pula yang mengatakan tenang membaca, yaitu untuk mendapatkan informasi serta pengertian yang terkandung didalamnya ataupun

pengetahuan mengenai dunia luar, sehingga dipakai alat dalam proses belajar sebagai lanjutan dari perkembangan membaca (Aliyah, 1983:3)

Dari beberapa pengertian membaca di atas terkandung makna bahwa: (a) dalam membaca ditekankan agar si pembaca memahami isi dari informasi yang dibacanya, (b) dalam membaca tidak selalu dilakukan dengan mengubah lambang- lambang menjadi bunyi atau suara sekalipun hal tersebut kadang-kadang dilakukan oleh pembaca.

Membaca intensif seperti kutipan dari Brooke (1964) adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif.

Pendapat lain tentang membaca intensif adalah perbuatan membaca yang dilakukakn secara serius, hati0hati dan penuh ketelitian (Pairin, 1988:57). Cara membacanya biasanya dilakukan dengan pelan-pelan (lambat-lambat). Adapun tujuannya adalah untuk memahami keseluruhan bahan bacaan itu sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya.

Tujuan utama membaca intensif menurut Tarigan (1985:36) adalah memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argument-argumen logis, urutan-urutan retori atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan pengajaran, dan tujuan jangka pengarang, dan juga sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.

Kegiatan belajar mengajar mempersyaratkan kepada guru untuk menyediakan tugas belajar dalam kegiatan belajar para siswanya. Hal ini mengisyaratkan bahwa guru tidak saja menyampaikan isi pelajaran, tetapi juga memberikan tugas kepada siswa. Untuk dapat emberikan tugas kepada para siswa dengan sebaik-baiknya, seyogyanya guru memiliki pengetahuan, keterampilan menggunakan metode pemberian tugas. Apa, kapan dan begaimana metode pemberian tugas, dapat dipelajari pada pembahasan berikut ini.

Metode pemberian tugas pada umumnya diandai adanya suatu pembahasan pertanyaan dan jawaban, dimana guru mengajukan pertanyaan dan para siswa menyediakan sejumlah jawaban berdasarkan pada sebuah buku teks atau penyajian pendek guru sebelum pemberian tugas.

Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, dimana penyelesaian tugas tersebut dapat dilakukan secara perseorangan atau secara kelompok sesuai dengan perintahnya.

Menurut Sudirman (1987:82) menyatakan bahwa Tugas individu adalah pengerjaan tes ulangan yang diberikan guru kepada siswa untuk menemukan perbedaan-perbedaan individu siswa dalam mengerjakan tugasnya.

Metode penugasan secara kelompok (metode kerja kelompok) merupakan salah satu strategi belajar mengajar yang memiliki kadar siswa aktif. Dimana dalam mengerjakan tugas secara kelompok (kerja kelompok) ini tujuannya harus jelas bagi setiap anggota, agar diperoleh hasil yang baik dan didalam metode ini harus ada interaksi antara anggota kelompok.

Dengan adanya kerja kelompok efektif, efisien dan kecermatan dalam kerja akan lebih terjamin dibandingkan kerja seorang diri. Seperti yang dikemukakan oleh Mursel (1972:214) bahwa adanya kelompok kerja cenderung mengakibatkan kecepatan kerja lebih baik bila yang diinginkan itu adalah kecepatan kerja, akan

lebih banyak menimbulkan kesungguhan bekerja bila yang ditekuni adalah menimbulkan kesungguhan berkerja, lebih banyak menghasilkan ketelitian bila ditunjolkan dalam pekerjaan itu adalah ketelitian.

Dengan demikian dalam kerja kelompok akan lebih banyak memperoleh keuntungan karena tugas yang diberikan akan lebih ringan. Keuntungan itu dikarenakan dalam kerja kelompok terdapat penyatuan ide, pendapat yang didasarkan teori, pengalaman dan kenyataan sehingga di dalam kerja kelompok diskusi-diskusi yang membicarakan suatu permasalahan menjadi inti kerja untuk memperoleh yang lebih baik.

METODE

Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas, yang bertolak dari suatu permasalahan dalam pembelajaran di dalam kelas. permasalahan itu berupa kesulitan yang dialami siswa dalam membaca intensif.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga kali silklus I, siklus II dan siklus III. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan prosedur penelitian yang terbagi dalam empat langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Tanjungan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto dengan jumlah 24 siswa.

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, karena metode tes dapat dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan objek dan tujuan penelitian.

Data yang diperoleh dari tes ini adalah data yang bersifat kuantitatif, kemudian diolah dengan cara statistic sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menguji hipotesis dan menarik simpulan.

Langkah – langkah yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian ini adalah menyusun distribusi frekuensi mencari mean :

M =

Keterangan :

M = Skor rata-rata

X = Jumlah nilai seluruh siswa N = Jumlah siswa

PEMBAHASAN

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh peneliti yang disebut pengolahan data atau preparation, ada pula yang menyebut data analisis (Arikunto, 1997:209).

Dari hasil Siklus I dapat diketahui bahwa yang menjawab benar 5 atau mendapat nilai 50 berjumlah 1 siswa dan yang menjawab benar 6 atau mendapat nilai 60 berjumlah 9 siswa, sedangkan yang menjawab benar 7 atau mendapat nilai 70 berjumlah 14 siswa. Maka dapat diketahui bahwa hasil Siklus I dalam membaca intensif tersebut tergolong cukup, terlihat dari nilai yang diperoleh siswa rata-rata 63,66%.

Data selanjutnya adalah data dari hasil tes siklus II yang akan diketahui bahwa siswa yang menjawab benar 6 atau mendapat nilai 60 berjumlah 2 siswa, yang menjawab benar 7 atau mendapat nilai 70 berjumlah 12 siswa, dan yang menjawab benar 8 atau mendapat nilai 80 berjumlah 8 siswa, sedangkan siswa yang menjawab 9 atau mendapat nilai 90 berjumlah 2 siswa. Maka dapat diketahui bahwa

Siklus II dalam membaca intensif tersebut tergolong baik, terlihat dari nilai yang diperoleh siswa rata-rata 71,66%.

Data dari hasil siklus III yang diketahui bahwa siswa yang menjawab benar 7 atau mendapat nilai 70 berjumlah 2 siswa, dan yang menjawab benar 8 atau mendapat nilai 80 berjumlah 15 siswa, sedangkan siswa yang menjawab benar 9 atau mendapat nilai 90 berjumlah 7 siswa. Maka dapat diketahui bahwa Siklus III dalam membaca intensif tersebut tergolong sangat baik, terihat dari nilai yang diperoleh siswa rata-rata 82,00%.

Berikut ini adalah distribusi frekuensi kategori nilai kemampuan menentukan tema, menentukan pikiran utama, menyimpulkan pada Siklus I.

Tabel 1Distribusi Frekuensi Kategori Nilai Siklus I

No Kategori Batas Kriteria F %

1. Tinggi 75 – 90 0 0 2. Sedang 60 – 74 14 56,25 3. Rendah 45 – 59 10 43,75 4. Sangat Rendah 30 – 44 0 0 Jumlah 24 100

Berdasarkan kriteria di atas pada kemampuan membaca intensif yang dianjurkan dengan metode penugasan, diketahui bahwa Siklus I kriteria sedang 56,25%, rendah 43,75%, dan sangat rendah 0%.

Tabel 2Distribusi Frekuensi Kategori Nilai Siklus II

No. Kategori Batas Kriteria F %

1. Tinggi 75 – 90 6 27,08

2. Sedang 60 – 74 18 72,92

3. Rendah 45 – 59 0 0

4. Sangat Rendah 30 – 44 0 0

Jumlah 24 100

Berdasarkan kriteria di atas pada kemampuan membaca intensif yang diajarkan dengan metode penugasan siswa Siklus II, diketahui bahwa kriteria tinggi 27,08%, sedang 72,92%, rendah 0% dan sangat rendah 0%.

Tabel 3Distribusi Frekuensi Kategori Nilai Siklus III

No. Kategori Batas Kriteria F %

1. Tinggi 75 – 90 15 60,25

2. Sedang 60 – 74 9 39,75

3. Rendah 45 – 59 0 0

4. Sangat Rendah 30 – 44 0 0

Jumlah 24 100

Berdasarkan kriteria di atas pada kemampuan membaca intensif yang diajarkan dengan metode penugasan siswa Siklus III, diketahui bahwa kriteria tinggi 60,25%, sedang 39,75%, rendah 0% dan sangat rendah 0%.

Keterampilan membaca menentukan hasil pengalian ilmu. Karena itu dapat dikatakan keterampilan membaca sangat diperlukan dalam dunia modern yakni

dunia buku. Dalam pendidikan formal membaca merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia. Kualitas pengajaran bahasa Indonesia menyangkut pula kualitas pengajaran membaca. Hasil pengajaran bahasa Indonesia inklusif pula dengan hasil pengajaran membaca.

Tujuan pengajaran bahasa Indonesia mengarah kepada keterampilan berbahasa artinya siswa diharapkan terampil menyimak, berbicara, memebaca dan terampil menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam penelitian ini penulis ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca intensif yang diajarkan dengan metode penugasan.

Metode penugasan memiliki banyak kelebihan yaitu selain merangsang belajar siswa, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan disiplin dalam membina sikap kebersamaan dan kepemimpinan. Di samping itu yang lebih penting adalah menambah wawasan setiap anggota kelompok karena adanya interaksi dan tukar pikiran sesama anggota.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kemampuan membaca intensif yang diajarkan dengan metode penugasan pada siklus I ternyata diketahui bahwa kriteria sedang 56,25%, rendah 43,75%, dan sangat rendah 0%.

Sedangkan pada siklus II kemampuan membaca intensif siswa, diketahui bahwa kriteria tinggi 27,08%, sedang 72,92%, rendah 0% dan sangat rendah 0%. Dan pada siklus III kemampuan membaca intensif yang diajarkan dengan metode penugasan siswa diketahui bahwa kriteria tinggi 60,25%, sedang 39,75%, rendah 0% dan sangat rendah 0%.

Data tersebut dapat disajikan pada Gambar grafik berikut

Gambar 1Distribusi Frekuensi Kategori Nilai Setiap Siklus

Dari hasil yang diperoleh pada siklus I, siklus II dan siklus III maka terbukti bahwa metode penugasan kemampuan siswa kelas IV SDN Tanjungan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto dalam membaca intensif mengalami peningkatan. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Setelah diadakan penelitian dengan tiga kali siklus dalam kemamapuan membaca intensif yang diajarkan dengan metode penugasan siswa kelas IV SDN

Tanjungan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto mengalami peningkatan ini terbukti dari nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil tes siklus I, II, dan III terjadi peningkatan nilai dari 63,66%, 71,66%, dan 82,00% dari nilai dapat diketahui bahwa nilai terakhir pada siklus III merupakan nilai terbaik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diberikan saran bagi pihak sekolah, guru-guru pengajar untuk lebih memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan akan pentingnya peningkatan aktivitas membaca.

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995.

Hasibun, dkk. 1986.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nurhadi. 1987.Membaca Cepat dan Efektif (teori dan latihan). Bandung: Sinar Baru. Pairin Ujang. 1988. Pengantar Keterampilan membaca (Teori dan Latihan).

Surabaya: IKIP.

Pasaribu. 1983.Proses Belajar Mengajar. Bandung Tarsindo Sudijono. 1987.Statistik Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Sudjana Nana. 2002.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sutrisno Hadi. 1992.Kemampuan Membaca Efektif dan Efisien. Tampubolon. 1979.Kemampuan Membaca Efektif dan Efisien.

Tarigan Guntur. 1979.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

55

PENERAPAN METODE

FIELD VISIT

UNTUK

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 53-59)