• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TPS

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 77-83)

Sa’im

SDN Mojorejo Kemlagi Mojokerto

Naskah diterima: 20/08/2016, Direvisi akhir: 5/9/2016, Disetujui: 15/9/2016 Abstrak: Kooperatif mengandung pengertian bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Kalau kita kaitkan dengan proses pembelajaran, pembelajaran kooperatif ini sangat penting karena dengan penerapan model pembelajaran kooperatif merangsang siswa untuk lebih aktif di dalam kelas dan melatih siswa untuk lebih bertangung jawab dalam bekerja sarna. dalam pembelajaran kooperatif siswa melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pemahaman dan kemampuan, serta mengoreksi antar sesama dalam belajar. Dengan begitu siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu siswa yang mempunyai gairah yang lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar PKn Materi Lembaga Pemerintahan Desa.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Motivasi Belajar, Kemajuan Hasil Belajar

Abstract: Cooperative implies working together to achieve common goals. If we associate with learning, cooperative learning is very important for the implementation of cooperative learning stimulate students to be more active in the classroom and train students to be more responsible in equal work. cooperative learning students in discussions, sharing of knowledge, understanding and capabilities, as well as correcting among fellow in learning. With so students are less enthusiastic in learning will help students who have a higher arousal and ability to apply what they have learned. This study aims to determine students' motivation and to know the progress of learning outcomes citizenship Creative Village Government Institutions.

Keywords: Cooperative Learning, Motivation to Learn, Progress of Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk lebih aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran yaitu guru harus dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Apabila motivasi belajar siswa tinggi, maka hasil belajar mengajar akan berhasil, dan sebaliknya apabila motivasi belajar rendah, maka hasil belajar mengajar sulit dicapai.

Keberhasilan siswa dalam belajar akan sangat dipengaruhi oleh adanya motivasi belajar siswa. Adanya motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar akan menciptakan suasana yang kondusif dan interaktif. Hal ini akan

tampak dari prilaku siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap pelajaran tertentu, maka dia akan tertarik untuk memperhatikannya. Bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah pada pelajaran tertentu, maka mereka cenderung kurang dan tidak memperhatikan pelajaran tersebut.

Setiap materi pelajaran memiliki tujuan pembelajaran yang berbeda ­ beda, karena itu metode pembelajaran yang diterapkan pada materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) didasarkan pada tujuan pembelajaran. PKn adalah pelajaran yang bukan hanya bersifat teori, tetapi di dalam PKn mengajarkan bagaimana menjadi warganegara yang baik, untuk itu di dalam PKn siswa dituntut untuk kreatif dan lebih bertangung jawab dalam menghadapi masalah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan kurangnya variasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran (cenderung monoton), kurang adanya komunikasi dua arah dan bahkan kebanyakan guru hanya mengejar target materi bukan memotivasi siswa agar aktif belajar. Rendahnya motivasi belajar siswa tersebut juga disebabkan metode yang dipakai dalam pembelajaran masih didominasi oleh metode ceramah, sehingga siswa menjadi pasif dan kurang interaktif, yang akhirnya menyebabkan suasana belajar menjadi tidak aktif. Untuk itu seorang guru periu menciptakan suasana belajar yang lebih banyak melibatkan siswa agar motivasi belajar siswa dapat meningkat.

Proses pembelajaran di sekolah sekarang ini kebanyakan ditekankan pada aspek pengetahuannya saja (aspek kognitif), masih sedikit yang menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar itu sendiri. Hal itu mengakibatkan siswa kurang mandiri dalam belajar, bahkan cenderung pasif (di kelas siswa hanya diam, dengar, dan catat). Proses pembelajaran seperti itu tidak tepat dilaksanakan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menuntut perkembangan berpikir siswa.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. Model pelajaran cooperative learning berangkat dari dasar pemikiran "getting better together" yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh serta mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Didalam pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif ini, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan bisa belajar dari siswa lainnya dan siswa dapat belajar mandiri.

Kooperatif mengandung pengertian bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Kalau kita kaitkan dengan proses pembelajaran, pembelajaran kooperatif ini sangat penting karena dengan penerapan model pembelajaran kooperatif merangsang siswa untuk lebih aktif di dalam kelas dan melatih siswa untuk lebih bertangung jawab dalam bekerja sama.

Dengan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mengadung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan anggota kelompok sendiri. Dengan begitu pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung antara anggota kelompok sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajamya. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif siswa melakukan diskusi, saling

membagi pengetahuan, pemahaman dan kemampuan, serta mengoreksi antar sesama dalam belajar. Dengan begitu siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu siswa yang mempunyai gairah yang lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif yaitu pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share (TPS). Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu metode pembelajaran yang menuntut semua siswa untuk mengembangkan suatu ide untuk memecahkan suatu masalah dengan kerjasama dengan cara berpasangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka model Think-Pair-Share (TPS) cocok digunakan untuk pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang banyak menggunakan penalaran.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk mendeskripsikan secara jelas data yang diperoleh; Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari perencanaan, observasi, aksi, dan refleksi.

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, untuk menentukan jawaban dari penelitian, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian Tindakan kelas.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri Mojorejo Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto yang berjumlah 30 siswa yang kesemuanya mempunyai karakteristik sama dan homogeny.

Penelitian tentang penerapan pembelajaran kooperatif model Think- Pair- Share (TPS) ini menggunakan penelitian tindakan kelas yaitu untuk memperbaiki kualitas kerja serta mengatasi permasalahan yang mendesak dalam kelompok. Secara garis besar alur penelitian tindakan kelas seperti pada Gambar 1.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis yang berupa essay tentang materi pembelaan negara. Tes ini diadakan setiap akhir siklus.

Untuk menganalisis hasil belajar siswa dengan menggunakan prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus :

P =

x 100%

Keterangan :

P : Tingkat ketuntasan belajar siswa n : Jumlah siswa yang tuntas belajar N : Jumlah semua siswa

Adapun kriteria ketuntasan belajar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu standar yang digunakan SD Negeri Mojorejo Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto yang dinyatakan sebagai berikut: Daya serap perseorangan siswa disebut telah tuntas belajar bila mencapai skor ≥ 75. Daya serap klasikal kelas disebut telah tuntas belajar jika dikelas tersebut terdapat ≥ 85 % dari jumlah siswa yang telah mencapai nilai ≥ 75.

Untuk menganalisis kemajuan hasil belajar siswa data yang diperoleh dari jurnal belajar siswa dianalisis dengan teknik prosentase dimana data yang diperoleh diprosentasikan terlebih dahulu dan kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat deskriptif.

Rumus pendekatan deskriptif kuantitatif dengan rumus:

P =

x 100%

Keterangan : P : Skor Prosentase

n : Nilai realita hasil lembar observasi N : Jumlah semua siswa

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan pada siklus pertama menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah dengan skor 2,48.

Berdasarkan hasil Tes Siklus I menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas belajamya sebanyak 13 orang dari keseluruhan siswa. Dan jumlah siswa yang tidak. tuntas sebanyak 17 orang. Ketuntasan klasikal Sebesar 43% (dibawah 85%) yang artinya ketuntasan klasikal belum tercapai.

Berdasarkan jumal belajar yang telah dibagikan kepada siswa pada akhir siklus I, maka diperoleh data kemajuan belajar siswa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa memahami materi yang telah diajarkan oleh guru sebanyak 13% (4 siswa) dan yang belum belum memahami materi yang diajarkan sebanyak 50% (15 siswa) jawaban yang lain-lain sebanyak 36% (11 siswa) Hal ini dikarenakan guru tidak memberi catatan pada siswa dan keterangan guru masih kurang detail.

Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan pada siklus kedua menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan skor 2,48 menjadi skor 2,86.

Berdasarkan hasil Tes Siklus II menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas belajamya sebanyak 16 orang dari keseluruhan siswa. Dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 14 orang. Ketuntasan klasikaI sebesar 53% (dibawah 85%) yang artinya ketuntasan klasikal belum tercapai.

Pada siklus ke II ini kemaiuan belajar siswa mengalami peningkatan ini terlihat dari siswa yang mengerti materi yang diajarkan oleh guru sebanyak 37 % (11 siswa), siswa yang belum paham dengan penjelasan guru sebanyak 23 % (7 siswa) dan jawaban yang lainnya sebanyak 13 % (4 siswa). Dan menurut siswa cara guru agar mereka lebih paham dengan materi yang diajarkan dengan cara memberikan fotokopi materi dan memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa bisa berpikir kritis

Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan pada siklus ketiga menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan skor 2,86 menjadi skor 3,28.

Berdasarkan hasil Tes Siklus III menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 26 orang dari keseluruhan siswa, Dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 orang. Ketuntasan klasikal sebesar 87,0% (diatas 85%) yang artinya ketuntasan klasikal tercapai.

Pada siklus ke III ini kemajuan belajar siswa mengalami peningkatan karena sebagian besar siswa mengerti materi yang diajarkan oleh guru sebanyak 85% (26 siswa), jumlah siswa yang tidak memahami sebanyak 20% (6 siswa), dan jawaban yang lain sebanyak 7% (2 siswa). Dan menurut siswa guru hendaknya lebih bisa

mengembangkan teknik pengajaran dengan menggunkan media pembelajaran yang bervariasi. Data diatas dapat disajikan dalam tabel dan Gambar diagram berikut.

Tabel 1Rekapitulasi Hasil Kemajuan Belajar Setiap Siklus

Kategori Siklus I Siklus II Siklus III

Motivasi Belajar 2.48 2.86 3.28

Jumlah Siswa Tuntas 13 16 26

Persentase Kemajuan Belajar 13% 37% 85%

Hasil obsevasi pada Siklus I skor 2,48 (motivasi belajar rendah). Pada pelaksanaan siklus II motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang mulanya rendah menjadi motivasi belajar siswa yang sedang (skor 2,86). Pada pelakasanaan siklus ke III, pada siklus ini motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang mulanya kategori sedang menjadi tinggi (skor 3,28) ini dikarenakan karena minaat dan perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan sangat tinggi dan ini juga terlihat dari keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas dan ketepatan waktu dalam mengerjakan tugasnya.

Jadi dapat diambil kesllfipulan motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus terakhir. Ini menunjukkan penerapan model pembelajarar kooperatif Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Pada Siklus I hasil belajar terlihat jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 13 orang dari keseluruhan siswa. Dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 17 orang. Ketuntasan klasikal sebesar 43% (dibawah 85%) yang artinya- ketuntasan klasikal belum tercapai.

Pada Siklus II hasil belajar jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak sebanyak 16 orang dari keseluruhan siswa, Dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 14 orang. Ketuntasan klasikal sebesar 53% (dibawah 85%) yang artinya ketuntasan klasikal belum tercapai.

Pada Siklus III jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa dari keseluruhan siswa ketuntasan klasikal sebesar 87% (diatas 85%) yang artinya ketuntasan klasikal sudah tercapai.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus terakhir. Ini juga ditunjukkan dari sikap siswa yang semula malu-malu dan saling tunjuk dalam mempresentasikan hasil diskusi pada siklus terakhir sikap tersebut mulai tak tampak dan siswa mulai antusias untuk mengikuti diskusi. Hal ini menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatifThink-Pair­ Share(TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Materi Lembaga Pemerintahan Desa dengan penerapan model pembelajaran kooperataif model Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri Mojorejo Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Hal ini terlihat dari ketercapaian tujuan penelitian. Motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar mengalami peningkatan ini didasarkan pada peningkatan jumlah skor observasi pada siklus III sebesar 3,28 (skor tinggi). Ketuntasan hasil belajar klasikal pada Siklus III sebesar 87% (diatas 85%) yang artinya ketuntasan klasikal sudah tercapai.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran kepada pembaca yang menggunakan model pembelajaran ini hendaknya menggunakan media pembelajaran yang menarik seperti artikel yang menarik atau persoalan yang menarik, sehinnga siswa tertarik untuk mengikuti jalannya diskusi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Umum

Dimyati dan Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rieneka Cipta Ibrahim, Muslimin. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

UNESA.

Sardiman. 2000. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Orafindo Persada.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sutikno, Sobry. 2005.Pembelajaran Efektif. Mataram: NTP Press.

Yousda, I dan Arifin, Z. 1992. Penelitian dan Statistik Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. http://curry.edschool. virginia edu/go/readquest/start/ Hps.htmV2S/10/02 (25 Maret 2015)

79

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 77-83)