• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE FIELD VISIT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 59-65)

Tamto

SDN Cendoro Dawarblandong Mojokerto

Naskah diterima: 20/08/2016, Direvisi akhir: 5/9/2016, Disetujui: 15/9/2016

Abstrak: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar siswa dan mendiskripsikan penerapan metode pembelajaran

field visit pada pelajaran PKn tentang nilai juang para tokoh perumus Pancasila. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes formatif. Prestasi pengamatan menunjukkan bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siklus pertama sebesar 68,8 dengan ketuntasan belajar mencapai 64% dan nilai rata-rata prestasi belajar siklus kedua sebesar 80,4 dan ketuntasan belajar mencapai 88%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaranfield visitdapat meningkatkan prestasi belajar pada pembelajaran PKn tentang nilai juang para tokoh perumus Pancasila.

Kata Kunci: PembelajaranField Visit, Prestasi Belajar

Abstract: This research was conducted with the goal of improving student achievement and learning methods describe the application of a field visit on Civic Education on the value of fighting leaders Pancasila framers. This study uses a Class Action Research using qualitative descriptive analysis techniques. The instrument used in this study was the observation sheet and formative tests. Achievement observations show that the average value of the learning achievement of the first cycle of 68.8 with learning completeness reached 64 % and the average value of the learning achievement of the second cycle of 80.4 and learning completeness reached 88 %. This indicates that the application of learning methods field visits can improve learning achievement in civics lesson about the value of fighting leaders Pancasila framers. Keywords: Field Visit Learning, Learning Achievement

PENDAHULUAN

Wahyudi, (2002:389) menyebutkan bahwa hakikat hasil belajar PKn adalah untuk menghantarkan siswa menguasai konsep-konsep PKn dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kata menguasai di sini mengisyaratkan bahwa harus menjadikan siswa tidak sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep PKn, melainkan harus menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain.

PKn merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan (Kurikulum 2004, Dinas P & K jatim, 2004). Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi

agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945, Depdiknas (2005: 33). Untuk mencapai tujuan tersebut, peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2006:19), peranan guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”.

Untuk menghasilkan pebelajaran yang bermakna, maka perlu diperhatikan penggunaan sumber-sumber belajar yang ada. Sumber-sumber belajar adalah potensi- potensi yang terdapat dalam lingkungan untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. sumber-sumber itu mencakup sumber daya manusia, sumber daya alam, dan kelembagaan.

Metode pembelajaran yang dipilih guru akan mempercepat terjadinya perubahan perilaku peserta didik. Metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan mental anak turut menentukan evektifitas dan efesiensi proses belajar mengajar. Metode pembelajaran ceramah adalah metode yang harus ada dalam setiap pembelajaran. Namun metode ceramah perlu dikombinasikan dengan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran. Konsep yang ditanamkan seorang guru kepada peserta didik dengan hanya menggunakan metode ceramah sangat minim melibatkan peserta didik. Lebih-lebih konsep yang memerlukan daya analisis dan sintesis seperti pelajaran PKn yang mempunyai objek pembelajaran yang bersifat dinamis.

Metode pembelajaran field visit ialah metode yang bertujuan agar peserta didik memperoleh pengalaman langsung dari objek-objek yang dikunjungi serta memperoleh pengalaman belajar dari kegiatan di lapangan. (Sudjana, 2005:147). Metode ini mempunyai ciri melibatkan siswa dalam pembelajaran secara optimal. Dalam metodefield visit, siswa dibimbing untuk belajar mandiri, diberi tugas untuk mendapatkan pengetahuan awal yang akan dipergunakan untuk membentuk pengetahuan yang akan dipelajari. Bahkan metode ini membimbing siswa untuk memahami, menganalisis, menyimpulkan bahkan menemukan sendiri konsep pembelajaran.

Metode pembelajaran field visit dilakukan sebagai studi yang direncanakan terlebih dahulu oleh pendidik bersama peserta didik. Penyusunan rencana kunjungan didasarkan atas kebutuhan belajar yang dirasakan dan dinyatakan oleh para peserta didik. Kebutuhan belajar itu didapat dilengkapi pula dengan demikian rencana itu dapat disertai oleh lembaga dan masyarakat. Rencana itu membuat komponen-komponen antara lain: tujuan belajar yang ingin dicapai melalui kunjungan lapangan, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, pembagian tugas, pengaturan penempatan peserta didik di lapangan, jadwal dan waktu kegiatan, laporan proses dan hasil studi, serta tindak lanjut yang dilakukan (Sudjana, 2005:147).

Tujuan penggunaan metode ini adalah agar peserta didik memperoleh pengalaman langsung dari objek-objek yang dikunjungi serta memperoleh pengalaman belajar dari kegiatan di lapangan seperti untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan, maka dapat diambil suatu kerangkan pemikiran bahwa pembelajaran PKn tentang nilai juang para tokoh perumusan Pancasila didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang nilai juang para tokoh perumus Pancasila yang amat

beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari materi tersebut.

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn tentang nilai juang para tokoh perumus Pancasila, melalui penerapan metode field visit.

METODE

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000:5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputiplanning(rencana),action(tindakan),observation

(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus pertama dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di ruang kelas VI SDN Cendoro Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI terdiri atas 25 siswa.

Semua data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui test formatif, digunakan untuk mengukur prestasi siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes formatif. Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep. Tes formatif ini berikan setiap akhir siklus.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa.

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.

PEMBAHASAN

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 1Nilai Post Test Siklus I

No Deskripsi Nilai

1 Rata-rata hasil post test 68,8 2 Jumlah siswa yang tuntas 16 3 Jumlah siswa yang belum tuntas 9 4 Prosentase siswa yang tuntas 64 % 5 Prosentase siswa yang belum tuntas 36 %

Dari tabel diatas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 68,8 dan ketuntasan belajar mencapai 64% atau ada 16 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 64% lebih kecil dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Pada akhir proses belajar mengajar Siklus II siswa diberi soal tes formatif. Adapun data hasil test pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 2Nilai Post Test Siklus II

No Deskripsi Nilai

1 Rata-rata hasil post test 80,4 2 Jumlah siswa yang tuntas 22 3 Jumlah siswa yang belum tuntas 3 4 Prosentase siswa yang tuntas 88 % 5 Prosentase siswa yang belum tuntas 12 %

Dari tabel diatas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 80,4 dan ketuntasan belajar mencapai 88% atau ada 22 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa telah tuntas, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 sebesar 88% lebih besar dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Dari tabel diatas diperoleh data adanya peningkatan prestasi belajar secara klasikal dibanding pada saat kegiatan siklus I.

Pelaksanaan proses belajar mengajar pada pembelajaran siklus pertama sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah tersusun. Kegiatan inti yang dilakukan adalah siswa keluar kelas secara berkelompok, untuk mengadakan pengamatan pada kegiatan beberapa orang yang ada disekitar. Setiap kelompok mencatat nama orang, jenis kegiatan/ pekerjaan, hasil yang didapatkan, nilai juang yang tersirat dalam kegiatannya. Siswa kembali ke kalas. Diskusi kelompok untuk mendeskripsikan nilai juang para tokoh perumus Pancasila, yang diaplikasikan oleh beberapa orang yang telah diamati. Hasil diskusi dibacakan didepan kelas. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal tes. Rata-rata hasil test adalah sebesar 68,8 dan ketuntasan belajar mencapai 64% atau ada 16 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal.

Dari kegiatan observasi didapat catatan bahwa proses belajar mengajar sudah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Komponen RPP lengkap. Strategi pembelajaran yang digunakan, mengisaratkan terjadinya interaksi timbal balik antar guru dengan siswa. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Pada saat menyelesaikan LKS masih banyak kendala yang ditemui, diantaranya siswa masih ramai saat diskusi, masih ada siswa yang mencontek hasil kerja teman. Hal ini disebabkan tidak ada tugas mandiri yang dibebankan pada setiap anggota kelompok.

Proses pembelajaran siklus kedua berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan inti yang dilakukan pada tahap ini adalah memberi tugas kepada kelompok untuk membuat kliping dari koran,majalah atau bulletin bekas, tentang tentang kegiatan beberapa orang yang mengaplikasikan nilai juang dalam kehidupan sehari-hari. Ketua kelompok menukarkan hasil kerja, ke kelompok lain. Ketua kelompok mendiskusikan kliping yang telah ditukar dengan

kelompok lain. Setiap anggota kelompok dipersilahkan memberi tanggapan terhadap kliping temannya.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal test. Rata-rata hasil test adalah 80,4 dan ketuntasan belajar mencapai 88% atau ada 22 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa telah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 sebesar 88% lebih besar dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Data hasil dari Siklus I dan Siklus II disajikan dalam Gambar 1 berikut.

Gambar 1Rata-rata Hasil Tes Siswa Siklus I dan Siklus II

Dari kegiatan observasi didapat catatan bahwa proses belajar mengajar sudah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Komponen RPP lengkap. Strategi pembelajaran yang digunakan, mengisaratkan terjadinya interaksi timbal balik antara guru dengan siswa. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Pada saat menyelesaikan LKS, sudah tidak ada lagi permasalahan seperti siswa yang ramai saat diskusi atau mencontek hasil kerja teman sekelompok. Hal ini disebabkan setiap siswa mempunyai tugas mandiri yang harus dipertanggungjawabkan pada kelompoknya. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas mandiri akan dibahas bersama didalam kelompok. Namun ketika kegiatan kelompok berlangsung, masih ada siswa yang tidak optimal dalam mengerjakan tugas kelompok. Siswa yang pandai bekerja keras, sedangkan yang kurang pandai hanya mengandalakan hasil kerja siswa yang pandai. Kerja kelompok belum optimal. LKS yang diberikan guru sangat baik. Dengan tugas mandiri, siswa lebih memiliki rasa tanggungjawab. Guru aktif juga dalam membimbing siswa. Guru berjalan mengelilingi kelas untuk memberikan bimbingan dan motivasi. Guru akan menjelaskan apabila ada siswa yang belum jelas. Dengan kegiatan guru tersebut, siswa lebih tertib.

Berdasarkan data hasil observasi dimana kegiatan siswa dan guru sangat baik, antara keduanya terjadi hubungan timbal balik sehiangga pembelajaran berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan serta ketuntasan belajar yang telah mencapai 88%, maka ditetapkan untuk tidak melaksanakan pembelajaran lanjutan.

65 75 85

Siklus I Siklus II

68.8

80.4

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan diatas, maka diperoleh simpulan bahwa metode pembelajaranfield visitsangat efektif dan efisien untuk meningkatkan hasil siswa kelas VI SDN Cendoro Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto, tentang nilai juang para tokoh perumus Pancasila. Hal ini berdasar nilai rata-rata prestasi belajar siklus pertama sebesar 68,8 dan ketuntasan belajar mencapai 64% atau ada 16 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal. Nilai rata-rata prestasi belajar siklus kedua sebesar 80,4 dan ketuntasan belajar mencapai 88% atau ada 22 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal.

Saran

Pengetahuan tentang metodologi pengajaran mutlak diperlukan oleh guru untuk menunjang keberhasilan pembelajaran. Maka diharapkan guru terus menambah pengetahuan dan wawasannya terhadap pengetahuan tersebut, sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ardina, Leo Idra. 2004. KBK dan Penyusunan Silabus. Makalah dalam pelatihan Penyusunan Silabus oleh P4, Universitas Negeri Surabaya.

Hadi Sutrisno, 1976, Metodologi Research Jilid II, Yogyakarta, Gajah Mada Press University

Santoso S. Hamijoyo,Inovasi Pendidikan, IKIP Bandung 1974.

Sudjana, 2005. Metode & Tehnik Pembelajaran Partisipatif, Bandung. Falah Production

Umar Tirtarahardja dan Lasulo (1994). Pengantar Pendidikan. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, Ditjen dikti Depdikbud

61

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 59-65)