• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SAINS MELALU

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 47-53)

METODE

QUANTUM LEARNING

Syaukin

SDN Mojogebang Kemlagi Mojokerto

Naskah diterima: 20/08/2016, Direvisi akhir: 5/9/2016, Disetujui: 15/9/2016 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran sains pada materi pokok tumbuhan hijau melalui implementasi metode Quantum Learning.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan subjek penelitian yaitu kelas V SDN Mojogebang Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto yang berjumlah 30 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumennontesdan instrumen tes. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan. Pada siklus I hasil rata-rata yang diperoleh adalah 55,43 meningkat menjadi 66,52 pada siklus II dan pada siklus III mengalami peningkatan mencapai 74,57. Berdasarkan hasil tes menunjukkan pembelajaran sains dengan menerapkan metode Quantum Learningdapat meningkatkan hasil belajar sains.

Kata Kunci: Sains, MetodeQuantum Learning,Hasil Belajar

Abstract: This study aims to determine the increase motivation and learning outcomes of students in following the science subjects in the subject matter of green plants through the implementation of Quantum Learning methods. This research is a classroom action research with the research subject is class V SDN Mojogebang Kemlagi District of Mojokerto regency totaling 30 students. The research instrument used in the form non test instruments and test instruments. The results showed that from the first cycle to the third cycle has increased. In the first cycle the average yield obtained was 55.43 increased to 66.52 in the second cycle and the third cycle increased reaching 74.57. Based on the test results show science learning by applying the method Quantum Learning science can improve learning outcomes.

Keywords: Science, Methods of Quantum Learning, Learning Outcomes

PENDAHULUAN

IPA (sains), merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2004: 33).

Permasalahan yang dihadapi siswa di SD adalah hasil belajar IPA yang belum mencapai angka minimal daya serap yang telah ditentukan. Salah satu factor dalam pembelajaran sains guru lebih banyak berceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar IPA rendah. Guru belum menghayati hakekat IPA karena pembelajaran di sekolah baru menekankan produk saja. Hal itu ditambah dengan pendapat siswa bahwa pembelajaran IPA dianggap sulit, sehingga tidak menarik untuk belajar, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.

Untuk anak-anak yang taraf berfikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan jika sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak. Dalam proses pembelajaran sains (IPA) kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan metode yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa yang pasif.

Proses belajar dan mengajar yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosiaonalnya. Untuk itu dalam pembelajaran diperlukan metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dengan demikian pemilihan metode yang tepat dan efektif sangat diperlukan. Sebagaimana pendapat Sudjana (1987: 76) bahwa peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar.

Quantum Learning merupakan salah satu cara membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.

Menurut Porter dan Hernacki (2001: 15) Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia.Quantum Learningpertama kali digunakan di Supercamp. Di Supercamp ini menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan.

Quantum Learning didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Atau sudah biasa dikenal dengan E=mc2. Tubuh kita secara materi diibaratkan sebagai materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Porter dan Hernacki 2001: 16).

Dengan metode ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.

Dengan menerapkan Quantum Learning, maka dalam mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran sains di pendidikan dasar dapat tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki implementasi kurikulum saat ini dan meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif.

Dalam kegiatan belajar siswa, guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing (Bobby dan Herrnacki, 2001: 14). Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam

kesempatan ini penulis menerapkan metodeQuantum Learninguntuk pembelajaran sains kelas V di SDN Mojogebang Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Istilah dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain putaran spiral menurut Kemmis dan Taggart (Simatupang, 2003: 483). Berikut ini adalah gambar atau siklus tindakan kelas yang dipakai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini berupa instrumennontesdan instrumen tes. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui data tentang hasil belajar siswa dalam konsep IPA / sains. Bentuk instrumen yang berupa tes ini berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban (option) yang berjumlah 20 soal pada setiap siklus.

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah 85% dari seluruh siswa memperoleh nilai ≥6,0 atau jumlah siswa yang belajar tuntas meningkat. Hal tersebut berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran sains.

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan dengan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Mojogebang Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto yang berjumlah 30 siswa.

PEMBAHASAN

Hasil post test siklus I ini merupakan data awal penelitian dengan menerapkan metode Quantum Learning. Hasil tes pada siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan siklus I, yang semula siklus I rata-ratanya 55,43 pada siklus II meningkat menjadi 66,52. Secara umum hasil tes sub pokok bahasan tumbuhan hijau dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1Rata-rata Hasil Tes Siklus I dan Siklus II

No Rentang Nilai Kategori Siklusi I Siklus II Siklus III

F (%) F (%) F (%) 1 85 – 100 Sangat baik 0 0 1 3,33 6 20,00 2 70 – 84 Baik 2 6,67 11 36,67 16 53,33 3 55 – 69 Cukup 12 40,00 17 56,67 8 26,67 4 40 – 54 Kurang 16 53,33 1 3,33 0 0 5 25 – 39 Sangat kurang 0 0 0 0 0 0 6 24 – 10 Gagal 0 0 0 0 0 0 Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan tumbuhan hijau setelah menggunakan metode Quantum Learning mencapai rata-rata kelas sebesar 55,43 dalam kategori kurang. Dari 30 siswa yang hadir, tidak satupun siswa mendapat nilai sangat baik dengan rentang nilai 85 – 100, 2 atau 6,67% siswa memperoleh nilai baik dengan rentang nilai 70 – 84, 12 atau

40,00% siswa memperoleh nilai cukup dengan rentang nilai 55 – 69, 16 atau 53,33% siswa memperoleh nilai kurang dengan rentang nilai 40 – 54, tidak satupun siswa mendapat nilai sangat kurang dengan rentang nilai 25 – 39, dan 0 siswa mendapat nilai gagal dengan rentang nilai 10 – 24. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2Hasil Tes Siklus I

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan pembuatan makanan pada tumbuhan hijau setelah menggunakan metode Quantum Learning mencapai rata-rata sebesar 66,52 dalam kategori cukup. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 3Hasil Tes Siklus II

Pada Gambar di atas tampak adanya perubahan yang baik yaitu 1 atau 3,33% siswa mendapat nilai sangat baik dengan rentang nilai 85 – 100, 11 atau 36,67% siswa memperoleh nilai baik dengan rentang nilai 70 – 84, 17 atau 56,67% siswa memperoleh nilai cukup dengan rentang nilai 55 – 69, 1 siswa atau 3,33% memperoleh nilai kurang dengan rentang nilai 40 – 54, tidak satupun siswa mendapat nilai sangat kurang dengan rentang nilai 25 – 39. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode Quantum Learningsemakin membaik.

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang baik. Pada siklus I yang semula rata-ratanya 55,43 menjadi 66,52 pada siklus II.

Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa hasil tes pada siklus III mengalami perubahan yang baik yaitu dengan rata-rata kelas 74,57 lebih baik dibanding dari siklus II. Nilai siswa naik, dengan 6 atau 20,00% siswa mendapat nilai sangat baik dengan rentang nilai 85 – 100, 16 atau 53,33% siswa memperoleh nilai baik dengan rentang nilai 70 – 84, 8 atau 26,67% siswa memperoleh nilai cukup dengan rentang nilai 55 – 69, tidak satupun siswa mendapat nilai kurang, sangat kurang maupun gagal. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4Hasil Tes Siklus III

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat jelas bahwa perubahan yang terjadi pada siklus III sangat baik yaitu dengan rata-rata nilai 74,57 dibanding dengan hasil pada siklus I dan II.

Pembelajaran dengan metode quantum learning adalah kegiatan belajar dimana siswa menemukan pengalaman belajarnya yang dianggap menyenangkan, dan dengan cara belajar yang menyenangkan tetapi tetap berada dalam koridor kegiatan belajar dan mengajar. Siswa mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui serta menyelesaikan ketegangan antara apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru.

Berikut gambaran hasil penelitian dengan menerapkan metode quantum learningdapat meningkatkan hasil belajar:

Tabel 2Peningkatan Hasil Belajar Siklus I, II, III

No. Siklus Rata-rata Hasil Belajar Peningkatan

1 Siklus I 55,43

2 Siklus II 66,52 11,08%

3 Siklus III 74,57 8,04%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa hasil belajar dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan. Pada siklus I hasil rata-rata yang

diperoleh adalah 55,43 meningkat menjadi 66,52 pada siklus II dan pada siklus III mengalami peningkatan mencapai 74,57, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan metodequantum learningpada pembelajaran sains siswa kelas V SDN Mojogebang Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto dapat meningkatkan hasil belajar. Siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan. Pada siklus I hasil rata-rata yang diperoleh adalah 55,43 meningkat menjadi 66,52 pada siklus II dan pada siklus III mengalami peningkatan mencapai 74,57.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sains dengan menerapkan metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar sains kelas V SDN Mojogebang Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Terlihat pada siklus I hasil belajar yang diperoleh adalah 55,43. Pada siklus II hasil yang diperoleh adalah 66,52. Hal ini terlihat pada proses pembelajaran kegiatan guru dan siswa sudah mengalami peningkatan dan siklus yang ke III memperoleh nilai 74,57. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode Quantum Learning mengalami peningkatan hasil belajar yang sangat baik sesuai dengan indikator keberhasilan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengemukakan saran yaitu guru dalam mengajar hendaknya berperan sebagai fasilitator dan motifator yang mampu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam melakukan proses belajar. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya siswa dimotovasi untuk mampu mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa akan mampu mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam konsep pelajaran yang sedang dipelajarinya.

DAFTAR PUSTAKA

De Porter, Bobbi dan Mike Hernachi, terjemahan Alwiyah Abdurrahman. 2000. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Kemala, Rosa. 2006.Buku Paket Jelajah IPA Untuk Kelas 5 SD. Jakarta: Yudistira. Moleong, J Lexy. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Purwodarminto. 1984.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Depdiknas. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2002. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Sarjan, et all. 2005.Buku Paket Sains V Untuk Kelas 5 Sekolah Dasar dan Madrasah

Ibtidaiyah. Klaten: CV. Sahabat.

Sumaji, et all. 1998.Pendidikan Sains Yang Humanistik.Yogyakarta: Karnisius. Sunaryo, PVM. 2001. Implementasi Prinsip-prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

dalam Meningkatkan Keefektifan Proses Pembelajaran Sains di SD di Kodya Tegaldalam Jurnal Pendidikan Volume 2.1.

Tim Pelatihan Proyek PGSM. 1999.Penelitian Tindakan Kelas.

Usman, Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

49

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 47-53)