• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKn Suyitno

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 41-47)

SDN Mojogebang Kemlagi Mojokerto

Naskah diterima: 20/08/2016, Direvisi akhir: 5/9/2016, Disetujui: 15/9/2016 Abstrak: Metode pembelajaran yang melibatkan emosional serta mental peserta didik akan dapat menguatkan pemahaman pengetahuan siswa tentang suatu pelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV dengan metode pembelajaran games serta mendiskripsikan penerapan metode pembelajaran games pada pada pelajaran PKn. Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa metode pembelajarangames dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Mojogebang Kecamatan Kemlagi Kabupetan Mojokerto pada pelajaran PKn tentang pemerintahan pusat. Hal ini terlihat dari hasil tes yang terus meningkat. Pada siklus pertama, rata- rata hasil tes sebesar 72,5 dan ketuntasan belajar mencapai 70,8%. Pada siklus kedua, rata-rata hasil tes sebesar 81,7 dan ketuntasan belajar mencapai 91,7%.

Kata Kunci: Metode Games, PKn, Prestasi Belajar

Abstract: The learning method that involves emotional and mental learners will be able to strengthen the understanding of students' knowledge of a subject. This study aims to improve student achievement fourth grade with games teaching methods as well as describe the application of methods of learning games on the Civics. From the results of learning activities that have been performed for two cycles can be concluded that the method of learning games can improve the understanding of fourth grade students of SDN Mojogebang Kemlagi District of Mojokerto in Civics on the central government. This is evident from the test results that continue to rise. In the first cycle, the average test result of 72.5 and learning completeness reached 70.8%. In the second cycle, the average test result of 81.7 and learning completeness reached 91.7%.

Keywords: Method Games, Civics, Learning achievement PENDAHULUAN

Pelajaran PKn diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMA/MA/SMALB. Melalui mata pelajaran PKn, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Secara akademis Pendidikan Kewarganegaraan dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologis dan sosial budaya kewarganegaraan individu, dengan menggunakan ilmu politik, ilmu pendidikan sebagai landasan kajiannya ataupun penemuannya yang diperkaya dengan disiplin ilmu lain yang relevan dan mempunyai implikasi kebermanfaatan

terhadap instrumentasi dan praktisi pendidikan setiap warga negara dalam konteks sistem pendidikan nasional (Wiranaputra, 2004). Menurut Malik Fajar (2004:6-8). PKn adalah wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran PKn dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran PKn disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Melalui penelitian tindakan kelas ini, peneliti ingin menerapkan suatu metode pembelajaran yang efektif dan efisien sekaligus menyenangkan, untuk mengajarkan PKn. Dengan demikian, maka permasalahan pembelajaran yang timbul di kelas dapat diatasi.

Gamesadalah salah satu dari sekian metode pembelajaran yang mempunyai indikasi kuat melibatkan mental peserta didik. Dalam metode games ini, siswa dituntut untuk mengulang materi pembelajaran sehingga mencapai tingkat kesempurnaan melalui kegiatan yang menyenangkan (Sudjana, 2005:138).

Dalam metodegames, siswa diberi tugas untuk mendapatkan pengetahuan awal yang akan dipergunakan untuk membentuk pengetahuan yang akan dipelajari. Bahkan metode games membimbing siswa untuk memahami, menganalisis, menyimpulkan bahkan menemukan sendiri konsep pembelajaran.

Metode pembelajaran Games digunakan untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik dengan menggunakan simbol-simbol atau alat-alat komunikasi lainnya. Informasi itu dapat pula disampaikan dengan singkatan kata-kata (a short abserviated means of communication). (Sudjana, 2005:138).

Gamesdapat bersifat kompetitif yang ditandai dengan adanya pemain yang menang dan yang kalah. Permainan dapat pula untuk memperlihatkan situasi atau masalah kepada para peserta didik. Peserta didik harus dapat menggambarkan dan menemukan strategi untuk memahami situasi untuk memecahkan masalah yang diberikan.

Biasanya, suatu games mempunyai peraturan dan pedoman untuk memainkannya, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk turut serta dalam permainan. Selesai games hendaknya disertai dengan diskusi. Penyajian metodegamesyang baik, akan menarik perhatian peserta didik hingga menimbulkan suasana yang mengasikkan tanpa menimbulkan kelelahan. Dalamgames sebaiknya terdapat dua kelompok kerja yaitu kelompok permainan dan kelompok pengamat.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa sesuai dengan situasi dan kondisi, waktu, tempat dan sasarannya, penggunaan teknik ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efiisen dan efektif dalam suasana gembira dan bersaing.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti perlu untuk melakukan suatu penelitian dengan menerapkan metode games dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas IV pada pelajaran PKn tentang pemerintahan pusat.

METODE

Jenis penelitian yang dilkukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas (class action research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara sistematis reflektif terhadap berbagai aksi atau tindakan yang dilakukan oleh guru atau pelaku, mulai dari perencanaan sampai pada penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di ruang kelas IV SDN Mojogebang Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Subjek yang digunakan adalah kelas IV yang berjumlah 24 siswa. Metode analisis data penelitian ini adalah deskriptif persentase. Data hasil penelitian yang dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu, dan ketuntasan belajar secara klasikal. Selanjutnya hasil analisis data diperoleh baik kualitatif maupun kuantitatif. Hasil ini diinterpretasi dan disimpulkan yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebagai berikut:

Untuk mendapatkan nilai rata-rata ulangan formatif, rata-rata tes formatif dapat dirumuskan sebagai berikut:

=∑ ∑

(Sudjana, 1989:109) Dengan :

= Nilai rata – rata

∑ = Jumlah semua nilai siswa ∑ = Jumlah siswa.

Untuk menghitung ketuntasan belajar secara individu digunakan rumus : = ∑Siswa yang mendapat nilai ≥ 65

∑Siswa 100%

(Usman, 1993:138) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus sebagai berikut :

P =

∑ x 100%

(Mulyasa, 2003:102) Siswa dipandang mencapai tuntas belajar psikomotorik, afektif apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2003:101). Siswa mencapai tuntas belajar kognitif apabila siswa mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas diperoleh dari jumlah siswa yang mampu

menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti test (Mulyasa, 2003:99). Ketuntasan individu digunakan untuk menentukan ketuntasan secara klasikal, sedangkan ketuntasan klasikal digunakan untuk menentukan keberlangsungan penelitian tindakan kelas (siklus selanjutnya). PEMBAHASAN

Hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I rata-rata hasil tes mencapai 72,5 dan ketuntasan belajar mencapai 70,8% atau ada 17 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pembelajaran tindakan siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 70,8% lebih kecil dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Adapun data hasil tes pada siklus II nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 81,7 dan ketuntasan belajar mencapai 91,7% atau ada 22 siswa daru 24 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa telah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 sebesar 91,7% lebih besar dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Pengolahan data yang diperlukan dimulai dengan menentukan hasil tes yang dilakukan dalam setiap siklus, adalah dengan melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata hasil test.

Sedangkan ketuntasan belajar dalam setiap siklus perlu ditentukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran. Terdapat dua kriteria ketuntasan belajar yaitu kriteria secara perorangan dan kriteria secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.

Proses pembelajaran berlangsung siklus pertama pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal tes. Nilai rata-rata yang didapat sebesar 72,5 dan ketuntasan belajar mencapai 70,8% atau ada 17 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pembelajaran tindakan siklus kedua secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 70,8% lebih kecil dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Berdasarkan data hasil observasi yang menunjukkan masih adanya siswa yang belum terlibat dalam pembelajaran, ada beberapa siswa yang tidak mau menyelesaikan tugas. Prosentase ketuntasan belajar sebesar 70,8% tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 70,8% lebih kecil dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Proses pembelajaran siklus kedua berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal test. Rata-rata hasil tes sebesar 81,7 dan ketuntasan belajar mencapai 91,7% atau ada 22 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa telah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 sebesar 91,7% lebih besar dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Data tersebut dapat disajikan dalam Tabel 1 dan Grafik 1 untuk nilai rata – rata siswa dan Grafik 2 untuk prosentase Ketuntasan Siswa.

Tabel 1Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus

Aspek Siklus I Siklus II

Rata-rata Nilai 72.5 81.7

Jumlah Siswa yang Tuntas 17 22

Prosentase Ketuntasan 70.8% 91.7%

Gambar 1Nilai Rata - rata Siswa Tiap Siklus

Gambar 2Prosentase Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa Tiap Siklus

Pelaksanaan observasi atau pengamatan dilakukan dengan menggunakan format yang telah disusun. Dari kegiatan ini didapat data bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat baik. Hal ini berhubungan dengan diberinya tugas kepada siswa untuk membuat sendiri soal-soal yang didasarkan pada bacaan yang dimiliki. Guru memberikan bimbingan pembuatan soal sehingga soal yang dibuat benar-benar merupakan soal yang bermutu. Kekurangan tindakan siklus II, tidak ditemukan.

Berdasarkan data hasil observasi kegiatan siswa dan kegiatan guru didapat data bahwa kegiatan keduanya sangat baik. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran

Siklus I Siklus II 72.5

81.7 Nilai Rata - rata Siswa

Siklus I Siklus II 70.80%

91.70% Prosentase Ketuntasan Belajar

sehingga dapat memahami materi pembelajaran dengan baik. Guru/peneliti juga sangat aktif dalam membimbing siswa. Sehingga pembelajaran berlangsung dengan baik. Ketuntasan belajar mencapai 91,7% atau ada 22 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar secara klasikal. Maka ditetapkan untuk tidak melaksanakan pembelajaran lanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diketahui metode pembelajaran games dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Mojogebang Kecamatan Kemlagi Kabupetan Mojokerto, pada pelajaran PKn tentang pemerintahan pusat. Hal ini terlihat dari hasil tes yang terus meningkat. Pada siklus pertama, rata-rata hasil tes sebesar 72,5 dan ketuntasan belajar mencapai 70,8%. Pada siklus kedua, rata-rata hasil tes sebesar 81,7 dan ketuntasan belajar mencapai 91,7%.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran games memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempersiapkan sungguh-sungguh, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Guru hendaknya lebih sering melatih siswa dnegan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1999.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Anonim. 1999. Penelitian Tindakan (action research). Jakarta: Ditjen Dikdasme Depdikbud

Kasbolah, Kasihani. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang

Rajak, Abdul H. 1995.Sistem Pendidikan Nasional. Solo: Aneka Ilmu

Sudjana, Nana. 2004.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Al Genindo

Tijan dkk. 2004.Kewarganegaraan 1.Semarang: Aneka Ilmu.

Wardani, Igak. 2001. Dasar-dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.

43

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 41-47)