• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN METODE DISKUS

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 89-95)

Miseran

SDN Berat Kulon Kemlagi Mojokerto

Naskah diterima: 20/08/2016, Direvisi akhir: 5/9/2016, Disetujui: 15/9/2016 Abstrak: Melalui penelitian tindakan ini, peneliti ingin meningkatkan prestasi belajar PKn tentang kerja sama negara-negara Asia Tenggara dengan menerapkan metode pembelajaran diskusi. Desain penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada siklus pertama, nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 67,5 dan ketuntasan belajar mencapai 65%. Pada siklus kedua terjadi peningkatan yaitu diperoleh nilai rata – rata prestasi belajar siswa sebesar 71 dan ketuntasan belajar mencapai 80%. Pada siklus ketiga, diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 77 dan ketuntasan belajar mencapai 90%, sehingga dapat dikatakan bahwa melalui metode diskusi prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

Kata Kunci: Metode Diskusi, Prestasi Belajar, Ketuntasan Belajar Abstract: Through this action research, the researcher wants to improve learning achievement Civics about cooperation the countries of Southeast Asia by applying the method of discussion teaching. The study design consists of four stages, namely planning, action, observation, and reflection. In this research, using qualitative descriptive analysis techniques. The analysis showed that in the first cycle, value average of 67.5 student achievement and learning completeness reached 65%. In the second cycle, namely an increase in average values obtained student achievement by 71 with learning completeness reached 80%. In the third cycle, earned value average of 77 student achievement and learning completeness reached 90%, so it can be said that through the method of discussion of student achievement can be improved.

Keywords: Discussion Method, Learning Achievement, Mastery Learning

PENDAHULUAN

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005:34) bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005:33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektual, serta berpartisipasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya.

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.

Sebagai seorang pengajar yang mempunyai tugas untuk memindahkan pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman kepada peserta didik, diharapkan dan diharuskan dapat mengubah perilaku sehingga menimbulkan suatu perubahan pada siswa, baik itu sektor kognitif, sektor afektif dan psikomotor. Oleh karena itu dalam mengajar seorang guru harus mampu menerapakan pengelolaan pembelajaran yang ideal.

Pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan mental anak turut menentukan evektifitas dan efesiensi proses belajar mengajar. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan metode yang melibatkan peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Maka melalui penelitian tindakan ini, peneliti ingin meningkatkan hasil belajar PKn tentang kerja sama negara-negara Asia Tenggara dengan menerapkan metode pembelajaran diskusi. Dalam metode pembelajaran ini, siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving).

Pemilihan metode ini didasarkan pada karakteristik metode pembelajaran diskusi yang mengedepankan keterlibatan mental siswa dalam pembelajaran sehingga siswa diharapkan dapat menemukan sendiri materi pembelajaran. Hal ini akan berakibat terbentuknya kristal pengetahuan jangka panjang.

Diskusi berasal dari bahasa Inggris discussion artinya pembicaraan, diskusi, perundingan. Dalam bahasa Indonesia, diskusi berarti “pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah (Departemen Pendidikan Nasional, 2009). Dengan demikian dari segi bahasa metode diskusi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk membahas dan mengatasi suatu masalah dengan jalan bertukar pikiran, berunding atau bermusyawarah.

Abu Ahmadi mengemukakan, diskusi ialah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya timbul suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya (Abu Ahmadi, 1986:114).

Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa diskusi merupakan metode belajar mengajar yang berisi interaksi antara guru dan siswa atau sesama siswa dalam memahami, membahas dan memecahkan suatu masalah yang memerlukan pemikiran dan pendapat serta tinjauan dari berbagai pihak (guru dan siswa).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti perlu untuk melakukan suatu penelitian dengan menerapkan metode diskusi dalam meningkatkan prestasi belajar PKn siswa. METODE

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas. Suharsimi (2007:2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas, karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VI SDN Berat Kulon Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto berjumlah 20 siswa, pada pokok bahasan kerja sama negara- negara Asia Tenggara.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Asrori, 2007:100), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputiplanning(rencana),action(tindakan),observation

(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Untuk menilai ulangan atau tes formatif peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah Siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif.

Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

=

x 100%

PEMBAHASAN

Dari hasil siklus I dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan metode diskusi maka diperoleh nilai-nilai prestasi belajar siswa sebesar 67,5 dan ketuntasan

belajar mencapai 65% atau ada 13 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hal ini disebabkan karena keaktifan, semangat, perhatian, serta minat siswa dalam proses pembelajaran belum ada peningkatan sehingga hasil belajar siswa masih jauh dibawah dari standar ketuntasan belajar yang hendak dicapai.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 65% lebih kecil dari prestasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hasil ini belum terjadi peningkatan hasil evaluasi belajar PKn yang maksimal dalam pokok bahasan kerja sama negara-negara Asia Tenggara pada siswa selama pembelajaran. Maka diperlukan siklus pembelajaran lanjutan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Hasil siklus II diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata – rata prestasi belajar siswa sebesar 71 dan ketuntasan belajar mencapai 80% atau ada 16 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 80% lebih kecil dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang positif meski hanya sedikit dari 65% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II. Terjadi peningkatan sebesar 15% sehingga perlu pengulangan materi secara keseluruhan dan pembelajaran harus lebih ditingkatkan kembali sehingga standart ketuntasan belajar dapat tercapai. Pada siklus II kali ini terjadi perubahan yang positif dari siswa hal ini terlihat dari aktifitas belajar, minat, keaktivan serta antusias siswa dalam proses belajar, sehingga mendekati standart ketuntasan belajar siswa yang ditargetkan oleh peneliti. Masih perlu adanya peningkatan kembali agar proses pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik.

Dari hasil test siklus III diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata – rata prestasi belajar siswa sebesar 77 dan ketuntasan belajar mencapai 90% atau ada 18 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus ketiga secara klasikal siswa telah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 60 sebesar 90% lebih besar dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I diawali dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan appersepsi. Selanjutnya setiap kelompok membuat sebuah rangkuman dalam bentuk paragraf, tentang kerja sama negara-negara Asia Tenggara dengan bahasanya sendiri. Hasil kerja kelompok dibacakan di depan kelas. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal post test.

Diskusi kelompok berjalan dengan baik, meskipun ada siswa yang tidak mau bekerja sama karena mengandalkan hasil kerja temannya. Dengan sabar guru menasehati, akhirnya mereka mau bekerja sama. Guru aktif memberikan bimbingan kepada siswa. Setiap siswa membuat rangkuman berdasar bacaan yang terdapat dalam buku PKn. Namun dari 20 siswa, hanya 11 siswa yang dapat merangkum dengan baik. Maka diperlukan tugas baru bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa pada bahan ajar.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II diawali dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan appersepsi. Selanjutnya setiap siswa untuk membuat kliping dari koran, majalah atau bulletin bekas, tentang aktifitas negara-negara ASEAN. Hasil kerja dikumpulkan pada ketua kelompok. Ketua kelompok menukarkan hasil kerja, ke kelompok lain. Ketua kelompok mendiskusikan

kliping yang telah ditukar dengan kelompok lain. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal test.

Diskusi kelompok berjalan dengan baik. Tidak ada lagi siswa yang tergantung pada anggota kelompok lain. Hal ini terjadi karena strategi kerja kelompok yang dilakukan guru, dengan memberikan tugas individu. Namun karena ketuntasan belajar siswa yang belum mencapai standart yang ditentukan, maka diperlukan siklus pembelajaran lanjutan.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III diawali dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan appersepsi. Selanjutnya setiap anggota kelompok membuat soal sendiri berdasarkan buku referensi yang dibaca. Jawaban soal ditulis pada buku tugas. Setelah semua kartu tertulis soal, ketua kelompok menukar kartu soal seluruhnya kepada kelompok lain. Kunci jawaban, tetap dipegang oleh pembuat soal. Ketua kelompok memimpin pembahasan/pengerjaan soal, dan menulisnya pada lembar jawaban. Guru bersama siswa mengoreksi hasil kerja setiap kelompok.

Hasil pembelajaran siklus III telah mencapai ketuntasan klasikal, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 sebesar 90% lebih besar dari prosentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 berikut.

Tabel 1Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus

Aspek Siklus I Siklus II Siklus III

Banyak Siswa Tuntas 13 16 18

Ketuntasan Klasikal 65% 80% 90% Rata – rata Hasil Tes 67.5 71 77

Gambar 1Hasil Pembelajaran Siklus I, Siklus II dan Siklus III

Dari data tersebut tampak bahwa siswa yang sudah tuntas belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru mengintruksikan agar siswa membuat soal sendiri dengan bimbingan guru.

Diskusi kelompok berjalan dengan baik. Dari uraian pembahasan ini, maka dapat disimpulkan bahwa tidak diperlukan siklus pembelajaran lanjutan untuk meningkatkan hasil pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan temuan-temuan dan pembahasan dapat ditarik simpulan bahwa hasil belajar siswa kelas VI SDN SDN Berat Kulon Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto pada pelajaran PKn tentang kerja sama negara-negara Asia Tenggara, mengalami peningkatan setelah diterapkan metode diskusi. Hal ini dapat dilihat dari hasil test yang meningkat. Pada siklus pertama, nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 67,5 dan ketuntasan belajar mencapai 65%. Pada siklus kedua terjadi peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 71 dan ketuntasan belajar mencapai 80%. Pada siklus ketiga, diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 77 dan ketuntasan belajar mencapai 90%.

Saran

Rekomendasi untuk penelitian lanjutan sebaiknya guru memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang berkaitan dengan gambar objek yang sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga memudahkan siswa didalam mengikuti proses pembelajaran PKn.

DAFTAR PUSTAKA

Aristo Rahadi. 2004.Media Pembelajaran, Jakarta. Dirjen Pendasmen. M. Asrori. 2004.Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, CV. Wacana Prima.

M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, 2010.Teori-Teori Psikologi, Jakarta, PT Ar Ruzz Media.

Muhibbin Syah, 2009.Psikologi Belajar, Jakarta PT. Rajha Grafindo Persada. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung PT.

Remaja Rosdakarya.

Suprayekti, 2004.Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta, Dirjen Pendasmen.

Umar Tirtarahardja dan Lasulo ( 1994 ). Pengantar Pendidikan. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Ditjen dikti Depdikbud.

ISSN : 2540-9336

Dalam dokumen PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (Halaman 89-95)