• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

3. Menyusun Proses Reintegrasi

Proses reintegrasi atau pemulangan korban harus dilakukan secara sukarela dan penuh kesadaran dari korban. Oleh karena itu, pada saat penyusunan rencana proses pemulangan. Sebagai seorang pendamping seharusnya memperhatikan kondisi

korban dan menanyakan kepada korban apakah ia mau untuk kembali dan apakah orang tuanya juga harus diberitahukan mengenai kasus yang tengah di hadapainya.

Pendamping harus mampu menguasai situasi dan kondisi korban. Saat rencana pemulangan NB ke daerah asalnya ia menyatakan bahwa ia secara sadar ingin kembali ke rumah orang tuanya. Ibu SA menceritakan kepada peneliti “Kami memang dikasi taukan dek sama pendamping NB kalu NB mau pulang ke rumah. Kami senang dia pulang. Tapi kami ya sedih juga dengar kabar kalau di jadi korban eksploitasi. Sebagai orang tuanya, ibu gk bisa berbuat apa-apa lagi. Mungkin memang uda kayak gitula jalan hidupnya. Jadi ibu tanyak sama EP, ada kau di paksa-paksa sama pendamping mu kalau kau harus pulang? NB bilang sama ibu, kalau dia yang memang mau pulang sendiri ke rumah. Kangen katanya NB sama ibu”.

Proses pemulangan yang dilakukan oleh pendamping dan pihak yang terlibat membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena menunggu proses hukum sampai selesai. NB menuturkan bahwa ia cukup lama juga untuk pulang ke rumahnya. “Ada kira-kira 1 bulan setengahlah kak proses pemulangan ku itu. Soalnya kata pendamping ku, mesti semua pihak di terlibatkan. Terus ada juga kendala sama dana kak. Bersyukur kali aku kak, mereka peduli sama aku”.

4. Monitoring

Proses pemulangan korban ke daerah asal saja tidak cukup. Korban membutuhkan pendampingan sampai korban bisa berinteraksi dengan baik ke masyarakat. Sebagai orang pendamping, tugas yang harus dilakukan yaitu tetap memonitoring korban di daerah asalnya. Sesuai pengakuan NB “selama aku di rumah kak, pendamping ku itu selalu sama aku kak. Kemana pun aku pergi selalu diikutinya. Kalau aku ketemu sama orang di kampung, pendamping ku selalu suruh aku menyapa-yapa orang disitu kak”.

NB menuturkan kepada peneliti bahwa NB selalu memiliki komunikasi yang intensif dengan pendampingnya. Setiap hari kami selalu sama kak, kadang-kadang

aku sering nanyak sama abang itu, aku harus kek mana bersikap dan bertindak. Kadang-kadang aku masih malu dan takut kalau keluar rumah dan bertemu dengan tetangga ku. Mangkanya itu kak aku sama pendamping ku itu sering kali kami berbicara mengenai sikap dari tetanggaku”.

Saat ditanyakan kepadanya mengenai kenyamanan NB berada di tengah-tengah masyarakat, NB menurutkan bahwa ia sebenarnya merasa nyaman, tetapi terkadang tetangganya selalu membicarakan dan sering bertanya mengenai kejadian yang terjadi padanya. Sehingga NB terkadang merasa tidak nyaman dan merasa terusik dengan pertanyaan-pertanyaan dari tetangganya. Jadi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, seorang anak yag telah menjadi korban eksploitasi seksual tidak harus di Tanya-tanya mengenai kasus yang telah terjadi padanya. Dan sebagai seorang pendamping, memang sudah seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik untuk korban (NB).

5.2 Informan II

Nama : KR

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 14 Tahun

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Anak Ke : 7

Jumlah Saudara Kandung : 8 Orang

5.2.1 Upaya Litigasi

1. Pendampingan Korban di Kepolisian

Proses pendampingan KR saat penyelidikan dikepolisian berbeda dengan NB. KR mendapatka pendampingan dari Yayasan Pusaka Indonesia karena adanya rujukan yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Hal tersebut sesuai dengan penuturan pendamping dari Yayasan Pusaka Indonesia “Saat itu, KR dan Bapak JM telah melapor ke pihak yang berwajib. Dari pihak kepolisian kemudian merujuk YPI untuk mendampinginya. Dengan tangan terbuka, kami menerima KR dengan orang tuanya untuk menjadi klien kami. Kami tidak pernah menolak suatu kasus jika kasus tersebut berhubungan dengan isu anak. Kami akan melindungi anak. Kami juga tidak pandang bulu jika melakukan pendampingan”.

KR adalah Informan kedua dalam penelitian ini. KR adalah seorang anak perempuan berusia 14 tahun yang memiliki wajah oriental dan manis, rambutnya lurus dan panjang selalu ia biarkan tergurai saat ia menjalani aktivitasnya. Kulitnya yang berwarna putih membuatnya semakin terlihat cantik dibandingkan teman-temannya yang lain. KR adalah seorang anak perempuan yang memiliki sifat periang dan memiliki rasa humoris yang tinggi. KR adalah anak ke tujuh dari delapan saudaranya, hal tersebut yang membuatnya selalu ingin di manja walaupun ia bersama dengan teman-temannya.

KR menjadi korban eksploitasi seksual terjadi pada saat ia dijebak oleh teman sepermainannya sendiri. Pada saat itu KR hanya ingin mencari tambahan uang jajan saja. Pada saat itu KR meminta pekerjaan kepada WD. WD adalah teman satu kelasnya. KR selalu memperhatikan WD selalu memiliki barang-barang baru dan ia selalu kelihatan bahagia dengan kehidupannya. Karena hal tersebutlah KR meminta pekerjaan dengan WD. Berikut penuturan KR:

“Si WD itu kak, kalau disekolah mewah kali aku lihat. Tiap minggu ganti tas dan sepatu. Kalau aku lihat kondisi keuangan keluarganya kayaknya samanya kayak orang tua ku kak. Tapi kok bisa dia ganti-ganti tas sama sepatu tiap minggu? Jadi ku tanyalah sama dia. JS kau kerja atau memang dikasi sama mamak mu untuk beli-beli tas sama sepatu mu itu. Terus JS bilang kak, manalah mungkin mamak aku mau ngasi uang banyak-banyak sama aku. Aku kerjanya, mangkanya bisa aku beli ini semua. Kenapa rupanya? Mau kau kerja kayak aku? Aku jawab aja kak, ya mau lah. Biar bisa aku beli barang-barang baru juga kayak kau”.

Sesuai dengan penuturan Bapak KR bahwa KR memang sering minta uang untuk beli tas sama sepatu sekolah, tetapi karena saat itu kondisi keuangan keluarganya tidak stabil, maka Bapak KR menunda permintaan dari KR. Baru beberapa minggulah itu seingat Bapak KR minta uang terus sama Bapak, tapi gak Bapak kasih. Eh.. rupanya Bapak liat di rak sepatunya uda ada sepatu baru dan tas baru.

Awalnya KR tidak menyangka jika ia akan di jual atau di eksploitasi secara seksual dengan temannya sendiri. KR hanya dikasi uang muka sebesar Rp 100.000 dan dia harus mau utnuk bekerja apa yang diberikan oleh WD. Ketika KR diajak oleh WD untuk pergi dan WD melarang KR untuk berpamitan dengan orang tuanya, KR merasa bersalah dan takut. KR berpikiran, pekerjaan apa yang akan di berikan oleh JS. Setelah KR mengetahui ia telah dijual oleh temannya sendiri dan KR telah memakai uang muka dari pekerjaan terhina itu. Maka dengan terpaksa KR tetap harus melayani nafsu bejat dari BG. Penuturan KR:

“Nyesal kali aku kemaren ikut sama teman aku itu kak, masa dijebaknya aku. Disurunya aku melayani om-om yang uda tua kali. Gemuk pulak om itu kak, aku takut kali waktu di dalam kamar itu kak. Nangis aku, tapi om itu bilang sama aku kalau aku gk boleh nangis dan harus melayani dia karena uangnya uda aku pakek. Nyesal kali aku makek uang itu kak. Kalau aku sabar nunggu Bapak yang ngasi duit sama aku. Mungkin kejadiannya gak kayak gini kak”.

Visum Et Repertum adalah hal yang sangat penting lakukan agar pendamping dapat mengetahui kondisi kesehatan korban. KR harus di di periksa di Rumah sakit

agar segala penyakit yang ada di dalam tubuhnya dapat terdeteksi secara dini. KR mengaku kepada pneliti bahwa ia di bawa oleh pendampingnya untuk melakukan Visum di Rumah sakit. Ia mengaku juga bahwa ia sedikit takut ketika di Visum. Sesuai penuturan KR:

“Aku di bawa juga kak ke Rumah Sakit. Di Rumah Sakit, aku di periksa sama dokter. Darah ku di ambil kak. Takut kali aku waktu darah ku di ambil itu kak. Karna aku takut di suntik. Kata dokternya ini untuk memeriksa, apakah ada penyakit ku yang serius atau enggak. 1 jam setengah juga aku di periksa kak. Gak tau aku thah apa-apa aja yang di buat dokter sama aku. Aku ikut ajalah. Soalnya aku berpikir. Demi kesehatan ku juga. Mangkanya aku nurut-nurut aja”.

Peneliti melihat, bahwa pendamping memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik untuk KR. Sebagai seorang pendamping memang sangat dibutuhkan jiwa kepedulian sosial yang tinggi. Adanya suatu kewajiban yang harus benar-benar dijalankan oleh pendamping agar anak korban yang dalam penelitian ini adalah si KR dapat merasa lebih nyaman ketika proses penyelidikan di kepolisian. Hal tersebut bertujuan agar, semua laporan yang di tulis kepolisian sesuai dengan fakta yang AT alami.