• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Non Litigasi 1.Rehabilitasi Fisik 1.Rehabilitasi Fisik

BAB V ANALISIS DATA

2. Pendampingan Saat di Pengadilan

5.2.2 Upaya Non Litigasi 1.Rehabilitasi Fisik 1.Rehabilitasi Fisik

Upaya Rehabilitasi secara Fisik ini dapat dilakukan oleh aparat pemerintahan maupun dari NGO. Biasanya, Yayasan Pusaka Indonesia berkerja sama dengan Rumah Sakit yang berada di Kota Medan untuk memeriksakan setiap korban yang menjadi klien di Yayasan Pusaka Indonesia. Misalnya Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Pirngadi. Pendamping mengatakan kepada peneliti, bahwa mereka sudah cukup lama bekerjasama dengan Rumah Sakit tersebut. Pendamping Yayasan Pusaka Indonesia sering merujuk korban yang mengalami tindakan kekerasan seksual ke Rumah Sakit tersebut. Dengan kata lain,terjalinlah kerjasama antara pemerintah dengan LSM.

KR menyatakan bahwa ia pernah mendapatkan upaya Rehabilitasi secara fisik dari pemerintah dan non pemerintah. KR mendapatkan penanganan yang baik dari upaya rehabilitasi tersebut. KR menambahkan bahwa, KR mendapatkan terapi fisik untuk kesembuhannya. Kemudian KR mengaku kepada peneliti jika ia juga pernah di rawat inap selama 1 malam di Rumah Sakit Bhayangkara. Di Rumah Sakit tersebut KR mengaku kepada peneliti jika ia menghabiskan 2 botol cairan infus, di suntik dan di beri obat serta vitamin untuk meningkatkan staminanya.

Bapak KR menjelaskan bahwa selama KR berada di Rumah Sakit Ia dan Istrinya selalu menemaninya sampai KR pulang ke Rumahnya. Bapak KR juga menambahkan saat di Rumah Sakit pendamping tidak menemani KR karena Ia berhalangan untuk mendampingi selama KR di Rumah Sakit. Hal tersebut juga di benarkan oleh pendamping kepada peneliti”iya ayu, saya memang tidak menemani KR waktu di Rumah Sakit. Soalnya keluarga saya ada yang sakit. Jadi saya tidak bisa menemani KR. Kasihan juga dia gak saya temani”.

Peneliti melihat kondisi fisik KR terlihat sehat sekarang. Hal itu terlihat saat KR asik bermain dengan teman-temannya. KR berjalan dengan normal, berlari-larian, dan melompat-lompat. Terlihat jauh perbedaan ketika KR masih mengalami kejadian itu. Menurut penuturan Bapak KR:

“Sekarang sudah mendingan si KR ini dek. Masih bisa dia jalan, main-main, lompat-lompat. Kalau dulu, jalan pun agak susah dia. Semenjak dia opname di Rumah Sakit Bhayangkara itu lah, uda agak segar badannya bapak liat. Kasihan saya lihat KR. Sakit hati bapak kalau ingat kejadian itu”.

Berdasarkan dari observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi secara fisik untuk KR berdampak positif untuk kesehatannya. Dengan adanya Rahabilitasi fisik yang dilakukan oleh Pemerintah, maka KR mampu untuk menjalani kehidupannya tanpa harus menderita sakit.

2. Rehabilitasi Psikologis

Proses rehabilitasi psikologis yang dilakukan oleh Yayasan Pusaka Indonesia kepada AT dapat diberikan berkat kerjasama antara Pusaka dengan Fakultas Psikologi USU. Yayasan Pusaka Indonesia telah menjalani kerja sama dengan Fakultas Psikologi USU telah dilakukan selama kurang lebih 5 Tahun. Selama 5 Tahun saling bekerjasama. Sangat banyak manfaat serta hubungan yang positif di antara kedua belah pihak. Pihak Yayasan Pusaka Indonesia merasa terbantu dengan para Psikolog yang ada di USU untuk menangani korban eksploitasi seksual. Dan begitu juga dengan mahasisawa USU yang membutuhkan anak sebagai objek penelitiannya guna untuk kepentingan penelitian. Jadi dapat dikatakan, bahwa kerjasama yang dilakukan saling menguntungkan kedua belah pihak. Berikut Penuturan Bang Mitra sebagai Pendamping KR:

“Kami sudah lama juga bekerjasama dengan Fakultas Psikologi USU. Kami saling membutuhkan sebenarnya. Kami membutuhkan mereka untuk memberikan motivasi

kepada korban. Dan mereka pun butuh kami untuk melakuka penelitian sama anak yang menjadi korban eksploitasi seksual. Biasanya, kalau anak USU datang ke Pusaka untuk meneliti anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual itu abang ikut mereka juga. Ya terkdang abang tinggalkan juga. Abang biarkan saja mereka berbicara. Kan mereka butuh privasi sessama perempuan, ya abang harus mengerti kondisi itulah. Abang pun ngrasa terbantu kali sama mahasiswa-mahasiswa yang melakukan penelitian itu, abang pun jadi sedikit tau mengenai ilmu mereka”.

Proses rehabilitas psikologis yang KR terima sangat bagus untuk memberikan ketenangan emosinya. KR dapat lebih termotivasi untuk melanjutkan hidup dan harus segera bangkit dari keterpurukannya. Bapak KR menjelaskan kepada peneliti bahwa semenjak adanya psikolog yang terus memberikannya semangat dan motivasi, semakin hari KR mengalami perubahan secara emosi. Penuturan dari Bapak KR “KR itu kalau gak diperharikan sedikit aja kadang-kadang dia mau gitu banting-banting pintu. Kalau ada satu aja permintaan yang gak Bapak turutin, pasti langsung marah dan gak di cakapinya bapak. Karna sering pendampingnya ngajak KR untuk cerita-cerita sama Psikolog itu, jadi lebih baik sekarang emosinya. Gak pernah lagi dia banting-banting pintu atau marah-marah lagi sama bapak. Bapak senang kali liat KR sekarang karena uda makin dewasa dia Bapak tengok. Berterima kasih kali bapak sama Pendampingnya dan Psikoloh yang dari USU itu”.

Berdasarkan pemaparan yang telah di informasikan kepada peneliti, maka peneliti melihat upaya psikologis yang dilakukan oleh Yayasana Pusaka Indnonesia telah berdampak positif bagi kejiwaan anak yang menjadi korban eksploitasi seksual. Seorang anak yang telah menjadi korban eksploitasi seksual membutuhkan motivasi serta semangat yang tinggi agar ia mempunyai prinsip dalam kehidupannya.

3. Rumah Aman (Shelter)

Seorang pendmaping juga harus memberikan rasa aman kepada korban. Agar korban mendapatkan rasa amannya, maka pendamping harus menitipkan korban di Selter atau rumah aman. Orang tua KR sangat bersyukur kepada Tuhan. Karena

ketika KR mengalami kasus eksploitasi seksual sangat banyak pihak yang perduli untuk melindungi keselamatan jiwa KR. Termasuk memindahkan KR ke Rumah Aman. Rumah Aman yang sering di sebut oleh Bapak KR sebagai “Hotel” merupakan suatu tempat untuk menyingkir sementara waktu untuk memberikan ketenangan dan mengembalikan rasa percaya diri KR untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan tempat ia berasal. Berikut penuturan Bapak KR:

“Saya kurang tau pasti kemaren itu KR tinggal dimana dek. Tapi KR bilang kalau dia tenang berada di rumah itu,. Dan KR katanya sangat di istimewakan oleh pendampingnya. Karena mendengar KR bahagia tinggal di rumah itu, mangkanya saya sebut sebagai “Hotel”. Sudah agak lega bapak karena bapak tau kalau dia aman di “Hotel” itu. Begitu kata Bapak KR kepada peneliti.

Tugas dari seorang pendamping yang mendamping anak did alam Shelter harus memberian rasa kenyamanan kepada korban dan segala pemenuhan kebutuhan korban harus dipenuhi secara layak agar korban dapat lebih tenang dalam merencakan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Selama di dalam Shelter KR mengaku bahwa ia mendapatkan perlakuan istimewa dari pendampingnya yang ada di dalam Shelter. Segala kebutuhan dasarnya sebagai seorang anak perempuan dipenuhi. Berikut penuturan KR:

“Waktu aku kena masalah itu kak. Sama sekali kebutuhan ku gak bisa terpenuhi. Jangankan mau beli bedak kak. Aku mau beli pembalut aja gak bisa. Beda kali keadaanya waktu aku di Shelter kak. Semuanya ada kak. Semuanya di sediakan. Ada bedak, sabun, pasta gigi, Shampo. Underware, handuk sampai perlengkapan yang lain juga di kasi sama aku kak. Senang kali aku kak. Semoga yang memberikan itu semua sama aku, di kasi berkat sama Tuhan”.

Tugas dari seorang pendamping selanjutnya yaitu memberikan suatu keterampilan kepada korban agar ia mempunyai keterampilan saat ia kembali ke daerah asalnya. Keterampilan tersebut dapat berupa pembuatan bunga-bunga hiasan, Bros, Membuat bando dari kain perca dan lain-lain yang harus sesuai dengan keterampilan yang dimiliki oleh korban. Penuturan KR kepada peneliti:

“Di Shelter aku di kasi keterampilan buat bunga-bungan kak. Sama buat Bros. bagus kalilah kak. Waktu aku sekolah dulu, aku selalu beli kek gitu. Kalau sekarang aku uda bisa buat sendiri. Gampang cara buatnya kak. Kemaren aku di dalam Shelter kurang lebih ada 3 minggu kak, selama 3 minggu itu selalu diberikan keterampilan-keterampilan. Jadi ingat pelajaran kesenian waktu sekolah dulu”.

Gambaran yang di dapat oleh Peneliti ketika KR di dalam Shelter bahwa segala kebutuhan KR terpenuhi secara layak. KR banyak mendapatkan keterampilan yang membuatnya mendapatkan pengalam yang sangat berharga mengenai cara mendapatkan uang dengan cara yang Halal. Peneliti melihat bahwa banyak sekali manfaat yang diterima KR ketika ia di dalam Shelter. Peneliti yakin bahwa KR juga akan mengatakan hal yang sama seperti argument yang telah di jabarkan oleh peneliti.

5.2.3 Reintergrasi