• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TENTANG TALAK DAN TUAN GURU

A. Ketentuan Talak

2. Metode Istinbath Hukum Tuan Guru

Tuan Guru di Lombok merupakan elit agama yang diikuti ucapannya dan ditiru tindak langkahnya. Banyak persoalan hukum yang muncul di tengah-tengah masyarakat Lombok yang harus dijelaskan hukumnya oleh Tuan Guru. Dalam hal ini, tentu Tuan Guru atau ulama pada umumnya memiliki metode dalam

77

mengistinbathkan hukum. Sala>m Madhku>r, sebagaimana dirujuk oleh Ahmad Zahro, membagi metode Ijtihad ulama menjadi tiga macam, yaitu metode baya>ni>, qiya>si>, dan istis}la>h}i>.80

a. Metode baya>ni> ialah suatu cara istinba>t} (penggalian dan penetapan) hukum yang bertumpu pada kaidah-kaidah lughawiyyah (kebahasaan) atau makna lafad.

b. Metode qiya>si> yaitu suatu cara istinbath hukum dengan membawa sesuatu yang belum diketahui hukumnya kepada sesuatu yang sudah diketahui hukumnya melalui nas (al-Qur‟an dan al-Sunnah) dalam rangka menetapkan atau menafikan hukumnya karena ada sifat-sifat yang mempersatukan keduanya. Metode ini dalam pelaksanaannya, harus memenuhi empat unsur, yakni as}l,

kejadian yang sudah ada nasnya, far‟ kejadian baru yang belum ada ketetapan hukumnya, „illat sifat-sifat khusus yang mendasari ketentuan hukum, dan h}ukm

as}l hukum yang dilekatkan pada kejadian atau peristiwa yang sudah ada

nasnya.81

c. Metode istis}la>h}i> yaitu metode istinbath hukum yang bertumpu pada dalil-dalil umum, karena tidak adanya dalil khusus mengenai masalah tersebut dengan berpijak pada asas kemaslahatan yang sesuai dengan maqa>s}id al-shari>‟ah (tujuan pokok syari‟at Islam) yang mencakup tiga kategori, d}aru>riyyah

(pokok), h}a>jiyyat, (penting), dan tah}siniyya>t (penunjang). Menurut Ahmad

Zahro, beberapa metode yang dapat digolongkan sebagai metode istis}la>hi

80 Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahtsul Masa‟il 1926-1999 (Yogyakarta: LKiS,

2004), 112. 81 Ibid., 114.

78

adalah metode mas}lah}ah mursalah (kemaslahatan yang tidak ada acuan nasnya secara eksplisit), istis}ha>b (pada dasarnya segala sesuatu itu hukumnya boleh),

bara>„ah al-z}immah (pada dasarnya seseorang itu tidak terbebani hukum atau

istilah lain asas praduga tak bersalah), sadd al-dhari>‟ah (menutup jalan yang

menuju terjadinya pelanggaran hukum), dan „urf (adat kebiasaan yang baik).82

Jika merujuk pada ormas Islam di Indonesia, mereka memiliki metode tersendiri dalam mengistinbathkan hukum. Majlis Bahtsul Masa‟il Nahdatul Ulama misalnya, menggunakan tiga model dalam menetapkan dan memutuskan hukum, yaitu metode qauli>, ilh}a>qi, dan manha>ji.

a. Metode qauli> yaitu metode yang digunakan oleh peserta Bahtsul Masa‟il

Nahdatul Ulama (NU) untuk menjawab suatu permasalahan yang diajukan dengan merujuk langsung pada bunyi teks atau pendapat ulama yang terdapat dalam kitab fiqh mazhab empat. Barangkali istilah metode qauli> kurang lebih sama dengan metode baya>ni>.

b. Metode ilh}a>qi, yaitu metode yang digunakan oleh peserta Bahsul Masail

Nahdatul Ulama untuk menyamakan hukum suatu kasus/masalah yang belum dijawab oleh kitab dengan kasus/masalah serupa yang telah dijawab oleh kitab. Sebagai contoh sahnya jual beli petasan untuk acara seremonial (tidak ada dalam kitab) diqiyaskan dengan sahnya jual beli dan menghisab rokok (ada dalam kitab).83 Metode ilh}a>qi> ini operasionalnya sama dengan metode qiya>s. Bedanya, metode ilh}a>qi> merujuk pada kitab fiqh sementara metode qiyas merujuk pada al-Qur‟an dan al-Sunnah.

82 Ibid., 115. 83 Ibid., 122-124.

79

c. Metode manha>ji> adalah cara menyelesaikan masalah dengan mengikuti jalan

pikiran atau kaidah penetapan hukum yang telah disusun imam mazhab.84

Dalam prakteknya, peserta Bahtsul Masa‟il Nahdatul Ulama dalam menjawab persoalan, mula-mula merujuk langsung kepada al-Qur‟an, jika tidak ditemukan jawabannya, beralih ke hadis Nabi, dan jika tidak ditemukan juga, maka peserta menggunakan kaidah-kaidah fiqhiyyah dan kaidah-kaidah us}uliyyah.

Sementara Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam mengistinbath hukum menggunakan tiga jenis ijtihad, yaitu ijtihad baya>ni>, qiya>si>, dan istis}la>h}i>.85

a. Ijtihad baya>ni> yaitu usaha untuk menjelaskan teks dari al-Qur‟an dan Sunnah

atau dalil-dalil yang digunakan dalam merumuskan hukum tertentu karena teks atau dalil tertentu mempunyai pengertian al-musytarak (ganda), mutasya>bih (mirip tapi tidak sama), atau ta‟a>rudh (kontradiksi). Ijtihad baya>ni> ini menurut

Rifyal Ka‟bah sebenarnya adalah ijtihad tarji>h}i>.86

Yusuf al-Qard}a>wi> menyebutnya ijtihad intiqa>‟i, yaitu memilih satu pendapat dari beberapa pendapat terkuat pada warisan fiqh Islam, yang penuh dengan fatwa dan

keputusan hukum.87

b. Ijtihad qiya>si> bagi Majlis Tarjih seperti pemahaman al-Syafi‟i menggunakan metode qiya>s, yaitu menetapkan hukum yang tidak terdapat nasnya dalam al-Qur‟an dan Sunnah dengan hukum yang sudah ada nasnya karena adanya kesamaan „illah. Seperti zakat tanaman semisal tebu, kayu, getah, kelapa, lada,

84 Ibid.

85 Rifyal Ka‟bah, Hukum Islam di Indonesia Perspektif Muhammadiyah dan NU (Jakarta: Universitas Yarsi, 1999), 117.

86 Ibid., 118. 87

80

cengkeh, dan lain-lain diqiya>skan dengan zakat gandum, beras, jagung, dan makanan pokok lainnya. Bila hasil tanaman ini telah mencapai lima wasak (7,5

kwintal), maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 5 atau 10 persen.88

c. Ijtihad istis}la>hi> yaitu kecenderungan untuk memilih pendapat yang mengutamakan kemaslahatan. Seperti dibolehkannya bagi kaum perempuan untuk melakukan aktifitas di luar rumah untuk kemaslahatan diri, keluarga dan masyarakat. Termasuk kemaslahatan adalah keputusan Laznah Tarjih yang bertujuan untuk menghindari kerusakan dan mengutamakan manfaat. Maslahat dalam pengertian seperti itu sering juga disebutnya sebagai sadd al-dhari>„ah,

misalnya mengharamkan pernikahan beda agama.89