BAB III PULAU LOMBOK,
ISLAM DAN PRAKTEK MERARIQ MASYARAKAT LOMBOK
4. Sistem Kekerabatan Masyarakat Lombok
103
penyebutan kepercayaan atau agama Boda. Ada yang menyebutnya sebagai kepercayaan Sasak-Boda, ada yang menulisnya dengan agama Boda, ada yang mengatakan sebagai agama Majapahit dan ada juga yang mengatakan sebagai agama Budha. Erni Budiwanti secara tegas menolak anggapan bahwa sasak Boda itu adalah identik dengan agama Budha. Ia mengatakan bahwa antara keduanya ada perbedaan yang sangat mendasar sebagaimana disebutkan di atas.
Penulis menduga bahwa yang mendekati kebenaran adalah kepercayaan atau agama Boda atau ada yang menyebut dengan agama Majapahit. Sementara anggapan sebagai agama Budha sebagaimana yang disinyalir oleh John Ryan Bartholomew adalah untuk mempermudah catatan administrasi kependudukan
karena kepercayaan atau agama Boda belum termasuk yang diakui di Indonesia.37
4. Sistem Kekerabatan Masyarakat Lombok
Setiap komunitas masyarakat lazim memiliki sistem kekerabatan38,
begitu juga dengan masyarakat Sasak di pulau Lombok. Masyarakat Lombok mempunyai sistem kekerabatan yang cukup sederhana yang kalau dipilah menjadi dua kelompok, yaitu keluarga batin atau keluarga inti (nuclear familiy) dan keluarga luas (extended family). Dalam masyarakat Lombok, keluarga inti biasa dinamai dengan istilah kurenan, sementara keluarga luas disebut dengan sorohan. Kedua sistem kekerabatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
37 Menurut Tawalinuddin Haris agama Budha Mahayana diperkirakan telah berkembang di
Lombok sejak masa Borobudur sekitar tahun ke-8 atau 9 Masehi. Perkiraan ini diperkuat oleh penemuan empat archa Buddha dari perunggu bergaya candi Borobudur pada tahun 1960 di Lombok Timur. Tawalinuddin Haris dkk, Kesultanan Bima Masa Pra Islam Sampai Masa Awal
Kemerdekaan (Jakarta: Puslitbang Lektur, Khazanah keagamaan, dan Manajemen Organisasi
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2017), 32.
38 Sistem kekerabatan adalah sistem hubungan yang terstruktur, di mana setiap individu terikat satu sama lain dengan suatu keterikatan yang kompleks dan ikatan yang bercabang. Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia (Jakarta: Rajawali Press, 1986), 53-54.
104
a. Kurenan atau Keluarga Kecil (keluarga inti)
Keluarga kecil bagi masyarakat Lombok terdiri dari bapak, seorang atau lebih ibu dan beberapa anak. Namun, sebenarnya istilah sekurenan bukan merujuk pada unsur-unsur keluarga tersebut, tapi menurut Fachrirrahman merujuk pada
konsep kehidupan dan perekonomian.39 Maksudnya, jika dalam keluarga tersebut
ikut juga nenek, paman, bibi, atau pembantu, maka mereka juga dianggap bagian dari keluarga yang harus dihidupi secara ekonomi. Jika sekurenan sudah terbentuk, maka terhadap anggota keluarga terdapat panggilan-panggilan khusus dalam berinteraksi satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Adapun panggilan-panggilan khusus tersebut adalah sebagai berikut:
1) Bapak akan dipanggil oleh anak-anaknya dengan amaq,dan dipanggil oleh isterinya dengan pun.
2) Ibu akan dipanggil oleh anak-anaknya dengan inaq, dan dipanggil oleh suaminya dengan pun nina
3) Anak yang tertua (perangga) dipanggil dengan sebutan tekakaq 4) Anak yang terkecil dipanggail dengan sebutan teradiq
Dalam pandangan Masnun, keluarga inti atau keluarga kecil ini banyak ditemukan di daerah semi perkotaan. Menurutnya, fenomena ini dipengaruhi oleh industrialisasi dan tuntutan modernisasi yang cenderung mengutamakan keluarga
inti dalam sistem kekeluargaan.40
b. Sorohan atau Keluarga Luas
Konsep keluarga luas (extended family) dalam masyarakat Lombok biasa disebut sorohan yang merujuk pada silsilah suami isteri yang mengarah pada
39 Fachrirrahman, Pernikahan, 120. 40 Masnun Tahir, Tradisi Merariq,48.
105
kakek nenek mereka masing-masing dan saudara-saudara yang berasal dari kakek
nenek tersebut.41 Sebutan-sebutan yang biasa digunakan dalam konsep keluarga
sorohan adalah sebagai berikut:
1) Papuq baloq, yaitu sebutan untuk kerabat suami isteri garis lurus ke atas (kakek nenek hingga yang paling tua).
2) Semeton jari, yaitu sebutan untuk kerabat suami isteri garis ke samping 3) Papuq bai, yaitu sebutan untuk kerabat suami isteri garis ke bawah 4) Inaq kaka (dibaca inaq kake) adalah saudara perempuan bapak dan ibu 5) Amaq kaka (dibaca amaq kake) adalah saudara laki-laki bapak dan ibu
Berkaitan dengan papuq baloq, yaitu sebutan untuk kerabat suami isteri garis lurus ke atas (kakek nenek hingga yang paling tua). Masyarakat Lombok memiliki panggilan tersendiri, yaitu;
1) Amaq adalah sebutan untuk bapak
2) Papuq adalah panggilan untuk orang tua dari bapak 3) Baloq adalah sebutan untuk orang tua dari papuq 4) Tata adalah panggilan untuk orang tua dari baloq 5) Toker adalah sebutan untuk orang tua dari tata 6) Goneng adalah panggilan untuk orang tua dari toker 7) Keloyok adalah sebutan untuk orang tua dari goneng 8) Kelatek adalah panggilan untuk orang tua dari keloyok 9) Gantung Siwur adalah sebutan untuk orang tua dari kelatek 10) Wareng adalah panggilan untuk orang tua dari gantung siwur.
106
Sehubungan dengan semeton jari, yaitu sebutan untuk kerabat suami isteri garis ke samping, maka terdapat panggilan-panggilannya tersendiri juga, yaitu;
1) Semeton adalah sebutan untuk adik atau kakak seseorang
2) Pisa’ atau menasa sekali adalah sebutan untuk anak dari saudara seseorang 3) Sempu sekali atau menasa dua adalah sebutan untuk anak dari misan orang tua
seseorang
4) Sempu dua atau menasa telu adalah sebutan untuk sempu dari orang tua seseorang.
Adapun berkaitan dengan papuq bai (kerabat garis lurus ke bawah), yaitu sebutan untuk kerabat suami isteri garis ke bawah), maka terdapat
panggilan-panggilan sebagai berikut:42
1) Naken atau ruwan adalah panggilan untuk anak saudara laki-laki atau perempuan, atau anak laki-laki maupun perempuan dari sempu atau menasa sekali atau dua kali seseorang
2) Mentoaq adalah panggilan untuk orang tua laki-laki atau perempuan dari isteri seseorang (mertua)
3) Menantu adalah sebutan untuk isteri atau suami dari anak seseorang, baik laki-laki maupun perempuan
4) Sumbah adalah panggilan untuk orang tua menantu seseorang
5) Kadang Waris adalah sebutan untuk ahli waris seseorang yang berasal dari satu leluhur laki-laki.
42
107