• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kawasan Danau Tempe yang secara geografis terletak pada 4o00„00‟‟–4o15„00‟‟ Lintang Selatan dan 119o52‟‟–120o07„3‟‟ Bujur Timur. Kawasan Danau Tempe ditetapkan berdasarkan kecamatan yang diarahkan dari tinjauan Rencana Pengelolaan Kawasan Danau Tempe dalam Rangka Menunjang Kapet Pare-pare yang berjumlah 11 kecamatan dalam 3 wilayah kabupaten yang berbeda yaitu Kabupaten Wajo, Soppeng dan Sidrap yang yang mencakup 125 desa/kelurahan, seperti yang disajikan pada Tabel 2. Kawasan Danau Tempe secara administratif memiliki batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah barat : Kecamatan Pituriawa dan Dua Pitue Kabupaten Sidrap.

b. Sebelah selatan : Kecamatan Lalabata, Ganra dan Lilirilau Kabupaten Soppeng.

c. Sebelah timur : Kecamatan Majauleng dan Pammana Kabupaten Wajo. d. Sebelah barat : Kabupaten Barru.

Tabel 2 Distribusi kabupaten, kecamatan dan desa pada kawasan Danau Tempe Kabupaten Kecamatan Jumlah desa/kelurahan Keterangan

Wajo Sabbangparu 15 Jumlah

desa/kelurahan di kawasan Danau Tempe mencapai 125 desa/kelurahan Tempe 16 Tanasitolo 19 Maniangpajo 8 Belawa 9

Sidrap Watang Sidenreng 8

Maritengngae 12

Panca Lautang 10

Tellu Limpoe 9

Sidrap Marioriawa 10

Donri-donri 9

Pada lokasi penelitian terdapat 3 danau yang masuk dalam kawasan Danau Tempe yang mencakup (1) Danau Tempe sebagai danau yang paling luas, berbatasan langsung dengan Kecamatan Tempe, Belawa, Tanasiolo, Sabbangparu, Donri-donri, Marioriawa dan Panca Lautang; (2) Danau Sidenreng yang wilayahnya berada di Kabupaten Sidrap meliputi Kecamatan Maritengngae dan Kecamatan Watang Sidenreng; dan (3) Danau Lapongpakka merupakan danau yang paling kecil yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Maniangpajo. Pada musim hujan ketiga danau tersebut menjadi satu kesatuan. Selain itu, pada lokasi penelitian juga mencakup 2 wilayah ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Tempe sebagai ibukota Kabupaten Wajo dan Kecamatan Maritengngae sebagai ibukota Kabupaten Sidrap. Rangkaian kegiatan penelitian meliputi persiapan, pengumpulan data, penelitian lapangan, analisis data serta penyusunan tesis dilaksanakan selama 9 bulan dimulai pada bulan November 2013 sampai dengan bulan Juli 2014.

22

Jenis dan Sumber Data

Kegiatan penelitian ini ditunjang dan didukung dengan data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Data tersebut akan digunakan sebagai bahan atau dasar melakukan identifikasi, mengkaji, menganalisis dan menyusun arahan pengembangan kawasan Danau Tempe dengan mempertimbangkan kearifan lokal, yang terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan, observasi, wawancara, serta dokumentasi atau sketsa maupun visual berupa gambar dan foto. Data sekunder diperoleh dari sumber tertulis yang telah ada, berkaitan dengan materi yang akan diteliti seperti dari buku-buku, laporan, peta-peta dan data instansional pada tiga kabupaten. Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan dan mempelajari :

1. Data penduduk dan Potensi Desa dari Badan Pusat Statistik, pemerintah kecamatan dan/atau pemerintah desa setempat.

2. Data luas tanam dan jumlah produksi komoditi tanaman pangan, perkebunan, hortikultura pada tahun 2002 dan 2012 dari Dinas Pertanian dan Perkebunan selanjutnya data produksi komoditi peternakan dan perikanan pada tahun 2002 dan 2012 dari Dinas Perikanan dan Kelautan serta Dinas Peternakan. 3. Dokumen grand design Danau Tempe, RTRW dan RPJMK dari Bappeda

dan/atau Dinas Tata Ruang dan Permukiman.

4. Data sebaran cagar budaya, tradisi dan adat istiadat, kerajinan tradisional dan dokumen Renstra dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

5. Laporan hasil pemantauankawasan Danau Tempe dari Dinas PU Pengairan 6. Literatur yang berkaitan dengan kearifan lokal di kawasan Danau Tempe 7. Sumber lain yang relevan dengan topik penelitian.

Alat yang digunakan berupa seperangkat komputer yang dilengkapi perangkat lunak ArcGIS 9.3, Microsoft Word dan Microsoft Excel. Peralatan penunjang berupa printer, GPS, kamera digital, tape recorder, dan peralatan menulis. Tujuan penelitian, jenis dan sumber data, serta keluaran (output) yang diharapkan tertera pada Tabel 3 dan diagram alir penelitian pada Gambar 2.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari buku, arsip, laporan penelitian, peta-peta serta data statistik dari beberapa instansi terkait. Data primer dilakukan dengan urutan sebagai berikut :

Penentuan Informan Kunci

Sebelum dilakukan wawancara mendalam dan pemetaan berperanserta, terlebih dahulu ditentukan variabel atau informan kunci yang akan dituju. Penentuan tersebut didasarkan pada karakteristik informan yang mampu menjawab tentang pengetahuan yang berkaitan dengan kearifan lokal dan sejarah serta praktek kearifan lokal dalam bentuk nilai, simbolisasi, letak, arti, manfaat serta sanksi dalam kehidupan sehari-hari. Informan kunci yang ditentukan yaitu ketua adat, pemerintah setempat, dan dinas terkait kemudian informan akan bertambah seiring proses wawancara mendalam berlangsung.

23 Tabel 3 Tujuan penelitian, jenis dan sumber data serta output yang diharapkan

Tujuan Jenis Data Sumber

Data Teknik Analisis Output yang Diharapkan Mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk kearifan lokal masyarakat di kawasan Danau Tempe

Data Primer : aspek- aspek kearifan lokal, sejarah, maupun bentuk adaptasi lokal

Data Sekunder : aspek kependudukan, batas administrasi dan kondisi fisik wilayah, serta data persebaran jumlah dan jenis situs budaya, tradisi adat istiadat, kerajinan tradisional dan objek wisata

a. Ketua adat b. Masyarakat c. Pemerintah setempat d. Pakar budaya. Pemerintah Desa setempat dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata a. Analisis sejarah. b. Analisis kearifan lokal dengan deskriptif kualitatif. c. Analisis Nilai Penting dan Nilai Strategis Diketahui bentuk kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan Danau Tempe Menganalisis komoditi pertanian yang menjadi komoditi unggulan di kawasan Danau Tempe Data Primer : dokumentasi komoditi pertanian

Data Sekunder : data produksi komoditi pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan setiap kecamatan Dinas Pertanian dan Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Peternakan, dan BPS a. Analisis Location Quotient b. Analisis Shift Share Diketahui komoditi unggulan di kawasan Danau Tempe Mengidentifikasi tingkat perkembangan desa/kelurahan di kawasan Danau Tempe Data Primer : dokumentasi pelayanan fasilitas

Data Sekunder : jumlah penduduk, jumlah jenis dan tingkat pelayanan prasarana wilayah (pendidikan, kesehatan, ekonomi, keagamaan, kesenian/olahraga, dan transportasi/komunikasi BPS, Dinas Kesehatan, Dinas, Bappeda dan Pekerjaan Umum Analisis Skalogram Diketahui tingkat hirarki perkembangan desa di kawasan Danau Tempe Menganalisis prinsip-prinsip kearifan lokal yang diakomodasi dalam perencanaan tata ruang Data sekunder : Dokumen RTRW Kabupaten Wajo, Soppeng dan Sidrap

Bappeda ketiga kabupaten Content Analysis Diketahui sejauh mana prinsip- prinsip kearifan lokal diakomodasi dalam RTRW Menyusun arahan pengembangan kawasan Danau Tempe dengan mempertimbangkan kearifan lokal.

Hasil analisis tujuan 1, 2, dan 3. Hasil studi literatur, telaah dokumen, pengamatan di lapangan dan analisis sebelumnya. Uraian arahan pengembangan dalam bentuk deskriptif. Diketahui arahan pengembangan kawasan Danau Tempe Provinsi Sulawesi Selatan dengan mempertimbangkan kearifan lokal.

24

Gambar 2 Diagram alir penelitian Ketersediaan fasilitas dan

utilitas masing-masing desa Analisis Skalogram

Penentuan pusat pelayanan kawasan

Tahap V Penyusunan arahan

pengembangan Kompilasi analisis Identifikasi kearifan lokal

di kawasan Danau Tempe

Kearifan lokal masing- masing komunitas

Tradisi, ritual keagamaan, situs cagar budaya dan kerajinan tradisional

Objek wisata alam

Analisis Deskriptif dan Analisis Sejarah

Analisis Nilai Penting dan Nilai Strategis

Kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan Identifikasi komoditi unggulan Produksi masing-masing komoditi pertanian berdasarkan

kecamatan Analisis LQ - SSA Komoditi Unggulan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan

Identifikasi tingkat hirarki perkembangan desa

Analisis dan Arahan Pengembangan Kawasan Danau Tempe, Provinsi sulawesi Selatan dengan

Mempertimbangakan Kearifan Lokal

Tahap I

Tahap II

Tahap III Prinsip kearifan lokal dalam

perencanaan tata ruang Analisis Isi

Akomodasi kearifan lokal dalam RTRW

25

Wawancara Mendalam

Pengumpulan data utama dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth interview) dengan beberapa orang informan kunci (key informan) yang telah ditetapkan sebelumnya, atas pertimbangan dianggap banyak mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, dan telah lama tinggal di kawasan Danau Tempe serta memiliki posisi tertentu dalam struktur masyarakat seperti pada Tabel 4. Pendekatan yang dikembangkan adalah pendekatan yang bersifat atas-bawah (top-down). Agar pertanyaan yang dikemukakan dapat lebih terarah, wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang kemudian dikembangkan pada saat wawancara. Teknik wawancara mendalam yang digunakan adalah snowball sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar (Sugiono 2009).

Tabel 4 Daftar informan wawancara mendalam

Komunitas Status Informan Jumlah Keterangan

Pakkaja Macoa tappareng 3 Macoa

tappareng, uwa’, sanro wanua dan pandre ada (sejajar dengan ketua adat) Nelayan 2 Pemerintah desa 1 Tokoh wanita 1 To Lotang Uwa 3 Masyarakat biasa 2 Pemerintah desa 1 Tokoh wanita 1

Paggalung Sanro wanua 2

Petani 1

Pemerintah desa 1

Tokoh wanita 1

Pattenung Ana’ guru 2

Punggawa 1

Baalawiyah Tokoh Ulama 1

Pemerintah desa 1

Pallannro Ana’ guru 2

Punggawa 1

To Lise Pandre’ ada 2

Pemerintah desa 1

Dinas terkait Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

3 Dinas Kelautan dan

Perikanan

1

Tokoh Budaya 1

Jumlah 35

Selanjutnya wawancara secara snowball dilakukan berdasarkan jawaban yang diperoleh dari seorang informan kunci yang awalnya berjumlah 7 orang berdasarkan arahan pemerintah setempat, kemudian dikembangkan dan dicari jawabannya pada informan lain (35 orang) yang dianggap dapat menjelaskan

26

permasalahan lebih lanjut berdasarkan arahan dari informan kunci. Informan lain tidak hanya berasal dari kelompok informan kunci tetapi bisa saja informan berasal dari kelompok atau desa lainnya. Apabila dari satu atau dua informan belum diperoleh informasi atau data yang dibutuhkan, maka selanjutnya dipilih lagi narasumber berikutnya yang direkomendasikan atau disarankan oleh informan kunci, kemudian diberikan lagi pertanyaan yang sama sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disusun. Apabila informasi atau data yang dibutuhkan tersebut masih kurang atau belum lengkap, maka dipilih lagi narasumber selanjutnya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yang juga direkomendasikan oleh narasumber sebelumnya. Demikian seterusnya sampai diperoleh semua informasi dan data yang dibutuhkan, dan wawancara bisa dihentikan. Setelah proses wawancara dilakukan metode check member yakni dengan menyerahkan apa yang telah ditulis sebagai hasil wawancara kepada informan untuk diperiksa kembali kebenarannya.

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam kegiatan wawancara mendalam adalah pedoman wawancara mendalam, catatan harian, alat tulis, tape recoder, kamera digital dan alat penunjang lainnya. Hasil akhir dari wawancara tersebut, diharapkan akan diperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan kearifan lokal antara lain: (1) sejarah perkembangan desa-desa dan awal mula kehidupan komunitas lokal sejalan dengan perkembangan Danau Tempe; (2) kehidupan sosial dan kemasyarakatan; (3) pengelolaan sumberdaya alam baik di darat maupun di perairan; (4) kegiatan usaha ekonomi yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat; (5) kepercayaan lokal yang telah diwariskan secara turun temurun; (6) rumah atau arsitektur tradisional, terkait dengan material yang digunakan, filosofi dan proses pembangunannya; serta (7) budaya dan ritual keagamaan yang dilaksanakan secara periodik baik bersifat individual maupun berkelompok.

Catatan Lapangan

Menurut Idrus (2007) catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat, luas dan mendalam dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti tentang aktor, aktivitas ataupun tempat berlangsungnya kegiatan tersebut. Selanjutnya Septiadi (2008) dalam Wattimena (2013) mengemukakan bahwa catatan lapangan merupakan buku jurnal yang ditulis peneliti secara bebas. Buku ini mencatat seluruh kegiatan dari awal sampai akhir, sehingga dapat dipahami bahwa catatan lapangan menjadi bagian dari hasil observasi atau wawancara yang bermakna lebih kolektif, karena terdiri atas catatan lapangan yang dibuat sendiri, dan ditambahkan oleh hasil karya orang lain berupa transkrip wawancara, dokumen resmi yang ada, statistik, gambar, foto, rekaman video, ataupun catatan resmi lainnya yang dikeluarkan oleh pihak yang terkait dengan situasi fokus penelitian (Idrus 2007). Pada penelitian ini akan disusun bentuk catatan lapangan saat kegiatan wawancara mendalam dengan informan kunci dan informan lainnya di beberapa desa.

Validasi Data

Pada penelitian kualitatif, validasi data dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang menunjukkan sesuatu yang lain diluar data tersebut. Menurut Agusta (2005) triangulasi adalah kombinasi

27 beragam sumber data, tenaga peneliti, teori, dan teknik metodologi dalam suatu penelitian atas gejala sosial. Triangulasi diperlukan karena setiap teknik memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri, sehingga triagulasi memungkinkan tangkapan realitas secara lebih valid. Pada dasarnya teknik yang digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber artinya membandingkan dan mengecek bahwa derajat kepercayaan informasi melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, untuk mencapai keabsahan data (Moleong 2005 dalam Wattimena 2013). Hal ini dapat dicapai dengan langkah sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan pemetaan berperanserta.

2. Membandingkan apa yang dikatakan informan tentang situasi penelitian dengan apa yang dilakukan sepanjang penelitian.

3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen dan literatur yang ada.

4. Membandingkan hasil wawancara dengan sumber terkait.

Teknik Analisis Data

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka teknik analisis data yang digunakan dapat diuraikan berikut ini.

Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data, sehingga memberikan informasi yang berguna (Sitorus 1998). Proses deskripsi data pada dasarnya meliputi upaya penelusuran dan pengungkapan informasi yang relevan, yang terkandung dalam data dan penyajian hasilnya dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana, sehingga pada akhirnya mengarah pada keperluan adanya penjelasan dan penafsiran. Metode deskriptif sering juga disebut penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono 2009). Menurut Miles dan Hubermen (1992) pada penelitian kualitatif terdapat 3 jalur analisis yang dapat dilakukan yaitu :

1. Reduksi data; merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Proses reduksi data meliputi meringkas data, mengkode, menelusuri tema dan membuat gugus-gugus.

2. Penyajian data; merupakan kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data dapat berupa teks naratif dan matriks, grafik, jaringan atau bagan.

3. Penarikan kesimpulan; penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus selama berada di lapangan, dari awal pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai mencari benda-benda, mencatat keteraturan pola (dalam catatan teori), penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi.

28

Selain menggunakan metode Analisis Kualitatif dan proses pemetaan berperanserta, data yang diperoleh dari lapangan akan disajikan dalam bentuk peta dengan menggunakan sistem spasial berbasis sistem informasi geografis (SIG) pada software ArcGis 9.3 untuk menggambarkan dalam bentuk spasial posisi atau letak situs budaya dan persebaran komunitas lokal di kawasan Danau Tempe dengan bantuan global positioning system (GPS). Barus dan Wiradisastra (2009) mengemukakan bahwa GPS akan berfungsi sebagai sarana yang bergerak dan mampu mempercepat pembangunan suatu basis data spasial ataupun dalam bentuk peta elektronik. Burrough (1986) dalam Barus dan Wiradisastra (2009) menyatakan bahwa SIG sebagai perangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan, menggali kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial dari aspek permukaan bumi. Output yang diharapkan dari tahap penyajian spasial tersebut dalam bentuk peta. Barus dan Wiradisastra (2009) menambahkan bahwa peta merupakan cara komunikasi grafis oleh pembuat peta mengenai bumi terutama aspek keruangannya (spasial), baik dalam ukuran kecil maupun seluruh permukaan bumi.

Analisis Nilai Penting dan Nilai Strategis

Analisis ini digunakan untuk menilai potensi sumberdaya budaya. Nilai Penting mengacu pada kriteria Nilai Penting dalam pasal 1 Undang-undang tentang benda cagar budaya (BCB) nomor 11 tahun 2010 dan mengadopsi Nilai Penting dari Mulyadi (2009). Masing-masing sumberdaya budaya akan dianalisis berdasarkan kriteria Nilai Penting yang dikandung dalam sumberdaya budaya, jika memenuhi 1 butir kriteria maka akan diberi nilai 1, jika tidak memenuhi kriteria akan diberikan nilai 0 dan direkapitulasi berdasarkan kecamatan.

Kriteria Nilai Penting sumberdaya budaya di kawasan Danau Tempe terdiri dari :

1. Kriteria Nilai Penting Sejarah;

a. Berkaitan erat dengan peristiwa sejarah di tempat itu, dalam hal ini adalah sejarah kawasan Danau Tempe dan etnis Bugis.

b. Dapat menjadi sarana untuk mendokumentasikan dan melestarikan nilai- nilai sejarah lokal, tradisi, dan adat istiadat masyarakat setempat.

c. Dapat menjadi media dalam membantu upaya masyarakat mengenal dan merevitalisasikan identitas sosial kulturalnya.

d. Dapat menjadi sarana untuk mendokumentasikan beragam fase dan peristiwa penting dalam sejarah kehidupan masyarakat.

e. Merupakan fakta-fakta dan bukti-bukti yang sahih mengenai masa lalu yang berguna bagi manusia dalam memperkaya pengetahuan.

2. Kriteria Nilai Penting Ilmu Pengetahuan;

a. Memiliki potensi untuk diteliti lebih lanjut untuk menjawab masalah- masalah dalam bidang keilmuan secara umum.

b. Memuat informasi yang dapat menjelaskan peristiwa yang terjadi di masa lalu, proses perubahan budaya serta proses adaptasi manusia terhadap lingkungannya.

c. Memuat informasi yang dapat menjelaskan tindakan manusia dan interaksi manusia dengan manusia lainnya.

d. Memuat informasi yang dapat menjawab masalah yang berkaitan dengan pengembangan metoda, teknik dan teori dalam berbagai bidang ilmu.

29 3. Kriteria Nilai Penting Nilai Kebudayaan;

a. Sumberdaya budaya itu terkait dengan hasil pencapaian budaya tertentu, mendorong proses penciptaan budaya, atau menjadi jatidiri bangsa atau komunitas tertentu.

b. Dapat memberikan pemahaman latarbelakang kehidupan sosial, sistem kepercayaan, dan mitologi yang semuanya merupakan jatidiri suatu bangsa atau komunitas tertentu, merupakan bagian dari jatidiri suatu bangsa atau komunitas tertentu.

c. Mempunyai kandungan unsur-unsur keindahan baik yang terkait dengan seni rupa, seni hias, seni bangun, seni suara maupun bentuk-bentuk kesenian lain, termasuk juga keserasian antara bentang alam dan karya budaya (saujana budaya), dan menjadi sumber ilham yang penting untuk menghasilkan karya-karya budaya di masa kini dan mendatang.

Pengukuran Nilai Strategis kawasan untuk kepentingan sosial budaya menggunakan kriteria dalam pedoman penyusunan rencana tata ruang. Masing- masing kecamatan jika memenuhi 1 kriteria maka akan diberikan nilai 10, sedangkan jika tidak memenuhi 1 kriteria akan diberikan nilai 0. Kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, antara lain kawasan yang merupakan: (1) tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; (2) prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; (3) aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; (4) tempat perlindungan peninggalan budaya; (5) tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, dan/atau; (6) tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

Hasil dari Nilai Penting dan Nilai Strategis kemudian akan direkapitulasi untuk menentukan kelompok pengembangan yang dikelompokkan berdasarkan dari jumlah terendah dan tertinggi, sehingga akan terbagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Kelompok pengembangan I (tinggi) : nilai rekapitulasi 120 – 150. 2. Kelompok pengembangan II (sedang): nilai rekapitulasi 90 – 120. 3. Kelompok pengembangan III (rendah): nilai rekapitulasi 60 – 90.

Analisis Location Quotient

Analisis Location Quotient (LQ) untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis (komoditi). LQ merupakan suatu indeks yang digunakan untuk membandingkan pangsa suatu komoditi tertentu (i) dalam wilayah tertentu (j) dengan pangsa total komoditi tersebut dalam total komoditi wilayah. Secara sederhana, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total komoditi (i) pada sub wilayah ke-j terhadap persentase total komoditi di seluruh wilayah. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa; (1) kondisi geografis relatif seragam; (2) pola- pola aktivitas bersifat seragam; dan (3) setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Indeks LQ dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

X

X

X

X

LQ

J I IJ IJ .. . . / / 

30

Keterangan :

LQij : rasio persentase dari total komoditi pada sub wilayah ke-i terhadap persentase komoditi total terhadap wilayah yang diamati,

Xij : nilai indikator komoditi ke-j pada wilayah ke-i, Xi. : jumlah seluruh indikator komoditi di wilayah ke-i, X.j : jumlah indikator komoditi ke-j di seluruh wilayah, dan

X.. : penjumlahan nilai indikator seluruh komoditi di seluruh wilayah.

Kriteria yang digunakan dari perhitungan ini adalah:

1. Jika LQ > 1 maka komoditi basis artinya komoditi j di lokasi penelitian memiliki keunggulan komparatif.

2. Jika LQ : 1 maka komoditi non-basis artinya komoditi j di lokasi penelitian tidak memiliki keunggulan, sehingga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah bersangkutan.

3. Jika LQ < 1 maka komoditi non-basis artinya komoditi j di lokasi penelitian tidak dapat memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri, sehingga diperlukan pasokan dari luar daerah.

Analisis Shift Share

Shift Share Analysis (SSA) adalah analisis yang membandingkan data komoditi pada dua titik tahun. Hasil Analisis Shift Share menjelaskan kinerja (performance) suatu komoditi di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam wilayah total. Analisis Shift Share mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu komoditi di suatu wilayah. Adapun sebab-sebab yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah); (2) sebab dari dinamika aktivitas/sektor (total wilayah); dan (3) sebab dari dinamika wilayah secara umum.

Gambaran kinerja aktivitas di suatu wilayah dapat dijelaskan dari 3 komponen hasil analisis sebagai berikut:

1. Komponen laju pertumbuhan wilayah (regional growth). Komponen ini menyatakan pertumbuhan komoditi total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah.

2. Komponen pergeseran proporsional (proporsional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan komoditi total/jenis atau output tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum total wilayah yang menunjukkan dinamika komoditi/jenis outputtotal dalam wilayah.

3. Komponen pergeseran diferensial (differensial shift). Ukuran ini menjelaskan