• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Yuridis Normatif, yaitu suatu penelitian yang menggunakan konsepsi positivis. Konsepsi legis-positivis merupakan suatu konsep yang memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang. Konsep ini memandang hukum sebagai sistem normatif yang mandiri bersifat tertutup dari kehidupan masyarakat yang nyata. Menurut Jhonny Ibrahim, tipe penelitian yuridis normatif salah satunya menggunakan pendekatan perundang-undangan.59

Soerjono Soekanto, dipihak lain mengemukakan pendapatnya mengenai penelitian hukum normatif sebagai berikut:

Penelitian hukum normatif (di samping adaya penelitian hukum sosiologis atau empiris yang terutama meneliti bahan hukum primer) adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan hukum sekunder belaka. Penelitian hukum normatif atau kepustakaan tersebut mencakup:

a. Penelitian terhadap asas-asas hokum b. Penelitian terhadap sistematika hokum

c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal d. Perbandingan hokum

e. Sejarah hukum.60

59Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, hlm. 11

60Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,

2. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan Perundang-undangan

Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua Peraturan Perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.61 Metode pendekatan perundang-undangan digunakan untuk meneliti suatu permasalahan hukum, memiliki kesesuaian dengan Peraturan Perundang-undangan.

b. Pendekatan Kasus

Kajian pokok dalam pendekatan kasus adalah ratio decidendi atau

reasoning yaitu pertimbangan pengadilan untuk sampai pada suatu putusan. Baik keperluan praktik maupun kajian akademis, ratio decidendi atau

reasoning tersebut merupakan referensi bagi penyusunan argumentasi dalam pemecahan isu hukum.62

Pendekatan kasus digunakan mengingat yang menjadi titik utama dalam penelitian ini yaitu mengenai keabsahan suatu Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Kepala Suku Dinas Pengawasan dan Penerbitan Bangunan (P2B) Kota Administrasi Jakarta Selatan tentang Pelaksanaan Pembongkaran Bangunan. Kajian pokok dalam penelitian ini adalah argumentasi Hakim dalam pertimbangan hukumnya sehingga menyatakan bahwa Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Kepala Suku Dinas Pengawasan dan Penerbitan Bangunan (P2B) Kota Administrasi Jakarta Selatan merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang tidak sah menurut hukum.

61 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm. 93

3. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi penelitian deskriptif. Spesifikasi penelitian deskriptif menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Pengantar penelitian Hukum dijelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya, serta hanya menjelaskan keadaan objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku umum.63

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Unit Pelaksana teknis Universitas Jenderal Soedirman, Pusat Informasi Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

4. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan penulisan karya ilmiah ini adalah data sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumentasi yang biasanya disediakan di perpustakaan atau milik pribadi peneliti.64 Dari bahan hukum kepustakaan tersebut dideskripsikan tentang teori, pandangan pandapat para ahli dan sebagainya, yang merupakan bahan berfikir dan berprilaku dalam pengumpulan bahan hukum. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil

63 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 32.

64 Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Bandung : Mandar Maju, 1998, hlm. 65.

yang obyektif dari penelitian ini dari data sekunder tersebut akan dibagi dan diuraikan ke dalam tiga bagian yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang bersumber dari Peraturan Perundang-undangan yang ada kaitannya dengan hukum Administrasi Negara, khususnya hukum Peradilan Tata Usaha Negara yaitu: 1. Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara kemudian mengalami perubahan menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kemudian mengalami perubahan kembali menjadi Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

3. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 5. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:

02/PER/M.KOMINFO/03/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi

6. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 18 Tahun 2009, Nomor: 07/PRT/M/2009, Nomor: 19/PER/M.KOMINFO/03/2009, Nomor: 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi

7. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 89 Tahun 2006 tentang Pembangunan dan Penataan Menara Telekomunikasi Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

8. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 138 Tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan dan Penataan Menara Telekomunikasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

9. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 126 Tahun 2009 tentang Peta Arahan Persebaran Menara Telekomunikasi Bersama Untuk Penempatan Makro Seluler (Microcell).

10. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1068 Tahun 1997 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penertiban Kegiatan Membangun dan Menggunakan Bangunan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, terdiri dari:

1) Pustaka di bidang ilmu hukum, 2) Hasil penelitian di bidang hukum,

a) Artikel-artikel ilmiah, baik dari Koran maupun internet, b) E-book (buku digital),

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder, terdiri dari:

1) Kamus Hukum 2) Ensiklopedia65

5. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum primer dilakukan dengan menginventarisasi bahan hukum primer seperti Peraturan Perundang-undangan, Putusan Hakim di PTUN Jakarta, dan Yurisprudensi yang relevan, serta Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek penelitian.

Pengumpulan bahan hukum sekunder dilakukan dengan cara studi pustaka terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, hasil-hasil penelitian, literatur-literatur, makalah-makalah dalam seminar, artikel-artikel, risalah-risalah sidang di PTUN Jakarta dan Petunjuk Teknis maupun Petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung, Peraturan Menteri maupun Peraturan Gubernur daerah Jakarta Selatan yang relevan dengan obyek penelitian.

65Op. Cit., hlm. 12-13.

6. Metode Penyajian Bahan Hukum

Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk teks naratif yang disusun secara sistematis.66 Sistematis di sini maksudnya adalah keseluruhan bahan hukum sekunder dan bahan hukum primer yang diperoleh sebagai hasil penelitian akan dihubungkan satu dengan yang lainnya sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga penyusunan data dapat dipahami dan mudah dipelajari.

7. Metode Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis menggunakan metode analisis normatif kualitatif, yaitu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtut, logis, tidak tumpang tindih dan efektif, kemudian dilakukan pembahasan. Berdasarkan hasil pembahasan diambil kesimpulan secara induktif sebagai jawaban terrhadap permasalahan yang diteliti.

Soerjono Soekanto dalam hal ini memberikan pendapatnya bahwa normatif kualitatif yaitu dilakukan dengan cara menjabarkan bahan hokum-bahan hukum yang diperoleh berdasarkan norma-norma hukum, teori-teori, serta doktrin hukum dan kaidah yang relevan dengan pokok permasalahan.67

Sedangkan Roni Hanitijo Soemitro berpendapat bahwa penelitian normatif adalah penelitian yang bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif, sedangkan kualitatif dimaksudkan analisis bahan hukum bertitik tolak pada usaha-usaha penemuan asas-asas dan informasi - informasi yang bersifat ungkapan monografis.68

66

M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, 2007, hlm. 119

67

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Ibid., hlm. 98.

BAB IV