• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Peradilan Tata Usaha Negara

1. Pengertian Peradilan Tata Usaha Negara

Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara, yang berada di bawah Mahkamah Agung. Pentingnya Peradilan Tata Usaha Negara adalah untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya sengketa antara pemerintah dengan warga Negara akibat adanya kegiatan pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

17Ibid., hlm. 9-10

Mengenai apa yang dimaksud dengan Tata Usaha Negara, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menentukan bahwa Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Dalam praktik, Tata Usaha Negara tidak hanya melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan kegiatan yang bersifat pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan, tetapi juga melaksanakan fungsi untuk menyelesaikan urusan pemerintahan yang penting dan mendesak yang belum diatur dalam Peraturan Perundang-undangan.

MenurutPhilipus M. Hadjon dkk, mengemukakan Penjelasan Pasal 1 angka 1 menyatakan apa yang dimaksud dengan urusan pemerintahan adalah kegiatan yang bersifat eksekutif. Pada dasarnya pemerintah tidak hanya melaksanakan undang-undang, tetapi atas dasar “Freis Ermessen”

dapat melakukan perbuatan lainnya meskipun belum diatur secara tegas oleh undang-undang.18

Menurut Indroharto arti pada urusan pemerintahan dalam Pasal 1 angka 1 yaitu semua kegiatan penguasa dalam negara yang tidak merupakan kegiatan atau aktivitas pembuatan peraturan perundang-undangan (legislasi) dan bukan pula kegiatan atau aktivitas mengadili

(yudikatif) yang dilakukan oleh badan-badan pengadilan yang bebas.19 Pemahaman terhadap Peradilan Adminstrasi akan lebih mudah jika terlebih dahulu dimengerti unsur-unsur yang melengkapinya. Menurut S.F. Marbun, setidaknya terdapat lima unsur dalam Peradilan Adminstrasi, yaitu:

1. Adanya suatu instansi atau badan yang netral dan dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan, sehingga mempunyai kewenangan untuk memberikan putusan. Dalam hal ini adalah adanya Pengadilan

18 R. Wiyono, Op. Cit., hlm. 8

19 Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Buku I, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Cetakan IV, 1993, hlm. 78

Tata Usaha Negara, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, dan berpuncak pada Mahkamah Agung.

2. Terdapatnya suatu peristiwa hukum konkret yang memerlukan kepastian hukum. Peristiwa hukum konkret disini adalah adanya Sengketa Tata Usaha Negara akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara oleh pejabat TUN.

3. Terdapatnya suatu peristiwa hukum yang abstrak dan mengikat umum. Aturan hukum tersebut terletak di lingkungan Hukum Administrasi Negara.

4. Adanya sekurang-kurangnya dua pihak. Sesuai dengan ketentuan hukum positif, yakni Pasal 1 angka 4 UU PTUN, dua pihak disini adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang selalu sebagai Tergugat dan rakyat pencari keadilan (orang perorang atau badan hukum privat).

5. Adanya hukum formal. Hukum formal disini adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan peraturan-peraturan lainnya.20

Pengadilan Tata Usaha Negara berdasarkan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa , memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara. Pengadilan tata usaha negara merupakan pengadilan tingkat pertama untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara bagi rakyat pencari keadilan, sedang pengadilan tinggi tata usaha negara merupakan pengadilan tingkat banding terhadap sengketa yang telah diputus oleh pengadilan tata usaha negara, kecuali beberapa hal berikut ini: a. Sengketa kewenangan mengadili antar pengadilan tata usaha negara di

daerah hukumnya; dalam hal ini pengadilan tinggi tata usaha negara bertindak sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir.

b. Sengketa yang terhadapnya telah digunakan upaya administrasi;

dalam hal ini pengadilan tinggi tata usaha negara bertindak sebagai pengadilan tingkat pertama.21

20Riki Septiawan. Pengertian-Pengartian dalam Hukum Acara PTUN

.http://rikiseptiawan180991.blogspot.com/2012/12/pengertian-pengartian-dalam-hukum acara.html. Diakses pada tanggal 05 September 2014

21

Mr. Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara dan UU PTUN 2004, Bogor: Ghalia Indonesia Cetakan 1, 2004, hlm. 5.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara disamping memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa , memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara, mengatur mengenai susunan dan kekuasaan dari lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, juga diatur mengenai tata acara dari pengadilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara. Mengenai susunan dari pengadilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, oleh Pasal 8 ditentukan bahwa pengadilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara terdiri dari:

1) Pengadilan Tata Usaha Negara yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama;

2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang merupakan Pengadilan Tingkat Banding.

Adapun kekuasaan dari pengadilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut:

a. Pasal 50 menentukan bahwa: Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama;

b. Pasal 51 menentukan: (1) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus sengketa Tata Usaha Negara ditingkat banding. (2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara juga bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Tata Usaha Negara di dalam daerah hukumnya. (3) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dala Pasal 48. (4) Terhadap putusan Pengadilan tinggi Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) dapat diajukan permohonan kasasi.

Hukum Peradilan Tata Usaha Negara dapat disimpulkan sebagai hukum yang mengatur urusan pemerintahan yang bersifat eksekutif dan

memiliki kebebasan bertindak dalam memutus suatu perkara yang menjadi wewenang dari badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.