• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitan dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Nur dan Bambang, 1999:12).

Metode penelitian dilakukan dengan memberikan rekomendasi geometri peledakan berdasarkan teori R.L. Ash dan C.J. Konya dan dilakukan penerapan dari salah satu rancangan geometri peledakan tersebut di lapangan sehingga didapatkan rancangan geometri peledakan optimum dan dapat diterapkan bagi perusahaan kedepannya.

No. Jenis Kegiatan

Minggu Ke-

Desember Januari

1 2 3 4 1 2 3 4

1. Studi Literatur 2. Orientasi Lapangan 3. Pengambilan Data

4. Pengolahan dan Analisis Data 5. Penyusunan Laporan

6. Evaluasi dan Pengumpulan Laporan

39 3.3 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari lapangan sehingga dapat diperoleh data yang objektif. Adapun urutan pengambilan datanya meliputi observasi lapangan dan pengambilan data secara langsung. Data yang diperoleh akan disesuaikan dengan data yang akan dibutuhkan nantinya pada saat pengolahan data. Adapun data tersebut, yaitu:

- Geometri peledakan (Burden, Spacing, Kedalaman lubang ledak, Stemming, dan Charge Length)

- Penggunaan perlengkapan dan peralatan peledakan - Fragmentasi hasil peledakan

- Digging time excavator 2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh tanpa melakukan pengamatan langsung di lapangan atau secara garis besar merupakan data yang sebelumnya sudah dikumpulkan oleh PT. Lotus SG Lestari dan dapat digunakan untuk kajian lain. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diberikan PT. Lotus SG Lestari, referensi dari internet dan jurnal serta laporan terkait. Adapaun data sekunder yang digunakan meliputi:

- Metode peledakan

- Kondisi geologi lokasi penelitian - Data UCS dan densitas batuan

- Biaya pemboran, peledakan dan pemuatan 3.4 Teknik Pengambilan Data

Prosedur pengambilan data dalam proses penelitian ini yaitu sebagai berikut : a. Pengamatan dan Pengukuran Geometri Aktual Lapangan

40 Pengambilan data geometri aktual peledakan terdiri dari jarak burden, spacing, stemming, kedalaman lubang bor dan tinggi jenjang, diukur dengan alat berupa meteran dengan ukuran sepanjang 50 m, kemudian hasil dari pengukuran tersebut dicatat ke dalam buku catatan menggunakan pulpen. Untuk memperoleh data geometri aktual peledakan dapat dilakukan seperti langkah berikut:

1. Menyiapkan meteran dan buku catatan.

2. Bentangkan meteran dari lubang ke lubang untuk mendapatkan ukuran burden dan spacing. Untuk pengukuran burden, dilakukan dengan cara menarik meteran tegak lurus dengan arah free face. Untuk pengukuran spacing, dilakukan dengan cara mengukur jarak diantara lubang tembak dalam baris (row) yang sama, sejajar dengan free face.

3. Pengukuran kedalaman lubang bor diperleh dengan cara memasukkan meteran yang ujungnya telah diikat dengan batu kedalam lubang ledak.

4. Pengukuran stemming diambil ketika lubang bor pada lokasi yang akan diledakkan sudah diisi dengan bahan peledak.

5. Pengukuran tinggi jenjang dilakukan dengan menggunakan meteran yang ujungnya telah diikat dengan batu, kemudian meteran tersebut diulurkan dari crest (atas jenjang) menuju toe (kaki jenjang) lokasi peledakan.

b. Pengamatan Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan

Untuk dapat mengetahui fragmentasi batuan hasil kegiatan peledakan, pengambilan gambar dari batuan hasil peledakan perlu dilakukan untuk membantu mengetahui fragmentasi batuan hasil peledakan. Pengambilan gambar fragmentasi hasil peledakan pada penelitian ini menggunakan bantuan kamera handphone. Pengambilan gambar dilapangan sangat berpengaruh pada proses perhitungan.

c. Pengamatan digging time alat muat

Pengamatan waktu digging alat muat pada lokasi yang telah diledakkan bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu penggalian terhadap fragmentasi batuan hasil peledakan. Waktu digging alat muat

41 dapat diketahui dengan cara menekan tombol start pada stopwatch saat bucket excavator mulai menyentuh batuan dan menekan tombol stop saat bucket excavator terangkat dari batuan lalu mencatatnya pada buku catatan yang telah dipersiapkan.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Prosedur pengolahan dan analisis data penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Analisis Data Fragmentasi Aktual Lapangan

Data fragmentasi hasil peledakan diolah dengan dua cara yaitu dengan cara teoritis (prediksi) dan aktual. Untuk teoritis diolah dengan menggunakan teori rumusan Kuz-Ram. Sementara untuk fragmentasi aktual diolah dengan program Split Desktop.

Perhitungan fragmentasi hasil peledakan berdasarkan rumusan Kuz-Ram meliputi perhitungan ukuran rata-rata fragmentasi batuan (𝑋̅), perhitungan indeks keseragaman (n), perhitungan karakteristik batuan (Xc) dan perhitungan jumlah boulder.

Untuk perhitungan fragmentasi batuan hasil peledakan menggunakan software Split Desktop dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Menginput gambar

Gambar yang akan diolah pada software split desktop harus dalam bentuk β€œTIFF” dan berukuran tidak lebih dari 2240 pixel.

Gambar yang akan diolah diusahakan terdapat satu ataupun dua skala pembanding yang sudah diketahui ukurannya agar dapat digunakan sebagai pembanding terhadap batuan hasil peledakan yang ada. Untuk menginput gambar pada software split dapat memilih menu file lalu klik open.

42

Gambar 3. 1 Menginput Gambar pada Split Desktop

2. Scale Image

Scale image, dapat dilakukan dengan cara memasukkan ukuran objek pembanding yang sudah diketahui diameternya. Dalam penelitian ini, digunakan dua objek pembanding berupa helm safety yang memiliki diameter 22 cm. untuk menginput ukuran diameter objek pembanding adalah dengan cara berikut ini:

- Pada menu tools klik pada gambar scale tool kemudian tarik garis pada diameter objek pembanding.

- Kemudian pada menu split, pilih scale image sehingga muncul tampilan pada Gambar 3.2.

- Apabila objek pembanding yang digunakan hanya berjumlah satu, maka klik pada single object kemuadian masukan ukuran diameter objek pembanding lalu klik β€œget scale for bottom row” namun apabila menggunakan dua objek pembanding klik dual object kemudian masukan ukuran diameter pembanding paling atas, jika ukuran pembanding sama untuk kedua objek pembanding maka klik β€œget scale for lower object” kemudian klik Ok.

43

Gambar 3. 2 Scale Image pada Split Desktop

3. Find Particles

Pada tahapan ini, program akan mengenali partikel batuan untuk dilakukan perhitungan. Pengukuran partikel dapat dilakukan secara manual, otomatis, ataupun mengkombinasi keduanya. Untuk pengukuran partikel dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Pada menu Split klik find particles maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 3.3.

- Penyesuain garis dan warna partikel dapat diatur sesuai keinginan.

- Apabila ingin menentukan partikel secara manual dapat dilakukan dengan check list β€œDelineated Manually” pada Delineate parameter, kemudian klik Go.

Gambar 3. 3 Menu Find Particles pad Split Desktop

44 Setelah find particles selesai dilakukan baik secara otomatis atau manual, kemudian pada menu Split pilih done editing, maka akan muncul hasil seperti Gambar 3.4.

Gambar 3. 4 Hasil Find Particles

4. Compute size

Setelah selesai menentukan partikel, maka gambar dapat diolah yaitu dengan compute size dan memilih metode perhitungan yang ada dan menentukan distribusi partikel. Untuk menentukan persamaan distibusi partikel terdapat tiga pilihan yaitu Rossin-Ramler, Schuhman, dan Best Fit. Selanjutnya menentukan letak penyimpanan file dengan cara klik browse dan pilih lokasi yang diinginkan.

Tampilan pada perhitungan partikel batuan dalam compute size dapat dillihat pada gambar berikut.

Gambar 3. 5 Compute Size pada Split Desktop

45 5. Graphs and Outputs

Tahap terakhir dalam pengukuran fragmentasi pada Split Desktop adalah mencari nilai distribusi partikel batuan yang telah ditandai. Untuk mendapatkan distribusi partikel, terlebih dahulu ditentukan jenis grafik dan output data pada pilihan dengan cara, pilih menu Split klik Graphs and Ouutput kemudian akan muncul tampilan seperti pada Gambar 3.6.

Gambar 3. 6 Tampilan Menu pada Graph and Output

Tab Graphing pada menu Graph and Output berfungsi untuk mengatur hasil grafik yang diinginkan. Tab Data berfungsi untuk menentukan letak penyimpanan data hasil Split Desktop. Tab Output berfungsi untuk mengatur tampilan grafik, seperti judul dan jenis tulisan pada grafik. Tab Sieve Series berfungsi untuk mengatur jenis ayakan yang akan digunakan pada perhitungan. Setelah seluruh

46 tahapan dilakukan, maka didapatkan hasil akhir berupa grafik kelolosan terhadap ayakan seperti pada Gambar 3.7.

Gambar 3. 7 Hasil Split Desktop

b. Mendesain Ulang Geometri Peledakan

Desain ulang geometri peledakan menggunakan teori R.L. Ash dan C.J. Konya dilakukan dalam rangka optimasi geometri peledakan terhadap target fragmentasi batuan.

R.L. Ash (1963) membuat pedoman perhitungan geometri peledakan jenjang berdasarkan pengalaman empirik yang diperoleh diberbagai tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda.

Sehingga R.L. Ash berhasil mengajukan empirik yang digunakan sebagai pedoman dalam rancangan awal peledakan batuan. Faktor koreksi untuk geometri ini adalah kesesuaian terhadap batuan standar dan bahan peledak standar.

C.J. Konya (1990) membuat pedoman perhitungan geometri peledakan tidak hanya mempertimbangkan faktor bahan peledak, sifat batuan, dan diameter lubang ledak tetapi juga faktor koreksi terhadap posisi lapisan batuan, keadaan struktur geologi, serta koreksi terhadap jumlah lubang ledak yang diledakkan. Faktor terpenting untuk koreksi menurut C.J. Konya adalah masalah penentuan besar nilai burden.

47 3.6 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dipakai dalam menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi literatur

Kegiatan ini merupakan pembelajaran materi mengenai geometri peledakan melalui literatur dari berbagai referensi yang nantinya akan dicantumkan sebagai landasan teori.

2. Pengamatan lapangan

Pengamatan di lapangan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi daerah penelitian dan kegiatan penambangan di lokasi tersebut.

3. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu melakukan pengamatan dan pengambilan data di lapangan. Kondisi lapangan dan gambaran aktivitas peledakan diamati secara langsung di lapangan.

Sedangkan pengambilan data di lapangan diperoleh dari data utama (primer) dan literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang ada (data sekunder).

4. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan statistik distribusi frekuensi, penggambaran menggunakan grafik dan tabel. Perhitungan fragmentasi dengan metode Kuz-Ram dan Split Desktop, sedangkan perbaikan geometri peledakan menggunakan persamaan R.L Ash dan C.J. Konya.

5. Analisis data

Analisis dan pembahasan yang akan dilakukan meliputi analisis hasil fragmentasi peledakan menggunakan metode Kuz-Ram dan software Split Desktop, analisis waktu digging alat muat, serta analisis biaya terhadap masing-masing kegiatan peledakan.

6. Kesimpulan dan Saran

48 Berdasarkan hasil analisa, kemudian ditarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan selanjutnya memberikan rekomendasi saran yang dapat menjadi masukan bagi perusahaan.

Gambar 3. 8 Diagram Alir Penelitian

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Sekunder : - Kondisi Geologi Lokasi

Penelitian

- Data Densitas dan UCS Batuan Lokasi Penelitian

- Biaya pemboran, peledakan, dan pemuatan

Data Primer:

- Geometri Peledakan Aktual - Penggunaan bahan peledak - Penggunaan Peralatan dan

Perlengkapan Peledakan - Fragmentasi Hasil Peledakan - Digging time

Analisis Data

Analisis pengaruh oxygen balance dan geometri peleledakan terhdap fragmentasi batuan, Analisis digging time dan Analisis biaya.

Kesimpulan dan Saran Pengolahan Data

Geometri Aktual, Zero Oxygen Balance, Energi Peledakan, Fragmentasi Hasil Peledakan, Digging Time, Biaya Pemboran, Peledakan dan Pemuatan.

49 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Massa Batuan

Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam merancang suatu peledakan, khususnya dalam pemilihan bahan peledak adalah karakteristik massa batuan. Berdasarkan data penelitian dari Departement Geoteknik PT.Lotus SG Lestari, secara umum sifat fisik dan mekanik batuan andesit pada Blok Tarisi adalah specific grafity 2,4 gr/cm3 dan kuat tekan (UCS) 54,36 Mpa. Indeks kemampuledakkan batuan (blastability index) Blok Tarisi PT.Lotus SG Lestari dapat diperoleh dari penjumlahan harga-harga yang representatif dari kelima parameter yaitu (A. Lilly 1986):

1. Deskripsi massa batuan (RMD), dimana batu andesit di lokasi penambangan Bench 8 Blok Tarisi termasuk blocky.

2. Spasi kekar berdasarkan keadaan di lokasi penambangan mempunyai jarak antar rekahan rata-rata 0,1 m sampai dengan 1 m. hasil tersebut didapatkan berdasarkan pengukuran dengan metode scanline mapping.

3. Pola kekar batu andesit berdasarkan pengamatan di lokasi penambangan termasuk dalam dip out to face.

4. Specific grafity batuan di Bench 8 Blok Tarisi adalah 2,4 gr/cm3. Sehingga specific grafity influence dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:

𝑆𝐺𝐼 = 25 Γ— 𝑆𝐺 βˆ’ 50 𝑆𝐺𝐼 = 25 Γ— 2,4 βˆ’ 50 𝑆𝐺𝐼 = 10

5. Kekerasan batuan menurut Hariyanto, R dkk. (2017) bisa diperoleh berdasarkan nilai UCS batuan tersebut dengan persamaan π‘Œ = 1,36 ln 𝑋 βˆ’ 0,84. Dimana Y merupakan kekerasan batuan dan X merupakan nilai UCS batuan. Berdasarkan kondisi lapangan, nilai UCS batuan andesit di PT. Lotus adalah 54,36 Mpa, sehingga kekerasan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

50 π‘Œ = 1,36 ln 𝑋 βˆ’ 0,84

π‘Œ = 1,36 ln(54,36) βˆ’ 0,84 π‘Œ = 4,6

Tabel 4. 1 Pembobotan Massa Batuan

No. Parameter Pembobotan Keterangan

1 Rock Mass Description (RMD) 20 Blocky

2 Joint Plane Spacing (JPS) 20 Intermediate

(Spasi 0,1-1 m) 3 Joint Plane Orientation (JPO) 20 Dip out to face 4 Specific Grafity Influence (SGI) 10 𝑆𝐺𝐼 = 25 Γ— 𝑆𝐺 βˆ’ 50

5 Hardness 4,6 Skala Mohs

π‘Œ = 1.36 𝑋 βˆ’ 0,84

Berdasarkan tabel parameter diatas, dapat dihitung nilai blastability index pada peledakan Blok Tarisi PT. Lotus SG Lestari sebagai berikut:

𝐡𝐼 = 0.5 (𝑅𝑀𝐷 + 𝐽𝑃𝑆 + 𝐽𝑃𝑂 + 𝑆𝐺𝐼 + 𝐻) 𝐡𝐼 = 0,5 (20 + 20 + 20 + 10 + 4,6) 𝐡𝐼 = 37,3

Setelah blastability index didapatkan, maka selanjutnya dapat dicari nilai faktor batuan dengan rumus sebagai berikut:

𝐴 = 𝐡𝐼 Γ— 0,12 𝐴 = 37,3 Γ— 0,12 𝐴 = 4,48

4.2 Metode Pemboran

Alat bor yang digunakan saat ini adalah HCR 910 DS merupakan mesin bor jenis hydraulic. Kemiringan pemboran yang diterapkan pada saat ini adalah 17Β° terhadap bidang vertikal dinilai sudah sesuai, karena menurut Jukka Napuri (1988) kemiringan yang baik adalah 18Β° terhadap bidang vertikal, dengan kemiringan dari pemboran akan mengurangi biaya pemboran dan peledakan, memperbaiki bentuk dan posisi tumpukan,

51 jenjang akhir yang stabil dan mengurangi risiko dari back break dan toe pada lantai jenjang.

Sebelum dilakukan kegiatan peledakan maka persiapan yang harus dilakukan adalah membuat lubang ledak yang sesuai geometri yang telah direncanakan. Adapun pola pemboran yang diterapkan adalah pola pemboran selang-seling (staggered pattern). Pemilihan pola pemboran selang-seling (staggered pattern) pada kegiatan pemboran sudah benar, karena dengan pola pemboran seperti ini, energi yang dihasilkan akan terdistribusi lebih merata sehingga akan mengurangi tejadinya boulder.

Tetapi dengan pemboran miring memerlukan ketelitian dan keterampilan operator yang lebih besar dalam membuat lubang bor. Sehingga lubang ledak yang dibuat sesuai dengan geometri yang telah direncanakan.

4.3 Pemakaian Bahan Peledak

Bahan peledak yang digunakan pada PT. Lotus SG Lestari pada kegiatan peledakan adalah ANFO (Ammonium Nitrat and Fuel Oil), dengan specific grafity 0,85 gr/cc dan VOD (Velocity of Detonation) sebesar 3200 m/s. Sedangkan booster yang digunakan adalah Dayagel dengan densitas 1,25 gr/cc, berat 200 gr/batang, dan VOD 5000-5400 m/s.

Pencampuran bahan peledak di PT. Lotus SG Lestari masih menggunakan pencampuran manual dengan cara FO langsung dicampurkan kedalam karung AN oleh operator dan pengisian bahan peledak pada lubang ledak juga dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan memasukkan primer ke dalam lubang ledak kemudian diikuti menuangkan ANFO ke dalam lubang ledak tersebut. Penggunaan bahan peledak pada permukaan kerja adalah 35,2 kg/lubang.

Kegiatan peledakan dapat dikatakan baik apabila hasil dari peledakan tersebut sesuai dengan yang diharapkan, antara lain dilihat dari produksi dan fragmentasi batuan. Selain efektifitas, penggunaan bahan peledak juga menjadi tolak ukur dari kegiatan peledakan yang baik.

52 4.4 Gambaran Kegiatan Peledakan

Kegiatan peledakan pada Bench 8 Blok Tarisi PT. Lotus SG Lestari menggunakan sistem inisiasi elektrik dengan pola peledakan echelon.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maka didapatkan geometri pada setiap kegiatan peledakan di Bench 8 Blok Tarisi dari tanggal 21 Desember 2020 – 7 Januari 2021 sebagai berikut :

Tabel 4. 2 Geometri peledakan aktual Bench 8 Blok Tarisi PT. Lotus SG Lestari Geometri

Peledakan

21-Des-20 22-Des-20 29-Des-20 30-Des-20 5-Jan-21 7-Jan-21 Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fragmentasi hasil peledakan aktual yang dilakukan PT. Lotus SG Lestari, masih banyak ditemukannya fragmentasi hasil peledakan yang ukurannya melebihi dari 50 cm, sehingga akan berpengaruh untuk proses loading dan crushing. Salah satu contoh gambaran fragmentasi hasil kegiatan peledakan pada Bench 8 Blok Tarisi bisa dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.

53

Gambar 4. 1 Fragmentasi Hasil Peledakan Blok Tarisi Bench 8 PT. Lotus SG Lestari

4.5 Zero Oxygen Balance

Pada setiap peledakan, umumnya terbentuk reaksi kimia yang menghasilkan gas, baik itu gas yang beracun maupun gas yang tidak beracun.

Karenanya dalam pembuatan bahan peledak perlu diperhatikan komposisi dari unsur-unsur yang digunakan. Bahan peledak ANFO terdiri dari unsur fuel (CH2) dan unsur oxidizer (NH4NO3). Unsur fuel kaya akan karbon (C) dan hidrogen (H). Dalam pembuatan bahan peledak, harus diperhitungkan dengan teliti komposisi bahan peledak dan presentase dari setiap bahan peledak.

Sehingga gas yang dihasilkan tidak menimbulkan gas beracun yang sangat berbahaya bagi lingkungan serta tidak ada energi yang terbuang. Zero oxygen balance menentukan nilai energi tertinggi dan volume fumes terendah.

Dengan demikian perlu diperhatikan kesetimbangan reaksi yang terjadi dari bahan peledak yang digunakan dengan metoda zero oxygen balance.

Pada kegiatan pledakan di PT. Lotus SG Lestari pencampuran amonium nitrat dan fuel oil dilakukan dengan cara manual. Pencampuran ANFO secara manual ini berpengaruh kepada berubahnya keseimbangan oksigen dalam reaksi yang akan berpengaruh pada terdapatnya fumes dan menurunnya energi peledakan sehingga dapat menghasilkan fragmentasi

54 batuan yang lebih besar. Selain berpengaruh pada keseimbangan oksigen, komposisi fuel oil pada amonium nitrat berdampak pada penurunan sensitivitas ledakan. Oxygen balance yang dihasilkan pada setiap kegiatan peledakan di Blok Tarisi PT. Lotus SG Lestari dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 3 Oxygen Balance pada setiap kegiatan peledakan

Tanggal Peledakan

Ammonium

Nitrate Fuel Oil Oxygen Balance

Kg % Kg % Kg %

Berdasarkan tabel diatas, pada setiap kegiatan peledakan menghasilkan nilai oxygen balance yang berbeda-beda. Pada kegiatan peledakan tanggal 21 Desember 2020, 30 Desember 2020, 5 Januari 2021 dan 7 Januari 2021 komposisi ANFO adalah underfuel yang mana kondisi ini memiliki arti oksigen yang dibutuhkan untuk mereaksikan bahan peledak berlebih sehingga akan tercipta gas NO pada hasil peledakannya masing-masing sebesar 0,1%, 0,2%, 0,4%, dan 0,2%. Sedangkan pada kegiatan peledakan tanggal 22 Desember 2020 dan 23 Desember 2020 komposisi bahan peledak adalah overfuel, dimana oksigen yang dibutuhkan untuk mereeaksikan bahan peledak kurang sehingga akan menghasilkan gas beracun berupa CO pada kegiatan peledakannya.

4.6 Analisis Energi Peledakan

Energi terbesar yang dihasilkan oleh bahan peledak ANFO adalah 3800 kJ/kg dengan komposisi campuran 94,5% Amonium Nitrat dan 5,5%

Fuel oil. Jika energi yang dihasilkan tidak 3800 kJ/kg maka bisa dipastikan jika peledakan tersebut akan menghasilkan fumes. Dengan demikian maka perlu ditinjau untuk energi yang dihasilkan pada setiap kegiatan peledakan.

55

Tabel 4. 4 Energi Peledakan pada setiap kegiatan peledakan

Tanggal Peledakan

Berdasarkan hasil perhitungan energi panas yang dihasilkan bahan peledak, besarnya energi yang dihasilkan pada setiap komposisi pencampuran ANFO yang digunakan di setiap kegiatan peledakan adalah berbeda-beda. Pada komposisi fuel oil 5,2% menghasilkan energi sebesar 126175,67 kJ per 1 lubang ledak atau dengan kata lain energi yang dhasilkan lebih rendah 6% daripada energi maksimal, pada komposisi ini energi yang dihasilkan sudah cukup baik dimana energi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan energi yang dihasilkan pada kegiatan peledakan lainnya dan komposisi ANFO hampir mendekati ideal. Pada komposisi fuel oil 6,8% dan 6,6% menghasilkan energi masing-masing sebesar 124899,15 kJ dan 141594,63 kJ pada komposisi ini, energi yang dihasilkan lebih rendah 7%. Pada penggunaan komposisi fuel oil 4,6%, 3,9% dan 4,8%

dengan kesetimbangan oksigen yang bernilai positif, energi peledakan yang dihasilkan masing-masingnya sebesar 103559,25 kJ, 96297,60 kJ, dan 122562,09 kJ.

Gambar 4. 2 Grafik Pengaruh Energi Peledakan Dan Beban Batuan Terhadap Fragmentasi Batuan

56

Gambar 4. 3 Grafik Variasi Energi Pada ANFO

Grafik diatas menjelaskan bahwa komposisi ANFO berpengaruh terhadap energi peledakan yang dihasilkan. Pada grafik diatas titik merah merupakan energi terbesar yang dapat dihasilkan jika perbandingan ANFO ideal yaitu sebesar 94,5% : 5,5%. Berdasarkan kegiatan peledakan di PT.

Lotus SG Lestari, Energi peledakan terbesar dihasilkan pada kegiatan peledakan pada tanggal 21 desember 2020 yaitu dengan komposisi ANFO sebesar 94,8% : 5,2%. Dapat dilihat bahwa terdapat penurunan energi yang dihasilkan oleh bahan peledak jika komposisi fuel oil kurang (underfuel) ataupun lebih (overfuel) dari komposisi ideal yaitu 5,5%. Hal tersebut dapat dikarenakan ketika fuel oil meningkat, menggeser kesetimbangan oksigen pada reaksi menjadi negatif karena kurangnya oksigen pada reaktan sehingga tebentuknya gas CO karena tidak semua unsur karbon teroksidasi sempurna menjadi gas CO2 oleh atom-atom oksigen yang ada, serta menjadikan bahan peledak menjadi kurang sensitif. Sebaliknya, kurangnya fuel oil di reaksi dapat menggeser keseimbangan oksigen menuju nilai positif karena terdapat kelebihan oksigen yang berasal dari senyawa amonium nitrat sehingga terbentuknya gas NO karena bereaksinya oksigen yang berlebih dengan unsur N.

Pada grafik juga dapat dilihat bahwa penurunan energi akan lebih signifikan atau lebih besar pada saat komposisi fuel oil lebih rendah

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0% 2% 4% 6% 8%

Energi per Kg (RWS)

Fuel Oil

Variasi Energi ANFO

57 daripada 5,5% (underfuel), hal ini dibuktikan dengan dengan penurunan fuel oil sebanyak 0,9% dapat mengurangi energi yang dihasilkan sebanyak 15%

sedangkan penambahan fuel oil sebanyak 1,3% hanya menurunkan energi sebanyak 7%. Oleh karena itu, lebih baik komposisi fuel oil berlebih daripada kurang walaupun sensitifitas bahan peledak berkurang.

4.7 Fragmentasi Hasil Peledakan Dari Geometri Aktual PT. Lotus SG Lestari

Untuk menentukan presentase dari fragmentasi hasil peledakan aktual, penulis menggunakan rumus teoritis Kuz-Ram dan Software Split Desktop dalam perhitungannya. Namun penggunaaan software split desktop lebih direkomendasikan karena hasil fragmentasi yang dihasilkan lebih sesuai dengan keadaan aktual di lapangan. Adapun kategori boulder di PT.

Untuk menentukan presentase dari fragmentasi hasil peledakan aktual, penulis menggunakan rumus teoritis Kuz-Ram dan Software Split Desktop dalam perhitungannya. Namun penggunaaan software split desktop lebih direkomendasikan karena hasil fragmentasi yang dihasilkan lebih sesuai dengan keadaan aktual di lapangan. Adapun kategori boulder di PT.