• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Pemakaian Bahan Peledak

Bahan peledak yang digunakan pada PT. Lotus SG Lestari pada kegiatan peledakan adalah ANFO (Ammonium Nitrat and Fuel Oil), dengan specific grafity 0,85 gr/cc dan VOD (Velocity of Detonation) sebesar 3200 m/s. Sedangkan booster yang digunakan adalah Dayagel dengan densitas 1,25 gr/cc, berat 200 gr/batang, dan VOD 5000-5400 m/s.

Pencampuran bahan peledak di PT. Lotus SG Lestari masih menggunakan pencampuran manual dengan cara FO langsung dicampurkan kedalam karung AN oleh operator dan pengisian bahan peledak pada lubang ledak juga dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan memasukkan primer ke dalam lubang ledak kemudian diikuti menuangkan ANFO ke dalam lubang ledak tersebut. Penggunaan bahan peledak pada permukaan kerja adalah 35,2 kg/lubang.

Kegiatan peledakan dapat dikatakan baik apabila hasil dari peledakan tersebut sesuai dengan yang diharapkan, antara lain dilihat dari produksi dan fragmentasi batuan. Selain efektifitas, penggunaan bahan peledak juga menjadi tolak ukur dari kegiatan peledakan yang baik.

52 4.4 Gambaran Kegiatan Peledakan

Kegiatan peledakan pada Bench 8 Blok Tarisi PT. Lotus SG Lestari menggunakan sistem inisiasi elektrik dengan pola peledakan echelon.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maka didapatkan geometri pada setiap kegiatan peledakan di Bench 8 Blok Tarisi dari tanggal 21 Desember 2020 – 7 Januari 2021 sebagai berikut :

Tabel 4. 2 Geometri peledakan aktual Bench 8 Blok Tarisi PT. Lotus SG Lestari Geometri

Peledakan

21-Des-20 22-Des-20 29-Des-20 30-Des-20 5-Jan-21 7-Jan-21 Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fragmentasi hasil peledakan aktual yang dilakukan PT. Lotus SG Lestari, masih banyak ditemukannya fragmentasi hasil peledakan yang ukurannya melebihi dari 50 cm, sehingga akan berpengaruh untuk proses loading dan crushing. Salah satu contoh gambaran fragmentasi hasil kegiatan peledakan pada Bench 8 Blok Tarisi bisa dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.

53

Gambar 4. 1 Fragmentasi Hasil Peledakan Blok Tarisi Bench 8 PT. Lotus SG Lestari

4.5 Zero Oxygen Balance

Pada setiap peledakan, umumnya terbentuk reaksi kimia yang menghasilkan gas, baik itu gas yang beracun maupun gas yang tidak beracun.

Karenanya dalam pembuatan bahan peledak perlu diperhatikan komposisi dari unsur-unsur yang digunakan. Bahan peledak ANFO terdiri dari unsur fuel (CH2) dan unsur oxidizer (NH4NO3). Unsur fuel kaya akan karbon (C) dan hidrogen (H). Dalam pembuatan bahan peledak, harus diperhitungkan dengan teliti komposisi bahan peledak dan presentase dari setiap bahan peledak.

Sehingga gas yang dihasilkan tidak menimbulkan gas beracun yang sangat berbahaya bagi lingkungan serta tidak ada energi yang terbuang. Zero oxygen balance menentukan nilai energi tertinggi dan volume fumes terendah.

Dengan demikian perlu diperhatikan kesetimbangan reaksi yang terjadi dari bahan peledak yang digunakan dengan metoda zero oxygen balance.

Pada kegiatan pledakan di PT. Lotus SG Lestari pencampuran amonium nitrat dan fuel oil dilakukan dengan cara manual. Pencampuran ANFO secara manual ini berpengaruh kepada berubahnya keseimbangan oksigen dalam reaksi yang akan berpengaruh pada terdapatnya fumes dan menurunnya energi peledakan sehingga dapat menghasilkan fragmentasi

54 batuan yang lebih besar. Selain berpengaruh pada keseimbangan oksigen, komposisi fuel oil pada amonium nitrat berdampak pada penurunan sensitivitas ledakan. Oxygen balance yang dihasilkan pada setiap kegiatan peledakan di Blok Tarisi PT. Lotus SG Lestari dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 3 Oxygen Balance pada setiap kegiatan peledakan

Tanggal Peledakan

Ammonium

Nitrate Fuel Oil Oxygen Balance

Kg % Kg % Kg %

Berdasarkan tabel diatas, pada setiap kegiatan peledakan menghasilkan nilai oxygen balance yang berbeda-beda. Pada kegiatan peledakan tanggal 21 Desember 2020, 30 Desember 2020, 5 Januari 2021 dan 7 Januari 2021 komposisi ANFO adalah underfuel yang mana kondisi ini memiliki arti oksigen yang dibutuhkan untuk mereaksikan bahan peledak berlebih sehingga akan tercipta gas NO pada hasil peledakannya masing-masing sebesar 0,1%, 0,2%, 0,4%, dan 0,2%. Sedangkan pada kegiatan peledakan tanggal 22 Desember 2020 dan 23 Desember 2020 komposisi bahan peledak adalah overfuel, dimana oksigen yang dibutuhkan untuk mereeaksikan bahan peledak kurang sehingga akan menghasilkan gas beracun berupa CO pada kegiatan peledakannya.

4.6 Analisis Energi Peledakan

Energi terbesar yang dihasilkan oleh bahan peledak ANFO adalah 3800 kJ/kg dengan komposisi campuran 94,5% Amonium Nitrat dan 5,5%

Fuel oil. Jika energi yang dihasilkan tidak 3800 kJ/kg maka bisa dipastikan jika peledakan tersebut akan menghasilkan fumes. Dengan demikian maka perlu ditinjau untuk energi yang dihasilkan pada setiap kegiatan peledakan.

55

Tabel 4. 4 Energi Peledakan pada setiap kegiatan peledakan

Tanggal Peledakan

Berdasarkan hasil perhitungan energi panas yang dihasilkan bahan peledak, besarnya energi yang dihasilkan pada setiap komposisi pencampuran ANFO yang digunakan di setiap kegiatan peledakan adalah berbeda-beda. Pada komposisi fuel oil 5,2% menghasilkan energi sebesar 126175,67 kJ per 1 lubang ledak atau dengan kata lain energi yang dhasilkan lebih rendah 6% daripada energi maksimal, pada komposisi ini energi yang dihasilkan sudah cukup baik dimana energi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan energi yang dihasilkan pada kegiatan peledakan lainnya dan komposisi ANFO hampir mendekati ideal. Pada komposisi fuel oil 6,8% dan 6,6% menghasilkan energi masing-masing sebesar 124899,15 kJ dan 141594,63 kJ pada komposisi ini, energi yang dihasilkan lebih rendah 7%. Pada penggunaan komposisi fuel oil 4,6%, 3,9% dan 4,8%

dengan kesetimbangan oksigen yang bernilai positif, energi peledakan yang dihasilkan masing-masingnya sebesar 103559,25 kJ, 96297,60 kJ, dan 122562,09 kJ.

Gambar 4. 2 Grafik Pengaruh Energi Peledakan Dan Beban Batuan Terhadap Fragmentasi Batuan

56

Gambar 4. 3 Grafik Variasi Energi Pada ANFO

Grafik diatas menjelaskan bahwa komposisi ANFO berpengaruh terhadap energi peledakan yang dihasilkan. Pada grafik diatas titik merah merupakan energi terbesar yang dapat dihasilkan jika perbandingan ANFO ideal yaitu sebesar 94,5% : 5,5%. Berdasarkan kegiatan peledakan di PT.

Lotus SG Lestari, Energi peledakan terbesar dihasilkan pada kegiatan peledakan pada tanggal 21 desember 2020 yaitu dengan komposisi ANFO sebesar 94,8% : 5,2%. Dapat dilihat bahwa terdapat penurunan energi yang dihasilkan oleh bahan peledak jika komposisi fuel oil kurang (underfuel) ataupun lebih (overfuel) dari komposisi ideal yaitu 5,5%. Hal tersebut dapat dikarenakan ketika fuel oil meningkat, menggeser kesetimbangan oksigen pada reaksi menjadi negatif karena kurangnya oksigen pada reaktan sehingga tebentuknya gas CO karena tidak semua unsur karbon teroksidasi sempurna menjadi gas CO2 oleh atom-atom oksigen yang ada, serta menjadikan bahan peledak menjadi kurang sensitif. Sebaliknya, kurangnya fuel oil di reaksi dapat menggeser keseimbangan oksigen menuju nilai positif karena terdapat kelebihan oksigen yang berasal dari senyawa amonium nitrat sehingga terbentuknya gas NO karena bereaksinya oksigen yang berlebih dengan unsur N.

Pada grafik juga dapat dilihat bahwa penurunan energi akan lebih signifikan atau lebih besar pada saat komposisi fuel oil lebih rendah

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0% 2% 4% 6% 8%

Energi per Kg (RWS)

Fuel Oil

Variasi Energi ANFO

57 daripada 5,5% (underfuel), hal ini dibuktikan dengan dengan penurunan fuel oil sebanyak 0,9% dapat mengurangi energi yang dihasilkan sebanyak 15%

sedangkan penambahan fuel oil sebanyak 1,3% hanya menurunkan energi sebanyak 7%. Oleh karena itu, lebih baik komposisi fuel oil berlebih daripada kurang walaupun sensitifitas bahan peledak berkurang.

4.7 Fragmentasi Hasil Peledakan Dari Geometri Aktual PT. Lotus SG Lestari

Untuk menentukan presentase dari fragmentasi hasil peledakan aktual, penulis menggunakan rumus teoritis Kuz-Ram dan Software Split Desktop dalam perhitungannya. Namun penggunaaan software split desktop lebih direkomendasikan karena hasil fragmentasi yang dihasilkan lebih sesuai dengan keadaan aktual di lapangan. Adapun kategori boulder di PT.

Lotus SG Lestari yaitu batuan dengan ukuran β‰₯50 cm.

4.7.1 Analisa Fragmentasi Dengan Menggunakan Model Kuz-Ram Dari data pengamatan yang telah dilakukan mengenai geometri peledakan, sifat fisik dan mekanik batuan, bobot batuan, kondisi geologi, dan sifat dari bahan peledak, dapat ditentukan rata-rata fragmentasi yang dihasilkan dan distribusi ukurannya menggunakan persamaan Kuz-Ram. Dimana model ini dgunakan untuk menentukan secara teoritis atau prediksi hasil fragmentasi yang akan dihasilkan berdasarkan parameter diatas. Berikut contoh perhitungan hasil fragmentasi batuan pada kegiatan peledakan tanggal 21 Desember 2020.

a. Perhitungan ukuran rata-rata fragmentasi batuan 𝑋̅ = 𝐴 (𝑉

58 Dimana :

A = Faktor batuan

V = Volume batuan yang terbongkar (m3) Q = Jumlah bahan peledak (kg)

E = Relative weight strength bahan peledak

b. Perhitungan indeks keseragaman

Nilai dari indeks keseragaman mempengaruhi hasil dari ukuran fragmentasi pada perhitungan Kuz-Ram. Indeks keseragaman dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti burden, diameter lubang, spasi, standar deviasi pengeboran, panjang kolom isian dan tinggi jenjang. Nilai indeks keseragaman yang besar menandakan fragmentasi yang didapatkan semakin seragam.

W = Standar deviaasi pemboran (m) PC = Panjang isian bahan peledak (m) L = Tinggi jenjang (m)

c. Perhitungan karakteristik batuan 𝑋𝑐 = 𝑋̅

(0,693)1𝑛

59 𝑋𝑐 = 36,10

(0,693)1,81 𝑋𝑐 = 42,79 π‘π‘š

d. Perhitungan distribusi ukuran fragmentasi peeledakan 𝑅 = π‘’βˆ’(𝑋 𝑋⁄ 𝑐)

Dari hasil perhitungan menggunakan teori Kuz-Ram, fragmentasi batuan hasil peledakan tanggal 21 Desember 2020, maka didapat rata-rata fragmentasi batuan 34,89 cm dimana batuan yang berukuran ≀50 cm sebesar 73% dan berukuran β‰₯50 cm sebesar 27% dengan powder factor 0,3 kg/m3. Berikut data distribusi fragmentasi teoritis yang akan dihasilkan dari masing-masing peledakan.

Tabel 4. 5 Distribusi Fragmentasi Batuan Teoritis Kuz-Ram

No. Tanggal Kegiatan

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata fragmentasi hasil peledakan aktual yang dilakukan pada tanggal 21 Desember 2020 hingga 7 Januari 2021 adalah 37,98 cm, dengan fragmentasi batuan yang berukuran ≀50 cm sebesar 68% dan fragmentasi batuan yang berukuran β‰₯50 cm sebanyak 32% .

60 Perhitungan fragmentasi dengan menggunakan persamaan Kuz-Ram dapat dikatakan tidak valid karena dalam rumus Kuz-Kuz-Ram tidak memperhitungan faktor luar seperti, free face pada lokasi peledakan, proses tie up atau perangkaian waktu tunda (delay) yang digunakan pada kegiatan peledakan dan kemungkinan adanya air pada lubang ledak akibat hujan.

4.7.2 Analisa Fragmentasi Menggunakan Software Split Desktop Hasil fragmentasi dari kegiatan peledakan dilapangan dapat ditentukan langsung menggunakan teknik Image Analysis. Metode ini digunakan untuk membantu menganalisis gambar fragmen material hasil peledakan dan mengetahui presentase material lolos dari hasil kegiatan peledakan melalui foto digital. Pada penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa catatan dalam pengambilan gambar untuk Split Desktop, yaitu:

1. Foto diambil pada saat pencahayaan bagus, yaitu siang hari yang cerah dengan posisi pengambilan gambar membelakangi matahari untuk meniadakan bayangan yang akan mengganggu (noise).

2. Foto diambil langsung setelah kegiatan peledakan berlangsung agar gambar sesuai kondisi aslinya.

3. Diambil sebanyak 5 foto per kegiatan peledakan (dengan sudut pengambilan gambar yang dianggap mewakili), selama 6 kali peledakan.

4. Objek pembanding yang digunakan berupa helm safety, dengan diameter 22 cm.

5. Kamera yang digunakan adalah kamera handphone dengan resolusi 13 Mega Pixels (13 MP)

Dari pengamatan, dengan menggunakan analisis software Split Desktop 2.0 didapatkan hasil berupa rata-rata fragmentasi yang dihasilkan dan distribusi ukuran, sebagai berikut (untuk perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 3):

61

Tabel 4. 6 Distribusi Fragmentasi Batuan Software Split Desktop

No. Tanggal Kegiatan Peledakan

Presentase Ukuran Boulder (%)

1 21 Desember 2020 31%

2 22 Desember 2020 34%

3 29 Desember 2020 24%

4 30 Desember 2020 45%

5 5 Januari 2021 48%

6 7 Januari 2021 35%

Rata-Rata 36%

Gambar 4. 4 Kurva Hasil Pengolahan Software Split Desktop pada kegiatan peledakan tanggal 21 Desember 2020

Berdasarkan hasil analisis split desktop pada tabel 4.6, rata-rata presentase fragmentasi batuan yang berukuran β‰₯50 cm dari hasil kegiatan peledakan pada tanggal 21 Desember 2020 sampai dengan 7 Januari 2021 di Bench 8 Blok Tarisi yaitu sebesar 36% maka operasi peledakan dinyatakan belum berhasil dengan baik. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan ulang terhadap kegiatan peledakan yang akan dilakukan sehingga diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.

62 4.8 Penerapan Rancangan Usulan Geometri Peledakan R.L. Ash dan C.J.

Konya di Lapangan

Dilakukannya penerapan geometri rancangan usulan menurut teori R.L.

Ash dan C.J. Konya di lapangan bertujuan untuk melihat perbandingan fragmentasi batuan yang dihasilkan dari kedua rancangan geometri peledakan tersebut terhadap geometri aktual. Pada penelitian ini, rancangan usulan geometri hanya terfokus pada parameter burden dan spasi. Untuk parameter lainnya seperti kedalaman lubang ledak, stemming, powder column, dan subdrilling adalah sama nilainya seperti perencanaan perusahaan yaitu masing-masing sebesar 12 meter, 2,5 meter, 9,5 meter dan 0.5 meter.

4.9.1 Penerapan Rancangan Usulan Geometri Peledakan R.L.Ash a. Gambaran Dari Penerapan Rancangan Usulan Geometri

Peledakan R.L.Ash

Rancangan usulan geometri peledakan berdasarkan teori R.L.Ash dilakukan uji coba atau penerapan di lapangan dimana dilakukan percobaan sebanyak satu kali pada tanggal 9 Januari 2021 dengan jumlah lubang ledak yaitu sebanyak 15 lubang.

Adapun perhitungan geometri lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:

63

Sesuai dengan kondisi lapangan, yaitu orientasi antar rekahan mendekati 60Β°, maka digunakan nilai konstanta spasi sebesar 1,15.

𝑆 = 1,15 Γ— 𝐡 𝑆= 1,15 Γ— 2.39 𝑆= 2,75 π‘š

Adapun gambaran dari penerapan rancangan usulan geometri peledakan R.L.Ash di lapangan bisa dilihat pada Tabel.

4.8 berikut ini.

64

Tabel 4. 7 Penerapan Rancangan Geometri Peledakan Usulan Teori R.L. Ash

No. Parameter Satuan Nilai

1 Geometri

a. Burden (B) m 2.4

b. Spacing (S) m 2.8

c. Stemming (T) m 2.5

d. Subdrilling (J) m 0.5

e. Kedalaman Lubang Ledak (L) m 12

f. Tinggi Jenjang (H) m 11.5

g. Kolom Isian Handak (PC) m 9.5

h. Diameter Bor (De) inch 3

i. Jumlah lubang Ledak (n) lubang 15

2 Total Bahan Peledak kg 529

3 Volume Peledakan mΒ³ 1134

4 Powder Factor (PF) kg/mΒ³ 0.47

5 Fragmentasi Rata-rata cm 26,12

6 Fragmentasi β‰₯ 50 cm % 15%

Sementara itu, lokasi uji coba rancangan usulan geometri peledakan R.L. Ash di lapangan bisa dilihat pada Gambar 4.4 Berikut:

Gambar 4. 5 Lokasi Penerapan Rancangan Usulan Geometri Peledakan dengan Teori R.L. Ash

Setelah dilakukan uji coba di lapangan terhadap rancangan geometri peledakan usulan dengan teori R.L. Ash maka fragmentasi hasil peledakan yang dihasilkan lebih baik dan fragmentasi batuan yang berukuran β‰₯50 cm berkurang. Adapun

65 gambaran fragmentasi hasil peledakan bisa dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4. 6 Fragmentasi Hasil Peledakan Teori R.L. Ash

Tabel 4. 8 Hasil Distribusi Fragmentasi Menurut Persamaan Kuz-Ram

Fragmentasi (cm)

Presentase Tertahan (%)

10 86%

12.5 80%

25 52%

50 15%

75 3%

100 0%

b. Hasil Fragmentasi Aktual Geometri R.L.Ash

Adapun hasil akhir dari penerapan rancangan usulan geometri peledakan R.L.Ash di lapangan setelah diolah pada software split desktop bisa dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini.

66

Tabel 4. 9 Hasil Fragmentasi Geometri Usulan R.L. Ash

Fragmentasi (cm)

Presentase Tertahan (%)

10 87%

12.5 82%

25 52%

50 14%

75 1%

100 0%

Gambar 4. 7 Kurva Hasil Pengolahan Data Fragmentasi R.L.Ash dengan Split Desktop

Berdasarkan tabel 4.9, terlihat bahwa prsentase fragmentasi batuan hasil peledakan ukuran β‰₯50 cm yang dihasilkan jauh lebih baik dari presentase fragmentasi aktual yang selama ini didapatkan oleh perusahaan, dimana terjadi pengurangan fragmentasi ukuran boulder.

4.9.2 Penerapan Rancangan Usulan Geometri Peledakan C.J.Konya a. Gambaran dari penerapan rancangan usulan geometri peledakan

C.J.Konya

Rancangan usulan geometri peledakan berdasarkan teori C.J.Konya dilakukan uji coba atau penerapan di lapangan

67 dimana dilakukan percobaan sebanyak satu kali pada tanggal 10 Januari 2021 dengan jumlah lubang ledak sebanyak 15 lubang.

Adapun perhitungan geometri lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:

De

SG handak SG Batuan

= 3 inch

= 0,85 gr/cc

= 2,4 gr/cc

- Burden (B)

𝐡 = 3,15 Γ— 𝐷𝑒× βˆšπ‘†πΊπ‘’ π‘†πΊπ‘Ÿ

3

𝐡= 3,15 Γ— 3 Γ— √0,85 2,4

3

𝐡= 6,69 𝑓𝑒𝑒𝑑 𝐡= 2,04 π‘š

- Spacing (S)

Berdasarkan nilai burden 2,04 m maka didapatkan nilai stifness ratio yaitu sebesar 5,6 dan karena kegiatan peledakan yang dilakukan menggunakan sistem tunda maka nilai digunakan nilai konstanta spasi sebesar 1,4.

𝑆 = 1,41 Γ— 𝐡 𝑆= 1,41 Γ— 2,04 𝑆= 2,85 π‘š

Adapaun gambaran dari penerapan rancangan usulan geometri peledakan tersebut bisa dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini:

68

Tabel 4. 10 Penerapan Rancangan Geometri Peledakan Teori C.J. Konya

No. Parameter Satuan Nilai

1 Geometri

a. Burden (B) m 2

b. Spacing (S) m 2.9

c. Stemming (T) m 2.5

d. Subdrilling (J) m 0.5

e. Kedalaman Lubang Ledak (L) m 12

f. Tinggi Jenjang (H) m 11.5

g. Kolom Isian Handak (PC) m 9.5

h. Diameter Bor (De) inch 3

i. Jumlah lubang Ledak (n) lubang 15

2 Total Bahan Peledak kg 529

3 Volume Peledakan mΒ³ 1003

4 Powder Factor (PF) kg/mΒ³ 0.53

5 Fragmentasi Rata-rata Cm 23.68

6 Fragmentasi β‰₯ 50 cm % 7%

Sementara itu, lokasi uji coba rancangan usulan geometri peledakan C.J. Konya di lapangan bisa dilihat pada Gambar 4.7 berikut ini.

Gambar 4. 8 Lokasi Penerapan Rancangan Usulan Teori C.J.Konya

Adapun gambaran dari fragmentasi hasil peledakan yang dihasilkan yaitu bisa dilihat pada Gambar 4.8, dimana fragmentasi hasil peledakan yang dihasilkan sudah cukup baik dari fragmentasi berukuran boulder sedikit berkurang.

69

Gambar 4. 9 Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan Dari Penerapan Teori C.J.Konya Tabel 4. 11 Hasil Distribusi Fragmentasi Menurut Persamaan Kuz-Ram

Fragmentasi (cm)

Presentase Tertahan (%)

10 86%

12.5 80%

25 47%

50 7%

75 0%

100 0%

b. Hasil Fragmentasi Aktual Geometri C.J.Konya

Adapun hasil akhir dari penerapan rancangan uusulan geometri peledakan C.J. Konya di lapangan setelah diolah pada software split desktop bisa dilihat pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.9 berikut ini.

Tabel 4. 12 Hasil Penerapan Rancangan Geometri Peledakan C.J.Konya

Fragmentasi (cm)

Presentase Tertahan (%)

10 79%

12.5 73%

25 49%

50 8%

75 0%

100 0%

70

Gambar 4. 10 Kurva Hasil Pengolahan Data Fragmentasi Teori C.J.Konya dengan Split Desktop

4.9 Analisis Digging Time

Digging time merupakan salah satu faktor penting dalam melihat hasil dari kegiatan peledakan. Hasil dari perubahan geometri peledakan akan mempengaruhi kemampuan penggalian dari alat gali-muat, hal ini dikarenakan fragmentasi yang dihasilkan pada kegiatan peledakan berubah, jika material hasil peledakan masih banyak menghasilkan boulder tentunya hal ini akan memperlambat waktu penggalian dari excavator sehingga akan berdampak pada produktivitas alah gali-muat tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, alat gali-muat yang digunakan untuk memindahkan material hasil peledakan adalan Excavator Kobelco SK330 dengan metode penggalian yang digunakan adalah menggunkaan top loading. Berikut adalah data digging time dari hasil material setiap kegiatan peldakan:

Tabel 4. 13 Digging Time

Tanggal Peledakan Geometri Banyak Boulder

Digging Time

21 Desember 2020 3 x 3 31% 7.60

22 Desember 2020 3 x 3 34% 7.41

29 Desember 2020 3 x 3 24% 6.76

30 Desember 2020 3 x 3 45% 7.98

5 Januari 2021 3 x 3 48% 8.13

7 Januari 2021 3 x 3 35% 7.82

R.L. Ash 2.4 x 2.8 14% 5.95

C.J. Konya 2 x 2.9 8% 5.02

71 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa peruahan pattern geometri tentunya berkaitan dengan banyaknya boulder yang dihasilkan. Dengan adanya perapatan pattern, boulder yang diasilkan semakin kecil sehingga wakti gali dari alat muat tersebut juga menurun. Sedangkan jika pelebaran pattern dilakukan, maka boulder yang dihasilkan akan lebih banyak sehingga waktu yang digunakan alat gali-muat untuk mengambil material hasil peledakan juga semakin lama.

Gambar 4. 11 Grafik korelasi banyak boulder terhadap digging time

Berdasarkan grafik diatas, dihasilkan trend line yang meningkat, dimana peningkatan boulder berbanding lurus dengan peningkatan waktu digging dari alat gali-muat dan sebaliknya.

4.10 Analisis Hasil Geometri Peledakan

Geometri peledakan sangat berpengaruh terhadap fragmentasi hasil kegiatan peledakan. Ukuran burden dan spasi yang berbeda secara aktual dengan rencana tentunya akan berpengaruh terhadap hasil fragmentasi.

Perbedaan ukuran spasi dan burden antara aktual dan rencana sering terjadi pada saat proses peledakan. Ukuran burden dan spasi pada saat ini yaitu 3 m

y = 6.9617x + 5.0335

Hubungan Banyak Boulder terhadap Digging Time

72 dan 3 m dilokasi penelitian belum dikatakan baik karena fragmentasi yang dihasilkan dari kegiatan peledakan masih lebih dari 15%.

Perubahan ukuran burden dan spasi akan mempengaruhi ukuran fragmentasi hasil peledakan. Apabila ukuran burden diperbesar maka gelombang tekan akan menempuh jarak yang lebih jauh dan waktu yang lebih lama untuk mencapai bidang bebas (free face). Setelah mencapai free face, gelombang tersebut dipantulkan sebagai gelombang tarik kemudian gelombang tarik ini akan berasosiasi dengan gelombang tekan berikutnya dalam waktu yang lama sehingga rekahan radial yang dihasilkan terlalu kecil.

Hal ini akan menyebabkan gas-gas bertekanan tinggi hasil peledakan sulit untuk membongkar rekahan radial tersebut ke arah bidang bebas sehingga fragmentasi yang dihasilkan berukuran besar. Sebaliknya, apabila jarak burden diperkecil maka gelombang tekan akan mnempuh jarak yang lebih dekat dan waktu yang lebih cepat untuk mencapai free face sehingga ukuran fragmentasi yang dihasilkan relatif kecil. Dengan demikian, penerapan ukuran burden dan spasi saat ini dilokasi penelitian belum dikatakan baik karena perambatan gelombang detonasi yang dihasilkan dari lubang ledak sampai ke free face menjadi lama dan membuat asosiasi antar gelombang menjadi tidak maksimal. Ukuran burden dan spasi di lokasi penelitian sebaiknya diperkecil sehingga fragmentasi yang dihasilkan berukuran lebih kecil tetapi akan meningkatkan penggunaan bahan peledak per lubang.

Keberadaan air pada lubang ledak tentunya juga akan mempengaruhi ukuran fragmentasi hasil peledakan. Apabila terdapat air pada lubang ledak, energi gelombang kejut yang dihasilkan dari bahan peledak dapat terbiaskan sehingga energi yang dihasilkan dalam bahan peledak untuk memberai material batuan berkurang atau tidak maksimal. Oleh karena itu ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan menjadi besar. Untuk itu perlu diperhatikan pada saat persiapan lubang ledak.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan maka didapatkanlah beberapa rekomendasi geometri peledakan berdasarkan teori R.L. Ash dan C.J. Konya yang dapat memperbaiki hasil fragmentasi peledakan seperti pada 4.14 berikut ini.

73

Tabel 4. 14 Analisis Geometri Peledakan

No. Parameter Satuan Geometri

Aktual

5 Fragmentasi Rata-rata (Split Desktop) cm 34.97 27.12 24.86 6 Fragmentasi boulder (Split Desktop) % 31% 14% 8%

Pada tabel diatas, dasar pemilihan geometri aktual untuk menjadi perbandingan adalah didasarkan pada asumsi perhitungan Kuz-Ram yaitu perbandingan komposisi AN dan FO masing-masing sebesar 94,5% dan 5,5% atau memiliki zero oxygen balance sehingga dipilih geometri pada kegiatan peledakan tanggal 21 Desember 2020 sebagai acuan karena pada kegiatan peledakan ini, komposisi pencampuran AN dan FO hampir mendekati ZOB.

Dari tabel 4.15 dapat dilihat geometri peledakan aktual dengan geometri burden 3 meter dan spasi 3 meter menghasilkan rata-rata fragmentasi batuan sebesar 34,97 cm dengan presentase fragmentasi batuan yang berukuran β‰₯50 cm sebesar 31%. Pada geometri R.L.Ash dengan burden 2,4 m dan spasi 2,8 m dapat menghasilkan fragmentasi rata-rata sebesar 27,12 cm dengan presentase fragmentasi batuan yang berukuran

β‰₯50 cm sebesar 14%, jika dibandingkan dengan geometri aktual, geometri usulan dengan mengunakan teori R.L.Ash mengalami penurunan sebanyak 17% . Dan pada geometri C.J. Konya dengan burden 2 m dan spasi 2,9 m dapat menghasilkan fragmentasi rata-rata sebesar 24.86 cm dengan

74 presentase fragmentasi batuan yang berukuran β‰₯ 50 cm sebesar 8%, jika dibandingkan dengan geometri aktual, geometri usulan dengan mengunakan teori C.J. Konya dapat menurunkan presentase fragmentasi batuan yang berukuran sebesar 23%.

Gambar 4. 12 Distribusi Fragmentasi

Perbedaan distribusi fragmentasi dari ketiga geometri ini tidak terlalu jauh, namun perbedaan atau selisih ketiganya sangat mempengaruhi

Perbedaan distribusi fragmentasi dari ketiga geometri ini tidak terlalu jauh, namun perbedaan atau selisih ketiganya sangat mempengaruhi