• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian

Dalam dokumen PROSIDING 2nd ACISE 2015 (Halaman 164-169)

STUDY IN CENTRAL JAVA PROVINCE) Ary Budi Mulyono

3. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Data SNI yang digunakan adalah data SNI per 30 Juni 2015.

2. Data produksi komoditas perikanan yang digunakan bersumber dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

3. Sektor perikanan yang dianalisa komoditas unggulannya adalah perikanan tangkap dan perikanan bududaya.

4. Komoditas unggulan untuk pada sektor perikanan dibatasi 5 komoditas unggulan 5. SNI yang diidentifikasi adalah SNI produk bukan SNI metode

6. Data yang digunakan dalam melakukan analisa Location Quotient (LQ) adalah data produksi

produk perikanan pada tahun 2010, 2011, dan 2012. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka

Metode Identifikasi Komoditas Unggulan Sektor Perikanan Propinsi Jawa Tengah

Metode identifikasi komoditas unggulan sektor perikanan propinsi Jawa Tengah yaitu dengan analisa Location Quotient (LQ). Analisa ini digunakan untuk melihat potensi keunggulan komoditas

tersebut di wilayah tersebut. Komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 maka akan ditetapkan sebagai komoditas unggulan sektor perikanan propinsi Jawa Tengah.

Metode Identifikasi Ketersediaan SNI untuk Komoditas Unggulan Sektor Perikanan Propinsi Jawa Tengah

Identifikasi ketersediaan SNI dilakukan dengan menggunakan kata kunci dari komoditas unggulan tersebut. Hasil identifikasi SNI komoditas unggulan sektor perikanan di Jawa Tengah dapat dilihat pada Bab Hasil dan Pembahasan.

Metode Analisa Data

Metode analisa data yang dilakukan adalah analisa data deskriptif 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Komoditas Unggulan Perikanan Propinsi Jawa Tengah berdasarkan analisa Location Quotient (LQ)

Analisa penentuan komoditas unggulan sektor perikanan propinsi Jawa Tengah dilakukan melalui tahapan pada Bab Metodologi, dan kemudian dilakukan penelusuran SNI untuk komoditas unggulan tersebut. Pengolahan data produk unggulan sektor perikanan propinsi Jawa Tengah sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

157 Tabel 1. Pengolahan data untuk menentukan komoditas unggulan sektor perikanan di Jawa Tengah

berdasarkan analisa Location Quotient (LQ)

Data, Terolah, Agustus 2015. Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat sejumlah komoditas perikanan yang dihasilkan oleh propinsi Jawa Tengah. Dari komoditas perikanan tersebut dilakukan prioritas komoditas yang memiliki nilai rata-rata LQ terbesar sehingga didapatkan 5 komoditas unggulan yang memiliki nilai LQ > 1 yaitu : Ikan bandeng (Nilai LQ =4.63), Ikan nila (Nilai LQ =2.43), kepiting (Nilai LQ =1.83), ikan gurame (Nilai LQ =4.66), ikan lele (Nilai LQ =5.29). Kelima komoditas unggulan tersebut memiliki LQ > 1 artinya komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif dan spesialisasi di lingkup nasional. Dari data juga memperlihatkan bahwa komoditas ikan nila menunjukkan konsistensi kenaikan nilai LQ dari tahun 2010-2012 yang menunjukkan rata-rata tingkat spesialisasi yang semakin meningkat. Sedangkn komoditas lainnya dari sektor perikanan di Propinsi Jawa Tengah menunjukkan rata-rata nilai LQ < 1, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai komoditi unggulan. Hal ini karena produksi komoditas tersebut di Propinsi Jawa Tengah belum dapat memenuhi kebutuhan Jawa Tengah dan harus mendapat pasokan dari luar propinsi Jawa Tengah. Dari data komoditas unggulan sektor perikanan di propinsi Jawa Tengah yang telah teridentifikasi tersebut, maka dapat dilakukan peningkatan mutu dan daya saing komoditas melalui pengembangan dan penerapan standardisasi.

Dari hasil identifikasi komoditas unggulan sektor perikanan, dilakukan penelusuran Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagaimana dapat lihat pada Tabel 2 dibawah ini

Tabel 2. Standar Nasional Indonesia yang tersedia untuk komoditas unggulan sektor perikanan Propinsi Jawa Tengah

No Produk Nomor SNI Judul SNI

1. Ikan

Bandeng SNI 01-6148-1999 (parent stock) Induk bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas induk pokok SNI 01-6149-1999 Benih ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih

sebar SNI 7316.1:2009 Bandeng cabut duri beku - Bagian 1: Spesifikasi

SNI 7316.2:2009 Bandeng cabut duri beku - Bagian 2: Persyaratan bahan baku

SNI 7316.3:2009 Bandeng cabut duri beku - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI 4106.1:2009 Bandeng presto - Bagian 1: Spesifikasi

SNI 4106.2:2009 Bandeng presto - Bagian 2: Persyaratan bahan baku SNI 4106.3:2009 Bandeng presto - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan SNI 6148.1:2013 Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) - Bagian 1: Induk SNI 6148.2:2013 Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) - Bagian 2: Benih

158

No Produk Nomor SNI Judul SNI

SNI 6148.3:2013 Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) - Bagian 3: Produksi benih

2 Ikan Nila SNI 01-7143.1-2005 Ikan nila (Oreochromis sp) utuh beku - Bagian 1: Spesifikasi SNI 01-7143.2-2005 Ikan nila (Oreochromis sp) utuh beku - Bagian 2:

Persyaratan bahan baku

SNI 01-7143.3-2005 Ikan nila (Oreochromis sp) utuh beku - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI 6138:2009 Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

SNI 6140:2009 Benih ikan nila hitam (Oreochrpmis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI 7143:2013 Ikan nila utuh beku (Oreochromis sp.)

3. Kepiting SNI 7560.1:2010 Kepiting (Scylla serrata) kulit lunak beku - Bagian 1: Spesifikasi

SNI 7560.2:2010 Kepiting (Scylla serrata) kulit lunak beku - Bagian 2: Persyaratan bahan baku

SNI 7560.3:2010 Kepiting (Scylla serrata) kulit lunak beku - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI 3231.1:2010 Daging kepiting rebus beku dalam kemasan - Bagian 1: Spesifikasi

SNI 3231.2:2010 Daging kepiting rebus beku dalam kemasan - Bagian 2: Persyaratan bahan baku

SNI 3231.3:2010 Daging kepiting rebus beku dalam kemasan - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI 4108.1:2011 Kepiting (Scylla serrata) hidup untuk konsumsi - Bagian 1: Spesifikasi

SNI 4108.2:2011 Kepiting (Scylla serrata) hidup untuk konsumsi - Bagian 2: Persyaratan bahan baku

SNI 4108.3:2011 Kepiting (Scylla serrata) hidup untuk konsumsi - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

4. Ikan

Gurami SNI 01-6485.1-2000 pokok (parent stock) Induk ikan gurami (Osphronemus goramy, Lac.) kelas induk SNI 01-6485.2-2000 Benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih

sebar

5. Ikan Lele SNI 01-6484.1-2000 Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) kelas induk pokok (parent stock) SNI 01-6484.2-2000 Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) kelas

benih sebar SNI 7315.1:2009 Lele beku - Bagian 1: Spesifikasi

SNI 7315.2:2009 Lele beku - Bagian 2: Persyaratan bahan baku SNI 7315.3:2009 Lele beku - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan SNI ASTM D 566:2011 Metoda uji standar untuk titik leleh gemuk lumas SNI 6484.1:2014 Ikan lele dumbo (Clarias sp) - Bagian 1: Induk SNI 6484.2:2014 Ikan lele dumbo (Clarias sp) - Bagian 2: Benih

SNI 6484.3:2014 Ikan lele dumbo (Clarias sp) - Bagian 3: Produksi induk SNI 6484.4:2014 Ikan lele dumbo (Clarias sp) - Bagian 4: Produksi benih SNI 6484.5:2011 Ikan lele dumbo (Clarias spp.) - Bagian 5: Produksi

pembesaran di kolam 6 Produk

olahan Ikan secara umum

SNI 2715:2013 Tepung ikan - Bahan baku pakan

SNI 7266: 2014 Bakso ikan SNI 01-4271-1996 Kecap ikan

159

No Produk Nomor SNI Judul SNI

SNI 01-7266.2-2006 Bakso ikan beku - Bagian 2: Persyaratan bahan baku SNI 01-7266.3-2006 Bakso ikan beku - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan SNI 2713.1:2009 Kerupuk ikan - Bagian 1: Spesifikasi

SNI 2713.2:2009 Kerupuk ikan - Bagian 2: Persyaratan bahan baku SNI 2713.3:2009 Kerupuk ikan - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan SNI 7756:2013 Siomay ikan

SNI 7757:2013 Otak-otak ikan SNI 7758:2013 Naget ikan SNI 7759:2013 Kaki naga ikan SNI 7760:2013 Ikan renyah SNI 7762:2013 Amplang ikan

SNI 7661.1:2013 Pempek ikan rebus beku - Bagian 1: Spesifikasi

SNI 7661.2:2013 Pempek ikan rebus beku - Bagian 2: Persyaratan bahan baku SNI 7661.3:2013 Pempek ikan rebus beku - Bagian 3: Penanganan dan

Pengolahan

SNI 7690.1:2013 Abon ikan - Bagian 1: Spesifikasi

SNI 7690.2:2013 Abon ikan - Bagian 2: Persyaratan bahan baku SNI 7690.3:2013 Abon ikan - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan SNI 7755:2013 Sosis ikan

SNI 2696:2013 Fillet ikan beku

SNI 2712:2013 Ikan dalam kemasan kaleng hasil sterilisasi SNI 2725:2013 Ikan asap dengan pengasapan panas SNI 2729:2013 Ikan segar

SNI 4110:2014 Ikan beku

Data, Terolah Agustus 2015. Sumber : Badan Standardisasi Nasional, 2015

Penerapan SNI sendiri didasarkan pada kebutuhan industri nasional dan pengembangannya harus dapat sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Adapun manfaat bagi para pelaku usaha/industri (BSN, 2009):

1. Standar merupakan landasan bagi pertumbuhan

2. Standar memberikan akses ke pasar yang lebih baik dan memfasilitasi perdagangan

3. Memberikan keuntungan bagi industri yang menerapkannya dengan meningkatkan level mutu, keamanan, kehandalan dan efisiensi produksi

4. Meningkatkan daya saing dengan membantu industri untuk menguasai pengetahuan, teknologi, pengertian bersama dan mengurangi risiko

5. Standar dapat membentuk cara kerja di berbagai sektor dan menciptakan sinergi yang mempercepat laju pemasaran bagi produk, proses dan jasa

6. Standar yang memspesifikasi karakteristik kinerja standar akan dapat memicu inovasi dan merupakan pendukung mulai dari konsep perencanaan hingga pasar

Untuk penerapan standar komoditas perikanan dilakukan oleh industri pengolahan ikan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3di bawah ini :

Tabel 3. Unit industri pengolahan ikan yang terdapat di propinsi Jawa Tengah

No Nama Alamat Produk Pasar

1. PT. Aorta Semarang Udang Beku Jepang

2. PT. Aquafarm

Nusantara Semarang beku Fillet, kulit ikan, ikan USA, Jerman, Belanda, Perancis

3. PT. Blue Sea Industry Pekalongan Surimi Beku Taiwan, Korea

4. PT. Cassanatama

Naturindo

Semarang Kerupuk Udang Belanda, Inggris, Belgia 5. PT. Indosigma Surya

C Semarang Kerupuk Udang Belanda

6. PT.Jui Fa International

160

No Nama Alamat Produk Pasar

7. PT. Kusuma Sui San

Jaya Cilacap Ubur-ubur kering China , Malaysia, Taiwan

8. PT. Maya Food

Industri Pekalongan Ikan Kaleng, Sardine Ghana, Kamboja, Singapura, Malaysia, Hongkong, Kinshasa, Chile, Haiti, Togo, Jepang, Nigeria

9. PT. Misaja Mitra Pati Udang Beku Taiwan, Korea

10. PT. Nam Kyung Korea

Indonesia Pekalongan Surimi Beku Taiwan, Korea

11. PT. Philips Seafood

Indonesia Pemalang Rajungan kaleng Australia, Dubai, Inggris, Malaysia, Thailand, India, kanada

12. PT. Seafer General Foods

Kendal Udang Beku, Paha Katak Beku, Lele, Beku, Bandeng

Beku, Fillet Nila

Belanda, Inggris, Belgia

13. PT. Sinar Bahari

Agung Kendal Surimi Beku Taiwan Singapura, Malaysia,

14. PT. Telaga Godeli Semarang Ikan Segar Singapura

15. PT. Tongatiur Putra Rembang Rajungan Kaleng, Ikan Kering, Crab Cake, Daging

Kerang, Himega, Kepiting

Beku, Teri Nasi, Udang Beku, Fillet Tilapia, Cumicumi,

Ikan Selar Kuning

USA, Singapura, Jepang, Korea, Rusia, Inggris, Autralia, China, Taiwan, Thailand

16. PT. Toxindo Prima Cilacap Udang Beku, Bawal

Beku,

Lobster Beku, Layur Beku

Jepang

17. PT. Wako Semarang Teri Nasi Jepang

18. PT. Windika Utama Semarang Rajungan kaleng, Crab Cake

USA, Singapura, Jepang, Rusia, Inggris, Australia, Korea, China, Taiwan, Thailand

Sumber : Djamal, dkk. 2012.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012, sebagian besar industri pengolahan ikan tersebut telah menerapkan standar HACCP. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan

atas identifikasi titik-titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan

makanan yang aman bagi konsumen. Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen (http://itp.fateta.ipb.ac.id/fthn3/cbt/haccp-apa.php). Selain pengembangan industri, telah ditetapkan sebanyak 5 daerah Kabupaten/Kota sebagai penerima program pengembangan sentra pengolahan hasil perikanan (PHP) sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 4. Program pengembangan sentra pengolahan hasil perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jawa Tengah sampai tahun 2012

No. Kab/Kota Jenis Olahan Tahun

1. Kota Tegal Fillet ikan laut 2006, 2007

161

No. Kab/Kota Jenis Olahan Tahun

3. Kab. Jepara Panggang ikan laut 2008

4. Kab. Pati Fillet ikan laut 2010, 2011

5. Kab. Demak Panggang Ikan laut dan lele 2010, 2011 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jateng, 2012

Dari data pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kelima komoditas unggulan sektor perikanan di Propinsi Jawa Tengah telah memiliki SNI. Untuk ikan bandeng, pada tahun 2010 propinsi Jateng mencapai 57.201 ton yang didominasi produksi di kabupaten Pati (Pusat data Statistik dan Informasi KKP. 2013). Berdasarkan data industri pengolahan ikan di Jawa Tengah (Tabel 2), produk olahan ikan bandeng adalah bandeng beku dan sudah memiliki 3 SNI yaitu SNI 7316.1:2009; SNI 7316.2:2009 dan SNI 7316.3:2009. Untuk ikan nila, produksi tahun 2010 di propinsi Jawa Tengah mencapai 11.295 ton yang didominasi produksi di kabupaten Klaten (Pusat data Statistik dan Informasi KKP, 2013). Berdasarkan data industri pengolahan ikan di Jawa Tengah, produk olahan ikan nila adalah dalam bentuk fillet ikan. SNI untuk produk fillet ikan sendiri telah tersedia yaitu SNI 2696: 2013 Fillet ikan beku. Untuk produk kepiting, produksi tahun 2010 di propinsi Jawa Tengah mencapai 737 ton yang didominasi produksi di kabupaten Purbalingga (Pusat data Statistik dan Informasi KKP, 2013) .Berdasarkan data Statistik Ekspor Hasil Perikanan 2010-2012, komoditas kepiting yang diperdagangkan di pasar ekspor adalah kepiting segar, kepiting beku, dan kepiting dalam kemasan tidak kedap udara.. Hasil penelusuran SNI menunjukkan SNI telah tersedia untuk semua produk olahan tersebut. Sedangkan berdasarkan data industri pengolahan ikan (tabel 3), komoditas kepiting yang diproduksi adalah kepiting kaleng, crab cake,dan kepiting beku. Produk olahan kepiting lainnya yaitu crab cake masih belum mempunyai SNI. Tanpa adanya

standardisasi produk crab cake yang akan diekspor atau diperjualkan pada pasar domesik tidak dapat

terjamin mutunya dan memiliki daya saing. Dari hasil penelusuran standar internasional yang ada, belum terdapat standar ISO untuk produk olahan kepiting, sedangkan standar CAC untuk produk olahan kepiting adalah CODEX STAN 90-1981 Standard for Canned Crab Meat. Terkait dengan produk khusus crab cake, belum tersedia standar internasionalnya sehingga perlu dilakukan perumusan SNI baru. Untuk

ikan lele, produksi tahun 2010 di propinsi Jawa Tengah mencapai 35.394 ton yang didominasi produksi di kabupaten Demak (Pusat data Statistik dan Informasi KKP, 2013). Berdasarkan tabel 3 dan 4, komoditas olahan ikan lele difokuskan pada produk lele beku dan ikan lele panggang. Untuk produk lele beku telah tersedia SNI 7315.1:2009, SNI 7315.2:2009, SNI 7315.3:2009. Untuk ikan gurame, produksi tahun 2010 di propinsi Jawa Tengah mencapai 7.397 ton yang didominasi produksi di kabupaten Purbalingga (Pusat data Statistik dan Informasi KKP, 2013) . SNI ikan gurame telah tersedia sejumlah 2 SNI untuk induk dan benih gurami yaitu SNI 01-6485.1-2000 dan SNI SNI 01-6485.2-2000. Dengan telah tersedianya SNI untuk komoditas perikanan tersebut diharapkan dapat menjamin mutu dan daya saing komoditas perikanan di Jawa Tengah khususnya dan pasar ekspor di luar negeri pada umumnya.

Untuk pemenuhan spesifikasi produk yang diminta oleh pasar luar negeri, hanya produk olahan kepiting yang standar mutu permintaan pasar luar negeri telah menjadi persyaratan mutu dalam SNI yaitu batas kandungan Timbal (Pb), Cadmium (Cd) dan Merkuri (Hg). Namun demikian, persyaratan kandungan Timbal (Pb) dalam SNI masih belum sesuai dengan standar mutu produk yang diminta pasar luar negeri. Sehingga perlu dilakukan pengembangan SNI melalui revisi SNI dengan mempertimbangkan batas cemaran Timbal (Pb) yang dipersyaratkan. Untuk komoditas bandeng, nila, dan lele belum diatur terkait batasan residu antibiotik CHP. Sehingga perlu juga dilakukan revisi SNI dengan mempertimbangkan batas residu antibiotik CHP pada produk ikan tersebut.

Tabel 5. Spesifikasi produk yang diminta pasar luar negeri

No. Produk Spesifikasi Produk Standar Mutu Pemenuhan dalam

SNI

Dalam dokumen PROSIDING 2nd ACISE 2015 (Halaman 164-169)