BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
6.4 Model Scoring Board Kebun.
Model scoring board kebun merupakan model untuk pengukuran kinerja kebun berdasarkan IKK yang dianalisis dari kriteria terpilih. Jika kriteria memiliki IKK lebih dari satu maka akan dilakukan pembobotan menggunakan metode fuzzy-pairwaise comparison (Gambar 44). IKK untuk penilaian kebun adalah realisasi bahan tanaman, realisasi pemupukan, biaya panen, biaya pemeliharaan, biaya pemupukan, capaian hasil panen, realisasi pemeliharaan tanaman, realisasi tanaman sisipan, persentase capaian produksi dibanding potensi, jumlah SDM yang mengikuti pelatihan dan karyawan yang berkompetensi.
Gambar 44 Pembobotan IKK berdasarkan kriteria kebun
Skor setiap IKK dihitung berdasarkan target dan skor yang telah ditentukan berdasarkan benchmarking dengan perkebunan swasta sejenis dan wawancara pakar. IKK kebun dinilai dengan menggunakan scoring (Lampiran 8), agar tidak terjadi bias dalam penghitungan nilai.
Kinerja bahan tanaman tinggi karena pembanding terhadap realisasi adalah angka RKAP. Angka RKAP tersebut masih dibawah angka produktivitas TBS bibit unggul sebesar 28 ton TBS/ha/tahun. Hal ini karena pengaruh pertumbuhan dan perkembangan tanaman sepanjang hidupnyan tidak hanya dipengaruhi oleh innate (genetik tanaman), tetapi juga oleh induce (faktor lingkungan yang dapat dipengaruhi oleh manusia) dan enforce (faktor lingkungan yang tidak dapat dipengaruhi oleh manusia).
Kinerja pemeliharan tanaman tinggi karena realisasi pemeliharaan tanaman dan realisasi tanaman sisipan dapat diselesaikan seluruhnya dalam tahun yang sama.
Kinerja pengelolaan tinggi karena biaya panen, biaya pemeliharaan dan biaya pemupukan sesuai dengan anggaran. Hanya saja kecenderungan biaya produksi terus meningkat dari tahun ke tahun, karena harga bahan, alat, BBM cenderung meningkat dan produktivitas pemanen tidak tercapai. Melalui efesiensi dan efektifitas pemakaian alat dan meningkatkan pengawasan serta pembinaan kepada pemanen, biaya produksi dapat dikendalikan.
sesuai dengan anggaran. Filosofi panen adalah mengambil buah dari pokok dengan tingkat kematangan sesuai standar dan selanjutnya mengantarnya ke pabrik dengan cara dan waktu yang tepat (pusingan potong buah dan transpor) serta tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Sehingga dengan cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi) dan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (ALB).
Kinerja pemupukan tinggi karena realisasi pemupukan sesuai dengan anggaran. Manajemen pemupukan yang baik akan memberikan kontribusi yang luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan karena pemupukan dapat meningkat kesuburan tanah akan meningkat yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Kesalahan pemupukan dapat mengurangi produksi sebesar 5-10 persen, pemberian yang tidak merata dapat mengurangi produksi sebesar 3-5 persen, waktu yang tidak tepat dapat mengurangi produksi sebesar 10-20 persen dan aplikasi yang tidak seimbang dapat mengurangi produksi sebesar 20-50 persen
Produksi dinyatakan mempunyai kinerja tinggi jika persentase capaian produksi dibanding potensi sesuai dengan anggaran. Data dari satu blok per afdeling dapat digunakan untuk melakukan estimasi terhadap bulan produksi puncak yang berdampak terhadap penyediaan tenaga, alat dan sarana panen, sampai rencana pengolahan di pabrik
Pengembangan karyawan dinyatakan mempunyai kinerja tinggi jika jumlah SDM yang mengikuti pelatihan dan karyawan yang berkompetensi sesuai dengan anggaran. Sistem manajemen kinerja dan SDM berbasis kompetensi akan dihasilkan kinerja yang efektif (performance effective). Sistem Manajemen kinerja merupakan sistem manajemen yang mengatur mekanisme pengembangan prestasi kerja karyawan melalui penetapan prestasi yang harus dicapai, pembimbingan dan konseling yang diperlukan, evaluasi hasil serta rencana pengembangan karyawan SDM berbasis kompetensi dapat mengukur kompetensi lunak (soft competency) dan kompetensi keras (hard competency). Hard
dan diukur. Soft competency adalah kompetensi yang tidak mudah dilihat seperti motivasi, sifat (traits), konsep pribadi dan nilai yang diyakini seseorang. Pengembangan karyawan juga tidak terlepas dari keharusan karyawan mengerti akan budaya perkebunan yang akan mewujudkan perilaku karyawan sesuai perilaku organisasi. Artinya budaya perkebunan akan diekspresikan dalam norma (peraturan perilaku yang kuat mempngaruhi bagaimana orang berperilaku), nilai perusahaan (keyakinan tentang hal-hal terbaik yang diekspresikan dengan rujukan pada misi, sasaran dan strategi), iklim perusahan (suasana kerja), gaya manajemen (perilaku manajer dan kewenangannya), struktur dan sistem (keluwesan, dan penerapan pendekatan biraokratis dalam administrasi). Budaya akan menjadi lem perekat bagi kegiatan di kebun menjadi satu kesatuan bisnis yang eksis, produktif dan profitable. Etika perkebunan meliputi etika dalam tugas, etika dalam kehidupan sehari-hari dan etika dalam rangka pengembangan diri.
Pengukuran dengan rentang standar skor yang digunakan adalah standar skor 1 (nilai 0), standar skor 2 (nilai 6), standar skor 3 (nilai 7), standar skor 4 (nilai 7,5), standar skor 5 (nilai 8), standar skor 6 (nilai 8,5) dan standar skor 7 (nilai 9). Penentuan nilai rentang menggunakan batas bawah dan batas atas seperti tertera pada Gambar 45.
menggunakan scoring board kebun seperti pada Gambar 46.
Gambar 46 Contoh bentuk scoring board kebun
Berdasarkan perhitungan nilai skor masing-masing IKK kebun diperoleh hasil pengukuran IKK kebun seperti pada Tabel 18.
Tabel 18 Pengukuran IKK kebun
IKK Tinggi Sedang Rendah
Bahan Tanaman yang
digunakan
Ajamu, Bah birong Ulu,
Berangir, Marjandi,
Meranti Paham, Pulu
Raja, Sawit Langkat, Sosa,
Batang Hari, Bunut,
Rimdu, Rimsa, Tanjung Lebar
Realisasi Pemupukan Ajamu, Bah Birong Ulu,
Marjandi, Meranti Paham, Pulu Raja, Batang Hari,
Bunut, Rimdu, Rimsa,
Tanjung Lebar
Berangir Sawit Langkat, Sosa
Biaya Panen Ajamu, Meranti
Paham, Pulu Raja,
Sawit Langkat,
Sosa, Bunut,
Rimdu, Tanjung
Lebar
Bah Birong Ulu,
Berangir, Marjandi,
Batang Hari, Rimsa
Biaya Pemeliharaan Meranti Paham, Sawit
Langkat, Batang Hari,
Bunut, Rimdu, Rimsa,
Tanjung Lebar
Pulu nRaja, Sosa Ajamu, Bah Birong
Ulu, Berangir, Marjandi
Biaya Pemupukan Meranti Paham, Pulu
Raja, Sawit Langkat,
Bunut
Sosa, Batang Hari, Rimdu
Ajamu, Bah Birong
Ulu, Berangir,
Marjandi, Rimsa,
Marjandi, Sawit Langkat Batang Hari, Bunut, Rimdu, Rimsa, Tanjung Lebar
Realisasi Tanaman Sisipan Bah Birong Ulu, Berangir,
Marjandi, Sawit Langkat
Meranti Paham Ajamu, Pulu Raja, Sosa,
Batang Hari, Bunut, Rimdu, Rimsa, Tanjung Lebar
Capaian Produksi Ajamu, Bah Birong Ulu,
Berangir, Pulu Raja, Sawit
Lngkat, Sosa, Batang
Hari, Bunut, Rimdu,
Rimsa, Tanjung Lebar
Marjandi, Meranti Paham
Jumlah SDM yang
Mengikuti Pelatihan
Ajamu, Bah birong Ulu,
Berangir, Marjandi,
Meranti Paham, Pulu Raja, Sawit Langkat,
Sosa, Batang Hari,
Bunut, Rimdu, Rimsa, Tanjung Lebar
Karyawan yang
Berkompetensi
Ajamu, Marjandi,
Berangir, Meranti Paham, Pulu Raja, Sosa
Bah Birong Ulu, Sawit Langkat
Marjandi, Batang Hari, Bunut, Rimdu, Rimsa, Tanjung Lebar
Berdasarkan Tabel diatas, pengukuran IKK masing-masing kebun dirangkum menjadi pengukuran IKK kebun dengan hasil pengukuran bahan tanaman tinggi, pemupukan tinggi, pengelolaan biaya sedang, pemeliharaan tanaman tinggi, produksi tinggi dan pengembangan karyawan rendah.
Resume hasil perhitungan IKK dan program peningkatan kinerja kebun dapat dilihat pada Gambar 47.
Gambar 47 Resume IKK dan program peningkatan kinerja kebun
Pada Gambar diatas terlihat bahwa nilai kinerja kebun adalah sedang dengan uraian skor tinggi untuk bahan tanaman, pemupukan, panen, pemeliharaan
untuk pengembangan karyawan. Program peningkatan kinerja yang disarankan adalah manajemen SDM berbasis kompetensi. Seperti diketahui bahwa untuk menjadi perusahan yang excellence maka SDM haruslah mampu berinovasi, beradaptasi, dan mengubah diri sehingga setiap karyawan mampu menampilkan kepemimpinan, membuat keputusan dan menangkap peluang. Disamping itu membangun dan melaksanakan sistem manajemen kinerja (performance management system/PMS) dan SDM berbasis kompetensi. Alasannya : dengan sistem manajemen kinerja dan SDM berbasis kompetensi akan dihasilkan kinerja yang efektif (performance effective).