• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang bangun model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit perkebunan BUMN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang bangun model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit perkebunan BUMN"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN MODEL PENINGKATAN KINERJA

AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT PERKEBUNAN BUMN

AIDA FARIDA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:

Rancang Bangun Model Peningkatan Kinerja Agroindustri Kelapa Sawit Perkebunan BUMN

adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan tinggi lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2012

(4)
(5)

ABSTRACT

AIDA FARIDA. Model Design for Improving Performance of State Owned Oil Palm Agroindustry. Under supervision of Irawadi Jamaran, A. Aziz Darwis, Khaswar Syamsu, and Yandra Arkeman

Financial and non financial factors are important indicators to evaluate performance of the corporation. The main objective of this study was to design a model for improving performance of estate and plant of state owned oil palm agroindustry. This model were integrated in model based management system (MBMS) and the data were integrated in data based management system (DBMS). The MBMS and the DBMS were integrated with dialog management system and then all the components were integrated and implemented into a computer software named Pin-KK. Implementation of Pin-KK produces conception model of key performance indicator model, scoring board model, improving performance combination model dan simulation model.

Research methodology applied several system techniques such as SWOT analysis (strengths, weaknesses, opportunities and threats), balance scorecard and fuzzy pairwase comparison. The selected criteria for estate is plant, fertilizing, cost management, harvest, plant maintenance, production and employee development, while selected criteria for factory is production, factory cost management, losses, factory utilization, CPO quality, employees development, and environmental friendly process. The result of the low estate performance is employees development, while the low factory performances are production and environmental friendly production process

(6)
(7)

AIDA FARIDA. Rancang Bangun Model Peningkatan Kinerja Agroindustri Kelapa Sawit Perkebunan BUMN. Dibimbing Oleh Irawadi Jamaran, A. Aziz Darwis, Khaswar Syamsu, dan Yandra Arkeman

Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan kegiatan operasional periode yang lalu dan dijadikan acuan dalam pengendalian dan evaluasi sekaligus menjadi sebuah sistem yang optimal.

Perkebunan BUMN seperti umumnya sebuah organisasi tidak lepas dari permasalahan manajemen seperti perubahan produk, teknologi produksi, organisasi, struktur pasar dan lain-lain yang akan mempengaruhi kebijakan manajemen. Oleh sebab itu PBUMN memerlukan pengukuran kinerja yang dapat dijadikan acuan dalam melakukian evaluasi sekaligus menjadi sebuah sistem yang optimal.

Rancang bangun model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN dibuat dalam bentuk software dengan nama Pin-KK memuat informasi yang lengkap dalam menentukan IKK kebun, IKK pabrik, scoring board kebun, scoring board pabrik, kombinasi peningkatan kinerja kebun, kombinasi peningkatan kinerja pabrik, simulasi kebun dan simulasi pabrik. Software ini mudah untuk dioperasikan sehingga mampu mendukung manajemen dalam proses mengukur kinerja dan meningkatkan kinerja kebun dan pabrik secara komprehensif dan sistematik.

Model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN mempunyai konfigurasi yang terdiri dari tiga komponen yaitu sistem manajemen basis data yang terdiri dari data awal kebun dan pabrik (jumlah pakar, level 1-tujuan, level-2 perspektif, level-3 kriteria), data pakar kebun dan pabrik input isian kuesioner menurut pakar dan informasi nilai dan informasi nilai linguistic label), data resume AHP kebun dan pabrik, data IKK kebun dan pabrik serta data skor kebun dan pabrik; sistem manajemem basis model terdiri dari model penentuan indikator kinerja kunci (IKK) kebun, model penentuan indikator kinerja kunci (IKK) pabrik, model scoring board kebun, model scoring board pabrik, model kombinasi peningkatan kinerja kebun, model kombinasi peningkatan kinerja pabrik, model simulasi kebun dan model simulasi pabrik.

(8)

memasukan nilai persentase yang akan digunakan untuk mengubah data detail IKK pada alternatif yang kinerjanya rendah.

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu tahap pertama adalah kajian pendahuluan untuk menentukan strategi perusahaan dengan analisis SWOT dan sasaran kinerja perusahaan dengan menggunakan balance scorecard sebagai alat manajemen strategis yang dapat menjawab permasalahan yang terjadi. Tahap kedua adalah model penentuan indikator kinerja kunci (IKK) kebun dan model penentuan indikator kinerja kunci (IKK) pabrik, tahap ketiga adalah model scoring board kebun dan model scoring board pabrik, tahap keempat adalah model kombinasi peningkatan kinerja kebun dan model peningkatan kinerja pabrik, serta tahap kelima adalah model simulasi kebun dan model simulasi pabrik.

Model penentuan indikator kinerja kunci (IKK) kebun dan pabrik dibuat menggunakan metode Fuzzy-Pairwise Comparison. Hasil perhitungan Fuzzy-Pairwise Comparison untuk tujuan, bobot tertinggi yaitu peningkatan produktivitas (72,31 %), efisiensi biaya kebun (19,21%) dan terjaganya kelestarian lingkungan (8,48%). Penilaian kepentingan berdasarkan perspektif, nilai tertinggi adalah perspektif proses bisnis internal (34,91%) menyusul perspektif keuangan (26,29%), pertumbuhan dan pembelajaran (14,45%), kepuasan karyawan (11,09%), lingkungan/komunitas (8,59%) dan pelanggan (4,67%). Untuk penilaian kriteria pengukuran kinerja berdasarkan perspektif dan tujuan, yang mempunyai bobot tertinggi adalah bahan tanaman (12,51%) menyusul pemupukan (11,31%), pengelolaan biaya (8,77%), panen (8,65%), pemeliharaan tanaman (8,39%), produksi (7,74%), pengembangan karyawan (7,07%), transportasi dan infrastuktur (6,59%), penyusunan anggaran (5,91%), fleksibilitas karyawan dalam pekerjaan (4,51%), mutu TBS (4,23%), tingkat kepuasan karyawan (3,75%), tingkat keluhan masyarakat (3,71%), keterlibatan masyarakat sekitar (3,59%), dan teknologi informasi (3,27%).

(9)

biaya pabrik (11,84%), losis (10,39%), utilisasi pabrik (9,04%) dan mutu CPO (8,32%), pengembangan karyawan (7,35%), proses produksi ramah lingkungan (6,97%). Hasil perhitungan kinerja untuk kebun adalah 7,14 (sedang) dengan uraian skor tinggi untuk bahan tanaman, pemupukan, panen, pemeliharaan tanaman dan produksi; skor sedang untuk pengelolaan biaya; dan skor rendah untuk pengembangtan karyawan; d) Hasil perhitungan kinerja untuk pabrik adalah 5,86 (rendah) dengan uraian skor tinggi untuk pengelolaan biaya, kehilangan, utilisasi dan mutu CPO; skor sedang untuk pengembangan karyawan; dan skor rendah untuk bahan baku TBS dan proses produksi ramah lingkungan; e) Pengukuran kinerja kebun dan pabrik merupakan pengukuran yang mempunyai keterkaitan antara keenam perspektif dalam BSC. Untuk kinerja kebun pengukuran yang mempunyai nilai rendah adalah pengembangan karyawan dan pengukuran kinerja pabrik yang rendah adalah bahan baku TBS dan proses produksi ramah lingkungan. Nilai kinerja yang rendah di kebun akan ditingkatkan melalui program manajemen SDM berbasis proses, melaksanakan sistem manajemen kinerja (performance management system/PMS) dan SDM berbasis kompetensi. Nilai kinerja yang rendah di pabrik akan ditingkatkan melalui program peningkatan pengawasan terhadap mutu pembelian TBS dan meningkatkan penerapan standar sistem kualitas.

Model scoring board digunakan untuk mengukur kinerja kebun dan pabrik, berdasarkan indikator kinerja kunci/IKK dari kriteria terpilih, hasil yang diperoleh untuk kinerja kebun yang rendah adalah pengembangan karyawan sedangkan kinerja pabrik yang rendah adalah produksi dan proses produksi ramah lingkungan. Hasil penilaian kinerja rendah di kebun dan pabrik akan ditingkatkan melalui program kebijakan yang menggunakan teknik kombinasi dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja kebun dan pabrik.

Model kombinasi peningkatan kinerja kebun dan pabrik kelapa sawit dari masing-masing kriteria yang mempunyai kinerja rendah dibuat suatu program kebijakan untuk meningkatkan kinerja kebun dan pabrik dengan suatu aturan kombinasi berdasarkan kriteria pengukuran kinerja kebun dan pabrik

(10)
(11)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012

Hak cipta dilindungi

(12)
(13)

AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT PERKEBUNAN BUMN

AIDA FARIDA

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Penguji pada Ujian Tertutup

Prof. Dr. Ani Suryani

Prof. Dr. Anas M. Fauzi, M.Sc

(15)

Judul Disertasi : Rancang Bangun Model Peningkatan Kinerja Agroindustri Kelapa Sawit Perkebunan BUMN

Nama : Aida Farida

NIM : F 326010151

Program Studi : Teknologi Industri Pertanian

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Irawadi Jamaran Ketua

Prof. Dr. Ir. A Aziz Darwis, MSc Prof. Dr.Ir. Khaswar Syamsu, MSc

Anggota Anggota

Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir.Mahfud, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

(16)
(17)

Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 8 April 1965, merupakan anak ke dua dari lima bersaudara dari ayah HA Hasibuan, SH dan ibu Hj Purnama Sari Siregar. Penulis menikah dengan Drs M Amin Sembiring, MM dan telah dikaruniai seorang anak Andhika Taufan Prananta Pelawy yang berusia 11 tahun.

(18)
(19)

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat karunia Nya, disertasi dengan judul Rancang Bangun Model Peningkatan Kinerja Agroindustri Kelapa Sawit Perkebunan BUMN dapat diselesaikan oleh penulis.

Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang setulusnya kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. Irawadi Jamaran sebagai ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan curahan waktu, bimbingan, arahan dan nasihat serta dorongan moral kepada penulis dari awal sampai selesainya disertasi ini. Penghargan dan ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A Aziz Darwis, Bapak Prof. Dr Ir. Khaswar Syamsu, MSc., dan Bapak Dr. Ir. Yandra Arkeman, M Eng. selaku anggota Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Ani Suryani dan Prof. Dr. Anas M. Fauzi, M.Sc selaku Penguji pada Ujian Tertutup serta Dr. Ir. Zulkarnain Poeloengan dan Dr. Ir. Bambang Dradjat, MEc selaku Penguji pada Ujian Terbuka yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dahlan Harahap selaku Direktur Utama PTPN IV atas dorongan moril dan materiil serta Direksi PTPN IV atas ijin dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program Doktor di IPB dan Direksi PTPN III, Direksi PTPN VI, Kantor Kementerian BUMN, Manajer Kantor Perwakilan Jakarta, nara sumber yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala waktu, ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama melakukan pengumpulan data di lapangan serta teman-teman yang selalu berkumpul di surau Halulas Bapak Soufjan, Bapak Widadi, Bapak Bintoro, Bapak Basith, Bapak Farhat, Ibu Nora, Bapak Alex dan Bapak Acep.

(20)

ananda Ditho yang senantiasa ada di sepanjang situasi baik suka maupun duka, penulis mengucapkan terima kasih atas kesabaran, pengertian, pengorbanan dan doanya selama ini.

Semoga Disertasi ini bermanfaat bagi semua.

(21)

Analisis SWOT : Analisa yang digunakan untuk menentukan strategi perusahaan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang menjadi kekuatan (strength), peluang (opportunities), kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Analytical

Hierarchy Process (AHP)

: Merupakan alat analisis untuk membantu pengambilan keputusan agar memahami kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan dan dapat menyederhanakan persoalan yang kompleks, tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki.

Asam Lemak Bebas (ALB)

: Menunjukkan kualitas minyak yang dihasilkan dari buah matang panen.

Balance Scorecard (BSC)

: Istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton untuk menyatakan bagaimana seseorang perlu mengukur kinerja dengan cara yang lebih holistik dari beberapa perspektif yang berbeda.

Merupakan kerangka konseptual untuk menerjemahkan tujuan-tujuan strategis organisasi yang dilihat dari enam persektif, yaitu keuangan, pelanggan, lingkungan/komunitas, proses bisnis internal, kepuasan karyawan dan pertumbuhan dan pembelajaran dengan harapan BSC dapat memperbaiki proses, meningkatkan motivasi dan mendidik karyawan serta meningkatkan sistem informasi.

Benchmarking

Berondolan

:

:

Mencari perilaku berkelas dunia terbaik, membandingkan, memperkenalkannya dan memodifikasi bila perlu serta menerapkannya ke perusahaan

Buah kelapa sawit yang memberondol (terlepas) dari tandan buah. menjadi minyak kelapa sawit mentah.

Concistency Ratio (CR)

(22)

objek-Harga CR menurut Saaty (1993) tergantung dari matriks yang dibentuk, nilai CR adalah 0,05 untuk matriks 3 x 3 dan 0,08 untuk matriks 4 x 4 serta 0,1 untuk yang berukuran diatas 4 x 4. Dari perhitungan ini

apabila didapatkan nilai ≤ 10 % maka penilaian

dianggap tidak konsisten.

Expert (ahli) : Seseorang yang mempunyai telaah yang mendalam terhadap suatu permasalahan dan mampu memanfaatkan pengalaman profesionalnya.

Fuzzy Logic : Suatu metode untuk memetakan suatu permasalahan yang kebenarannya masih samar sehingga sering disebut kebenaran fuzzy.

Kelebihan logika fuzzy adalah: mudah dimengerti, konsep matematis yang mendasarinya sangat sederhana dan mudah dimengerti, sangat fleksibel, memiliki toleransi terhadap data yang tidak tepat, mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinear yang sangat kompleks, dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan, dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara profesional dan didasarkan pada bahasa alami.

Indikator Hasil

Menggambarkan bagaimana keberhasilan secara perspektif.

Menjelaskan apa yang harus dilakukan.

Menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja secara dramatis. Merupakan ukuran hasil akhir atau ukuran pengendali hasil akhir. yang diperoleh dari hasil eksploitasi dari sasaran kinerja yang telah dipertimbangkan paling kritis didalam usaha pencapaian tujuan.

Indonesia

Sustainable Palm Oil (ISPO)

(23)

Kinerja : Merupakan jawaban dari capaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi perusahaan yang ada pada rencana strategi.

Terdapat tiga ukuran kinerja, yaitu kinerja hasil utama, indikator kinerja dan indikator kinerja kunci.

Tujuan : Menggambarkan suatu kondisi tertentu yang direncanakan perusahaan yang dapat dicapai dalam kurun waktu satu sampai tiga tahun. Pencapaian tujuan membantu perusahaan dalam mencapai misi dan menggerakkannya pada visi yang ditetapkan. Tujuan organisasi harus ditulis dengan menyatakan manfaat yang harus dipenuhi dalam hal biaya, waktu dan kualitas tertentu.

Metode Fuzzy AHP

: Metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria.

Misi : Merupakan suatu pernyataan bisnis perusahaan, tidak menyatakan suatu hasil, tidak ada batas waktu dan pengukuran tetapi memberikan arahan untuk pembuatan suatu keputusan tentang alokasi sumber daya dan penetapan tujuan.

Model : Suatu representasi atau abstraksi dari suatu sistem atau dunia nyata.

Pendekatan Sistem : Merupakan pendekatan dengan beberapa tahapan proes yaitu : analisis, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi, dan operasi sistem.

Pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yaitu metodologi untuk perencanaan dan pengelolaan, suatu tim yang multidispliner, pengorganisasian, 4) disiplin untuk bidang non kuantitatif, teknik model matematik, teknik simulasi, teknik optimasi dan aplikasi komputer. Pengukuran

(Measurements)

(24)

penggantian tanaman tua/tidak produktif dengan tanaman baru secara keseluruhan atau bertahap dengan menggunakan teknologi.

Perluasan : Upaya pengembangan areal tanaman perkebunan pada wilayah baru atau pengutuhan areal di sekitar perkebunan yang sudah ada dengan menggunakan teknologi.

Revitalisasi Perkebunan

: Upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai mitra dalam pengembangan perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil

Roundtable

sustainable palm oil (RSPO)

: Ketentuan standar produksi minyak sawit berkelanjutan yang mengacu pada prinsip dan kriteria RSPO.

Sasaran (Objectives)

: Merupakan suatu pernyataan spesifik yang mendiskripsikan tentang apa yang ingin dicapai perusahaan dalam kurun waktu satu tahun. Sasaran dinyatakan secara operasional, jelas dan terperinci mengenai segala yang ditargetkan untuk bisa dicapai dalam kurun waktu satu tahun . Perumusan sasaran bersifat SMART (Specific/spesifik, Measureable/dapat diukur, Achieveable/dapat dicapai, Result oriented/berorientasi hasil, Time-bound/memiliki batas waktu pencapaian).

Sekumpulan metode, prosedur, teknik atau objek yang terorganisir dalam suatu wadah, yang berkaitan satu dengan lainnya dan bersifat kompleks, membentuk satu kesatuan secara menyeluruh untuk mencapai tujuan. Merupakan penduga numerik yang terstruktur dan dinamik serta mempunyai kemampuan untuk mengembangkan system intelijen dalam lingkungan yang tidak pasti dan tidak tepat

Sistem Manajemen Basis Data

(25)

model; merancang format keluaran model; untuk merubah model dan untuk memanipulasi model.

Sistem Manajemen Dialog

: Merupakan komponen sistem manajemen ahli yang dirancang untuk mempermudah interaksi antara model (program komputer) dengan pengguna.

Sistem Pakar : Merupakan sistem informasi basis data yang menggunakan basis pengetahuan untuk bereaksi seperti halnya seorang konsultan pakar kepada pengguna. Sistem pakar menyediakan jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang memiliki permasalahan spesifik dengan memperkirakan pengetahuan seseorang yang sudah ahli dalam bidang yang bersangkutan ke dalam suatu basis pengetahuan.

Strategi : Penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan dan arah tindakan serta alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu. Strategi Bisnis : Berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan

untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam setiap bisnis utamanya.

Strategi Perusahaan

: Berkaitan dengan keputusan-keputusan ke mana bisnis seharusnya masuk dan keluar dan bagaimana perusahaan seharusnya mengalokasokan sumber daya di antara bisnis-bisnis berbeda yang dimasukinya. Piranti Lunak

(Software)

: Kumpulan program, prosedur dan kemungkinan dokumen tertentu yang berkaitan dengan operasi pengolahan data.

: Tanaman yang dipelihara sejak lebih dari 36 bulan yang telah berbunga dan berbuah. dari tandan sebanyak 2 buah.

(26)

kurun waktu satu sampai tiga tahun. Pencapaian tujuan membantu perusahaan dalam mencapai misi dan menggerakkannya pada visi yang ditetapkan. Tujuan organisasi harus ditulis dengan menyatakan manfaat yang harus dipenuhi dalam hal biaya, waktu dan kualitas tertentu.

(27)

Halaman

1.3 Ruang Lingkup Penelitian……….. 6

1.4 Deskripsi Kebaruan (Novelty)……… 7 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Produksi Kelapa Sawit……….. 2.2 Kondisi Kelapa Sawit PBUMN……...

9 12 2.3 Pengukuran dan Peningkatan Kinerja……… 16

2.4 Pendekatan Sistem………. 26

2.5 Model dan Permodelan Sistem……….. 27 2.6 Verifikasi dan Validasi Model………... 30 2.7 Balance Scorecard (BSC)………. 31 2.8 Sistem Penunjang Keputusan ………... 42

2.9 Analisis SWOT……….

2.10 Fuzzy-Analytical Hierarchy Process

(Fuzzy –AHP)………...

44 47 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran……… 53

3.2 Jenis Data dan Sumber Data……… 55 3.3 Metode Analisis Data……….. 56 3.4 Rancang Bangun Model……….. 58 4 ANALISIS SISTEM

4.1 Analisis Situasional……… 63

4.2 Analisis Kebutuhan……… 66

4.3 Formulasi Masalah……… 67

4.4 Identifikasi Sistem……….. 70

5 RANCANG BANGUN MODEL

5.1 Konfigurasi Model……… 71

5.2 Kerangka Model……… 72

5.3 Verifikasi dan Validasi Model……….. 80 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Kondisi PBUMN………. 81

6.2 Model Penentuan Indikator Kinerja Kunci (IKK)

(28)

Pabrik……… 100 6.4 Model Scoring Board Kebun……… 107 6.5 Model Scoring Board Pabrik……… 113 6.6 Model Kombinasi Peningkatan

Kinerja Kebun………... 120

6.7 Model Kombinasi Peningkatan

Kinerja Pabrik……… 120

6.8 Model Simulasi Kebun………... 120 6.9 Model Simulasi Pabrik………... 122 6.10 Rancangan Implementasi Model……… 123 7 SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan……… 125

7.2 Saran……….. 126

DAFTAR PUSAKA………... 129

(29)

Halaman

1 Luas areal kelapa sawit Indonesia tahun 2003-2009…... 13 2 Produksi CPO Indonesia tahun 2005 – 2009………... 14 3 Produksi CPO PBUMN tahun 2009-2010……….. 14 4 Parameter mutu CPO... 22 5 Nilai faktor strategik……….

6 Penilaian kriteria dengan label fuzzy...

46 57 7 Produksi minyak nabati dunia tahun 2003-2008…………. 59 8 Analisis kebutuhan pelaku peningkatan

kinerja kelapa sawit PBUMN……….. 67 9 Tingkat kesehatan PBUMN tahun 2009……….. 82 10 Luas areal PBUMN berdasarkan kepemilikan

tahun 2009……….. 82

11 Luas areal tanaman, produksi dan produktivitas CPO pada kebun Rimdu Berdasarkan

komposisi umur tanaman tahun 2007-2009……….. 12 Analisis SWOT kelapa sawit PBUMN………

84 90

13 Sasaran strategi PBUMN……… 91

14 Sasaran strategi kebun kelapa sawit PBUMN... 92 15 Normalisasi kriteria yang mempengaruhi

kinerja kebun…... 97 16 Sasaran strategi pabrik kelapa sawit PBUMN... 100 17 Normalisasi kriteria yang mempengaruhi

kinerja pabrik……… 105

18 Pengukuran IKK kebun……….

19 Pengukuran IKK pabrik……….

(30)
(31)

Halaman

1 Pohon industri kelapa sawit (Mangoensoekarjo dan Dereinda

Dereinda, 1991)……….

2 Proses Pengolahan CPO (Departemen Perindustrian, 2007)… 3 Total pendapatan dan laba PBUMN tahun 2004-2009

(Kementerian BUMN, 2009)………..

10 12

15 4 Return On Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE)

PBUMN tahun 2004 – 2009 (Kementerian BUMN, 2009)…... 15

5 Biaya produksi PBUMN……… 25

6 Komponen perspektif balanced scorecard

(Kaplan dan Norton, 1996)……….. 32 7 Model balance scorecard (Nils-Gőran Olve, et al, 1999)….. 32

8 Enam perspektif balance scorecard (Parmenter, 2007)……. 35 9 Struktur sistem penunjang Keputusan(Eriyatno, 2003) …… 43 10 Alternatif strategi dari matriks SWOT

(Wheelen dan Hungren, 2001)……….. 13 Membership function fuzzy untuk nilai kriteria linguistik dan alternatif...………

49 51

14 Kerangka Pemikiran ………. 53

15 Tahapan penelitian rancang bangun model

peningkatan kinerja kebun dan pabrik..……….. 60 16 Diagram alir deskriptif tahapan penelitian

rancang bangun model peningkatan kinerja

kebun dan pabrik………... 61 17 Luas areal kelapa sawit PBUMN dibandingkan

perkebunan kelapa sawit lainnya (Kementerian

BUMN, 2010; Oil World dan Annual Report, 2009)…………. 63 18 Produksi TBS dan CPO PBUMN dibandingkan

perkebunan kelapa sawit lainnya (Kementerian

BUMN, 2010; Oil World dan Annual Report, 2009)………… 64 19 Produktivitas CPO PBUMN dibanding Malaysia,

(32)

20 Rendemen CPO PBUMN dibanding Serawak Oil, Lonsum, Golden Agri, Astra Agro, Indofood Agro dan Sime Darby, tahun 2008 (Kementerian BUMN,

2010 dan Annual Report, 2009)………... 64 21 Total pendapatan dan laba PBUMN tahun 2008 dibanding

Wilmar Int, Sime Darby, IOI Corp, Golden Agri, KL Kepong, Smart, Indofood Agro dan Astra Agro,

tahun 2008 (Kementerian BUMN, 2009)………... 65 22 Return on assets (ROA) dan return on equity

(ROE) PBUMN tahun 2008 dibanding perkebunan

kelapa sawit lainnya (Kementerian BUMN, 2009)………. 65 23 Diagram input output model peningkatan kinerja

agroindustri kelapa sawit PBUMN... 70 24 Konfigurasi rancang bangun model peningkatan

kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN………. 72 25 Diagram alir deskriptif model penentuan

indikator kinerja kunci (IKK) kebun dan pabrik……… 76 26 Diagram alir deskriptif model scoring board

kebun dan pabrik………. 78

27 Diagram alir deskriptif model kombinasi peningkatan

kinerja kebun dan pabrik……… 79 28 Produksi TBS PBUMN tahun 2006 –010………...

29 Produksi dan produktivitas TBS PBUMN tahun 009 30 Produktivitas PBUMN dan perkebunan besar swasta

tahun 2006 – 008……….. 31 Produksi CPO PBUMN tahun 2006 –010……….. 32 Produksi dan rendemen CPO PBUMN tahun 2009………….. 33 Rendemen minyak sawit PBUMN dan perkebunan

besar swasta tahun 2006 –2008………

34 Analisis SWOT PBUMN ……….

35 Peta strategi PBUMN………..

36 Peta strategi kebun kelapa sawit PBUMN……….. 37 Resume pembobotan untuk alternatif kriteria kebun

berdasarkan tujuan, perspektif BSC dan kriteria……… 38 Hasil perhitungan pembobotan tujuan terhadap

perspektif dan rasio konsistensi kebun kelapa sawit…………. 39 Hasil perhitungan pembobotan perspektif

(33)

kelapa sawit………

40 Peta strategi pabrik kelapa sawit PBUMN……… 41 Resume pembobotan untuk alternatif kriteria

pabrik berdasarkan tujuan, perspektif BSC dan kriteria………

42 Hasil perhitungan pembobotan tujuan terhadap

perspektif dan rasio konsistensi pabrik kelapa sawit………….. 43 Hasil perhitungan pembobotan perspektif

terhadap kriteria dan rasio konsistensi pabrik

kelapa sawit………..

44 Pembobotan IKK berdasarkan kriteria kebun………...

45 Contoh rentang scoring dari masing-masing

IKK kebun………..

46 Contoh bentuk scoring board kebun………. 47 Resume IKK dan program peningkatan

kinerja kebun………. 48 Pembobotan IKK berdasarkan kriteria pabrik……….. 49 Contoh rentang scoring dari masing-masing

IKK pabrik……….

50 Contoh bentuk scoring board pabrik……… 51 Resume IKK dan program peningkatan kinerja pabrik ………. 52 Nilai simulasi kebun yang diharapkan……….. 53 Resume IKK dan kombinasi peningkatan kinerja kebun

setelah simulasi……….. 54 Nilai simulasi pabrik yang diharapkan……….. 55 Resume IKK dan kombinasi peningkatan

(34)
(35)

Halaman

1 Luas areal kelapa sawit Indonesia 1970 –2009……..……….. 136 2 Diskripsi potensi pertumbuhan dan produksi berbagai

bahan tanaman persilangan Dx P asal PPKS

Medan dan Socfindo……….... 137 3 Jenis dan sifat pupuk untuk tanaman kelapa sawit ……….. 138 4 Hara terangkut panen dan terangkut TBS (populasi tanaman

130 pokok/ha)……….. 139

5 Prinsip dan kriteria RSPO (Sawit Lingkers, 2008)……… 140 6 Tingkat kesehatan perkebunan BUMN (Surat Keputusan

Kementerian BUMN No. KEP/100/MBU/2002,

tanggal 4 Juni 2002 2002)………. 148 7 Produksi TBS, MS dan IS tiap tahun tanam (dalam 600 ha)……….. 149 8 Skor indikator kinerja kunci (IKK) kebun………. 150 9 Skor indikator kinerja kunci (IKK) pabrik………... 151 10 Contoh kombinasi kinerja rendah dan program

peningkatan kinerja kebun………. 152 11 Contoh kombinasi kinerja rendah dan program

(36)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era persaingan yang semakin turbulen dan kompetitif, proses bisnis perkebunan Badan Usaha Negara (PBUMN) tidak dapat dipisahkan dari lingkungan yang sifatnya eksternal dan internal. Peran kelapa sawit dan produk turunannya terhadap ekspor non migas pada tahun 2009, sangat besar yaitu 80 persen dari total ekspor dengan nilai USD 116,5 milyar. Menurut data dari Kantor Kementerian BUMN (2010), luas perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 7,5 juta hektar atau sepertiga dari total luas perkebunan di Indonesia, dengan produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) nasional sebesar 21 juta ton sehingga industri ini dapat menghidupi 20-25 juta penduduk atau setara dengan 10 persen dari total penduduk Inonesia.

CPO memberikan kontribusi sebesar 50 persen dari total produksi minyak berbasis CPO atau 15 persen dari total produksi minyak nabati (edible oil) dunia yang totalnya mencapai 155 juta ton. Pengaruh determinan kelapa sawit terhadap tanaman penghasil minyak nabati lainnya adalah karena produktivitasnya yang lebih tinggi. Jika produksi minyak rata-rata 4 ton/ha/tahun, maka produktivitas kelapa sawit setara dengan 20 hektar tanaman kedele. Disamping itu biaya produksi kelapa sawit adalah lebih kurang 50 persen dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, sehingga perkembangan kelapa sawit 20 tahun terakhir merupakan ancaman bagi daya saing minyak kedele, rapeseed dan sunflower. Hal ini menyebabkan persaingan yang yang tidak sehat dengan berbagai isu-isu yang ditujukan kepada agroindustri kelapa sawit seperti deforestasi, konservasi lingkungan dan perlindungan orang utan.

(37)

PBUMN ada pada tahap kedua yaitu externally neutral (dua tingkat di bawah perusahaan kelas dunia) (Kantor Kementerian BUMN, 2010).

PBUMN sudah mulai menyadari lingkungan bisnisnya sehingga kinerja bisnis selalu dibandingkan dengan pesaing melalui upaya benchmark, tetapi hambatan yang menjadi pembatas adalah disebabkan belum ada inisiatif inovasi dan kreatifitas untuk melakukan perubahan. Ketidakmampuan menangkap dinamika internal terutama berkaitan dengan riset dan pengembangannya sehingga menghasilkan persepsi yang berbeda. Oleh sebab itu pengembangan sumberdaya manusia merupakan salah satu alternatif program yang harus ditingkatkan (Kantor Kementerian BUMN, 2010).

Sesuai dengan misi nasional Indonesia yaitu program indonesia emas/prima/unggul, PBUMN sebagai bagian dari komponen strategis masyarakat Indonesia terpanggil untuk berprestasi dan mendukung program tersebut. Budaya unggul merupakan suatu kepedulian yang harus dilakukan oleh PBUMN dan dijadikan sebagai suatu kebutuhan sebuah perusahaan dalam rangka mewujudkan kinerja excellent. Sudah tidak zamannya lagi PBUMN berkembang diatas semangat dan budaya birokrasi yang miskin akan kreatifitas dan tidak terpacu oleh kompetisi. Strategi peningkatan daya saing bagi PBUMN untuk menuju standar kinerja perusahaan kelas dunia membutuhkan pendekatan yang sifatnya menyeluruh. Dibutuhkan harmonisasi seluruh sumberdaya untuk menghasilkan kinerja prima (excellent).

Peningkatan kinerja merupakan salah satu tujuan perusahaan sehingga tingkat pencapaian hasil kerja secara kualitas dan kuantitas harus dapat terukur. Pengukuran kinerja bukanlah tujuan akhir melainkan suatu alat agar dihasilkan manajemen yang lebih efisien sehingga akan terjadi peningkatan kinerja. Hasil pengukuran kinerja akan memberikan umpan balik bagi perusahaan untuk menilai pencapaian target perusahaan, membantu mengetahui kekuatan dan kelemahan, menentukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kinerja dan membantu membuat keputusan-keputusan strategis (Anthony, et al., 1997).

(38)

pengukuran tersebut belum cukup mewakili untuk menyimpulkan baik tidaknya kinerja suatu perusahaan, karena hanya menggambarkan pengukuran efektifitas penggunaan aktiva dan laba pada periode tertentu serta tidak menggambarkan aspek di luar keuangan seperti pelanggan, karyawan dan masyarakat. Lebih jauh Kaplan dan Norton (2004) menyatakan bahwa ukuran finansial hanya berdasarkan pada anggaran sebagai alat pengendalian sehingga mempunyai banyak keterbatasan seperti tidak adanya alat manajemen yang menggambarkan strategi perusahaan secara komprehensif dan tidak terdapat objektif-objektif stratejik serta kecenderungan pengendalian yang bersifat operasional jangka pendek. Pada tahun 2004 muncul isu tentang kinerja pembangunan kelapa sawit yang dikaitkan dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan organisasi multistakeholders kelapa sawit yang tergabung dalam rountable on sustainable palm oil (RSPO) yang memperkenalkan 8 prinsip, 39 kriteria dan paling sedikit 92 indikator untuk menilai kinerja pembangunan kelapa sawit. Sementara Kementerian Pertanian mengeluarkan Permentan No.19 tahun 2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (indonesian sustainable palm oil (ISPO) yang memuat 7 prinsip, 41 kriteria dan 126 indikator pembangunan kelapa sawit berkelanjutan. Bagi PBUMN, kinerja perusahaan diukur berdasarkan Kepmen BUMN No.100 Tahun 2002 yang menerapkan indikator kinerja dari aspek keuangan, organisasi dan administrasi. Pengukuran dengan aspek ini merupakan pengukuran yang sering digunakan oleh perusahaan pada era manajemen tradisonal, yang dianggap sudah tidak dapat memuaskan semua pihak.

(39)

Amerika Serikat yang dapat mengeksekusi strategi dengan baik dan hal ini disebabkan adanya hambatan-hambatan yang terjadi pada visi, pelaku, manajemen dan sumberdaya.

Pengukuran kinerja dengan balance scorecard (BSC) merupakan model pengukuran kinerja yang lebih holistik karena merupakan suatu sistem manajemen strategis yang dapat mengukur kinerja berwujud dan tidak berwujud. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai alat pengendali strategi perusahaan untuk menghasilkan kegiatan operasional yang lebih efisien, sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis yang semakin kompetitif dan turbulen karena dapat menerjemahkan visi dan strategi kedalam tujuan dan ukuran kinerja (Kaplan dan Norton, 2004). Prinsip dasar BSC mampu memenuhi kebutuhan organisasi akan strategi yang tepat, lengkap dan dibuat dalam bahasa yang mudah dipahami oleh semua tingkatan dalam organisasi, sehingga akan mempercepat proses sosialisasi kepada seluruh karyawan. Oleh sebab itu penerapan BSC di PBUMN, mengharuskan PBUMN memiliki keunggulan dan strategi yang tepat untuk menghadapi perubahan tersebut. Dengan BSC tujuan dan ukuran scorecard diterjemahkan kedalam sekumpulan indikator keuangan dan non keuangan yang terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.

Sesuai dengan visi PBUMN yaitu mengembangkan agroindustri berbasis kelapa sawit dalam rangka menghasilkan produk unique dan SDM yang berkompetensi maka perusahaan harus efisien dan terus meningkatkan kinerjanya agar dapat mewujudkan perusahaan perkebunan dengan tata kelola yang baik (good corporate governance) sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 tahun 2011 yang akhirnya dapat mewujudkan kinerja prima.

(40)

yang semakin meningkat, menyebabkan kelapa sawit menjadi komoditas utama dunia yang paling dibutuhkan saat ini. Hal ini karena produk yang dihasilkan tanaman kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan baku industri seperti pangan, kosmetik, farmasi dan bahan bakar (biodiesel).

Sesuai dengan Pasal 3 ayat 2, Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN disebutkan bahwa tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian aspek keuangan, operasional dan administrasi. Sehingga pengukuran kinerja PBUMN selama ini hanya dilihat dari hasil perolehan perusahan pada akhir tahun, yang merupakan akumulasi dari proses pekerjan yang dilakukan oleh kebun dan pabrik. Pengukuran kinerja kebun dan pabrik sangat diperlukan untuk mengetahui status kinerja kebun dan pabrik berdasarkan indikator kinerja yang diturunkan dari sejumlah kriteria keberhasilan agroindustri perkebunan kelapa sawit sehingga dapat dijadikan acuan dalam menyusun perbaikan kinerja perkebunan kelapa sawit PBUMN. Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengukuran kinerja kebun dan pabrik maka diperlukan sebuah model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN.

(41)

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN dengan kajian menggunakan metode BSC yang mempunyai enam perspektif. Model yang dihasilkan terdiri dari beberapa model yaitu model yang dapat menentukan kriteria yang mempengaruhi pengukuran kinerja kebun dan pabrik; model yang dapat menentukan IKK dalam pengukuran kinerja kebun dan pabrik; model yang dapat mengukur kinerja kebun dan pabrik berdasarkan nilai skor dari masing-masing IKK; model yang dapat menentukan kebijakan dalam meningkatkan kinerja kebun dan pabrik; dan model yang dapat memberikan gambaran pencapaian kinerja berdasarkan program peningkatan kerja yang diterapkan dengan parameter-parameter tertentu.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merancang suatu model berdasarkan konsep BSC agar dapat meningkatkan kinerja perkebunan kelapa sawit khususnya PBUMN. Hal ini sejalan dengan komitmen PBUMN dalam upaya perubahan (transformasi) bisnis menuju perusahaan kelas dunia. Adapun yang dimaksud kinerja perkebunan kelapa sawit dalam kajian ini adalah kinerja kebun dan kinerja pabrik yang dianalisis dengan metode BSC (terdiri dari perspektif keuangan, pelanggan, lingkungan/komunitas, proses bisnis internal, kepuasan karyawan serta pertumbuhan dan pembelajaran).

Perumusan strategi digunakan untuk mengamati faktor-faktor strategis yaitu lingkungan eksternal (kesempatan dan ancaman) dan lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan). Faktor-faktor strategis ini disingkat dengan SWOT (Strengths/kekuatan, Weaknesses/kelemahan, Opportunities/kesempatan, dan Threats/ancaman).

(42)

wawancara dengan pakar. Untuk meningkatkan kinerja kebun dan pabrik dibuat suatu program kebijakan yang dibatasi hanya untuk kinerja yang rendah serta kebijakan peningkatan kinerja tidak menilai pertambahan biaya akibat kebijakan peningkatan kinerja kebun dan pabrik.

1.4 Deskripsi Kebaruan (Novelty)

Kebaruan dalam kajian ini memberikan suatu gambaran bahwa model ini memiliki signifikansi untuk dilakukan karena terdapat kebaruan yang diberikan, yaitu memaparkan peran penting perumusan strategi dan sistem perencanaan strategik serta sistem pengimplementasian berbasis BSC untuk meningkatkan kinerja kebun dan pabrik PBUMN. Sistem perumusan strategi akan menentukan strategi perusahaan ke masa depan dalam mewujudkan visi perusahaan. Strategi akan menjadi landasan dalam penentuan sasaran strategi dan inisiatif strategi yang akan dijalani perusahaan dalam mewujudkan visinya. Sistem perencanaan strategi dilaksanakan dengan beberapa tahap yaitu 1) merumuskan sasaran strategi secara komprehensif, koheren dan berimbang, 2) menentukan IKK sebagai alat ukur yang akan berfungsi dalam pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan yang merupakan landasan kinerja unggul agroindustri kelapa sawit PBUMN dalam jangka panjang agar dapat bersaing diantara perusahaan kelas dunia, 3) menentukan target yang diharapkan dapat diwujudkan dalam mencapai sasaran strategik. Sistem pengimplementasian digunakan untuk mengukur kinerja kebun dan pabrik. Hasil pengukuran kinerja kemudian dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada pendekatan yang digunakan, objek yang diteliti dan tipe data yang dikumpulkan.

(43)
(44)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Produksi Kelapa Sawit

Produk kelapa sawit dapat dikelompokkan menjadi bahan makanan/oleofood, bahan non makanan/oleochemical dan bahan kosmetik dan farmasi. Sebagai bahan makanan, produk kelapa sawit mempunyai 2 (sua) aspek kualitas, yaitu aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran; aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. CPO mengandung kalori yang cukup tinggi dan mengandung sejumlah vitamin, antara lain pro-vitamin A (beta karotena), tokoferol sebagai sumber pro-vitamin E, dan tokotrienol. Kandungan vitamin E (tokoferol dan tokotrienol) minyak kelapa sawit dapat mencapai 1,081 ppm, dibandingkan dengan kedelai 958 ppm, bunga matahari 546 ppm, kelapa 362 ppm, zaitun (olive) 51 ppm dan minyak jagung 382 ppm. Minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan pangan diperoleh melalui proses fraksinasi, rafinasi dan hidrogenasi.

(45)

Gambar 1 Pohon industri kelapa sawit (Mangoensoekarjo dan Dereinda, 1991)

Selain untuk industri bahan makanan dan non bahan makanan, CPO mempunyai potensi yang cukup besar untuk industri komestik dan industri farmasi karena mempunyai sifat sangat mudah diabsorpsi oleh kulit, sehingga banyak

vanaspati, cocoa, butter,

substitute

Oleokimia Non-Pangan

Stearin, sabun, asam lemak,

gliserin, detergent, pelumas,

(46)

Limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah cair dan padat seperti sabut, cangkang dan tandan kosong (janjang kosong). Limbah cair dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi, melalui pembuatan biogas dengan bantuan jasad renik. Sedangkan limbah padat umumnya dipakai sebagai sumber energi untk bahan bakar pabrik. Tandan kosong dapat diproses menjadi furtural dan alkohol. Furtural yang dipisahkan dari selulosa melalui proses hidrolisis dapat dipakai sebagai pakan ternak; dan dapat diproses menjadi pulp untuk pembuatan kertas, soft board atau hard board dan kompos. Batang kelapa sawit dapat dijadikan kayu bangunan, perabot dan hard board atau particle fisikboard.

(47)

Gambar 2 Proses Pengolahan CPO (Departemen Perindustrian, 2007)

2.2 Kondisi Kelapa Sawit PBUMN

PBUMN merupakan perkebunan yang diambil alih/nasionalisasi perkebunan swasta asing milik Belanda pada tahun 1945 dengan luas areal sebesar 109.000 ha. Kemudian pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah Indonesia dibawah Lembaga Pusat Perkebunan Negara/LPPN. Pada tahun 1959, kondisi sosial, politik dan ekonomi menyebabkan pengelolaan perkebunan menjadi terganggu sehingga luas areal perkebunan kelapa sawit menurun menjadi 100.000 ha. Setelah dikeluarkannya UU Agraria dan UU Penanaman Modal Asing pada tahun 1967, luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat menjadi 211.000 ha. Sampai tahun 1976 pelaku industri kelapa sawit hanya perkebunan negara dan swasta, sementara perkebunan rakyat baru muncul setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan perkebunan inti rakyat (PIR) pada tahun 1980 (Tarigan dan Sipayung, 2011).

Proses Penjernihan Pemecahan Biji

(48)

Bentuk perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terbagi atas perkebunan rakyat (PR), perkebunan besar swasta/perkebunan swasta (PBS) dan perkebunan besar negara (PBUMN) serta perusahaan inti rakyat (PIR) yang merupakan bentuk gabungan PR dengan PBS atau PBUMN dengan tata hubungan yang khusus (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus bertambah yaitu dari 7.363.847 ha pada tahun 2008 menjadi 7.523.654 ha pada tahun 2009, dengan komposisi perkebunan rakyat seluas 3.013.973 ha (40,06 persen), PBUMN seluas 624,211 ha (8,30 persen) dan perkebunan swasta seluas 3.885.470 ha (51,64 persen) (Tabel 1).

Tabel 1 Luas areal kelapa sawit Indonesia tahun 2005–2009

Tahun

Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia

Perkebunan Rakyat Perkebunan BUMN Perkebunan Swasta

Jumlah

(Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%)

2005 2.356.895 43,22 529.854 9,72 2.567.068 47,07 5.453.817

2006 2.549.572 38,66 687.428 10,42 3.357.914 50,92 6.594.914

2007 2.752.172 40,67 606.248 8,96 3.408.416 50,37 6.766.836

2008 2.881.898 39,13 602.963 8,19 3.878.986 52,68 7.363.847

2009 3.013.973 40,06 624,211 8,30 3.885.470 51,64 7.523.654

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010

Perkembangan areal milik PBUMN dari tahun 1970 sampai 2008, jauh tertinggal dari perkebunan swasta dan rakyat (Lampiran 1). Jika dilihat pada awal pengalihan dari zaman Belanda sampai sekarang, pembangunan PBUMN hanya sekitar 20-30 persen. Jika dibandingkan dengan perkebunan swasta misalnya Astra Agro Lestari (AAL) maka terlihat perbedaan yang sangat signifikan yaitu perkembangan areal AAL adalah sebesar 7 persen per tahun sedangkan perkembangan areal PBUMN hanya sebesar 0,64 persen per tahun. Pada tahun 2009 luas areal PBUMN hanya tinggal 8 persen dari luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia. Angka tersebut sangat berbeda dengan tahun 1980 dimana areal PBUMN adalah 68 persen dari total areal perkebunan di Indonesia (Kantor Kementerian BUMN, 2010).

(49)

(produksi perkebunan rakyat sebesar 7.247.979 ton (37,16 persen), produksi PBUMN sebesar 2,826,922 ton (14,49 persen) dan produksi perkebunan swasta sebesar 9.431.089 ton (48,35 persen). Angka ini menunjukkan bahwa produksi perkebunan swasta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produksi PBUMN (Tabel 2).

Tabel 2 Produksi CPO Indonesia tahun 2005 – 2009

Tahun

Produksi CPO Indonesia

Perkebunan Rakyat Perkebunan BUMN Perkebunan Swasta

Jumlah

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010

PBUMN merupakan pionir dalam industri hulu kelapa sawit tetapi sampai saat ini hanya beberapa PTPN saja yang memiliki industri hilir. Hal ini dikarenakan sebelum tahun 1998 terdapat kebijakan pemerintah yang memberikan mandat kepada swasta untuk mengelola industri hilir, sementara PBUMN hanya mngelola sampai menghasilkan CPO.

Pada tahun 2009, total produksi CPO PBUMN adalah 2.826.922 ton dengan produksi terbesar adalah PTPN IV sebesar 635.875 ton dan terkecil adalah PTPN XIV dengan produksi sebesar 28.000 ton (Tabel 3).

PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI) 81.519 75.001

Total 2.826.922 2.988.619

(50)

Laba PBUMN dari tahun 2004 sampai 2009 cenderung meningkat, tetapi persentase kenaikan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005, persentase laba mengalami peningkatan sebesar 10,36 persen, tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 6,63 persen, tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 111,83 persen, tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 15,08 % dan tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 35,19 persen (Gambar 3).

Gambar 3 Total pendapatan dan laba PBUMN tahun 2004 – 2009 (Kementerian BUMN, 2010)

Return on asset/ROA dan return on equity/ROE pada tahun 2004 sampai 2009, mengalami fluktuasi yaitu ROA tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 7,86 persen, tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 14,75 persen, tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 73,87 persen, tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 0,57 persen dan tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 43,21 persen. Sedangkan ROE pada tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 28,46 persen, tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 19,72 persen, tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 58,98 persen, tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 4,73 persen dan tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 40,79 persen (Gambar 4).

Gambar 4 Return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) PBUMN tahun 2004 – 2009 (Kementerian BUMN, 2010)

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Laba sebelum Pajak 1.64 1.81 1.69 3.58 4.12 2.67

2004 2005 2006 2007 2008 2009

ROA 5.72 6.17 7.08 12.31 12.38 7.03

ROE 14.09 18.1 21.67 34.45 32.82 19.43

(51)

2.3 Pengukuran dan Peningkatan Kinerja

Menurut Sturman (2001) kinerja adalah suatu gambaran capaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi perusahaan yang ada pada rencana strategi. Sedangkan Jones (2004) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kinerja (wujud/tangible dan nirwujud/intangible) maka sumber daya dan kapabilitas harus digunakan secara efektif. Sedangkan pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan kegiatan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (David, 2005). Ada beberapa pengertian mengenai ukuran kinerja yaitu : 1) karakteristik output yang diidentifikasikan untuk tujuan evaluasi, 2) indikator-indikator numerik atau kuantitatif yang menunjukkan seberapa jauh masing-masing sasaran dapat dicapai, 3) tanda-tanda penting dari sebuah organisasi yang mengukur secara kuantitatif bagaimana sebuah aktifitas baik berdasarkan proses maupun output dapat mencapai suatu tujuan tertentu dan 4) deskripsi kuantitatif yang menyatakan kualitas produk maupun layanan dari sebuah proses atau sistem (Suwignjo, 1999) Menurut Robbins dan Coulter (2002) untuk mengukur kinerja organisasi dapat digunakan beberapa cara yaitu : pengendalian keuangan, pengendalian informasi dan pendekatan benchmarking. Pengendalian keuangan diperlukan oleh semua perusahaan bisnis dengan menganalisis laporan keuangan per triwulan, pengujian rasio keuangan dan analisis anggaran serta dengan alat pengendalian baru seperti nilai tambah pasar (market value added/MVA) dan nilai tambah ekonomi (economic value added/EVA). Pengendalian informasi dapat dilakukan dengan sistem informasi manajemen yang dapat memberikan informasi sesuai kebutuhan perusahaan. Benchmarking digunakan untuk membantu mengenali bidang kesenjangan dengan cara menganalisis pengelolaan perusahaan yang terbaik di kalangan pesaing atau bukan pesaing untuk menghasilkan kinerja yang unggul.

(52)

penggunaan sumber daya yang dilakukan oleh perusahaan dan dicatat oleh akuntan sebagai biaya sehingga membutuhkan banyak waktu untuk mengumpulkan data, tidak semua aktivitas di PBUMN dapat memberikan nilai tambah dengan jelas, penerapan metode sangat mahal, masalah integrasi dengan sistem informasi yang ada di perusahaan dan masalah keamanan data perusahaan. Lean dan Sig Sigma (Motorola Corporation, 1991), tidak digunakan karena harus dimulai dengan model Six Sigma yaitu mencari penyebab pemborosan dan mengatasinya dengan mengubah budaya bisnis kemudian dilanjutkan dengan Lean Sigma yaitu menggabungkan kecepatan, kualitas dan pengendalian. Untuk melakukan Lean dan Sig Sigma digunakan alat untuk menghapus beberapa aktivitas Six Sigma dengan cara menggabungkannya sehingga mengurangi waktu untuk mencapai peningkatan yang lebih cepat.

Pengukuran kinerja PBUMN pada kajian ini, adalah menggunakan beberapa IKK yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu untuk kinerja kebun, IKK yang digunakan adalah bahan tanaman, realisasi pemeliharaan tanaman, realisasi tanaman sisipan, capaian hasil panen, biaya panen, biaya pemeliharaan, biaya pemupukan, realisasi bahan tanaman, realisasi pemupukan, persentase capaian produksi dibanding potensi, jumlah sumberdaya manusia (SDM) yang mengikuti pelatihan dan karyawan yang berkompetensi. Untuk kinerja pabrik IKK yang digunakan adalah jumlah sertifikat yang berkaitan dengan lingkungan, mutu CPO yang diproduksi, jumlah SDM yang mengikuti pelatihan dan karyawan yang berkompetensi, losis/kehilangan inti sawit, losis minyak sawit, pembelian TBS, produksi kebun sendiri, biaya pemeliharaan mesin/instalasi, biaya pengolahan dan realisasi waktu pabrik beroperasi.

2.3.1 Bahan Tanaman

(53)

berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit/PPKS dan socfindo. PPKS dan Socfindo telah ditetapkan sebagai produsen benih di Indonesia (Lampiran 2).

Berdasarkan data dari PPKS Medan, varietas Marihat mempunyai potensi produksi pertahun dengan berat tandan 17 kg untuk setiap pohon, dengan potensi minyak 6,7 ton/ha/tahun dan sudah berbuah sejak umur 14 – 18 bulan serta sudah dapat dipanen setelah umur 30 bulan. Varietas unggul hasil persilangan penelitian PPKS antara lain: DxP Bah Jambi, DxP Marihat, DxP Rispa (SP 540 T), DxP La Me, DxP Yangambi, DxP Sungai Pancur 1 (Dumpy), DxP sungai Pancur 2, DxP Simalungun (SP 540 T) dan DxP Langkat (Lampiran 2). Varietas tersebut mempunyai ciri sebagai berikut: 1) Produksi CPO > 6 ton/ha/tahun; 2) Pertumbuhan meningginya lambat (yang memiliki laju pertumbuhan meninggi 45-85 cm/tahun), 3) Rentang kanopi pendek sehingga bibit dapat ditanam lebih rapat sehingga produktivitas lahan meningkat. Varietas unggul kelapa sawit mempunyai potensi produksi 32-39 ton TBS/ha/tahun dengan rendemen minyak antara 24,0-26,5%. Sedangkan PT Socfindo mengeluarkan 2 varietas unggul yaitu DxP unggul Socfindo (L) berdasarkan SK Mentan No/ 440/Kpts/LB.320/7/2004 dan DxP unggul Socfindo (Y) berdasarkan SK Mentan No. 441/Kpts/LB.320/7/2004 yang memiliki potensi produksi 31,5 ton/ha/tahun yang dapat dicapai pada umur 6 – 9 tahun dengan potensi minyak 8,5 ton.

PT Asian Agro mempunyai varietas unggul yang dinamakan Topaz. Varietas Topaz terdiri dari lima jenis yaitu Topaz 1 sampai dengan 5 dengan karateristik yang hampir sama. Varietas ini telah ditetapkan pemerintah sebagai benih unggul dengan Kepmen No. 57, 58, 59, 60 KPTS/SR.120/1/2004 tanggal 16 Januari 2004.

(54)

dipengaruhi oleh manusia). Komposisi terbaik pada areal kelapa sawit adalah dengan perbandingan tanaman belum menghasilkan (TBM) : tanaman menghasilkan (TM) adalah sebesar 12,5 persen : 87,5 persen.

2.3.2 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman terbagi 2 (dua) yaitu pemeliharaan TBM dan pemeliharaan TM. Tujuan melakukan pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan adalah agar pada masa menghasilkan, tanaman dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan dan produksi yang maksimal. Sementara tujuan melakukan pemeliharaan TM adalah untuk menggali potensi produktivitas seoptimal mungkin.

Jenis pekerjaan yang penting didalam pemeliharaan adalah: 1) penyiangan piringan/gawangan, 2) penyisipan, 3) pemberantasan hama penyakit, 4) pemeliharaan jalan, jembatan/gorong-gorong, teras kontour/tapak kuda dan saluran air/drainase.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan adalah : 1) jika tanaman LCC tidak ada maka produksi berkurang 16 persen dan jika Prunning/tunasan berlebihan maka 2 tahun setelah prunning. produksi berkurang sebesar 25 persen (kg/pokok/tahun); 2) jika jumlah pokok/ha berkurang maka produksi akan berkurang 1 ton/ha/tahun; 3) hama tikus akan menurunkan produksi CPO sebesar 7-10 persen, hama oryctes dapat menurunkan produksi sebesar 50 persen untuk tahun panen kedua, 31 persen untuk panen ketiga dan 42 persen untuk panen keempat. Penyakit ganoderma dapat menurunkan produksi sebesar 46–100 persen; 4) Penanaman tanpa teras pada areal dengan kecuraman lereng lebih besar dari 6derajat menyebabkan produksi menurun sebesar 20 persen dan masa panen terlambat 6 bulan.

(55)

2.3.3 Penyisipan Tanaman

Penyisipan tanaman dilakukan sejak TBM agar jumlah pohon per hektar memenuhi standar dan pertumbuhannya seragam. Biasanya jumlah pohon per hektar berkurang karena adanya serangan penyakit ganoderma. Jika terserang penyakit ganoderma sebaiknya bekas titik tanam dibiarkan selama 6 bulan dan jika sinar matahari sampai pada titik tanam tersebut maka sisipan dilakukan.

2.3.4 Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Hal ini dilakukan dengan mengganti unsur hara yang telah diambil oleh tanaman dalam rangka menghasilkan kuantitas dan kualitas produksi. Manajemen pemupukan yang baik akan memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan karena dengan pemupukan kesuburan tanah akan meningkat yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Jenis dan sifat pupuk untuk tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pemupukan di PBUMN menganut prinsip 4 T (tepat waktu, tepat dosis, tepat tabur/cara, tepat unsur/jenis dan dilakukan sebanyak 3 kali dalam setahun tergantung rekomendasi. Biasanya rekomendasi diterbitkan oleh pusat penelitian kelapa sawit (PPKS) dan Agriculture Research Advisory Beareau (ARAB) berdasarkan hasil analisa tanah dan daun, kondisi iklim terutama curah hujan, produktivitas yang dihasilkan, realisasi pemupukan sebelumnya dan pengamatan visual kondisi tanaman di lapangan.

(56)

hara tanah/soil factor (kandungan P tersedia 10 ppm menjadi 40 ppm) dan 3) efektifitas pemupukan/fertilizer factor (kehilangan urea melalui penguapan sekitar 50 persen, P terikat tanah 50 persen dan K, Ca, Mg pencucian dan aliran permukaan 80 persen) (Lampiran 4).

Organisasi pemupukan terdiri dari: 1) kebutuhan tenaga di hitung sesuai luas program pemupukan dengan norma kerja (0,35 US/Ha – tanah rata, 0,5 US/Ha – untuk tanah berbukit dan 2,5 US/Ha untuk pemupukan poket, 2) satu group tenaga pemupuk terdiri dari 5 orang penabur ditambah 1 orang pelangsir (dengan sepeda/kereta sorong), 3) seorang mandor dapat mengawasi 4 group atau 24 orang asisten lapangan mengawasi, setidaknya 4 kali pengawasan per hari, 4) semua jenis pupuk di tabur di piringan kecuali bocor. Akibat aplikasi pemupukan yang salah, misalnya waktu pemupukan yang tidak tepat (mengakibatkan penurunan produksi sebesar 10 – 20 persen) dan aplikasi pemupukan yang tidak disebar merata di piringan (dapat mengakibatkan penurunan produksi sebesar 3 – 5 persen). Sasaran pemupukan kelapa sawit terbagi 3 (tiga) yaitu: 1) target akhir pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang sehat dengan produktivitas yang tinggi; 2) target antara perbaikan kesuburan (kimia, fisik, biologi) tanah sesuai dengan persyaratan yang diinginkan tanaman kelapa sawit; 3) analisa tanah mempunyai peranan yang penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan yang tepat (spesifik lokasi) dan 4) biaya pemupukan menjadi lebih efektif dan efisien.

2.3.5 Panen

(57)

brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH). Kriteria matang panen merupakan persyaratan kondisi tandan (standar) untuk panen yaitu 5 brondolan per tandan di piringan. Pemanenan sesuai kriteria matang panen menyebabkan jumlah pelepah di pohon dapat dipertahankan tetap 48 – 56 pelepah.

2.3.6 Mutu CPO

Mutu CPO ditentukan dengan beberapa indikator seperti pada Tabel 4. Mutu CPO dipengaruhi oleh kualitas panen, pengangkutan, proses pengolahan dan penimbunan dan penyimpanan.

Tabel 4 Parameter mutu CPO

Uraian Standar (%)

ALB Golden CPO Maksimum = 2,0%

ALB CPO Super Maksimum < 2,5%

ALB CPO non super Maksimum < 3,5%

Kadar air Maksimum 3,5%

Kadar kotoran Maksimum 0,15%

DOBI Maksimum o,02%

Bilangan Iodin Minimum 2,5

Bilangan peroksida, mek/kg Minimum 5,0 Bilangan anisidine mek/kg Maksimum 5,0

Fe (besi), ppm Maksimum 5,0

Cu (tembaga), ppm Maksimum 0,3

Titik cair 39 – 410 C

carotine ≥500 ppm

Sumber: Buku panduan pedoman operasional pengolahan kelapa sawit, 2009

2.3.7 Bahan Baku TBS

(58)

2.3.8 Kehilangan Minyak

Kehilangan minyak (oil loss) diawasi dari mulai stasiun perebusan, pemipilan/theresser, pencacahan (digester) dan pengempaan (presser) dan pemurnian minyak (clarifier). Pengawasan di stasiun rebusan dilakukan dengan mengawasi kandungan minyak dalam air kondensat ( disebabkan buah restan bercampur dengan buah segar dalam satu rebusan, holding time terlalu lama, buah banyak terluka/memar, pembuangan air kondensat tidak tuntas) dan kandungan minyak dalam tandan kosong (disebabkan buah banyak yang luka, waktu perebusan atau holding time terlalu lama dan buah terlalu banyak menumpuk di auto feeder) agar tetap sesuai standar. Pengawasan di stasiun thresher dilakukan dengan mengawasi kandungan minyak dalam tandan kosong yang disebabkan holding time yang terlalu lama dan penuangan ke auto feeder yang terlalu banyak. Pengawasan di stasiun pressan dilakukan dengan mengawasi losis minyak dalam fibre yang melebihi norma (norma 0,56 persen) (disebabkan proses perebusan tidak sempurna, proses pengadukan tidak sempurna/temperatur adukan lebih kecil dari 950 C, isian digester kurang dari 3/4 bagian, pisau aduk aus, aliran minyak kasar dari bottom plate tidak lancar, tidak ada siku penahan, tekanan pressan kurang dari 40 BAR, ularan screw sudah aus).

2.3.9 Pemeliharaan Mesin

Pemeliharan mesin yang terjadual akan mencegah kerusakan pada alat-alat/mesin yang dapat menyebabkan penurunan jam olah, kapasitas olah serta pengutipan minyak dan inti sehingga akan mengganggu produktivitas pabrik kelapa sawit. Sistem perawatan yang tidal baik dan tidak sesuai jadual akan menyebabkan mesin rusak dan akan menurunkan jam olah, kapasitas olah dan efisiensi pengutipan minyak dan inti. Penanganan sesuai standar kematangan buah akan menghasilkan kualitas minyak dan inti sawit dan angka kehilangan akan rendah dan efektifitas pengutipan minyak akan tinggi

2.3.10 Proses Produksi Ramah Lingkungan

(59)

hidup yang lebih baik. Issue mengenai lingkungan hidup mulai muncul pada tahun 70 ketika club of Roma yang beranggotakan tokoh terkemuka dunia membuat testimoni tentang terbatasnya daya dukung planet bumi. Roundtable sustainable palm oil (RSPO) adalah prakarsa dari multistakeholder global seperti perusahaan perkebunan/pekebun, prosessor (palm mill), pedagang, produsen barang konsumsi dan pengecer, bank/investor, LSM lingkungan dan sosial serta para pihak dari berbagai latar belakang dengan tujuan untuk memperjuangkan tercapainya kelestarian pengusahaan kelapa sawit. Tujuan RSPO adalah mempromosikan tata kelola perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan melalui kerjasama dalam rantai suplai (supply chain) dan seluruh stakeholders. Tuntutan RSPO bermula dari kekhawatiran semakin merosotnya kualitas kehidupan planet bumi akibat ekses emisi rumah kaca, eksploitasi lahan gambut, biodiversitas dan tuntutan konservasi orang utan dan habitat binatang buas/langka. Oleh sebab itu tuntutan untuk menjalankan praktek bisnis ramah lingkungan seperti yang diatur dalam Roundtable sustainable palm oil (RSPO), menjadi bahan pertimbangan bagi PBUMN untuk membuat kebijakan perusahaan berkaitan dengan tuntutan implementasi RSPO. Pada tahun 2008 RSPO telah mengeluarkan dokumen pedoman pelaksanaan untuk menjalankan bisnis kelapa sawit yang tertuang dalam 8 prinsip, 39 kriteria, dan 113 indikator (60 mayor dan 53 minor) (Lampiran 5).

2.3.11 Biaya Produksi

(60)

Gambar 5 Biaya produksi PBUMN

2.3.12 Pengembangan Karyawan

Pengembangan karyawan di PBUMN bertujuan untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berwawasan pengetahuan. Bentuk pengembangan karyawan yang dilakukan di PBUMN untuk meningkatkan kompetensi karyawannya adalah dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, baik secara internal mupun eksternal, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan lembaga pelatihan (misalnya kursus jabatan, kursus penunjang), sertifikasi dan studi banding. Kompetensi SDM adalah suatu karateristik mendasar pada diri seseorang dan sangat berkorelasi dengan kinerja pada jabatannya. Seperti diketahui bahwa efektifitas kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh efektifitas kinerja individu. Saat ini pengelolaam SDM PBUMN menggunakan Competency Based Human Resources Management Systems/CBHRMS. Dalam model yang diadopsi dari Boyatzis (makalah workshop Integrated Competency Based Human Resources Management Systems/ICBHRMS kerjasama LPP Jokjakarta dan Kementerian BUMN, 2007) dikatakan bahwa terdapat keterkaitan antara lingkungan organisasi dimana kita bekerja, kebutuhan pekerjaan dan kompetensi individu akan mempengaruhi efektifitas perilaku untuk mendapatkan kinerja yang efektif.

Setiap tahun, perusahan PBUMN melakukan evaluasi terhadap kinerjanya dalam bentuk laporan manajemen perusahaan yang didalamnya berisi kondisi umum perusahaan, gambaran kinerja perusahaan dan anak perusahaan dan temuan auditor atas audit laporan keuangan. Berdasarkan Surat Keputusan Kementerian BUMN nomor KEP/100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002, kinerja perusahaan perkebunan diukur dengan beberapa indikator yaitu aspek keuangan dengan bobot 70 persen, terdiri dari imbalan kepada pemegang saham/return on

Biaya produksi

Biaya tidak langsung - PBB

(61)

equity (ROE), imbalan investasi/return on investment (ROI), rasio kas (cash ratio), rasio (current ratio), collection periods (CP), perputaran persediaan(PP), perputaran total asset/total assets turn over (TATO), rasio modal sendiri terhadap total asset (TMS terhadap TA); aspek operasional dengan bobot 15 persen, terdiri dari produktivitas hasil kebun, rendemen hasil olahan, produktivitas tenaga kerja, harga pokok produksi af pabrik, kuantum penjualan, utilisasi pabrik); dan aspek administrasi dengan bobot 15 persen terdiri dari laporan perhitungan tahunan, rancangan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP), laporan dan kinerja PUKK (Lampiran 7). Menurut penilaian tersebut, tingkat kesehatan BUMN digolongkan menjadi sehat, kurang sehat dan tidak sehat yang ditetapkan bagi BUMN yang telah diperiksa oleh akuntan atau badan pengawas keuangan dan pembangunan (BPKP) dan telah dinyatakan dengan kualifikasi wajar tanpa pengecualian atau kualifikasi wajar dengan pengecualian.

2.4 Pendekatan Sistem

Gambar

Gambar 1   Pohon industri kelapa sawit (Mangoensoekarjo dan Dereinda, 1991)
Gambar 2  Proses Pengolahan CPO (Departemen Perindustrian, 2007)
Gambar 6    Komponen perspektif balanced scorecard  (Kaplan  dan  Norton,
Gambar 10    Alternatif  strategi  matriks SWOT  (Wheelen dan  Hungren, 2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas dan berdasarkan uraian dari penelitian sebelumnya yang memiliki hasil yang berbeda, peneliti tertarik untuk

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri infusa daun mangga bacang ( Mangifera foetida L.) terhadap pertumbuhan Shigella flexneri ,

Dengan melihat dari dasar tersebut, maka akan memudahkan hasil dari program test IQ yang lebih canggih dengan memperhatikan sistem dan cara pembuatan yang baik juga

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Koordinasi Lintas Sektor Satuan Tugas Penanganan Bencana

Pengembangan kapas di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat dilakukan di lahan tadah hujan dengan musim hujan yang

Para informan yang terpilih adalah mahasiswa dan dosen fakultas ekonomi program studi akuntansi Universitas Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang masih aktif mengikuti

Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh penggunaan jenis perekat pada briket cangkang kelapa sawit terhadap standar kualitas briket, mengetahui pengaruh

1. Mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII MTs Sirnamiskin sebelum menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan teknik information search terhadap materi