• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

6.10 Rancangan Implementasi Model

Pin-KK merupakan suatu perangkat lunak yang dirancang dengan tujuan untuk membantu pengguna dalam mengambil keputusan akan permasalahan kinerja perkebunan kelapa sawit (Lampiran 12). Pin-KK memiliki kelebihan dan keterbatasan seperti layaknya suatu model. Kelebihan model Pin-KK adalah sebagai berikut:

1) Memiliki fasilitas data (jenis perusahaan yang dihitung kinerjanya; data kebun dan perhitungan kinerjanya; data pabrik dan perhitungan kinerjanya; pengaturan permodelan) yang dinamis sehingga dapat diedit sesuai dengan keinginan pengguna

2) Memiliki fasilitas untuk mengubah (menambahkan, menghapus dan menyimpan data) pada setiap jendela data

3) Memiliki indikator kinerja kunci dalam pengukuran kinerja kebun 4) Memiliki indikator kinerja kunci dalam pengukuran kinerja pabrik

5) Memiliki fasilitas data base program peningkatan kinerja kebun yang dapat dirubah, ditambah ataupun dihapus sesuai dengan kebutuhan

dirubah, ditambah ataupun dihapus sesuai dengan kebutuhan

7) Memberikan alternatif keputusan program peningkatan dan alasan untuk meningkatkan kinerja kebun mulai dari penentuan kriteria pengukuran kinerja kebun dan pengukuran kinerja kebun

8) Memberikan alternatif keputusan program peningkatan dan alasan untuk meningkatkan kinerja pabrik mulai dari penentuan kriteria pengukuran kinerja pabrik dan pengukuran kinerja pabrik

Keterbatasan Pin-KK adalah:

1) Pada model peningkatan kinerja kebun dan pabrik digunakan teknik kombinasi program peningkatan

2) Program peningkatan kinerja dibatasi oleh bahan tanaman dengan produktivitas TBS maksimum 24 ton TBS/ha/tahun dan produktivitas CPO maksimum 24 persen

3) Kinerja yang ditingkatkan hanya untuk kriteria yang mempunyai hasil pengukuran kinerja rendah

Rekomendasi dari model yang dapat diberikan untuk operasionalisasi Pin-KK adalah bagi pelaku dan pihak yang mempunyai keterlibatan dengan perkebunan kelapa sawit dan pengguna yang membutuhkannya.

Rancang bangun model pengukuran kinerja Pin-KK dapat diaplikasikan pada perkebunan kelapa sawit khususnya PBUMN. Model dikembangkan dengan tiga komponen utama yaitu basis data, basis model dan dialog. Pada saat pengoperasiannya model perhitungan ini menggunakan dialog untuk memberikan kemudahan bagi penggunanya. Sistem permodelan Pin-KK digunakan untuk menghitung kinerja secara kuantitatif terhadap semua kriteria yang ada pada perkebunan kelapa sawit. Jenis model perhitungan yang terdapat pada Pin-KK terbagi menjadi tiga bagian, yaitu AHP yang digunakan untuk penentuan IKK dan persentasenya, teknik Kombinasi untuk pembentukan alternatif program peningkatan kerja, dan teknik perhitungan kinerja dengan teknik scoaring board. Selain itu terdapat simulasi yang dapat menggambarkan pencapaian kinerja baru berdasarkan kebijakan yang diterapkan dengan parameter-parameter tertentu

7.1 Simpulan

Disertasi ini menghasilkan suatu bentuk perangkat lunak dengan nama Pin-KK untuk mendukung manajemen dalam proses mengukur kinerja dan meningkatkan kinerja kebun dan pabrik. Konfigurasi model terdiri dari komponen yaitu: sistem manajemen basis data yang terdiri dari data awal kebun dan pabrik (jumlah pakar, level 1-tujuan, level-2 perspektif, level-3 subkriteria), data pakar kebun dan pabrik (isian kuesioner menurut pakar, informasi nilai dan informasi nilai linguistic label), data resume AHP kebun dan pabrik, data IKK kebun dan pabrik serta data skor kebun dan pabrik; dan sistem manajemem basis model terdiri dari model penentuan IKK kebun, model penentuan IKK pabrik, model scoring board kebun, model scoring board pabrik, model peningkatan kinerja kebun, model peningkatan kinerja pabrik, model simulasi kebun dan model simulasi pabrik.

Rancang bangun model pada penelitian ini dimulai dengan kajian pendahuluan yang dibuat untuk menerjemahkan visi dan misi PBUMN dalam rangka menentukan strategi PBUMN. Kajian pada tahap kedua adalah menentukan IKK kebun dan IKK pabrik yang ditentukan dari kriteria yang mempunyai bobot lebih dari 7 persen berdasarkan penilaian fuzzy-pairwase comparison. Untuk mengukur kinerja kebun dan pabrik dibuat suatu tabel scoring yang mempunyai target dan rentang skoring. Hasil penilaian kinerja yang rendah akan ditingkatkan dengan suatu program peningkatan kinerja berdasarkan kombinasi terhadap kriteria. Tahap terakhir adalah model simulasi kebun dan pabrik untuk menggambarkan pencapaian kinerja berdasarkan parameter yang diinginkan.

Verifikasi model menunjukkan: a) Kriteria yang paling berpengaruh terhadap pengukuran kinerja kebun adalah bahan tanaman (12,51 persen), pemupukan (11,31 persen), pengelolaan biaya (8,77 persen), panen (8,65 persen), pemeliharaan tanaman (8,39 persen), produksi (7,74 persen) dan pengembangan karyawan (7,07 persen); b) Kriteria yang paling berpengaruh terhadap pengukuran kinerja pabrik adalah produksi (12,82 persen) menyusul pengelolaan biaya pabrik (11,84 persen), losis (10,39 persen), utilisasi pabrik (9,04 persen), mutu CPO (8,32

lingkungan (6,97 persen); c) Hasil perhitungan kinerja untuk kebun adalah 7,14 (sedang) dengan uraian skor tinggi untuk bahan tanaman, pemupukan, panen, pemeliharaan tanaman dan produksi; skor sedang untuk pengelolaan biaya; dan skor rendah untuk pengembangtan karyawan; d) Hasil perhitungan kinerja untuk pabrik adalah 5,86 (rendah) dengan uraian skor tinggi untuk pengelolaan biaya, kehilangan, utilisasi dan mutu CPO; skor sedang untuk pengembangan karyawan; dan skor rendah untuk bahan baku TBS dan proses produksi ramah lingkungan; e) Pengukuran kinerja kebun dan pabrik merupakan pengukuran yang mempunyai keterkaitan antara keenam perspektif dalam BSC. Untuk kinerja kebun pengukuran yang mempunyai nilai rendah adalah pengembangan karyawan dan pengukuran kinerja pabrik yang rendah adalah bahan baku TBS dan proses produksi ramah lingkungan. Nilai kinerja yang rendah di kebun akan ditingkatkan melalui program manajemen SDM berbasis proses, melaksanakan sistem manajemen kinerja (performance management system/PMS) dan SDM berbasis kompetensi. Nilai kinerja yang rendah di pabrik akan ditingkatkan melalui program peningkatan pengawasan terhadap mutu pembelian TBS dan meningkatkan penerapan standar sistem kualitas.

7.2 Saran

Implementasi program peningkatan kinerja kebun dan pabrik kelapa sawit PBUMN, memerlukan kebijakan sebagai berikut:

1) Untuk perkebunan kelapa sawit

Peningkatan kinerja perlu dilakukan karena kebutuhan akan permintaan pasar CPO yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut jurnal minyak nabati dunia (oil world), konsumsi minyak sawit pada tahun 2015 akan mencapai 23 persen sedangkan konsumsi minyak kedelai menurun menjadi 21 persen dimana Indonesia mampu menyuplai sekitar 6 juta ton per tahun. Sejalan dengan perkembangan itu maka perkebunan kelapa sawit memerlukan upaya untuk menangkap peluang yang ada yaitu melalui ketersediaan tenaga kerja yang berkompeten pada profesi yang siap terap pada pekerjaan (demand-full). Hal ini dapat dihasilkan dengan melakukan beberapa pelatihan yang

kelapa sawit 2) Untuk PBUMN

PTPN telah memiliki suatu lembaga pendidikan perkebunan yang memberikan pelatihan bagi karyawan PBUMN, tetapi untuk jangka panjang diperlukan suatu sistem pendidikan yang menekankan know-why disamping know-how yang selama ini dilakukan sehingga setiap karyawan memiliki pengetahuan yang dapat langsung diaplikasikan dalam karirnya.

3) Untuk pemerintah:

a. Kebutuhan akan minyak sawit dunia yang terus meningkat seharusnya menjadi perhatian pemerintah dalam menghadapi perubahan pasar minyak mentah kelapa sawit di pasar internasional. Kebijakan menaikkan pajak ekspor pada kondisi harga minyak sawit di pasar internasional yang tinggi meresahkan petani kelapa sawit (memiliki hampir 30 persen perkebunan sawit) dan pengusaha kelapa sawit. Walaupun kebijakan ini mempunyai tujuan untuk memajukan industri hilir tetapi terlihat bahwa keberpihakan pemerintah tidak berada di indusri hulu.

Kebijakan harga patokan ekspor (HPE) yang berpedoman pada harga rata- rata internasional atau harga rata-rata FOB dalam satu bulan sebelum menetapkan HPE (sesuai Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 26/M- DAG/PER/9/2001) diharapkan hanya kebijakan jangka pendek untuk stabilisasi harga minyak goreng. HPE produk turunan CPO periode 14 September – 30 September 2011.

b. Investasi di sektor perkebunan banyak diminati oleh investor asing. Aturan mengenai pembatasan lahan maksimum 100.000 ha disiasati dengan membentuk perusahaan holding sehingga satu perkebunan besar swasta dapat memiliki ribuan hektar. Sementara untuk PBUMN karena birokrasinya yang sangat tinggi sangat menghambat usaha perluasan areal PBUMN sehingga jauh tertinggal dari perkebunan swasta. Untuk itu perlu dibuat suatu aturan yang lebih jelas agar lebih mudah bagi PBUMN untuk melaksanakan ekstensifikasi areal.

plasma seluas 20 persen. Berkaitan dengan kebijakan tersebut, sampai saat ini belum terlihat apakah ada pemantauan dari pemerintah dalam pelaksanaan peraturan tersebut.

d. Menjalin sinergi kebijakan antar lembaga pemerintah dan lembaga legislatif dan antara pemerintah pusat dan daerah untuk menjadikan PBUMN sebagai salah satu penggerak ekonomi nasional dan daerah.

Andrew KR. 1985. Konsep Strategi Perusahaan. Terjemahan dari The Concept of Corporate Strategy. Oleh : Enna Tamimi. Jakarta : Erlangga.

Anthony A Arkinson, Rajiv D Banker, RS Kaplan & Mark Young. 1997. Management Accounting. New Jersey:Prentice Hall, Inc.

Aziz A. 1992. Siapa dan Bagaimana Menggarap Agroindustri. Prosiding pada Seminar Nasional Agroindustri III. Yokyakarta: Universitas Gadjah Mada. Bojadziev G, Bojadziev M. 1997. Fuzzy Logic for Business, Finance and

Management. Singapore: World Scientific.

Brocklesby J, Cumming S. 1995. Combining Hard, Soft and Critical Metodologies in Sistem. Research.12(13): 239-246

Cahayani A. 2010. Visi, Nilai dan Misi Organisasi. Jakarta: Penerbit Indeks. Cave M, Maurice K dan Stephen H. 1989. Performance Measurement in Higher

Education. Public Money and Management Journal, 9(1):109-116.

Cooper R, Kaplan RS, Maisel RS, Morrisey LS, Oehm RM. 1992. Implementing Activity-Based Cost Management: Moving From Analysis To Action. New Jersey: Institute of Management Accountants.

Creelman J, Makhijani N. 2005. Succeesding with the Balance Scorecard. Singapore: John Wiley & Sons.

Cross KF, Lynch RL. 1989. The SMART Way to Define and Sustain Success. National Productivity Review, 8(1):23-33.

Departemen Perindustrian, Sekretariat Jenderal Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit . Jakarta: Departemen Perindustrian. Direktorat Jenderal Perkebunan, Strategi dan Pengembangan Perkebunan Kelapa

Sawit. 1995. Makalah Seminar NAsional Peluang dan Tantangan Industri Kelapa Sawit Menyongsong Abad XXI. Medan: PPKS dan GAPKI.

Edwards, CJ Ward, Bytheway A. 1991. The Essence of Information Systems. Prentice Hall International Ltd. Ney York.

Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Effektifitas Manajemen. Bogor: IPB Press.

Ernst CJ .1988. Management Expert Systems. Edition-Wesley Publishing Company. Inc. England.

Gaspersz V. 2001. Total Quality Management. Jakarta: PT Gramedia Utama. Gass. SI. 1983. Decision-aiding models:validation, assessment, and related issues

for policy analysis, Operation Research, 31,603-631

Gayle RL. 1996. Cost Accounting using A Cost Management Approach. Sixth Edition. USA:Irwin Publishing Company.

Platform for Designing Business Architecture. Boston:Butterworth- Heinemann.

Gunawan B. Menilai Kinerja dengan Balance Scorecard. Manajemen, No.45, September.

Hadiwiardjo B, Wibisono S. 2000. ISO 9000 Pengenalan Manajemen Mutu. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Hansen, Mowen. 2000. Management Accounting. Ohio: International Thompson Publishing.

Hart A. 1986. Knowledge Acquisition for Expert System. New York: McGraw- Hill Book Company.

Heizer J, Render B. 2004. Operation Management. Seventh Edition. New Jersey: Prentice-Hall.

Hope J, Fraser R. 2003. Beyond Budgeting: How Managers Can Break Free from the Annual Performance Trap. Boston: Harvard Business School Pers. Horngren CTS, Sundem. 2000. Cost Accounting: A Managerial Approach.

Teenth Edition. USA:Prentice-Hall Publishing Company.

Hunger JD, Wheelen TL. 2001. Strategic Management. Sixth Edition. Addison- Wesley Publishing Company

Jalani BS. 1998. Research and Development of Oil Palm toward The Millenium. Didalam Proceedings 1998 International Oil Palm Conference. Medan, Indonesia:Indonesian Oil Palm Research Institut.

Jauch LR, Gluecck WF. 1995. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Edisi Ketiga. Terjemahan dari Strategic Management and Bussiness Policy. Oleh : Murad, et al. Jakarta: Erlangga.

Jery, Collins, James, Poras. 2002. Built to Last, Successful Habits of Visionary Companies. Harper Collins Publishers.

Jones GR. (2004). Organizational Theory, Design ang Change, Text and Cases. Pearson Education Inc.

Kaplan RS, Norton DP. 1992. The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance. Harvard Business Review 74(1):75-85

_____________________ . 1996. The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action. Boston: Harvard Business School Press.

_____________________ . 2001. The Strategy-Focused Organization-How Balance Scorecard Companies Thrive in the New Business Envoronment. Boston: Harvard Business School Press.

_____________________ . 2004. Strategy Maps: Converting Intangible Assets into Tangible Outcomes. Boston: Harvard Business School Press.

_____________________ . 2006. Allignment. Boston: Harvard Business School Press.

Systems. New Zealand: University of Otago.

Kastaman R. 1999. Pengembangan Metodologi Rekayasa Nilai (Value Engineering): Kasus Pemilihan dan Evaluasi Rancangan Traktor Tangan. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kementerian BUMN. 2002. Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN, beserta penjelasannya. Jakarta: Kementerin BUMN.

Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Produksi dan Produktivitas Perkebunan Indonesia. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Knott AM, Bryce D. 2000. On the Strategic Accumulation of Intangible Assets. http://www.management.wharton.upenn.edu/knott/documents/accumulation. pdf[1 Mei 2006].

Lazaros S, Iliadis Anastasios K, Papastavrou. 2001. A Heuristic Expert System For Forest Fire Guidance In Greece. Journal of Environmental Management 65:327-336.

Lee, SF, Ko, Andrew Sai On. 2000. Building Balance Scorecard With SWOT

Analysis, and Implementating ‘Sun Tzu’s The Art of Business Management Strategis’ on QFD Methodology. Management Auditing Journal 15/1/2 (2000), h.68-76; MCB University Press.

Liebowitz, J. 1988. An Introduction to Expert System. California: Mitchell Publishing Inc.

Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Pematang Siantar.

Luis S, Biromo PA. 2007. Step by step in Cascading Balanced Scorecard to Fuctional Scorecard. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahaman BD, Passam HC, Sideridis AB, Yialouris CP. 2003. DIARES-IPM: A Diagnostic Advisory Rule-Based Expert System For Integrated Pest Management In Solanaceous Crop Systems. Agricultural Systems 76 (2003) 1119-1135.

Mangoensoekarjo S, R Dereinda. 1991. Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Prosiding Nilai Tambah Minyak Kelapa Sawit untuk Peningkatan Derajat Kesehatan. Jakarta: APPI.

Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. Bogor: IPB Press.

Marimin, Suryaningsih. 2002. Pengukuran dan Upaya Peningkatan Kinerja Perusahaan (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Pembuatan Ban). Skripsi S1 Bogor: Fateta IPB.

Mc Carl BA, Apland J. 1986. Validation of Linear Programming Models, Southern J.of Agricultural Economics, 18(2), 155-164

Balanced Scorecard Approach, Nomura Research Institute (NRI ) Papers. No. 45, 1 April 2002.

Nils-Gőran Olve, Jan R, Magnus W. 1999. A Practical Guide to Using Balance Scorecard: Performance Drivers. New York: John Wiley & Sons.

Niven PR. 2002. Balance Scorecard Step By Step: Maximizing Performance and Maintaining Result. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Oil World Annual 2009. ISTA Mielke GmbH. Hamburg, Germany

O’Brien JA. 1999. Management Information System. Arizona, USA: MCGraw

Hill.

Olson DL, James FC Jr. 1992. Decision Support Models and Expert Systems. New York: Macmillan Publishing Company.

Ong ASH, KY Cheah dan YM Choo. 1989. Oleo chemical from Oil Palm and Kernel Oil. Kuala Lumpur, Malaysia: Elaeis 1 (1).

Otley, D. 1999. Performance Management: A Framework for Management Control Systems Research. Management Accountung Research, 10:363-382 Pakpahan A. 2000. Kinerja, Prospek dan Kebijaksanaan Pengembangan

Agribisnis Perkebunan di Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta.

Parmenter D. 2010. Key Performance Indicators: Developing, Implementing, and Using Winning KPIs. New Jersey: John Wiley & Sons.

Partiwi SG. 2007. Perancangan Model Pengukuran Kinerja Komprehensif Pada Sistem Klaster Agroindustri Hasil Laut. Disertasi S3. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Pusat Data Informasi Pertanian. 2010. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia. (http://database.deptan.go.id)

Pressman RS. 2001. Software Engineering, A Practitioner’s Approach. Singapore: McGraw Hill.

Rangkuti F. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rasyid A. 2005 Aspek Pembiayaan dalam Pengembangan Industri Kelapa Sawit. Dalam A Chandra dan V Widyani (Ed.). Prediksi dan Rekomendasi Revitalisasi Industri Kelapa Sawit Indonesia sebagai Andalan Pertumbuhan Ekonomi Nasional 2010 – 2020. Jakarta: PT ISMaC Indonesia.

Redzwan A bin M Nor. 2005 Aspek industri Kelapa Sawit Indonesia dan Perbandingan dengan Industri Kelapa Sawit di Negara Lain (Malaysia). Dalam A Chandra dan V Widyani (Ed.). Prediksi dan Rekomendasi Revitalisasi Industri Kelapa Sawit Indonesia sebagai Andalan Pertumbuhan Ekonomi Nasional 2010 – 2020. Jakarta: PT ISMaC Indonesia.

Prentice-Hall.

RSPO. 2005. RSPO Draft Criteria for Sustainable Palm Oil. (http://www.sustainable-palmoil.org).

Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik Untuk Pengambilan Keputusan yang Komplek. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.

_________ . 1999. Fundamentals of Analitic Network Process. Kobe, Japan: ISAHP.

Sofyan Djalil. 2008. Strategi dan Kebijakann Pemberdayaan Badan Usaha Milik Negara. (http://www.setneg.go.id).

Sturman MC. 2001. Searching for The Inverted U-Shaped Relationship Between Time and Performance:Meta Analyses of The Experience/Permormance, Tenure/Permormance and Age/Permormance Realtionships, USA. Journal of Management 29:610-640.

Suharto R. 2004. Peranan Industri Minyak Sawit dalam Ekonomi Indonesia. Komisi Minyak Sawit Indoneswia (Unpublished).

Suryana M. 1995. Manajamen Lingkungan dan Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit. Seminar Nasional Peluang dan Tantangan Industri Kelapa Sawit Menyongsong Abad XXI. Medan: PPKS dan GAPKI.

Susanto, AB. 2009. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility. Jakarta: Esensi

Suwandi, A Panjaitan dan AU Lubis. 1989. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa nSawit. Dalam AU Lubis et.al (Ed.). Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Pematang Siantar: PPP Marihat.

Suwandi, A Panjaitan dan F Chan. 1989. Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit yang telah Menghasilkan. Dalam AU Lubis et.al (Ed.). Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Pematang Siantar: PPP Marihat.

Suwignyo P, Baticti US, Carrie AS. 2000. Quantitative Models for Performance Measurement System. International Journal of Production Economics. 644: 231-241

Swanson RA, Swanson BL. 1996. Analysis for Improving Performance: Tools for Diagnosing Organizations and Documenting Workplace Expertise. San Fransisco: Berret-Koehler Publisher.

Syahrinudin. The Potential of Oil Palm and Forest Plantation for Carbon Sequestration Degraded Land in Indonesia. Ecology and development Series No. 28. Cuvillier Verlag GÖtingen. (http://www.zef.de.)

Tarigan B, Sipayung T. 2011. Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit dalam Perekonomian Lingkungan Hidup Sumatera Utara. Bogor: Penerbit IPB Press.

Undang_undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. www.bpkp.go.id.

Weslwy Publishing Company.

Witcher J dan Vin Sum Chau. 2007. Balance Scorecard and Hoshin Kanri: Dynamic Capabilities for Managing Strategic Fit. University of East Anglia UK: Management Decision, 45(3):518-538

Zingales F, Rourke, Anastasia O, Hockerts, Kai. 2002. Balanced Scorecard and Sustainability, State of Art Review. Working Paper for Management and Environmental Resourced, France.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 1970 1980 1990 2008 2009 L ua s (H a ) Tahun Swasta BUMN Rakyat 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 1970 1980 1990 2000 2009 Lu as Are al (00 0 H a) Perkebunan Rakyat Perkebunan BUMN Perkebunan Swasta

Socfindo

Deskripsi

PPKS (Eks.-PPP Marihat) PPKS Socfindo

D. Sinumbah

Bah

Jambi Marihat AVROS La Me

Yang-

ambi Simalungun D x P D x P

A. Sifat Vegetatif (L) (Y)

1. Tinggi tanaman pada umur 8 tahun (m) 3,9 3,9 3,2 4,1 3,5 4,2 3,98 4,83 *) 5.89 *)

2. Rata-rata kecepatan meninggi (m/tahun) 0,65 0,65 0,53 0,68 0,58 0,7 0,75 - 0,80 0,05 0,5

3. Lingkar batang (m) 3,04 3 3,04 3,55 3,04 3,05 n.a n.a n.a

4. Panjang daun (m) 6,22 5,97 6,12 6,08 6,06 6,09 5,47 5,01 6,05

5. Produksi daun/tahun 27 27 26 27 28 28 n.a 31 32

B. Produksi

1. Umur mulai dipanen (bulan) 30 30 30 30 30 30 28 24 24

2. Jumlah tandan/pohon/tahun 12 13 12 12 14 13 12,9 18,6 **) 9,9

3. Rata-rata berat tandan (kg) 17 17 17 16 16 16 19,2 13,0 **) 22,3

4. Produksi minyak (ton/ha/tahun) 7,1 6,9 6,7 6,4 7,0 7,0 7,53 8,5 7,4

5. Ekstraksi minyak (%) 25,6 24,5 24,3 24,8 23,2 24,8 26,5 27,4 26,8

6. Ekstraksi inti (%) 5,2 5,1 5,9 3,2 5,1 4,5 n.a 4,2 4,2

C. Anjuran kerapatan tanaman/ha 130 130 143 130 143 130 130 - 135 143 143