• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil dan Pembahasan

8. Narasi Kehidupan A Ingin tahu Ingin tahu

A adalah seorang mahasiswa rantau berusia 23 tahun. A berasal dari Flores. Kedua orang tuanya juga berasal dari Flores. Orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta. A mengalami masa pubertas saat ia berusia 14 tahun.

“Kalau tidak salah umur 13 14 tahun SMP. (transkrip, 19-20)

A pun mengalami mimpi basah.Pada saat itu, ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ingin mengenal perempuan lebih dalam, dan merokok dan ingin mencoba untuk berhubungan seksual.

“Emm.., kalau mimpi basah itu waktu pertama kali tuh kaet, kenapa bisa mimpi begitu terus mau coba di dunia nyata begitu, maksudnya penasaran” (transkrip, 37-40)

95

“Ya mimpi sama perempuanlah, waktu mimpi basah ngeseks sama perempuan yang kita pernah lihat di dunia nyata dan dibawa ke mimpi. (transkrip, 43-46)

Setelah mengalami mimpi basah, ia merasa gejolaknya terhadap seks semakin tinggi.

“Masa masa menurut saya masa masa pubertas itu kita apa emm mau mencoba semua hal apa namanya dengan kata lain ingin tahu kita punya rasa ingin tahu besar sekali, terus masa masa pubertas itu kita rasa ingin tahu dengan kita punya lawan jenis itu sangat besar terus pengen yang hal yang terjadi harus terjadi sudah itu menurut saya” (transkrip, 6-15)

“Penasaran terus maunya itu langsung coba” (transkrip, 23-24)

Hasrat yang tinggi tersebut ia salurkan dengan melakukan masturbasi.

“Semua orang pas masa pubertas itu pernah tahu, pernah mengalami yang seperti onani kayak gitu untuk melampiaskan napsu kita selalu begitu” (transkrip, 59-63)

“Dulu itu saya penasaran tentang merokok terus sama soal seks sama pacaran (transkrip, 27-29)

96

Berhubungan seks

Pada saat SMA, A mulai berpacaran. Usianya saat itu 16 tahun. “Pacaran umur 16 tahun” (transkrip, 170)

Ketika berpacaran, ia juga sudah berciuman dengan pasangannya. A membutuhkan waktu satu minggu untuk bisa berciuman dengan pasangannya.

“Kalau saya seminggu pacaran udah” (transkrip, 184)

A kemudian menjalani hubungan dengan beberapa perempuan. Saat itu ia memiliki mantan pacar sebanyak delapan orang.

“Hehe.. delapan kalo tidak salah” (transkrip, 200)

Diantara ke delapan mantan pacarnya tersebut, lima diantaranya telah berhubungan seksual dengan A.

Seks itu menyalurkan hasrat ke lawan jenis

Lulus SMA, A memutuskan untuk berkuliah di Yogyakarta. Kesan pertama yang ia dapatkan saar pindah pertama kali adalah ia merasa bebas dari pengawasan orang tua. Selain menemukan kebebasan, ia juga menemukan kendala dari segi bahasa serta perbedaan karakter.

“Maksudnya dari itu tadi dari kita punya kebiasaan yang ingin fahu bagaimana maksudnya waktu di Flores kan tidak terlalu bebas karena masih dengan lingkungan orang tua toh, waktu sampe di Jogja sini baru saya rasa bebas begitu” (transkrip, 73-79)

“Tidak, tidak terlalu cepat. Karena dari pertamanya dari segi bahasa, terus kita harus beradaptsi dengan mereka punya sifat kita punya

97

perilaku kan susah dan butuh banyak waktu yang kurang kebih begitulah” (transkrip, 91-96)

Di Yogyakarta, A tinggal bersama teman-teman yang berasal dari daerah yang sama dengannya. Tinggal bersama dengan teman-teman dari satu daerah membuatnya sulit untuk melepas kebiasaannya dari daerah asal yaitu mengkosumsi minuman keras.

“Kalau mau bilang ketagihan, tidak sih maksudnya dari teman-temannya kita sering kumpul, teman-teman traksir minum mau nolak juga gak bisa, serba gak enak sama teman-teman” (transkrip, 105-109)

. Efek dari minuman keras A terpaksa harus mencari tempat prostitusi untuk menyalurkan hasrat. A merasa tidak enak hati jika menolak ajakan dari teman-temannya.

“Ya itu sama, seks sama alkohol” (transkrip, 112).

A juga memiliki teman lawan jenis yang banyak dan dianggap seperi saudara sendiri. “Ya dekat sekali lah, ada yang sudah seperti saudari sendiri, ada yang sudah seperti sahabat, ya dekat-dekat kayak gitu” (transkrip, 120-123)

A pun mengakui kalau ia juga pernah menyukai salah seorang temannya karena sifatnya yang baik.

“Kalo perasaan emang saya suka sama si dia, dia baik, sama sama baiklah, sama sama saling suka, ee belum tahu saling suka tapi saya suka sama dia. Dia orangnya baik” (transkrip, 128-132)

Saat ini A memiliki pacar. Kriteria pacarnya pun adalah sosok perempuan yang tinggi, baik, dan bisa menerima A apa adanya.

98

“Kriteria jadi saya punya pacar baik, terima saya apa adanya, tinggi, terus satu. lagi perhatian” (transkrip, 152-154)

Bagi A, seks itu adalah cara untuk menyalurkan hasrat ke lawan jenis.

“Yang saya tahu tentang seks, berhubungan dengan lawan jenis to, ya bagaimana kita melayani kita punya napsu dengan lawan jenis” (transkrip, 157-160)

A dan pasangannya pun melakukan hubungan seks dua kali dalam satu minggu. A pun terkadang mengeluarkan berbagai cara seperi rayuan agar pasangannya mau berhubungan seks dan bisa menyalurkkan hasratnya.Namun, setelah berhubungan seks, A merasa takut kalau pasangannya akan hamil.

“Dua kali” (transkrip, 236)

“Emm.. perasaan tidak ada cuma kan kita rayu rayu sampe dia mau” (transkrip, 210-211)

“Perasaan takut itu pas selesai berhubungan” (transkrip, 213-214) “Takutnya lepas dalam atau gimana itu saja takutnya” (transkrip, 216-217)

Selain berhubungan seks dengan pacarnya, A juga berhubungan seks dengan perempuan lain. Kejadian itu bermula saat A dalam kondisi mabuk lalu menjemput pacarnya dan dibawa ke kostan. Sesampainya di kosan, ternyata pacarnya tidak bersedia untuk berhubungan seks. A pun menunggu pacarnya tidur agar ia bisa menyalurkan hasratnya, Ketika pacarnya tidur, A diam-diam keluar dan pergi ke tempat prostitusi untuk berhubungan seksual.

99

“Seperti pertanyaan tadi dengan mabuk parah, terus pulang ke kos sama pacar tapi pacar tidak mauya itu saya pergi ke sarkem tapi tidak sepengetahuan pacar saya” (transkrip, 251-255)

“Dia tidur di saya punya kos, dia tidur baru saya keluar” (transkrip, 258-259)

Ketika berhubungan seksual dengan pacarnya, A tidak memakai alat kontrasepsi. Tetapi, saat berhubungan dengan PSK ia akan menggunakan alat kontrasepsi karena takut akan tertular penyakit kelamin.

“Nah kalo di daerah jajan begitu pake, kalo sama pacar tidak Kalo di sarkem saya takut penyakit makanya saya pake alat kontrasepsi, kalo sama pacar sendiri mau gimana lagi pake tidak pake sama saja rasanya” (transkrip, 262-267)

Bagi A, bisa melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis adalah suatu kebanggaan dan menunjukan harga diri sebagai laki-laki di depan teman-temannya.

“Hasrat laki-laki selalu begitu. Maksudnya mereka memnbanggakan diri sendiri begitu dengan teman-teman depan teman-teman. Tapi kalo dengan pacar sendiri tidak umbar, kalo yang bukan pacar umbar begitu” (transkrip, 311-316)

Tanggapan dari teman-teman pun berbagai macam. Ada yang memberikan pujian dan ada juga yang kaget.

A sendiri selalu berhubungan seksual dengan pacarnya di kos-kostan karena ia tinggal di kost yang bebas dan tidak ada pengawasan dari pemilik kost. Warga sekitar pun terkesan

100

tidak peduli asal bisa mejaga ketenangan. Saudara laki-laki A tahu mengenai pergaulan A karena A pun sering becerita kepada mereka.

“Kalau kami punya kos bebas, yang penting bayar” (transkrip, 321-322)

“Warga cuma kasih tau malam jangan ribut” (transkrip, 324-325)

Harapan A untuk masa depannya, ia berharap kalau pasangannya yang sekarang adalah jodohnya kelak.

“Saya punya harapan dengan kami punya hubungan baik-bauk belum sampe kepikiran yang begini untuk serius kalo orang bilang jodoh yang begini saja jalani saja” (transkrip, 37-341)

Ia pun berniat menjadikan pasangannya sekarang sebagai istri dan akan mengakui perbuatannya di masa lalu.

“Kalo kita serius, pasti kita omong, kalo dia terima tidak apa-apa pasti dia juga ada pengalaman toh” (transkrip, 349-351)

Ia akan berusaha meminta maaf. Namun, kalau pasangannya tidak bersedia memaafkannya, A sudah siap menerima risikonya.

Analisis Kehidupan Seksual A

Ketika memutuskan untuk berkuliah dan menetap di Yogyakarta A merasa merasa bebas dari pengawasan orang tua. Selain menemukan kebebasan, ia juga menemukan kendala dari segi bahasa serta perbedaan karakter. Di Yogyakarta,

101

A tinggal bersama teman-teman dari satu daerah dan faktor teman juga mempengaruhi mahasiswa untuk memilih kos yang akan disewanya. Biasanya pada mahasiswa baru, lebih memilih untuk kos bersama dengan teman-teman se-SMA tanpa memikirkan jarak yang harus ditempuh antar kos dengan fakultas (Fauziyah, Stanislaus&Mabruri, 2014). A dan teman-temannya sering mengkonsumsi minuman keras sampai mabuk. Biasanya, kalau mabuk mereka akan mengunjungi tempat prostitusi atau berhubungan seksual dengan pacar.

Motivasi A berhubungan seksual dengan lawan jenis adalah hanya ingin menyalurkan hasratnya dan tercantum dalam teori infatued love adalah cinta gila atau cinta pada pandangan pertama atau hanya jatuh cinta dan mengalami gairah tanpa adanya keintiman dan komitmen Strainberg (1986) dan juga sebagai ajang untuk menunjukan harga dirinya sebagai laki-laki di hadapan teman-temannya.

9. Narasi Kehidupan P

Bebas

P adalah seorang mahasiswa berusia 21 tahun. berasal dari Jakarta. P dan orang tuanya bersuku Jawa. Orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta. Semasa SMP, P mengalami mimpi basah pada saat ia duduk di kelas dua SMP. Ketika ia bangun tidur, ia merasa ngilu di area vital disertai perasaan kaget.

“Kalau ditanya umurnya berapa gak tahu, kalau ditanya kelas berapa, kelas dua SMP soalnya hitungannya kelas dua SMP lupa lupa pokoknya kelas dua SMP” (transkrip, 4-8)

102

“Yang aku rasakan itu sepintas kayak, kayak kencing sih cuma kayak basah gitu, sekilas bangun terus ngecek basah gitu ohh pas itu gak tahu apa-apa ya selama pas belajar di sekolah, belajar tentang pubertas oh ternyata pas situ yang terjadi yang aku udah inget yang dulu-dulu itu ternyata pubertas yang waktu kelas dua SMP” (transkrip, 26-34)

“Perasaan kayak ngilu-ngilu gitu.”transkrip, 40-41)

P meyakini bahwa setelah ia mengalami mimpi basah, ia sudah memasuki masa pubertas. Melihat anaknya telah memasuki masa pubertas, orang tuanya pun mulai menerapkan aturan dan ia pun selalu menaati aturan orang tuanya.

“Gejolak terbesar sih emang benar zaman-zaman segitu namanya udah puebrtas pengen kebebasan sedikit dan masih ditahan-tahan aja gak boleh keluar main gitu, harus jam 10 udah pulang apalagi laki-laki kan susah banget jam 10 udah pulang apalagi dikurung” (transkrip, 58-72)

Namun, terkadang P mencoba menjelaskan ke ibunya bahwa ia memiliki hobi seperti melukis dan mengecat tembok dan ia mencoba mememinta toleransi pada ibunya kalau ia tidak ingin dibatasi jika berkaitan dengan hobi.

“Mengontrol dalam waktu itu mungkin gak punya banyak pikiran tentang apa yang harus dilakukan ya seiring berjalannya waktu aja nih ngikutin alur orang tuanya aja maunya seperti apa gitu, semisal kamu gak boleh ngalah aja jatohnya ? hmmm ngalah tapi kalau ada semisalnya ada sih hobi yang aku suka dan dilarang itu gak mau dan

103

saya masih bisa bertindak gitu maksudnya karena itu hobi saya dan aku bilang ke mama, ma ini hobi aku segalam macam atau apa cuma kan gambar-gambar doang ngecat di tembok” (transkrip, 70-83)

Pada saat SMP, P juga sudah mulai mengenal lawan jenis dan mencoba berpacaran. “SMP” (transkrip, 294)

“Kelas satu” (transkrip, 296)

P mengakui kalau pada saat itu ia disukai oleh salah seorang teman perempuannya. Mengetahui hal tersebut, P kemudian mencoba berkomunikasi dengan perempuan tersebut melalui SMS (sending massage server). Setelah berkomunikasi selama satu minggu, P memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada teman perempuannya tersebut. Perasaannya saat itu bercampur aduk. Namun, ia memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya secara langsung di tangga sekolah. Rupanya, P mendapat tanggapan yang cukup baik. Teman perempuannya bersedia untuk menjadi pacarnya. Sayangnya, hubungannya hanya berjalan selama satu minggu.

“Bisa.. bisa banget hehehehe. Jadi gini ya, waktu itu ada kan gue suka ama cewek terus gue punya temen gue suka tuh ama dia etrnayata temen gue yang cowok ini kenal tuh ama si cewek ini. Cowok itu terus ngomong eh..eh..ehh.. si P tuh suka sama elo tau. Gue malu-malu gitu kan, terus ya udah. Terus pas seminggu selanjutnya komunikasi lewat dulu zamannya masih SMS HP Esia habis itu nembak di mkasdunya nembak di mengungkapkan perasaan di tangga. Jadi malu-malu gitu gementer namanya juga baru pertama kali gak tahu apa yang harus dilakuin tapi punya feel sama dia, gua suka sama dia. Ya udah, mau

104

gak jadi pacar aku. Mau. Habis itu hubungan berjalan selama seminggu udah putus” (transkrip, 299-317)

Berhubungan seksual

Semasa SMA, P pun berpacaran dengan beberapa perempuan. Namun hubungannya dengan ke lima orang mantan pacarnya tidak bertahan lama.

“Antara lima apa enam namanya juga udah lama” (transkrip, 222-223)

Tidak banyak yang ia ceritakan tentang hubungannya dengan mantan pacarnya terdahulu, namun ia lebih bercerita tentang kejadian dimana ia pernah berhubungan seksual dengan pacar dari sahabatnya sendiri. Kejadian itu bermula saat P sering menjadi tempat cerita dari pacar temannya tersebut. Mereka pun semakin dekat sampai pada akhirnya, perempuan tersebut memutuskan untuk berkunjung ke tempat P dan pacarnya tinggal. Sesampainya di sana, teman perempuannya ini sedang bertengkar dengan pacarnya dan ia pun menghubungi P.

Perempuan ini pun semakin sering menemui P tanpa sepengetahuan pacarnya. P pun menangkap bahwa perempuan ini diam-diam sudah memiliki perasaan lebih dengannya. Entah bagaimana mereka pun sampai berhubungan seksual pada akhirnya.

“Pacar gue dan dia jomblo gak pacaran. Gak punya status. Eh nggak deh, ceweknya juga punya cowok pas itu. Terus ya udah ngikut alur-alurnya gitu yak an ee.. apan namanya kayak chattingan biasa gitu terus abis itu juga dan dia kan emang dari luar gitu tempat tinggalnya , tinggalnya gak di Jogja dia main ke sini makanya dia ngabarin saya. Terus abis itu, chatting-chattingan tapi say kenal ama cowoknya abis

105

itu ya saya udah chat asyik sama si cewek itu jadi ya udah main gitu ama dia tanpa sepengetahuan cowoknya. Abis itu kayak dia mau juga gitu ama saya yaudah abis itu kayak kiss ama dia ternyata dia terus ya, yaudah berarti pernah ngelakuin hal itu diluar pacaran saya. Jadi ceritanya main belakang gitu” (transkrip, 427-445)

Berhubungan seks bisa dilakukan tanpa rasa cinta

Saat memutuskan untuk pindah dan berkuliah di Yogyakarta, P terlebih dulu mempelajari keadaan dan situasi di Yogyakarta. P pun menyadari terjadi perbedaan karakteristik entah itu dari cara berkomunikasi maupun dari cara berperilaku.

“Emm.. sulit untuk beradaptasi jadi sangat sulit ish, cara berkomunikasi entah juga perilaku sikap di daerah sana ama di sini beda kan beda, jadi perlu adaptasi yang panjang sih tapi ngikutin alur aja dulu lebih banyak berdiam dulu situasi di sini tuh seperti apa ngikutin juga” (transkrip, 86-93)

Hal menarik lainnya saat ia kesulitan mengontrol keuangannya. P susah menahan diri untuk membeli minuman keras dan mabuk-mabukan bersama teman-temannya namun P tidak tertarik untuk mengkonsumsi narkoba.

“Sangat sulit saya hindari itu keborosan mungkin ya apalagi saya kuliah di Jogja dan masih minta duit orang tua itu boros banget ketahan apalagi buat beli anggur-anggur gitu, gak ketahan aja” (transkrip, 102-107)

106

“Identik dengan hal negative gitu ? Saya hindarin sih, cuma kalau dalam bentuk minum saya fine-fine aja, kalau misalkan narkoba yang lain enggak deng” (transkrip, 120-124)

Di tempat yang baru, P memiliki banyak teman lawan jenis. Ada teman yang berasal dari satu sering berbicara dan sering menjadi tempat curhat bagi teman-teman perempuannya.

“Pasti, soalnya kan kita antara ke teman laki-laki dan perempuan pasti” (transkrip, 129-130)

“Paling dikenalin sama temen kuliahan yang punya temen di daerah sini, dikenalin sering nongkrong-nongkrong juga diluar jam kuliah, jam kampus” (transkrip, 134-137)

”Iyaa sebatas, ngobrol bercanda canda gitu, kalau ngobrol tentang hal kepribadian gitu atau pengen curhat gitu mereka nggak sih” (transkrip, 149-152)

P juga memiliki sahabat namun sahabatnya tidak tinggal di Yogyakarta. Untuk bisa menjadi sahabat P, mereka sudah melewati berbagai hal bersama. Mereka selalu ada di dalam suka maupun duka. Kedekatan mereka tidak membuat P memiliki perasaan lebih terhadap sahabatnya.

“Sahabat cewek dalam lingkup satu,dua, tapi saya nyebutnya dalam satu circle ini ada, ada satu circle sini lagi sahabat (transkrip, 157-159)

P sendiri sudah memiliki pacar dan hubungannya sudah berjalan selama dua tahun. P menilai pasangannya yang sekarang bisa menerima tidak hanya mencintai dirinya tetapi

107

juga bisa menerima kekurangan dirinya. Pacarnya pun termasuk bisa nyambung kalau diajak berbicara.

“Nggak ada sih, karena saya udah nganggep emm mereka sahabat ya udah” (transkrip, 170-171)

“Maksudnya first impression gitu kan udah kenal jauh nih dan ketika ketemu orang kan gak bisa eh elu jadi sahabat gue gak mungkin gitu ada waktu yang panjang dulu untuk melewati itu semua untuk bisa jadi sahabat ya kan, tapi bener kalau udah jadi sahabat ya udah sahabat. Gak ada suka-suka sekali mungkin kayak ngejaga dia sahabat jadi gue sama-sama sayang sama sahabat” (transkrip, 174-183)

P dan pacarnya sudah melakukan hubungan seks. Pandangan P tentang seks adalah seks bisa dilakukan dengan perasaan cinta maupun tanpa adanya perasaan cinta. Seks tanpa perasaan cinta dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki perasaan cinta pada lawan jenisnya, orang yang membutuhkan uang maupun orang yang menginginkan kenaikan jabatan di tempat kerja.

“Seks, berhubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Berhubungan yak an bisa juga seks dalam arti tanpa adanya cinta itu juga bisa dibilang seks. Entah dalam bentuk menginginkan uang atau apa jabatan atau hal yang lain entah apa hubungan intim” (transkrip, 238-244)

Kembali ke hubungan P dan pasangannya, dulu mereka melakukan hubungan seks di rumah pacarnya. Berawal dari ciuman dan menurut pengakuan P, ia berciuman dengan pacarnya membutuhkan waktu selama enam bulan.

108

“Iya enam bulan baru digituin, baru begitu” (transkrip, 352-353)

P menunggu pasangannya yang memulai terlebih dahulu dan setelah terjadi maka selanjutnya P yang akan memulai terlebih dahulu karena ia yakin tidak akan mendapat penolakan.

“Jadi emang awalnya gue tipakal orang yang semisal cewek itu udah mau berciuman ama gua gitu ya udah lama-lama gue yang ngejer dia terus soalnya gak apa-apa soalnya gue lebih menghargai paham gak sih” (transkrip, 366-371)

Hubungan mereka terus terjalin sampai saatnya mereka mulai berhubungan seksual. Berawal dari ciuman, P mencoba memberanikan diri menyentuh area payudara dan ternyata tidak mendapatkan penolakan. Kemudian, P mencoba untuk menyetuh area vital dan lagi-lagi tidak mendapat penolakan. Mereka selalu berhubungan seksual di rumah pasangannya saat keadaan rumah sedang kosong.

“Jadi, gue harus ceweknya dulu yang mulai nih cium gue dulu nih yaudah tandanya gue juga boleh nyium dia dong, udah lama-lama dia gak minta cium udah gue cium dulu, ya udah mulai seperti itu ya mungkin yamg diomongin seks besar ya, iya seks berat dia ngajakin gitu misalnya ke rumah si ceweknya gak ada orang, main-main lucu di kamar gitu terus yaudah ngalir aja gitu” (373-383)

“Ya ngalir sesuai karena ngikutin alurnya saat berdua. Jadi awalnya cium dulu” (transkrip, 385-387)

P mengakui ia teorientasi dari video porno yang ia tonton sehingga kalau pasangannya tidak bisa berhubungan seksual ia melakukan masturbasi sendiri.

109

“Hmm.. ada step by stepnya kalo langsung gitu kan orang juga kesel takutnya dia apaan sih. Step by stepnya mungkin karena saya dulu sering nonton video gitu yaa jadi terorientasi dari film oh ternyata di cium dulu ya abis itu cium-cium abis itu, main nipple mungkin ya pokoknya step by step pelan-pelan abis itu mencoba untuk pengen orientasi ”bawah” dia bagian tubuh bawah wanita ternyata its fine ya” (transkrip, 389-399)

“Hee.. hand job. Itu nonton video gitu ya pokoknya gitu deh” (transkrip, 415-416)

Pengalaman seksual Pdengan lawan jenis tidak berhenti sampai di situ saja. P juga pernah melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang bukan pasangannya. Perempuan tersebut ia kenal melalui sebuah aplikasi pencari jodoh bernama Tinder. Iseng-iseng mencoba aplikasi tersebut, P ternyata menemukan perempuan yang jaraknya tidak begitu jauh darinya.

“Karena pas itu, aku kan gini ya dari jauh butuh kenalan cewek, akuu buka tinder tauuu hahahaa lewat aplikasi tinder, terus ketemuan ternayata deket, namanya tinder bisa di set sesuai lokasi” (transkrip, 490-494)

Lalu, P mencoba untuk menghubungi perempuan tersebut dan mendapat tanggapan yang baik sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu. Mereka bertemu selama beberapa kali lalu P memberanikan diri untuk mengajak perempuan tersebut main di kostannya dan ternyata perempuan itu mau.

110

“Udah ke detect, iya abis itu kan chat aja ah yang ini ternyata dibales tuh hai..hai kenalan dia tau gue merantau, abis itu main, ngopi bareng, anterin pulang, abis itu main lagi ternyata dia mau main ke kost” (transkrip, 497-502)