• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil dan Pembahasan

2. Narasi kehidupan J Kenakalan remaja Kenakalan remaja

J adalah seorang laki-laki berusia 22 tahun. Berasal dari Flores. Orang tuanya juga berasal dari Flores. Orang tuanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil. J mengalami pubertas saat duduk di bangku SMP kelas dua dan pada saat itu ia berusia 14 tahun.

“umur 13 tahun atau 14 tahun sekitar itu,pas SMP kelas dua” (tranksrip,6-7)

Saat itu, J mengalami pergolakan di masa pubertas termasuk ketika ia telah mengalami mimpi basah rasa ingin tahunya ingin ia salurkan ke dunia nyata.

“Tahu akil balig itu masa dimana kita ingin tahu sesuatu, pokoknya bebaslah, masa masa ingin nakal, ada yang tidak juga” (transkrip, 1-5)

40

“Pernah,rasanya enak to, habis itu ingin tahu rasanya bagaimana” (transkrip, 17-18)

“Kalo praktek langsung” (transkrip, 20)

“Mimpi berhubungan seksual dengan perempuan” (transkrip, 23-24) Pergolakan lainnya saat ia di masa pubertas yang terjadi lainnya saat masa pubertas ia terlibat kenakalan remaja seperti sering terlibat perkelahian antar sekolah, bertengkar dengan orang rumah, sekolah tidak jelas, minum minuman keras

“Hancur saja ta,sekolah tidak jelas, liar,nakal, berkelahi terus, habis itu jarang dirumah, sering ribut dirumah dan disekolah” (transkrip, 11-14)

“Biasanya karena bela teman juga, lebih sering bela temanlah, bisa juga dipengaruhi oleh alcohol, pas ketemu dijalan pas baku lirik, tatapan tajam sio, itu saja e, gara-gara bela teman, bela kampung, kalau antar sekolah saya jarang palingan berkelahi diluar sekolah” (transkrip, 45-55)

Akibat dari kenakalan remaja tersebut, J harus merasakan mendekam di dalam penjara selama tiga hari.

“Masuk kantor polisi supaya ada efek jeranya. Saya pernah di dalam penjara selama tiga harilah” (transkrip, 58-60)

Menurut J, mendekam di di penjara akan menimbulkan efek jera, namun itu semua balik ke diri masing-masing karena ia masih akan tetap tinggal di lingkungan yang sama setelah keluar dari penjara. Di penjara pun, ia tidak mendapat kekerasan fisik namun ia merasa tertekan dari segi mental dan ia juga merasa jenuh.

41

“Masuk dalam sel terus jenuh juga tinggal dalam sel sampai tiga hari habis itu yang main fisik itu tidak ada, takut terus ditekan terus setiap hari” (transkrip, 62-67).

Rupanya, pada saat itu J juga sudah mulai berpacaran pada saat ia kelas dua SMP dan hubungannya berjalan selama empat bulan.

“Kelas 2 SMP, 4 bulanlah” (transkrip, 145)

Selama berpacaran saat SMP, J ternyata sudah berciuman untuk pertama kalinya. J tidak merasa malu saat ia pertama kali melakukan berciuman karena ia sudah merasa dirinya sudah siap.

“Umur 14 tahunlah, ciuman pertama kali saya” (transkrip, 137-138) “Biasa saja kalo ciuman pertama kali, tidak ada malu-malu karena sudah siap” (transkrip, 141-142)

Sudah melakukan hubungan seks

Semasa SMA, J juga terlibat perkelahian antar kampung karena membela temannya.

“Biasanya karena bela teman juga, lebih sering bela temanlah, bisa juga dipengaruhi oleh alcohol, pas ketemu dijalan pas baku lirik , tatapan tajam sio, itu saja e, gara-gara bela teman, bela kampung, kalau antar sekolah saya jarang palingan berkelahi diluar sekolah” (transkrip, 45-55).

42

Selain pertemanannya dengan anak laki-laki, J juga mengenal lawan jenis. J juga berpacaran dengan beberapa perempuan dan memiliki sembilan orang mantan pacar.

“Sembilan” (transkrip, 160)

Diantara kesembilan mantan pacarnya tersebut, lima diantara sudah pernah berhubungan seksual dengan J.

“Sebagian sudah sebagian belum” (transkrip, 157) “Sekitar limalah” (transkrip, 163)

Ketika akan mengajak pasangannya berhubungan seksual, J awalnya merasa takut. J takut mendapat penolakan dari pasangannya dan ia merasa beruntung karena selama ia ingin mengajak pasangannya berhubungan seksual ia tidak pernah mendapat penolakan.

“Takut juga sih, karena takut pas ajak langsung ditempelehng tapi tidak pernah kejadian sih” (transkrip, 166-168)

J mengakui ia ingin berhubungan seksual karena dirinya dipenuhi rasa napsu. “Karena nafsu juga yang lain itu tah” (transkrip, 171)

Ketika akan melakukan aktivitas seksual dengan pasangannya, J membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk berciuman dengan pasangannya.

“Satu bulanlah” (transkrip, 152)

Sedangkan untuk berhubungan seksual, J membutuhkan waktu tiga bulan. “Tiga bulan sudah bisa” (transkrip, 154)

43

Seks itu kenikmatan

Memutuskan untuk keluar dari daerah asalnya dan pindah ke Yogyakarta, membuat J merasa kesulitan saat beradaptasi dan cukup lama dalam proses adaptasi.

“Lama proses adaptasinya , tergantung tempat, kalo di kos banyak ketemu orang satu daerah jadi cepat adaptasi” (transkrip, 75-77)

Ia mengalami kesulitan berbahasa.

“tapi kalo dikampus susah toh,susahnya dari bahasa,budaya cara bergaulnya beda,sulit bergaul” (transkrip, 78-80)

Selain itu, J juga mengalami pola tidur berubah dan ia menjadi malas ke kampus karena sering terlambat bangun tidur.

“Rasa malas yang saya sulit hindari, malas bangun tidur, malas pergi kampus” (transkrip, 83-84)

“Mungkin karena begadang karena pola tidur berubah,nyaman tinggal di kos malas keluar,kumpul dengan teman sampai lupa waktu” (transkrip, 86-89)

Efek lainnya dari pola tidur yang berubah adalah ia menjadi sering berkumpul dengan teman-temannya sampai lupa waktu. Sisi positifnya, J sudah mulai mengurangi kebiasaannya mengkonsumsi minuman keras.

“Lingkungannya kalau di Ruteng banyak anak yang nakal, terus minum-minum sering tapi kalau di Jogja jarang minum” (transkrip, 70-72)

44

Di lingkungannya, J juga memiliki teman lawan jenis namun tidak begitu akrab.

“Sedikit saja e, banyak sih banyak tapi jarang kumpul, teman kampus yang banyak”(transkrip, 94-96)

“Diatas 10anlah” (transkrip, 98)

J pun mengagumi salah seorang teman perempuannya karena parasnya yang cantik.

“Ada yang saya suka, tapi hanya sebatas suka saja” (transkrip, 105-106)

“Ada juga yang cantik otomatis kita suka,baik (transkrip, 108-109) “satulah” (transkrip, 111)

J sendiri sudah memiliki pacar. J dan pasangannya sudah melakukan hubungan seksual. Namun terkadang, J merasa iba dan takut pada pasangannya setelah mereka melakukan hubungan seksual. J berpikir kalau nantinya seandainya mereka tidak berjodoh dan membuatnya merasa menyesal.

“Takut juga e, tahu e mungkin kasihan mereka, kasian masa depannya , kan belum tentu kita ini mereka punya jodoh” (transkrip,187-190)

Selain dengan pasangannya, J juga pernah melakukan hubungan seksual dengan perempuan lainnya.

“Pernahlah” (transkrip, 198)

Menurut J seks itu adalah kenikmatan. Kenikmatan atas cinta mauapun atas dasar napsu.

45

“Kenikmatan kayak begitulah, kenikmatan karenaatas rasa cinta ada juga yang karena nafsu sesaat” (transkrip, 122-124)

Seks bisa dilakukan dengan perasaan cinta maupun tanpa perasaan cinta. “Kalau berseks karena cinta itu pokoknya buatnya karena cinta sama-sama sayang jadinya muncul itu,sikat kalau yang karena nafsu itu kalau mabuk” (transkrip, 127-130)

Bagi J, berhubungan seksual dengan perempuan yang bukan pasangan itu karena adanya napsu. J memanfaatkan perempuan tersebut sebagai pemuas hasratnya sebagai laki-laki saat pasangannya tidak bisa memenuhi keinginannya untuk berhubungan seksual.

“lihat perempuan, kadang ada kontak dari perempuanya sudah, habis itu begitu sudah,kalau kontak dari perempuan yang suka den kita, kitanya biasa-biasa saja paling kita hanya manfaat untuk itu saja” (transkrip, 131-136)

Alasan lainnya adalah J dipengaruhi alcohol sehingga ia melakukan hubungan seks dengan dengan perempuan lain.

“yang karena nafsu itu kalau mabuk” (transkrip, 131-132)

Di lingkungan pertemananya, teman-temannya terkadang bertanya tempat J melakukan hubungan seksual dengan pasangannya karena kostan J memiliki aturan.

“Biasa-biasa saja ,palingan mereka tanya tanya, buatnya dimana” (transkrip, 245-246)

46

J melakukan hubungan seks di kos teman prianya, terkadang mereka melakukannya di kostan J pada siang hari. Pemiliki kost dan warga sekitar juga acuh tak acuh dengan perilaku anak kost tersebut.

“Tergantung kadang dikosnya teman, kos sendiri” (transkrip, 248-249) “Siang begitu ke kost” (transkrip, 255)

“Tidak juga, palingan bapa dan mama kos” (transkrip, 257-258) Ketika berhubungan seksual, J tidak selalu memakai alat kontrasepsi

“Kadang pakai , kadang tidak. Kalau ada kah pakai tapi kalau tidak ada disaat saat seperti itu ya sudah lanjut sudah” (transkrip, 218-220)

J merasa lebih takut pasangannya akan hamil karena dirinya belum siap memiliki anak.

“Bukan takut penyakit juga, lebih ke takut hamil” (transkrip, 222-223) “Ais, resiko itu saja takut hamil, karena belum siap” (transkrip, 225-226

J juga belum memiliki gambaran tentang masa depannya. J juga memilih tidak menceritakan pada pasangannya di masa depan tentang masa lalunya.

“Apa e, belum ada gambaran sampai ke situ” (transkrip, 267-268)

“Kalau ditanya pasti jujur, kalau tidak saya diam saja” (transkrip, 272-273)

Namun, Jakan terpaksa jujur jika pasangannya mengetahui perihal masa lalunya dari orang lain.

47

“Cerita saja sudah, jawab sudah semua, palingan semua masa lalu, begitulah” (transkrip, 277-278)

Analisis Perilaku Seksual J

J sebagai mahasiswa pria yang merantau merasa dirinya sulit untuk beradaptasi karena menyesuaikan diri di perguruan tinggi selepas bangku sekolah menengah dapat menjadi transisi yang sulit bagi banyak mahasiswa. Masa transisi dari bangku sekolah menuju bangku perkuliahan adalah sebuah proses yang kompleks (Estiane, 2015). J mengalami kendala dari segi bahasa serta mengalami pola tidur yang berubah sehingga kuliahnya menjadi terbengkalai.

Di lingkungan pertemanan pun J memiliki banyak teman lawan jenis namun tidak terlalu dekat. J lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman yang berasal dari daerah yang sama karena sikap, tingkah laku, dan prilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun teman – teman sebaya (Sumiati Chairunnissa, 2010) yang banyak melakukan aktifitas seperti mengkonsumsi minuman keras.

Di satu sisi, J pun sudah menjalin hubungan berpacaran dengan lawan jenis. Aktivitas seksual yang dilakukan J yaitu dimulai dari tahap kissing, necking, petting, hingga sexual intercouse ( Pawestri, Setyowati, 2012)

Hubungan seksual pun dilakukan di kos milik J karena laki-laki lebih banyak diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri, sedangkan wanita lebih banyak dikontrol (Purwaningsih, 2011)

Dalam melakukan hubungan seksual, J secara gamblang menyatakan bahwa ia memiliki rasa takut dengan risiko kehamilan pacarnya jika mengacu pada pernyataan

48

bahwa hubungan seksualitas remaja pria tersebut dapat berdampak buruk pada kehidupan bagi kesehatan maupun kehidupan sosial remaja pria tersebut. Diantaranya infeksi seksual dan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) yang juga berdampak pada tingginya Angka Kehamilan Ibu dan Angka Kematian Bayi sebagai indikator kesehatan suatu masyarakat (Maelissa, 2018) dan berdasarkan pernyataan tersebut J menyadari setiap resiko kegiatan seksual yang bisa berdampak buruk bagi dirinya.

Selain itu, J juga termasuk pada kategori mahasiswa yang melakukan aktivitas seksual dengan motif pada kategori infatued love adalah cinta gila atau cinta pada pandangan pertama atau hanya jatuh cinta dan mengalami gairah tanpa adanya keintiman dan komitmen Strainberg (1986) karena berdasarkan pernyataannya, J melakukan aktivitas seksual semata-mata sebagai kegiatannya untuk memuaskan hasratnya sebagai laki-laki.

3. Narasi Kehidupan T