• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil dan Pembahasan

3. Narasi Kehidupan T Sekolah di seminari Sekolah di seminari

T melewati masa SMP nya di seminari. Pada masa SMP itu juga, T mengalami masa pubertas.

“SMP kayaknya. sejak kelas 2 atau 3 su mulai puber. Pertama beta tumbuh jerawat waktu kelas 2 SMP sampe kelas 3 SMP (transkrip, 2-4)

“banyak tumbuh jerawat dan jakun mulai tumbuh dan suara makin memberat. Itu tanda tanda pas SMP” (transkrip, 5-7)

T mengalami pertumbuhan jerawat, jakun, dan suara yang semakin memberat. T juga mengalami mimpi basah. Ia juga ingin mengenal lawan jenis lebih jauh namun terkendala karena di sekolahnya di dominasi oleh anak laki-laki.

49

“Rasanya aneh ada mimpi basah awalnya. Sementara waktu puber itu saya kan di sekolah khusus laki laki di seminari. Belum banyak ketemu perempuan jadi rasanya sedikit aneh karena puber di lingkungan yang berbeda, jarang liat wanita” (transkrip, 9-16)

Hasrat seksual yang memuncak pada saat itu, membuat T menyalurkan hasratnya dengan menonton video porno. Selain menonton video porno, T melakukan olahraga untuk mengontrol gejolaknya dan hormone testoteronnya ikut keluar.

“Waktu seminari itu pas puber kita nonton video porno kalo bisa keluar tapi karna keterbatasan akses jadi jarang karena masa puber jadinya kami mau nonton itu video” (transkrip, 40-44)

“Caranya yah olahraga untuk mengontrol hormone , kalo olahraga lebih banyak kan nanti cape nanti hormone tetosteron juga ikut keluar. Jadi pas smp saya sering olahraga” (transkrip, 46-50)

Setelah keluar dari SMP, pergolakan yang ditahan sejak di seminari makin terasa saat masuk ke sekolah umum.

“Jadi pas di seminari belum terasa sekali puber tapi pas sudah keluar dari seminari sangat terasa” (transkrip, 15-17)

T mulai mengenal banyak teman lawan jenis bahkan sampai berpacaran.

“Banyak tertarik dengan wanita, lebih gampang bergaul dengan wanita. Karena awal puber sudah lama terlewat jadi tidak malu untuk bergaul dengan wanita. Itu jadi dampak positifnya. Kalo negatifnya susah untuk cari pacar” (transkrip, 20-25)

50

“Kalo pacaran dari SMP kelas tiga. Kalo pas kelas tiga SMP kalo suka den perempuan kita langsung kasih tahu to yang begitu saja. Pacaran kelas tiga SMP itu sekedar hanya untuk SMS dan ketemuan. Beda kalo pacaran pas kuliah pemikirannya sudah serius” (transkrip, 152-158)

“Enam bulan mungkin , tapi ada satu orang saya pacaran sampe kelas tiga smp tapi selain dia saya ada pacar lain juga” (transkrip, 161-163)

Selain berpacaran, T juga melakukan aktivitas seksual berciuman dengan pacarnya pada saat itu. Tmembutuhkan waktu satu sampai dua bulan untuk bisa berciuman dengan pasangannya.

“Tidak tau e , mungkin 1-2 bulan” (transkrip, 176)

T juga merasa kalau masa pubertas secara biologis sudah bisa berhubungan seksual namun tidak ia lakukan saat SMP.

“Kalo pemikiran saya secara umur biologis seks itu sudah boleh dilakukan sejak awal pubertas” (transkrip, 140-142)

Pematangan pikiran

Saat SMA, T merasa pikirannya sudah matang.

“Tapi kalo dalam sisi social itu setelah SMA karena adanya pematangan pikiran” (transkrip, 142-144)

T juga berpacaran dan hubungannya berjalan selama tiga tahun namun ia dan pasangan sering putus lalu berbaikan kembali,

51

T juga sudah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Menurutnya, dengan pikirannya yang sudah matang ia bisa memutuskan berhubungan seksual menggunakan alat kontrasepsi atau tidak. T membutuhkan waktu satu sampai dua minggu untuk berhubungan seksual dengan pasangannya. T juga akan bertanggung jawab jika pasangannya hamil nantinya

“Karena kalo selesai SMA sudah tahu akibat jika tidak menggunakan pengaman maka terjadi kecelakaan dan kau harus tanggung jawab. Maka disitu pemikiran mulai terbentuk.mungkin SMA di umur 19 tahun” (transkrip, 145-150)

Berhubungan seks tidak harus setelah menikah

Ketika pindah di Yogyakarta, T tidak begitu sulit dalam proses adaptasi. Ia menyadari adanya perbedaan budaya termasuk ia harus mengubah cara bicaranya.

“Perbedaan budaya dan peralihan kemandirian. Kalo mandiri tidak terlalu kaget karena saya smp di luar tempat asal jadi tidak terlalu kaget. Kalo budaya disini sama di timur kan beda jauh” (transkrip, 56-60)

“Kalo adaptasi cepat . karena palingan di suruh omong dn mereka lebih pelan dan halus” (transkrip, 62-64)

Di tempat baru ia ingin selalu menjelajahi berbagai tempat akibatnya nilainya mengalami penurunan.

52

“Jalan jalan di awal semester. Karena masuk tempat baru ada banya yang mau di eksplor, jadi nilai pas awal semester banyak yang C. Saya juga untungnya tidak rokok dan minum jadi selama disini tidak terpengaruh” (transkrip, 67-72)

T termasuk orang yang sulit mengatur keuangannya, Sering kali ia tergoda untuk membeli baju, komik ataupun game.

“Saya kan suka koleksi barang macam komik, baju game . jadi uang banyak terhabis disitu. Misalnya saya liat ada barang bagus, jadi uang cepat habis. Dan itu godaan yang terbesar sampe sekarang dan untungnya saya masih bisa tahan tapi kalo ada uang lebih saya tidak bisa tahan. Misalnya saya beli game atau komik” (transkrip, 74-81)

T pun memiliki banyak teman lawan jenis dan berkomunikasi dengan baik. Di dalam lingkup pertemanan itu, T tidak menyimpan perasaan lebih terhadap teman-teman lawan jenisnya.

“Punya ada banyak teman perempuan. Kira kira lebih dari 10. Kalo soal dekat yah dekat pernah saling kontak, kalo dekat misalnya saya tau dia terus dia tau saya. Sering ngobrol kalo ketemu” (transkrip, 83-87)

Ia lebih mementingkan pertemanan dan tidak ingin pertemanan mereka menjadi rusak.

“Kalo suka untuk mau dijadikan pacar tidak ada, tapi kalo suka karena cantik ada. Soalnya tidak tertarik. Kalo teman yah teman kalo teman yang mau dijadikan pacar itu beda lagi” (transkrip, 90-94)

53

T memiliki kriteria tersendiri untuk perempuan yang akan dijadikan pacar. Ia melihat dari fisik terlebih dahulu, Saat ini pun T sudah memiliki pacar.

“Saya tidak terlalu pikir tipe. Kadang saya suka perempuan yang punya senyuman yang lebar dan kadang kadang suka perempuan yang senyumannya kecil. Jadi tidak ada tipe yang pas kalo saya rasa suka dengan dia yah suka” (transkrip, 109-115)

T dan pasangannya sudah pernah melakukan aktifitas seksual seperti berciuman sampai bersenggama. Bagi T, hubungan seks bisa dilakukan tanpa harus menikah terlebih dahulu namun, jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan T mengatakan siap untuk bertanggung jawab.

“Hubungan seksual itu tidak harus dilakukan waktu sudah menikah karena ada kebutuhan biologis yang kau harus penuhi jadi tidak tunggu pas menikah yang penting kalo sudah mau melakukan hibungan seks dengan seseorang harus ada sikap tanggung jawab, soalnya kalo misalnya menikah tidak ada yang disebut kecelakaan tapi kalo belum maka kalo ada kecelakaan harus ada rasa tanggung jawab.Jadi kalo seks di luar nikah harus ada pengamanan khusus misalnya pemakaian kondom jadi menurut saya itu boleh saja” (transkrip, 117-130)

T dan pasangannya selalu melakukan aktivitas seksual mereka di kosan dan memanfaatkan kesempatan yang ada.

54

“kalo rasa ada ketertarikan seksual langsung tau ada kesempatan” (transkrip, 183-184)

“Dia datang di kos yang setelah itu suasananya aneh yang sudah langsung terjadi karena sama – sama mau. Tidak bisa dijelaskan suasananya bagaimana dan yang mulai itu pasti laki laki” (transkrip,198-203)

Selain dengan pasangannya, T juga berhubungan seks dengan perempuan tuna susila (PSK) dan ia melakukan perbuatan tersebut karena pasangannya tidak bisa berhubungan seksual sedangkan dirinya sudah dipenuhi napsu yang tinggi.

“Pernah, sama pacar dan orang lain pernah” (transkrip, 187)

Beberapa peristiwa lainnya, saat ia juga berhubungan seksual dengan temannya. T mengisahkan saat itu temannya datang ke kosan. Saat itu perempuan tersebut menggoda T dan otaknya langsung dipenuhi hasrat yang tinggi, Lalu mereka berhubungan seksual. Setelah berhubungan seksual, T merasa kasihan pada temannya tersebut maka ia menjadikan temannya itu sebagai pacar.

“Awalnya tu sama orang lain bukan sama pacar. Kalo sama orang lain tu bukan sama yang PSK tu tapi teman PDKT.dari situ karena sudah berhubungan terus pacaran nah dari situ baru kau putuskan dengan pacar lain” (transkrip, 190-195)

“Awalnya sih tidak kepikiran karena otak sudah nafsu to. Mau bagaimana lagi dia juga terima saja. Nanti kalo sudah selesai baru

55

kita sadar to ternyata begini . ada rasa bersalah makanya lanjut sampe pacaran” (transkrip, 207-212)

T juga memilih menonton video porno dan melakukan masturbasi untuk menyalurkan hasrat kalau pasangannya tidak bersedia melakukan hubungan seks dan tidak memiliki uang untuk membayar PSK, karena ia selalu berhubungan seksual dengan PSK di hotel. T juga selalu memakai alat kontrasepsi.

“Pengalihannya seperti ke PSK , nonton video porno itu saja. Saya pernah hubungan seksual sama PSK untuk jadi pelarian” (transkrip, 229-232)

“Saya juga tidak hitung e , kalo ada uang ke PSK kalo tidak onani sendiri tergantung situasinya” (transkrip, 234-236)

“Selalu.karena saya pikir risikonya” (transkrip, 239)

“Iya karena itu memang prosedurnya sebagai system keamanan yang di anjurkan Negara agar berada di zona nyaman” (transkrip, 243-245)

T tinggal di kosan yang memiliki aturan tapi sering kali aturan tersebut dilanggar. Warga sekitar pun terlalu santai melihat kelakukan penghuni kost tersebut. Orang tuanya pun tidak tahu tentang pergaulannya.

“Ada, tapi tidak kita selalu ikuti to mereka tidak cek” (transkrip, 275-276)

56

Mengenai gambaran masa depan, T belum memikirkannya. Tapi, ia merasa memiliki tanggung jawab pada istrinya nanti dan tidak berhubungan seksual dengan perempuan lain lagi.

“Itu nanti kelanjutan hubungannya to, kalo dia tidak mau ya sudah mau seperti apa (transkrip, 294-295)

“saya harus jujur, harus bertanggung jawab. Kan kalo sudah berumah tangga tidak mungkin saya ada hubungan di luar” (transkrip, 300-302)

Analisis Perilaku Seksual T

Ketika memutuskan untuk pindah di Yogyakarta, T tidak begitu mengalami kesulitan dari segi adaptasi. T hanya mengalami sedikit kendala yaitu kesulitan yang sering dialami mahasiswa luar Jawa saat pertama kali tinggal di pulau Jawa adalah perbedaan bahasa (Niam, 2008)

Di tanah rantau, T pun menjalin hubungan dengan perempuan. Hubungan mereka tidak sebatas pacaran biasa tetapi hubungan seksual sebelum menikah justru banyak dilakukan oleh remaja yang berpacaran (Mayasari, Hardjam 2000). Perilaku berciuman seperti open mouth dan tongue kisses (Hudges, Harisson & Gallup, 2007).

Selain berciuman T dan pasangannya melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Motif ia melakukan hubungan seksual tersebut karena ia meyakini hubungan seks bisa dilakukan tanpa harus menikah terlebih dahulu dan termasuk dalam teori infatued love adalah cinta gila atau cinta pada pandangan pertama atau hanya jatuh cinta dan mengalami gairah tanpa adanya keintiman dan komitmen Strainberg (1986).

57

4. Narasi Kehidupan W