• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil dan Pembahasan

1. Narasi kehidupan D

Pubertas melatih tanggung jawab

D merupakan seorang remaja pria sekaligus mahasiswa berusia 22 tahun dari Jakarta. D anak pertama dari satu bersaudara. Kedua orang tuanya bersuku Jawa. D mengalami pubertas ketika duduk di kelas enam SD. Saat masa pubertas, D juga merasakan perubahan baik secara biologis, fisik, maupun psikologis. Dmengalami mimpi basah, mengalami pertumbuhan di bulu halus di beberapa tempat dan merasa cara berpikirnya mulai berubah.

”Contohnya mengalami mimpi basah , tumbuh buku di beberapa bagian tubuh ini secara fisik sedangkan secara psikologi lebih berpikir ke depan” (transkrip 2-4).

Karena sudah mengalami mimpi basah dan mengalami tumbuhnya bulu halus, D merasa bukan anak kecil lagi. Di sekolah juga ia mendapati pelajaran tentang mimpi basah, jadi saat mengalami mimpi basah D tidak merasa kaget.

“Gue mimpi basah, tumbuh bulu di beberap bagian, gue berpikiran udah gak kayak anak kecil lagi..Kalo dipendidikan kan udah dapet kalo seorang cowo bakalan akil balig jadi gue gak kaget karena udah tau” (transkrip 10-17)

29

Pada saat masa pubertas juga, D mulai dibatasi oleh orang tuanya. D juga merasa karena dibatasi pergaulannya oleh kedua orang tuanya, maka ia harus bisa mengontrol dirinya. Namun, D terkadang sering mengabaikan aturan yang sudah dibuat oleh orang tuanya. D mengisahkan beberapa kali ia pulang larut malam. Aturan yang dibuat ibunya adalah ia harus sudah pulang saat pukul 22.00 namun, D pulang larut malam hingga pukul 01.00 dini hari. Akibatnya, ia mendapat teguran dari ibunya.

“Ya ngontrol sendiri sendiri, karena udah dibatasi. Tapi yah ada beberapa kali si kejadian gue kelewat batas sampai harunya pulang jam 10 malah pulang jam satuan dan diomeli juga, tapi bisa dihitung juga berapa kalinya. Gue masih bisa ngontrol sih” (transkrip, 35-41)

Setelah kejadian tersebut, D selalu izin terlebih dahulu pada ibunya jika ingin pulang larut. Namun sayangnya, terkadang D ingkar janji dan pulang daru waktu yang telah ia sepakati dengan ibunya. Karena kajadian tersebut ibunya menanyakan D terkait pertanggungjawabannya.

“Sempet ada tapi balik lagi ke awal , aku balik lagi ke janji misalnya bu aku balik jam 11 tapi ternyata jam satu nah pas balik ditanya pertanggung jawabannya dimana” (transkrip 44-48)

Saat SMP, D juga mulai berpacaran saat ia duduk di kelas dua SMP “12 tahun saat SMP” (transkrip 164).

D mulai mencoba berpacaran karena ia sering melihat tayangan di televisi. Saat itu sekitar tahun 90an sering menampilkan adegan orang berpacaran karena

30

merasa penarasan D pun mencoba untuk berpacaran. Selain berpacaran, D juga sudah berciuman dengan pacarnya pada waktu itu.

“Kalo ciuman ringan di umur SMP udah pernah sama pacar ke sekian di kelas dua atau tiga” (transkrip 153-155)

“Aduh lupa yah kalo dijelasin, tapi generasi 90an pasti tau yah kalo pacaran itu karena apa, mungkin karena pas dulu karena dicekokin aja di televisi kayak orang pacaran” (transkrip 167-171).

Hubungan seks

Saat SMA, D kembali menjalin hubungan dengan beberapa lawan jenis. D berpacaran dengan beberapa perempuan. D juga sempat berselingkuh lalu ia ditinggalkan oleh pasangannya pada waktu itu. D memiliki enam orang mantan pacar.

“Ada 6 orang” (transkrip, 175)

“Pernah tiga bulan . dan putus gara-gara gue selingkuh waktu SMA” (transkrip, 177-178)

Selain itu, D membutuhkan waktu satu sampai tiga bulan untuk bisa berciuman dengan mantan pacarnya dulu.

“Mungkin kisaran satu bulan sampe tiga bulanlah itu udah ciuman” ( transkrip, 182-183)

D pun sudah melakukan pernah melakukan hubungan seksual. Menariknya, dari keenam mantan pacarnya, tiga orang sudah melakukan hubungan seksual dengan D.

31

“Sama pacar gue yang sekarang berarti ada 7 jadi ada 3 yang pernah” (transkrip, 190-191)

Ketika telah menyelesaikan ujian nasional SMA, D dan teman-temannya merayakannya dengan mengadakan pesta. Di pesta tersebut, D dan teman-temannya meminum minuman keras sehingga D mabuk. Ketika mabuk, D pun melakukan hubungan seks. Namun, saat ia sadar D merasa bingung dengan perbuatannya.

“Waktu pertama kali ada satu setelah UN ada party gitu dan gue pertama kali having seks pas gue mabuk dan pagi-paginya gue bingung pas paginya” (transkrip, 194-198)

Sejak kejadian itu, D menjadi sering berhubungan seksual. Mantan pacarnya pun sering mengajak D untuk berhubungan seksual.

“kalo yang lain setelah mantan gue yang ini yang udah karena sama-sama pernah kalo mau mulai yah mulai aja.pernah sih mantan gue ada yang minta disuruh main ke kost tapi karena guenya lagi gak mau yah tergantung waktunya aja sih” (transkrip, 198-204).

Mencari kepuasan

Selepas masa SMA, D memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Daerah yang dipilihnya untuk berkuliah adalah Yogyakarta. Saat pindah ke Yogyakarta, ia merasa harus menjadi sosok yang mandiri. D juga mengalami susah tidur dan dampaknya kuliahnya menjadi terbengkalai.

“Hal pertama yang paling gue rasain adalah yah kita atur diri kita , segalanya kita atur dari makan , baju kotor, beresin kamar sendiri” (50-53)

32

“Gue pengen cerita kalo dulu gue sebenarnya paling pertama yang gua alami itu pertama jam tidur gue kebalik, gue main sampe malam jam dua atau tiga bahkan jam empat baru pulang trus jam tujuh harus kuliah seterusnya kayak gitu. Gue jadinya sering kelewat kelas dan akhirnya TA. Jadi masalah waktu tidur yang kerasa bedanya” (transkrip, 75-82)

Di lingkungan yang baru, D berteman dengan orang yang berasal dari daerah yang sama dengan dirinya maupun dari daerah lainnya.

“Mampu karena banyak juga temen gue dari luar daerah, jadi kayak banyak temen dan banyak kegiatan yang gue bisa lakuin” (transkrip, 69-72)

“Kalo pergaulan di Jogja sih pergaulannya baik, temen-temen di Jogja nerima gue baik baik dan ajarin yang baik baik” (transkrip, 84-87).

Mereka menerima D dengan baik. D juga menyukai teman lawan jenisnya di kampus. D merasa perempuan tersebut memiliki banyak kesamaan dengan dirinya dan bisa memahaminya.

“Ada, kalo gue menilai diri gue sendiri karena cinlok gue sekelas, satu kegiatan di kampus, banyak yang factor yang bikin gue cinlok lah. Factor yang bisa bikin gue suka itu dia anak café juga dia dari Bekasi aku dari Jakarta terus gue liat dia orangnya aktif trus dia keliatan ekstrovert, kayak dia membuka dirinya dan gak suka bergaul dengan orang lain dan cantik juga sih” (transkrip, 104-114)

33

“Kebetulan kemaren yang gue kemaren nyari yang lebih tua dari gue beberapa bulan aja, jadi lahir ditahun yang sama jadi beda beberapa bulan, tuaan dia dan dia lebih agak dewasalah. Kalo semisal dia ada kegiatan dan gue ada kegiatan yang fine kalo gak ketemu. Yang penting gak terlalu nuntut kayak gitu aja sih yang bikin gak ribet dan yang cantik, objektiflah” (transkrip, 126-135)

D juga memiliki banyak teman perempuan entah itu teman kampus maupun teman dari luar kampus.

“Ada banyak, jumlahnya jelas diatas 10. Ada yang cuman sekedar say hi ada yang lebih dari sekedar say hy. Ada yang temen makan bareng ada yang cuman temen kampus, ada yang ngerjain tugas” (transkrip, 96-101)

Tidak jarang D berkumpul dengan teman-temannya hingga dini hari dan waktu pun banyak yang terbuang sia-sia. D merasa hidupnya di lingkungan baru sangatlah bebas.

“Kalo dari segi lingkungan sih kebetulan gue ada satu perkumpulan dari Jakarta terus kayak kita tu ngumpul bareng , maba-maba gitu trus sama sama bingung ngapain sih. Bingung ngabisin waktu, kayak kita di kota orang terus kita gak ada orang tua, saking bebasnya kita bingung mau ngapain, jadi waktu banyak yang terbuang padahal bisa ngelakuin sesuatu yang efisien” (transkrip, 55-66)

34

D tinggal di kostan yang penghuninya adalah laki-laki dan perempuan. Keadaan kost yang bebas tersebut membuat D dan pacarnya sering melakukan perbuatan yang tidak diinginkan.

“Godaan terbesar adalah kosan gue bebas, terus gue punya pacar trus kosan gue campur. Kadang ada hal yang terjadi yang diinginkan lah” (transkrip, 90-93)

Sepemahaman D, seks itu adalah hubungan badan yang dilakukan oleh dua orang dan mendapatkan kepuasan.

“Seks itu suatu hal yang terjadi antara dua insan yang berbeda. Seks di bahasa Indonesia yah ada dua orang berhubungan badan atau mendapatkan kepuasan dari hubungan badan itu” (transkrip, 145-149)

D dan pacarnya berhubungan pun seksual sebulan dua kali.

“Gak teratur sih, yah sebulan dua kali itu sama pasangan” (transkrip, 243-244)

D dan pasangannya tidak memiliki gaya favorit namun D merasa lebih merasa puas kalau pasangannya bisa mencapai orgasme.

“Biasanya aja sih gue gak sampe gaya gayaan ya udah sih, gak selalu begitu selalu berubah karena udah pasti puas” (transkrip, 212-214)

“Hampir pasti selalu orgasme kayaknya” (transkrip, 217)

35

Namun, terkadang pasangannya tidak bisa memenuhi keinginannya untuk berhubungan seksual. Jika pasangannya menolak, maka D akan mencari selingkuhannya. Selingkuhannya adalah seorang perempuan yang tinggal di sebelah kamar D.

“Pertama yang gue lakuin adalah nyari orang lain disekitar lingkungan gue. Selingkuhan gue, kalo ini lebih yang ke sekarang. Di saat cewe gue lagi gak bisa gue ngontak cewe yang sekosan gue lo lagi dimana” (transkrip, 226-231)

Selingkuhannya ini bebas masuk ke kamar D. Tidak jarang, saat ia ingin menyalurkan hasratnya perempuan tersebut langsung masuk ke kamar D lalu mereka berhubungan seksual.

“Dia pernah tau-tau masuk kamar gue, gue lagi nonton di kasur, terus dia masuk udah buka baju, trus gue langsung nanya ngapain lo udah diem katanya, terus dia langsung aja penetrasi” (transkrip, 235-240)

D mengakui tidak memiliki perasaan lebih pada selingkuhannya karena mereka sama-sama ingin mencari kepuasan. Mereka berhubungan seks pun tidak bisa ditentukan seberapa seringnya.

“Menurut gue yah karna sama-sama mencari kepuasanya yah fine-fine aja asal tau batasnya, dan gue merasa di posisi yang bener karena gue tau batasnya, gue seharunya gak punya perasaan sama cewe yang bukan pacar gue ini, dia cuman buat cari kepuasan” (transkrip, 248-255)

36

Pernah ada suatu kejadian pasangan dan selingkuhannya tidak berhubungan seksual. Maka, D menyalurkan hasratnya dengan melakukan masturbasi.

“kalo gak bisa yang gue masturbasi sendiri” (transkrip, 231-232) Ketika berhubungan seksual. D memilih menggunakan alat kontrasepsi. D memakai alat kontrasepsi dengan alasan ingin menjaga dirinya dari penyebaran virus dan ia juga belum siap memiliki keturunan.

“Pake. Pertama menjaga penyebaran virus kedua takut memiliki keturunan karena gue belum siap lahir dan batin” (transkrip, 260-262)

Sejauh ini alat kontrasepsi adalah alat yang paling menjamin keamanan. D akan berhenti memakai alat kontrasepsi saat ia menikah. Prinsipnya sekarang, ia hanya ingin mencari kepuasan.

“Selama ini sih menjamin, kalo selama ini belum pernah ada bocor” (transkrip, 265-266)

“Kalo sekarang gue masih pake pengaman tapi kalo udah sah ngapain lagi kan make pengaman” (transkrip, 269-271)

Lingkungan tempatnya tinggal pun cukup bebas. Pernah ada peristiwa saat warga melakukan penggrebegan di kostnya, dan mendapati tiga orang yang berlawanan jenis kelamin. Namun, penghuni kost memberi alasan yang masuk akal dan tidak ada tindakan lebih lanjut dari warga setempat.

“Ada satu kasus temenku ketauan sekamar tapi posisinya lagi bertiga, satu cewenya kosan disitu satu cowo kosan disitu satu cewe dari luar, jadi kaya sih cewe berdua ini berteman dan pindah kamar, jadi diakali

37

gitu, kalo cewe yang satu ini temen cewe yang tinggal dikosan” (transkrip, 295-302)

Tidak jarang juga ibunya menanyakan sejauh mana pergaulan D dengan lawan jenisnya. D pun tidak menutupi hal tersebut dari ibunya dan ibunya memberi tanggapan bahwa kalau ingin berhubungan seksual jangan lupa memakai pengaman.

“Kalo keluarga tau sih, kayak nyokap iseng aja nanya udah sampe mana, gue omongi ini sama nyokap sih dan responnya bagus asal pake pengaman jangan apa apain anak orang aja” (transkrip, 306-310)

Harapan D untuk masa depannya ia ingin pasangan yang sekarang menjadi istrinya. Menurutnya, banyak perubahan dalam dirinya saat ia menjalani hubungan dengan pasangannya yang sekarang.

“Harapan gue untuk pacar gue yang sekarang adlah tetap seperti ini gak ribet ribet. Tetap jadi diri dia sendiri yang tetap gue sayangi dan tetap gue butuhi, karena hidup gue teratur kalo ada dia” (transkrip, 313-318)

D pun ingin pasangannya tetap apa adanya. D juga berniat ingin jujur pada pasangannya sebelum menikah.

“Akan jujur sih sebelum gue lamar dia , gue lebih baik jujur duluan daripada nanti ada orang lain yang kasih tahu dia duluan,mending gue jujur duluan” (transkrip, 323-326)

D pun sudah siap dengan segala risiko yang terjadi saat ia telah mengakui perbuatan masa lalunya termasuk risiko terburuknya pasangannya akan meninggalkan dia.

38

“dan siap dengan segala risiko misalnya ditinggalin dan bakal cari cewe lain kalo semisal ditinggal. mungkin karena rasa percayanya dikhianati an kalo semisal gue udah jujur yah gue gini orangnya kalo gak suka ya udah” (transkrip, 327-332)

Analisis Perilaku Seksual D

Topik tentang hubungan seksual sering muncul pada narasi D sebagai mahasiswa pria yang merantau. D sebagai mahasiswa pria yang merantau merasa akan bebas dari tuntutan orangtua dan memberikan kebebasan kepada informan untuk melakukan apa yang mereka inginkan (Barus, Pradekso, 2018). Hal ini dialami D saat pertama kali pindah di Yogyakarta. D merasa kurang banyak melakukan kegiatan yang efisien.

Sebagai mahasiswa perantau, D dihadapkan pada berbagai perubahan dan perbedaan di berbagai aspek kehidupan, seperti pola hidup, interaksi sosial serta tanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, sehingga dituntut untuk mampu menyesuaikan diri (Rufaida, Kusnanti, 2017). Namun, D bisa melewati itu semua karena ia diterima dengan baik di oleh teman-temannya di lingkungan yang baru.

Di Yogyakarta, D pun memiliki pacar. Ia dan pasangannya sering melakukan aktifitas seksual seperti Kissing lips atau sering disebut ciuman bibir. Ciuman bibir adalah ciuman antara bibir dengan bibir yang disertai nafsu seksual (Imani & Pinasti, 2017). Perilaku seksual lainnya yang sering D lakukan bersama pacarnya adalah berhubungan seksual (vagina intercouse) adalah aktivitas melakukan senggama.

39

D melakukan perbuatannya tersebut di kos-kostan karena Perilaku tersebut didukung oleh kondisi lingkungan sekitar atau kost memberikan peluang besar terhadap remaja untuk melakukan hubungan intim dengan pasangannya dalam berpacaran (Anita, 2015).

Menurut D, motifnya dalam melakukan hubungan sexual intercouse adalah untuk mencari kepuasan saja karena pada penjelasannya tersebut ia sering melakukan hubungan seksual dengan wanita yang statusnya bukan pacar. Sehingga, menurut analisis peneliti hal ini sejalan dengan teori Strainberg (1986) pada kategori infatued love yaitu Infatued love adalah cinta gila atau cinta pada pandangan pertama atau hanya jatuh cinta dan mengalami gairah tanpa adanya keintiman dan komitmen

2. Narasi kehidupan J