• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil dan Pembahasan

7. Narasi kehidupan E

Kebebasan

E adalah seorang mahasiswa berusia 23 tahun. Ia berasal dari Flores. Kedua orang tuanya juga berasal dari Flores. E anak ke tiga dari tiga bersaudara. Semasa SMP, E merasa belum mengalami masa pubertas. Ia baru merasakan pubertas saat berusia 16 tahun dan duduk di bangku SMA.

“Saya kah, saya mulai memasuki masa-masa pubertas saat 1 SMA sudah mulai tahu hal hal yang tentang seks atau apa, kurang tau umur berapa, kayaknya 16 tahun” (transkrip, 3-7)

E mengalami mimpi basah pada saat masa pubertas dan E juga mencari apa jati diri dengan mencari hal yang baru, bergaul, dan ingin mengenal perempuan lebih dalam lagi.

85

“Saya mimpi basah itu oee sabar ee pas tiga SMP tidak eee pas satu SMA mungkin maksudnya sudah mimpi basah begitu” (transkrip, 23-26)”

E tinggal di lingkungan yang dikelilingi anak anak yang nakal. E menjadi sosok yang nakal juga. E menjadi sering terlibat perkelahian mengkonsumsi minuman keras dan berkenalan dengan banyak perempuan. Sisi positifnya, E tidak hanya memiliki teman di lingkungan rumah tetapi di berbagai tempat.

“Saya punya perasaan dulu maksudnya pas mengalami masa pubertas saya rasa sap pergaulan yang luas sekali , saya bukan hanya di saya pinya lingkungan rumah saja tapi saya bergaulnya luas sekali, banyak kenal-kenal, kenal sini kenal sana di daerah mana saja, jalan-jalan pokoknya selalu update apa saja update yang lagi trend begitu, trend bukan yang pakaian update begitu, ikut ikut arus, memang ada yang ikut arus negative, tapi ada juga yang positif, gara-gara lingkungan juga kayaknya” (transkrip, 29-42)

“Menurut saya pubertas itu tidak selalu tentang seks, maksudnya bagaimana kita mencari apa jati diri, dengan mencari hal yang baru, mencari hal-hal baru pokoknya selain kegiatan di rumah begitu aa saja yang di luar masa puber bagaimana itu bergaul, pergaulan sudah kenal sama dengan perempuan, bagaimana mengetahui sifat sifat perempuan begitu begitu saja (transkrip, 10-20)

“Kalau arus yang negatif maksudnya yang kami punya lingkungan dari teman teman banyak yang nakal, minum ,berkelahi, kenal den perempuan, masa dimana tunjuk ini saya” (transkrip, 44-49)

86

“Kalau yang positifnya mungkin apa e banyak teman, kita punya teman bukan hanya dilingkungan rumah saja. Kita kemana saja ada teman , kadang dari musuh jadi teman, kadang dari cekcok jadi teman, teman bisa buat kita jadi dewasa” (transkrip, 51-58)

Saat masa SMA juga E mulai berpacaran.

“Sap tipe yang dulu dan sekarang beda menurut saya. Sap tipe dulu pasti yang saya liihat diap fisik pertama terus yang kedua cantik, yang ketiga dia asalnya dari mana” (transkrip, 183-187)

E pun memiliki mantan pacar yang jumlahnya diatas 10 orang. Hubungan tersingkat selama satu minggu pun pernah ia jalani.

“Kalau SMA tiga bulan saja SMA paling lama, sap pacar tiga SMA tu sudah banyak, satu, dua, tiga, saya lupa ee kalau yang tiga ini satu sekolah” (transkrip, 242-246)

“Aduh hahaa, sap mantan lebih dari 10 lah” (249-250)

“Ada satu perempuan dulu dua minggu saja” (transkrip, 255-256) E pun sudah melakukan hubungan seksual dengan ke lima orang mantan pacarnya.

“Lebih dari lima lah. Itu pake pengaman ee” (transkrip, 276-277) Dari segi pola asuh, orang tua E termasuk orang tua yang memiliki pola asuh demokratis. Orang tuanya memiliki kepercayaan penuh pada E dengan syarat E pun harus bisa menjaga dirinya ketika berada di luar rumah. Tidak jarang juga E mendapat teguran dari orang tuanya kalau E sudah kelewat batas.

87

“Kayaknya dulu saya liar, maksudnya liar bagaimana e bukan liar yang nakal bagaimana sekali maksudnya saya lupa bagaimana saya bisa control itu semua dulu, tapi saya rasa pengaruh dari rumah maksudnya bapa mama yang bebas begitu toh yang penting kau aman saja di luar, yang penting masih bisa pulang ke rumah, aman-aman saja ke rumah terserah mau pulang jam berapa saja begitu, maksudnya saya dulu mau keluar-keluar saja jam berapa, jam berapa saja keluar, pulang juga jam berapa saja pulang tiak ada yang harus tipu bagaimana tapi kadang yang sudah jam satu duaan keluar itu yang agak marahlah” (transkrip, 70-87)

Seks itu pergaulan bebas

Ketika pindah di Yogyakarta untuk berkuliah, E merasakan perbedaan. Saat ia masih tinggal di rumah, ia hanya berteman dengan teman-teman yang memiliki pola pikir yang tidak begitu luas.

“Iya ii, Kalo dirumah dulu, di kami punya lingkungan di kamoung to saya punya pikiran hanya disitu situ maksudnya kami berteman, kami punya berteman dan pola pikir itu saja tidak luas, misalnya kalo mabuk ujung ujungnya berkelahi dan suka cari musuh, tidak mandiri, apa apa minta di orang tua kalau sakit harus diurus oleh orang tua begitu” (transkrip, 90-99)

Tetapi di Yogyakarta, ia lebih bisa mengenal banyak orang dengan berbagai karakter yang berbeda. E pun merasa harus bisa lebih mandiri. Selain mandiri, E bisa bergaul dengan kakak tingkat dan saling berbagi ilmu.

88

“sampai di Jogja banyak kenal orang, mandiri, mabuk tidak kenal berkelahi, berteman dengan semua orang dari berbagai daerah, bisa bergaul den kakak tingkat dulu dapat ilmu pelajaran dari kakak tingkat” (transkrip, 99-105)

Awalnya ia pun merasa asing saat masuk ke kosan. Tapi perasaan rendah diri itu hilang karena ia begitu diterima dengan baik oleh senior yang berasal dari satu daerah dengannya. Di kosan tempat tinggalnya pun, penghuninya tidak hanya terdiri dari orang yang berasal dari satu daerah tetapi dari berbagai daerah. Penerimaan yang begitu hangat, membuat E bisa lebih cepat akrab dengan orang-orang di sekitarnya.

“Menurut saya, saya mampu kemarin , karena saya diterima oleh kakak tapi dia orang Manggarai satu kampong say hari pertama memang rasa asing begitu to kami langsung akrab, ke di itu kos hanya dia saja orang Manggarai yang lain orang Flores Timur, orang Sumba awalnya rasa asing kemudian bisa langsung akrab, makan sama , jalan sama, mereka ajak saya main” (transkrip, 107-117)

Sayangnya, E sulit untuk menolak ajakan dari teman-temannya untuk mengkonsumsi minuman keras. Ental rupanya sudah diberi cap sebagai peminum dari teman-temannya.

“Hal yang positif atau negatif, negatif saja ee.. Hal yang paling sulit saya hindari apa e, minum sih kayaknya, minum mabuk itu yang tidak bisa saya hindari karena apa ee kita yang maksudnya dimana saja saya kost dari dulu pasti saja di situ ade peminumnya tidak pernah aman setiap kali sya pindah kost, mungkin dulu karena saya sering minum maksudnya minum-minum mabuk-mabuk jadinya orang sudah langsung berpikir dia ini peminum walaupun sekarang saya sudah

89

jarang minum, sudah berhenti minum tapi mereka su cap saya peminum makanya mereka masih saja datang di kost bawa masih minum jadinya saya minum sedikit-sedikit itu saja yang paling sulit saya hindari” (transkrip, 119-138)

Dari segi relasi dengan lawan jenis, E juga memiliki banyak teman dari berbagai angkatan. Mulai dari angkatan 2012 sampai 2018. Dia mengenali teman-temannya bahkan teman-teman perempuannya tersebut sering membantunya ketika ia kehabisan uang.

“Teman perempuan saya rasa saya banyak dari angkatan berapa 12, 13 sap teman banyak yang su pulang , 14 ada ,15 ,16,17, 18, ada banyak , kenalan tapi yang maksudnya bukan tiap hari main sama” (transkrip, 148-153)

“Seberapa dekatnya kami dulu mungkin bisa di bilang seperti saudari sendiri, karna setiap tidak ada uang, tidak bisa makan bisa saling bayar, tapi sekarang banyak yang sudah pulang ya mungkin sekarang sisa berapa saja” (transkip, 158-164)

Soal pasangan, E pun merasa memiliki kriteria yang beda saat sebelum kuliah dan setelah menjalani perkuliahan. Jika dulu, E lebih mementingkan fisik dalam memilih pasangan namun sekarang ia lebih melihat latar belakang perempuan yang akan menjadi pasangannya.

“Kalau pacar yang sekarang itu sifat karena saya belajar dari pengalaman yang dulu-dulu karena su cantik tapi sifatnya tidak bagus yang begitu-begitu, yang pertama ini harus sifat, terus keluarganya

90

terus dari dia sendirinya bagaimana yang pasti harus yaa cantik tapi tidak harus cantik bagaiamana sekali yang penting enak dilihat, yang keempat sekolahnya bagaimana itu saja (transkrip, 191-201)

E dan pasangannya sekarang pun sudah berhubungan seks. Bagi E seks itu adalah pergaulan bebas yang bisa dilakukan dengan siapa saja sekalipun tidak memiliki pacar.

“Seks itu menurut saya bagaimana ee kalau menurut saya sendiri seks itu saya rasa yang seperti orang bilang pergaulan bebas, kadang orang beda beda, ada orang yang dengan siapa saja bisa buat ada yang hanya mau den pacar. Kalau zaman dulu kan harus nikah dulu. Ada sisi negative dan positifnya. Kalo positifnya bingung juga, kalo negative seks dengan banyak perempuan tanpa pengaman, dari pergaulan bebas seks tanpa pengaman sabar haahha” (transkrip, 205-217)

E juga mengungkapkan kalau usia wajar boleh melakukan hubungan seksual itu pada saat berusia 19 tahun. Kalau melakukan hubungan seks saat berusia 14 atau 15 tahun saat itu individu masih dalam proses pencarian jati diri dan apabila sudah dilakukan individu tersebut merasa hubungan seks adalah makanan sehari-hari dan bukan sesuatu yang harus ditakuti. Sedangkan, kalau dilakukan pada saat berusia 19 tahun, pikiran sudah matang dan pasti bisa lebih berjaga-jaga.

“Menurut saya orang, laki laki di umur 17 atau 18 tahun tiga SMA atau sesudah tamat SMA, karena kalo dibawah itu saya rasa masih dalam masa mencari jati diri di umur 14-15, nanti pasti dia lebih liar terus dia anggap seks makanan sehari-hari,sesuatu hal yang biasa, bukan hal tabu, bukan untuk ditakuti, siapa saja yang saya kenal saya

91

embat. Kalau sudah mengenal di usia 19 maksudnya matang sedikit kau punya pemikiran dengan siapa saja buat, dengan siapa saja buat pasti kau akan jaga-jaga toh” (transkrip, 220-236)

Hubungan seks yang dilakukan E dan pasangan dinilai sebagai ungkapan kasih sayang dan sebagai pengikat suatu hubungan agar tidak cepat putus. Gairah untuk berhubungan seks muncul saat mereka sedang berduaan dan ia tidak bisa menjelaskan perasaannya.

“Kalo orang yang saya sayang , saya akan sayang Karena saya ungkapkan sap rasa sayang ke situ, itu lebih menguatkan hubungan tidak gampang omong putus”(transkrip, 290-304)

E pun menghargai pasangannya kalau pasangannya menolak untuk berhubungan seksual. Prinsipnya, ia ingin sama-sama senang bukan hanya sepihak.

“Saya hargai itu , karena tidak mungkin hanya saya yang senang terus dia diam” (transkrip, 306-308)

Selain berhubungan seksual dengan pasangannya, E juga berhubungan seks dengan perempuan lain. Dia melakukan perbuatan tersebut karena menilai ada sesuatu yang tidak ada di diri pasangannya tetapi ada di diri perempuan lain.

“Pernah, bagaimana jelasnya e, awal mulanya saya begitu karena ada hal yang menarik dari perempuan lain yang tidak ada di sap pacar, factor bosan den pacar sendiri,mungkin sap munafik (transkrip, 321-328)

Faktor lainnya adalah karena efek dari minuman keras sehingga melakukan hubungan seks dengan perempuan lain.

92

“Lagi mabuk , ada gebetan yang kita suka, yah antara dia mau kita juga mau, tapi kadang juga biar dia mau saya embat, tergantung saya mood den sap pacar” (transkrip, 329-333)

E juga terkadang melakukan masturbasi saat pasangannya maupun perempuan lain tidak bisa berhubungan seksual.

“Kalo onani semua laki laki saya rasa pernah semua”(transkrip, 316-317)

E di kos yang bebas sehingga memudahkan ia untuk berhubungan seksual. Kost tempat tinggalnya memiliki aturan namun hanya sebagai formalitas. Faktanya, kosan tempat tinggalnya ada yang sudah kumpul kebo bahkan sampai memiliki anak.

“Kalo kos yang sekarang bebas, disini beberapa kamar yang kumpul kebo, ad ayang sudah punya anak, peraturan yang ada, tapi nyatanya hanya formalitas” (transkrip, 372-376)

Warga sekitar pun terlihat tidak peduli asal bisa menjaga keamanan dan ketertiban. “Kalo dari warga tidak pernah ada grebeg. Warganya yang penting kalian aman” (transkrip, 378-380)

E juga berharap kalau keluarganya tidak mengetahui perbuatannya di rantauan.

Selama berhubungan seksual, E tidak selalu menggunakan alat kontrasepsi tergantung kesediaan barang tersebut.

“Tidak selalu, tergantung situasi, misalnya sudah habsi malas mau pergi beli, kalo sama pacaran lama tidak pakai kalo den perempuan lain pasti pake” (transkrip, 336-340)

93

E menggunakan alat kontrasepsi jika berhubungan seks dengan perempuan yang bukan pasangannya yang ia rasa sudah sering melakukan hubungan seksual.

“Misalnya saya tau perempuan yang saya tau sudah banyak tidur den laki laki jadi saya pakai (transkrip, 343-345)

Terkait gambaran masa depan, E belum mau memikirkannya. Namun, ia berharap kepada pasangannya di masa depan, ia ingin pasangan yang apa adanya saja.

“Yang pasti saya ada niat untuk ada istri, kalo dalam waktu ini ke depan kayaknya belum, tergantung sifatnya bagaimana” (transkrip, 391-394)

“Saya paling benci sap pacar tipu, jangan tipu, jangan paksa gaul, paksa keadaan” (transkrip, 386-388)

Analisis Kehidupan Seksual E

Ketika pindah di Yogyakarta pemaparan E mengenai kehidupan rantaunya E merasa perbedaan dengan lingkungan pergaulan yang ia alami dibandingan saat ia masih tinggal di rumah. Berdasarkan penjelasan lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa lingkungan tempat tinggal atau kos-kosan yang ditempati oleh E termasuk lingkungan yang membebaskannya untuk melakukan berbagai hal seperti mabuk bersama teman-teman hingga melakukan hubungan seksual serta membebaskan pasangan untuk tinggal bersama atau kumpul kebo yang dalam artian “kumpul kebo” terjadi merupakan hasil dari praktik yang dilakukan di tempat tinggal (kost) mereka yang jauh dari pengawasan orang tua. Mahasiswa yang tinggal di kost dan jauh dari keluarga, sebagian dari mereka yang merasa dirinya sudah bebas dari pengawasan orang tua atau keluarga maka mereka akan memiliki kontrol diri yang lemah (Nurchakiki, 2016)

94

Perilaku seksual E dan pasangannya sering melakukan aktivitas seksual berupa seksual intercouse atau penetrasi. Namun, E punya pandangan tersendiri untuk menentukan usia yang wajar saat melakukan hubungan seksual saat berusia 19 tahun.

Menurut E, hubungan seks yang dilkaukan dengan pasangannya dinilai sebagai ungkapan kasih sayang dan pengikat agar tidak cepat putus, Berdasarkan pemaran tersebut penelitian menganalisi bahwa perilaku seksual E dikategorikan dalam Strainberg (1986) yaitu consummate love adalah cinta yang sempurna dan merupakan hasil kombinasi dari tiga komponen cinta, gairah dan komitmen karena ketiga aspek dalam kategori ini disampaikan melalui pernyataan E bahwa melakukan aktifitas seksual dengan pacarnya dan gairah untuk berhubungan seks itu muncul saat ia sedang berduaan dan ia tidak bisa menjelaskan perasaannya.

8. Narasi Kehidupan A