• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKSUALITAS MAHASISWA RANTAU (REMAJA PRIA) DENGAN LAWAN JENIS SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKSUALITAS MAHASISWA RANTAU (REMAJA PRIA) DENGAN LAWAN JENIS SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi"

Copied!
356
0
0

Teks penuh

(1)

SEKSUALITAS MAHASISWA RANTAU (REMAJA PRIA) DENGAN LAWAN JENIS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Cornelia Hildegardis Marzuki 149114197

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

HALAMAN MOTTO

“Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku” Mazmur, 23:4

(4)
(5)
(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kepada semua pihak yang telah mendukung karya ini, ku persembahkan kepada :

Allah Bapa di Surga, Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Terima kasih Bapa, senantiasa mendengar dan mengabulkan permohonanku ini sesuai dengan waktu yang Engkau tepatkan.

Mama di surga, terima kasih sudah hadir dalam wujud cinta dan kasih yang hanya bisa dirasakan. Seandainya mama di sini, mama mengetahui semua yang sudah dilewati. Terima kasih mama.

Keluarga yang terus mendukung dengan caranya masing-masing sampai terselesaikannya karya ini.

Teman-temanku yang selalu ada disaat aku butuh. Aku sayang kalian pokoknya.

(7)

vii

SEKSUALITAS MAHASISWA RANTAU (REMAJA PRIA) DENGAN LAWAN JENIS

Cornelia Hildegardis Marzuki

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku seksualitas mahasiswa rantau (remaja pria) dengan lawan jenis sehingga dapat memunculkan pengalaman tentang apa yang membuat mereka seperti sekarang ini. Partisipan dari penelitian ini berjumlah 10 orang mahasiswa rantau berjenis kelamin pria dengan rentang usia 19-23 tahun. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis naratif. Pengumpulan data digunakan menggunakan wawancara semi terstruktur sehingga partisipan memiliki kesempatan menjawab yang sama dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Hasil penelitian menunjukan 9 dari 10 orang partisipan mengalami

infatued love dalam perilaku seksualnya dengan lawan jenis. Selain itu, dari

pembahasan gabungan menunjukan kesamaan dari ke 10 partisipan dengan perilaku seksualnya dengan lawan jenis aktivitas seksual, lingkungan kost bebas, dan melindungi diri.

(8)

viii

THE SEXUALITY OF OVERSEAS STUDENTS (MALE TEENAGER) WITH THE OPPOSITE SEX

Cornelia Hildegardis Marzuki

ABSTRACT

This study aims to determine the sexual behavior of overseas students (male teenagers) with the opposite sex so that it can bring up the experiences about what makes them like who they are today. Participants of this study are 10 overseas male students in age range 19-23 years old. This research is a qualitative research with narrative analysis. Data collection that is used in this study is semi-structured interviews so that the participants have the same opportunity to answer the questions that is asked to them. The results showed 9 of 10 participants experienced infatued

love in their sexual behavior with the opposite sex. In addition, all the discussion

showed the similarity of the 10 participants in their sexual behavior with the opposite sex, the free boarding house environment, and protecting themselves.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala berkat-Nya hingga membuat saya menyelesaikan tugas akhir ini. Terselesaikannya tugas akhir ini dengan proses yang begitu panjang dan penuh perjuangan membuat saya meyakini suatu hal bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Karya ini tidak lepas dari tangan orang-orang hebat sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Karenanya, saya ingin mengucapkan terima kasih saya kepada :

1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningru, M.Psych.,Ph.D, selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Tjipto Susana M.Psi, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M. Psi selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih pak, untuk waktu dan ilmunya pak selama saya menjadi anak bimbingan bapak.

5. Romo Priyano, terima kasih Romo, untuk berkat dan doanya. Terima kasih sudah mau menjadi pendengar yang baik romo. Sehat selalu, romo.

6. Pak Edo, terima kasih karena bapak sudah bersedia membantu saya dan bersedia membagi ilmnya pak.

(11)

xi

7. Untuk mas Gandung, terima kasih mas sudah bersedia menjawab pertanyaan saya dengan sabar.

8. Orang tua yang terkasih, mama Lidvina Sema di surga. Terima kasih untuk cinta tak terbatas.

9. Semua keluarga, terima kasih untuk dukungannya.

10. Cindy, sepupuku yang kusayangi. Terima kasih sudah menjadi saudara yang begitu baik dan pengertian untuk saya terkadang macam anak kecil ini.

11. Varis dan Fortun, sepupu laki-lakiku. Terima kasih untuk kasih sayangnya, sudah mau memahami aku dengan segala keinginanku yang aneh.

12. Vinny, sahabatku dalam suka dan duka. Terima kasih sudah hadir di kehidupan ini dengan segala cerita di dalamnya.

13. Nop, Mako, dan Des, sahabatku yang terkasih dalam Tuhan. Kita jarang bertemu tetapi terima kasih untuk dukungannya.

14. Nardo, Yansen, Iron, Kevin, dan Varly, terima kasih untuk kebaikannya selama ini. Semoga kalian semua sukses.

15. Sahabatku mengerjakan skripsi, Rilidea Rebbecca, Debrina Yoan dan Yosefina Nurmalita. Terima kasih untuk bantuannya, maaf terkadang aku sedikit lemot. Ku sayang kalian.

16. Kesepuluh orang pastisipanku, terima kasih banyak. Berkat kalian, tugas akhir ini bisa terselesaikan.

(12)

xii

17. Untuk seseorang di sana, terima kasih kak. Untuk semua dukungannya yang tidak terduga. Terima kasih.

Akhir kata, menyadari penulisan skripsi masih banyak kekurangan maka peneliti dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk perkembangan kualitas skripsi ini.

Salam, Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN MOTTO...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

PERNYATAAN PERSEMBAHAN,,,,,,... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRAK... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... xi

KATA PENGANTAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelian... 4 D. Manfaat Penelitian... .. 4 E. Batasan Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Seksualitas... 6

1. Remaja Pria... 11

(14)

xiv

2. Lingkungan Sekitar Mendukung Perilaku Seksualitas Remaja... 12

B. KERANGKA BERPIKIR... 13

BAB III METEODOLOGI PENELITIAN... 15

A. STRATEGI PENELITIAN... . 15

B. KEUNGGULAN PENDEKATAN NARATIF DALAM SEKSUALITAS REMAJA PRIA YANG MERANTAU... 16

C. REFLEKSTIVITAS PENELITI... 16

D. FOKUS PENELITIAN... 17

E. INFORMAN PENELITIAN... 17

F. SATURASI DATA... 17

G. METODE PENGAMABILAN DATA... 17

H. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA... 18

I. METODE ANALISIS DATA... 19

J. KREDIBILITAS DATA... 20

K. PEDOMAN WAWANCARA... 21

L. DEFINISI OPERASIONAL... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 25

A. PERSIAPAN PENELITIAN... 25

1. PERSIAPAN DAN PERIZINAN... 25

2. TABEL PENELITIAN... 27

B. INFORMAN PENELITIAN... 28

C. HASIL DAN PEMBAHASAN... .... 29

1. NARASI KEHIDUPAN D... 29

2. NARASI KEHIDUPAN J... 40

(15)

xv

4. NARASI LEHIDUPAN W... 57

5. NARASI KEHIDUPAN TT... 70

6. NARASI KEHIDUPAN K... 77

7. NARASI KEHIDUPAN E... 85

8. NARASI KEHIDUPAN A... 96

9. NARASI KEHIDUPAN P... 102

10. ANALISIS KEHIDUPAN B... 115

PEMBAHASAN GABUNGAN... 130

1. AKTIVITAS SEKSUAL... 130

2. LINGKUNGAN KOST BEBAS... 130

3. MELINDUNGI DIRI... 131

ANALISIS GABUNGAN... 132

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 133

A. KESIMPULAN... 133

B. SARAN... 134

1. KEPADA MAHASISWA YANG MERANTAU... 134

2. SARAN BAGI PENELITI SELANJUTNYA... 134

DAFTAR PUSTAKA... 135 LAMPIRAN 1 VERBATIM... ... 142 VERBATIM D... 143 VERBATIM J... 155 VERBATIM T... 165 VERBATIM W... 177 VERBATIM TT... 196 VERBATIM K... 204

(16)

xvi

VERBATIM E... 218

VERBATIM A... 233

VERBATIM P... 244

VERBATIM B... 266

LAMPIRAN 2 PLOT INFORMAN... 292

PLOT D... 294 PLOT J... ... 299 PLOT T... 313 PLOT W... 307 PLOT TT... 313 PLOT K... 317 PLOT E... 322 PLOT A... 326 PLOT P... 330 PLOT B... 335

LAMPIRAN 3 INFORMED CONSENT... 340

LEMBAR INFORMED CONSENT... 341

LAMPIRAN 4 LEMBAR PERSETUJUAN... 342 LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 343

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa yang sulit untuk dilalui oleh tiap individu. Pada masa ini remaja akan lebih mencari jati dirinya. Remaja merupakan masa peralihan baik secara psikologis maupun fisiknya. Awal masa remaja ditandai dengan masa pubertas yaitu sebuah kumpulan peristiwa biologis yang mengarah pada badan ukuran dewasa dan kematangan seksual. Perubahan pubertas terdiri dari dua jenis luas yaitu pertumbuhan tubuh secara keseluruhan dan kematangan ciri seksual.

Seiring pertumbuhan tubuh adalah perubahan ciri-ciri fisik terkait dengan pengfungsian seksual. Beberapa ciri, yang dikenal dengan ciri seksual primer (primary sexual characterics) yang melibatkan organ reproduksi. Ciri lainnya, yang disebut ciri seksual sekunder (secondary sexual characterics) yang biasanya terlihat pada bagian luar tubuh dan berperan sebagai tanda lain kematangan seksual.

Pada masa ini, tingkat seksualitas remaja meningkat dan mereka akan berusaha mencari tahu hal-hal yang berbau seksualitas. Dorongan seks yang besar ini akan berakibat buruk jika orang tua tidak mendampingi remaja dengan lebih intens. Fenomena yang menarik adalah remaja melakukan hubungan seks diluar pernikahan dengan lawan jenis. Remaja yang melakukan hubungan seks diluar nikah biasanya atas rasa cinta (berpacaran), ingin mencoba hal baru, dan melampiaskan napsu akibat dari menonton video yang telah dilihat dan didapatkan dari media-media elektronik. Seiring pubertas, perubahan hormonal terutama produksi androgen pada remaja putra dan putri menguatkan dorongan seks (Halpern, Udry &

(18)

2

Suchindran, 1997) sebagai respons remaja menjadi peduli dalam mengelola seksualitas dalam hubungan sosial.

Remaja dan seksualitas sangat erat kaitannya. Di seluruh dunia termasuk Indonesia, remaja dan seksualitas adalah komponen erat yang ada saat remaja mulai memasuki masa pubertas. Pada saat itu remaja mulai ingin mengenal dunia luar terlebih lagi ingin mengenal lawan jenis lebih dekat.

Remaja juga ingin mencoba hal-hal yang berbau seksualitas karena dipengaruhi rasa ingin tahu yang tinggi (Santrock, 2002). Aktivitas seksual yang biasa dilakukan yaitu meliputi kegiatan seksual ringan seperti berciuman dan aktivitas seksual berat seperti penetrasi atau making love. Perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan jika dilakukan berulang dan terus terbawa sampai remaja memutuskan untuk pindah ke lingkungan baru atau merantau.

Hasil survey yang dilakukan oleh Lestari & Sugiharti (2011) menunjukan pada tahun 2007 perilaku seksual beresiko sebesar 1,8% remaja laki-laki dan 0,2% remaja perempuan telah melakukan hubungan seks pranikah .

Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahyani, Utarini, Wilopo & Hamiki (2012) menghasilkan hampir 15% responden pada survei awal mengaku pernah dipaksa atau dirayu oleh pacar untuk melakukan hubungan seks pranikah (data tidak ditampilkan). Sebanyak 29 responden (4,26%) mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah bersama pacar atau pasangan dalam satu tahun terakhir (1,44% remaja perempuan dan 3,19% remaja laki-laki). Responden laki-laki lebih banyak yang mengaku pernah berhubungan seks pranikah dibandingkan responden perempuan.

(19)

3

Hal yang mendorong perilaku seksual remaja adalah adanya media yang menyediiakan tayangan yang berbau seksualitas sehingga memancing rasa ingin tahu dari remaja ( Evi, Nasir & Suriah, 2017). Penelitian yang dilakukan Lisnawati dan Lestari (2015) menyatakan motivasi remaja melakukan hubungan seksual kaream paparan media cetak maupun elektronik yaitu sebanyak 146 siswa (60,8%), pengaruh teman sebaya sebanyak 45 siswa (18,8%) dan mendapatkan informasi dari orang tua sebesar 49 siswa (20,4%).

Merantau adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta bekerja atau mencari pendidikan ( Pahlevi & Salve, 2018). Remaja yang telah lepas dari pengawasan orang tua dengan meninggalkan kota

tempat tinggalnya dan berkuliah di tempat lain khususnya remaja pria merasa bahwa dirinya telah bebas dari pengawasan orang tua. Remaja pria yang merantau pun memilih kost-kostan yang bebas dan tanpa pengawasan dari pemilik kost sebagai tempat tinggal. Di kost-kostan tersebut para remaja pria melakukan aktivitas seksual dengan lawan jenis. Hal ini sesuai dengan pendapat Maelissa (2018) bahwa kost tanpa induk semang akan lebih memberikan peluang yang besar bagi penghuni kostnya untuk lebih bebas melakukan perilaku seksual pranikah.

Seksualitas yang dilakukan oleh remaja pria pun tidak hanya dilakukan bersama pasangannya, namun remaja pria juga melakukannya bersama friends with benefit. Friends with benefit adalah hubungan persahabatan yang berbeda dengan hubungan persahabatan pada umumnya karena melibatkan hubungan romantic dan kontak seksual (Bisson & Levine, 2007). Sedangkan menurut Hyde (2016), friends with benefit adalah situasi dimana dua orang berteman (bukan perpasangan romantis) kadang-kadang melakukan hubungan seksual satu sama lain.

(20)

4

Hubungan seksualitas remaja pria tersebut dapat berdampak buruk pada kehidupan bagi kesehatan maupun kehidupan sosial remaja pria tersebut. Diantaranya infeksi seksual dan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) yang juga berdampak pada tingginya Angka Kehamilan Ibu dan Angka Kematian Bayi sebagai indikator kesehatan suatu masyarakat (Maelissa, 2018).

Penelitian terkait kehidupan seksualitas mahasiswa rantau juga sudah pernah di bahas dalam penelian yang dilakukan oleh Ohee & Purnomo (2018) terhadap mahasiswa Papua yang merantau di Surabaya, penelitian tersebut menunjukan bahwa individu berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi dalam melakukan hubungan seksual beresiko.

Alasan peneliti ingin melakukan penelitian tentang karena peneliti merasa tertarik dengan perilaku seksual remaja yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Alasan lainnya, peneliti selalu menjadi tempat berbagi cerita dari teman-teman pria tentang pengalaman seksual mereka sehingga peneliti tertarik ingin menggali lebih dalam tentang pengalaman seksual mereka dan motivasi mereka melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis.

Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin meneliti tentang “Perilaku Seksual Mahasiswa Rantau (Remaja Pria) Dengan Lawan Jenis”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan dalam mengambil tindakan yang baik untuk mengatasi permasalahan seksualitas di kalangan remaja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perilaku seksualitas remaja pria yang merantau dengan lawan jenis ?

(21)

5

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seksualitas remaja pria yang merantau dengan lawan jenis.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teorisnya yaitu hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi remaja terutama di bidang psikososial dan manfaat praktisnya yaitu penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengambil tindakan yang baik untuk mengatasi permasalahan perilaku seks bebas di kalangan remaja.

E. Batasan Masalah

(22)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial ( Batubara, 2010). Pubertas adalah penanda paling penting pada masa remaja yang ditandai dengan pematangan fisik dan melibatkan perubahan hormon dan fisik (Santrock, 2012). Selama masa pubertas, tubuh mengalami lonjakan hormon seks yang mengarah pada pengembangan karakteristik seks sekunder atau fitur fisik yang menunjukkan kematangan seksual, seperti pertumbuhan rambut kemaluan. Banyak karakteristik seks sekunder bersifat dimorfik secara seksual yang berarti mereka jenis kelamin (Lehmiller, 2017). Hormon-hormon ini juga menstimulasi perkembangan lebih lanjut dari struktur genital internal dan eksternal, yang pada akhirnya mengarah pada sperma, ketika produksi sperma di testis dimulai pada laki-laki (Lehmiller, 2017).

Saat hormon seksual mulai aktif, pria akan terdorong untuk melakukan perilaku seksual (Mahmudah, Yaunin & Lestari, 2016). Semakin dini usia pubertas, maka semakin cepat remaja mengalami krisis identitas dan segala kebingungan yang terjadi karena perubahan fisik yang terjadi semakin membuat remaja ingin mencari tahu dan ingin mencoba apa yang belum diketahuinya termasuk masalah seksual (Mahmudah, Yaunin & Lestari, 2016).

(23)

7

B. Pacaran Remaja

Berpacaran atau hubungan romantis biasanya melibatkan proses mencari orang spesial (BKKBN, 2012). Pacaran bagi sebagian kalangan remaja sudah bukan hal yang asing lagi. Berpacaran (dating) dikenal sebagai suatu bentuk hubungan intim atau dekat antara laki-laki dan perempuan (Ardhianita & Andayani, 2005). Pacaran merupakan awal mula terjadinya perilaku seksual remaja. Bentuk tingkah laku seksual bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku KNP yaitu kissing, necking, petting, dan intercourse (Santrock, 2007). Hasrat seksual seseorang juga mempengaruhi terjadinya hubungan seksual. Perubahan hormonal saat pubertas meningkatkan gairah seksual, tetapi pengharapan budaya (culturan expetaction) menentukan waktu dan cara berpacaran (Berk, 2012). Hasrat melakukan hubungan seksual dapat muncul kapan saja dan dimana saja (Ohee & Purnomo, 2018).

C. Perilaku Seksual Remaja

Kata seks atau seksual digunakan untuk merujuk pada anatomi struktur yang disebut organ seks atau organ seksual yang berperan dalam reproduksi atau kesenangan seksual. Seks juga merujuk pada aktivitas fisik organ seks kita untuk tujuan reproduksi atau kesenangan, seperti dalam berhubungan seks. Seks juga berhubungan dengan perasaan erotis, pengalaman, atau keinginan, seperti fantasi seksual dan pikiran, dorongan seksual, atau perasaan ketertarikan seksual (Rathus & Nevid, 2014).

Perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang yang saling menyukai atau saling mencintai yang dilakukan sebelum perkawinan (Rahadi & Indarjo, 2017). Wahareni (2006) menyatakan bahwa perilaku seks bebas yang dilakukan oleh seseorang merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

(24)

8

maupun dengan sesama jenis, tanpa adanya ikatan perkawinan dan dapat dilakukan secara bebas dengan banyak orang.

Informasi seksual pun sangat mudah diakses oleh para remaja dan membuat perilaku seks dikalangan remaja tiap tahun selalu menunjukkan peningkatan. Perilaku seks tidak hanya meningkat di Indonesia, karena di negara-negara maju lain tingkat seks bebasnya juga sangat tinggi (Rosalina & Handayani, 2018). Senada dengan hal tersebut Hartati (2017) juga berpendapat bahwa remaja Indonesia dewasa ini lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah.

Perilaku seksual adalah perilaku yang menghasilkan gairah dan meningkatkan kemungkinan orgasme (Hyde, 2016). Perilaku seksual tersebut didorong oleh hasrat seksual untuk mendapatkan kenikmatan organ seksual melalui tahapan perilaku seperti fantasi, berpegangan tangan, berciuman, berpelukan, hingga hubungan seksual (Rosalinda & Handayani, 2018). Penelitian-penelitian di Indonesia juga memperkuat gambaran adanya peningkatan risiko pada perilaku seksual kaum remaja. Temuan-temuan tersebut mengindikasikan bahwa pria muda usia 15-24 tahun yang tidak atau belum menikah, telah melakukan aktivitas seksual yang berisiko (Suryoputro, Ford & Shaluhiyah, 2006). Perilaku seksual remaja dalam berpacaran dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adanya rasa penasaran, ingin mencoba, kurangnya pengetahuan, kesempatan, lingkungan, usia atau lamanya pacaran, jarak atau waktu pertemuan (Hartati, 2017).

. Sejak tahun 1950 di Amerika tayangan tentang seksualitas di tayangkan secara umum, baik dalam film, koran, majalah, dan buku terus mengalami peningkatan (Berk, 2012). Dalam sebuah survey terhadap pengguna web berusia 10 hingga 17 tahun di Amerika, 42% mengaku pernah melihat laman porno (gambar orang telanjang tahu orang yang sedang

(25)

9

berhubungan seks) selama 12 bulan terakhir (Berk, 2012). Media yang ada, baik media elektronik maupun media cetak contohnya, sering menyuguhkan sajian-sajian yang tidak layak dikonsumsi dan dengan mudah diakses oleh remaja (Wahyuningtyas, Wibisono, 2018).

Pengetahuan seksual para remaja tidak hanya berhubungan seksual melainkan segala tingkah laku yang di dorong hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Perilaku seksual pranikah di kalangan remaja dilakukan dengan berbagai tindakan atau perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, dan bersenggama (sexual intercourse) (Saputra, Cahyo, Kusumawati, 2018).

Bentuk-bentuk tingkah laku seksual ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai ketingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Wahyuningtas, Wibisono, 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ulfah (2018), aktivitas perilaku seksual diurutkan dari yang paling banyak dilakukan adalah cium pipi (50.7%), berpelukan (49.0%), berciuman melibatkan lidah (28.9), masturbasi atau onani (23.2%), necking (15.1%), meraba alat kelamin (13.8%), oral seks (10.1%), intercourse (8.2%), menempel alat kelamin (6.5%), dan anal seks (4.9%).

Orientasi seksual adalah sebuah pola unik dari hasrat, perilaku dan identititas seksual dan romantis yang diungkapkan oleh setiap orang (Lehmiller, 2017). Orientasi seksual dibagi menjadi tiga komponen yaitu heteroseksual (minat pada lawan jenis), homoseksual (minat pada jenis kelamin yang sama), biseksual (minat pada lawan jenis dan sesama jenis) (Lehmiller, 2017). Dalam penelitian ini lebih berfokus pada heteroseksual atau ketertarikan dengan lawan jenis. Hubungan dekat dibentuk dengan menemukan pasangan dan menjalin ikatan emosional yang harus dipelihara sepanjang waktu (Berk, 2012).

(26)

10

Komponen cinta dibagi menjadi tiga yaitu intimacy (komponen emosional yang melibatkan komunikasi, hangat dan lembut, peduli pada pasangan, dan hasrat untuk membalas, (passion), keinginan terhadap aktifitas seksual dan asmara serta melibatkan komponen gairah fisik dan psikologis, dan (commitmen), komponen kognitif yang mengarahkan pasangan memutuskan mereka sedang jatuh cinta dan ingin memelihara cinta tersebut (Strainberg, 1986). Strainberg (1986) juga membagi cinta menjadi beberapa komponen yaitu:

- Non love adalah ketiadaan komponen cinta. Non love hanya berupa interaksi kasual sederhana sama sekali tidak ada komponen cinta di dalamnya.

- Liking adalah seseorang hanya mengalami komponen cinta tanpa gairah dan komitmen. Biasanya diartikan dalam hubungan persahabatan.

- Infatued love adalah cinta gila atau cinta pada pandangan pertama atau hanya jatuh cinta dan mengalami gairah tanpa adanya keintiman dan komitmen.

- Empty love adalah keputusan untuk mencintai dan memiliki komitmen dengan cinta tersebut tetapi tidak adanya gairah dan keintiman.

- Romatic love adalah kombinasi kompenen keintiman dan gairah. Gairah dibawa oleh rasa ketertarikan fisik yang bersamaan. Cinta romantic tidak hanya tertarik akan fisik tetapi juga secara emosional.

- Companionate love adalah cinta yang berkembang dari kombinasi keintiman dan komitmen dari cinta.

- Futuous love adalah kombinasi komponen gairah dan komitmen tanpa adanya keintiman.

(27)

11

- Consummate love adalah cinta yang sempurna dan merupakan hasil kombinasi dari tiga komponen cinta, gairah dan komitmen.

Hyde (2016) juga mengatakan tiga komponen cinta yaitu komponen emosional dari cinta termasuk perasaan dekat atau ikatan dengan orang lain yang melibatkan rasa saling pengertian dengan orang yang dicintai, komunikasi, serta mendengar dan menerima (intimacy), komponen motivasi cinta termasuk ketertarikan fisik, dan dorongan seksual. Gairah juga membedakan cinta romantis dan lainnya. Gairah cepat muncul dan cepat memudar (passion), dan komponen kognitif, keputusan atau komitmen (decision or commitment). Komponen ini sebenarnya memiliki dua aspek yaitu aspek jangka pendek dan jangka panjang. Aspek jangka pendek adalah keputusan bahwa seseorang mencintai orang lain. Aspek jangka panjang adalah komitmen untuk mempertahankan hubungan itu. Komitmen adalah apa yang membuat hubungan terakhir.

D. Kehidupan Seksual Mahasiswa Pria yang Merantau

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa (Santrock, 2012). Pubertas adalah penanda paling penting pada masa remaja yang ditandai dengan pematangan fisik dan melibatkan perubahan hormon dan fisik (Santrock, 2012). Selama masa pubertas, tubuh mengalami lonjakan hormon seks yang mengarah pada pengembangan karakteristik seks sekunder atau fitur fisik yang menunjukkan kematangan seksual, seperti pertumbuhan rambut kemaluan. Banyak karakteristik seks sekunder bersifat dimorfik secara seksual yang berarti mereka jenis kelamin (Lehmiller, 2017).

(28)

12

Hormon-hormon ini juga menstimulasi perkembangan lebih lanjut dari struktur genital internal dan eksternal, yang pada akhirnya mengarah pada sperma, ketika produksi sperma di testis dimulai pada laki-laki (Lehmiller, 2017).

Saat hormon seksual mulai aktif, pria akan terdorong untuk melakukan perilaku seksual (Mahmudah, Yaunin & Lestari, 2016).

Semakin dini usia pubertas, maka semakin cepat remaja mengalami krisis identitas dan segala kebingungan yang terjadi karena perubahan fisik yang terjadi semakin membuat remaja ingin mencari tahu dan ingin mencoba apa yang belum diketahuinya termasuk masalah seksual (Mahmudah, Yaunin & Lestari, 2016).

Pulau Jawa merupakan salah satu tempat tujuan utama para mahasiswa yang berasal dari daerah untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Mahasiswa yang tinggal di perantauan dapat bertahan hidup di lingkungan baru yang berbeda dengan daerah asalnya. Mahasiswa perantau dihadapkan pada berbagai perubahan dan perbedaan di berbagai aspek kehidupan, seperti pola hidup, interaksi sosial serta tanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, sehingga dituntut untuk mampu menyesuaikan diri (Raufida & Kustanti, 2017).

Penyesuaian diri mahasiswa rantau merupakan kemampuan mahasiswa untuk mengatasi segala tekanan akibat dorongan kebutuhan dan berusaha menyeimbangkan antara tuntutan dari dalam diri maupun tuntutan dari lingkungan. Berbagai permasalahan dan tekanan yang dihadapi oleh mahasiswa perantau tersebut menuntut mahasiswa untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam menyesuaikan diri di lingkungan baru (Nadlyfah & Kustanti, 2018).

(29)

13

Remaja cenderung memilih untuk berpacaran ketika berada di bangku perkuliahan, demikian pula dengan mahasiswa yang merantau. Perilaku pacaran mahasiswa perantau dapat dipengaruhi oleh kebebasan saat merantau. Perilaku pacaran yang dimaksud adalah perilaku pacaran yang berisiko dan yang tidak berisiko.

Kebebasan yang dimaksud adalah kurang mendapat pengawasan langsung dari orang tua, kebebasan dalam memilih teman dan lingkungan, dan juga bebas menjalin hubungan asmara bersama lawan jenis (Ohee, Purnomo, 2018). Salah satu faktor penyebab hubungan seks pranikah adalah perilaku pacaran remaja (Ohee, Purnomo, 2018).

Remaja yang baru memasuki dunia perkuliahan memiliki keinginan untuk hidup mandiri dan jauh dari orang tua. Salah satu caranya adalah dengan tinggal di kost-kostan. Kontrol orang tua yang kurang, ditambah kontrol sosial yang lemah di lingkungan kost-kostan, membuat mahasiswa berani menanggung segala macam resiko atas perbuatannya tanpa berpikir panjang, salah satunya adalah melakukan hubungan seksual pranikah (Yudia, Cahyo, Kusumawati, 2018).

Perilaku seksual mahasiswa kost dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan dan orientasi seksual mereka. Rasa ingin tahu dan fantasi seksual menyebabkan subjek ingin mempraktekan perilaku seksual orang dewasa (Yudia, Cahyo, Kusumawati, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Yudia, Cahyo & Kusumawati (2018) menyatakan lingkungan tempat tinggal yang acuh dalam bersosial atau kurangnya pengawasan dalam lingkungan sekitar membuat banyak mahasiswa leluasa melakukan aktivitas seksual di kamar kost atau kontrakannya.

(30)

14

BAB III

METEODOLOGI PENELITIAN

A. Strategi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pengalaman yang dialami oleh para mahasiswa pria yang sedang berada di perantauan dan melakukan aktifitas seksual dengan lawan jenis dan mendapatkan gambaran dari masalah. Oleh sebab itu, diperlukan penggalian informasi yang mendalam sehingga informasi mengenai remaja pria yang merantau dan melakukan hubungan seks dengan lawan jenis dapat diperoleh secara lengkap.

Hal ini dapat diperoleh melalui penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa saja yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011). Penelitian kualitatif juga berusaha menyelidiki isu yang berhubungan dengan indidu tertentu (Creswell, 2010)

Penelitian kualitatif juga disebut naturalistik. Disebut naturalistik karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif bukan kuantitatif karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya, tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes (Nasution, 2003).

(31)

15

Pendekatan yang dipilih dalam penelitian adalah naratif yaitu mengungkap peristiwa-peristiwa penting dan bermakna pada partisipan sehingga muncul pemahaman tentang yang membuatnya menjadi pribadi seperti ini (Kahija, 2007).

B. Keunggulan Pendekatan Naratif dalam Seksualitas Remaja Pria yang Merantau

Dalam melakukan penelitian naratif, peneliti tidak harus mencari orang yang terkenal tetapi orang yang punya sesuatu yang signifikan secara psikologis untuk dibagikan kepada masyarakat. Artinya ada sesuatu yang penting atau signifikan untuk dipelajari dalam kehidupan.

Penelitian naratif juga memerlukan penggalian data yang mendalam dan dituntut untuk merancang pertemuan yang intens dengan partisipan dan menjalankan wawancara dan observasi secara langsung dengan tujuan mengungkap rangkaian moment dan peristiwa hidup yang membentuk kehidupan subjek menjadi seperti saat ini.

C. Refleksivitas Peneliti

Saya adalah seorang mahasiswi yang merantau ke Yogyakarta untuk berkuliah. Selama di perantauan, saya banyak memiliki teman pria dan wanita. Dari sekian banyak teman pria saya, beberapa diantara mereka sudah pernah melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Hubungan seks itu dilakukan mereka bersama pacaranya atau pun dengan teman wanita. Jalinan pertemanan saya dengan para pria terbilang cukup dekat sehingga terkadang mereka menceritakan hal-hal yang bersifar pribadi termasuk ketika mereka berhubungan seks. Adanya kedekatan itu membuat saya terkadang menjadi tempat mereka untuk bercerita dan di satu sisi saya merasa iba karena teman-teman pria saya cukup,mudah untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenis.

(32)

16

Berkaitan dengan penelitian ini yang menjadi pertimbangan saya adalah kami semua sama-sama mahasiswa yang sedang merantau dan saya berusaha untuk terlihat mendukung apa yang teman-teman pria saya lakukan akan tetapi fokus utama saya adalah ingin melihat dan mengetahui bagaimana pandangan dan perilaku mereka terhadap seks dan terhadap lawan jenis mereka.

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengalaman seksual yang dialami oleh mahasiswa pria selama merantau seperti hal yang dialami ketika masa pubertas, proses adaptasinya ketika berada di lingkungan baru, relasinya dengan lawan jenis, perilaku seksualnya, keengganan menggunakan alat kontrasepsi, dan harapan mengenai masa depan para informan.

E. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini merupakan para remaja pria yang sudah pernah melakukan aktifitas seksual. Peneliti memilih menggunakan batasan usia yaitu 19-23 tahun.

F. Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari informal ke formal. Pada penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur.

Wawancara semi terstruktur adalah wawancara yang pewawancara menetapkan masalah sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. Jenis pertanyaan ditanyai

(33)

17

dengan pertanyaan yang sama. Semua aspek dipandang memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan yang diajukan (Meleong, 2009).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Life Story Interview (Mc Adam, 2008) yang merupakan salah satu pendekatan psikologi yang menekan pada narasi dan kisah hidup seseorang. Life Story Interview mengumpulkan kisah hidup orang-orang untuk dipahami berbagai dan bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka.

Life Story Interview dibagi menjadi beberapa tahap yaitu :

- Life Chapters, menjelaskan tentang ringkasan kehidupan dalam bentuk plot - Key Scene in The Life Story, menggambarkan plot secara garis besar yang di

dalamnya terdapat kilas balik kehidupan mengenai pengalaman atau kenangan positif atau negatif.

- Future Scripts, menjelaskan tentang harapan masa depan - Life Events, menjelaskan tentang tema utama kehidupan

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dimulai dengan membuat daftar pertanyaan wawancara dan dibaca dengan seksama. Setelah daftar pertanyaan dibuat, maka peneliti akan menghubungi partisipan yang telah ditetapkan. Kemudian, peneliti dan partisipan menentapkan jadwal untuk bertemu untuk mengadakan rapport sekaligus untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini.

Wawancara dilakukan selama satu kali sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh partisipan. Menurut Smith (2014) Langkah studi naratif yaitu :

(34)

18

2. Melakukan rapport dengan partisipan

3. Menentukan konteks pengumpulan data dan proses wawancara 4. Menyiapkan narasi untuk proses coding

5. Melakukan coding

6. Melaporkan hasil yang telah dianalisis

H. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah naratif. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan teman dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Parker, 2009). Analisis data juga merupakan suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton, 1980). Analisis data secara keseluruhan melibatkan usaha memaknai data berupa teks atau gambar (Creswell, 2007) Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut:

1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisa

Langkah ini melibatkan transkripsi wawancara, menscanning materi, mengetik data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung sumber informasi.

2. Membaca keseluruhan data

Langkah pertama adalah membangun general sense atas informasi yang diperoleh dan mereflesikan maknanya secara keseluruhan

(35)

19

Coding merupakan proses mengolah materi atau informasi menjadi tulisan-tulisan sebelum memaknainya. Langkah ini melibatkan tahap mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, memsegementasi kalimat-kalimat atau

gambar ke dalam kategori, kemudian kategori tersebut diberi label

4. Menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan kategori-kategori dan tema-tema yang akan di analisis. Setelah diidentifikasi tema-tema-tema-tema selama proses coding, peneliti kualitatif dapat memanfaatkan tema-tema menjadi lebih kompleks.

5. Deksripsi dan tema-tema ini disajikan kembali dalam narasi atau laporan kualitatif 6. Langkah terakhir dari analisis data adalah menginterpretasikan atau memaknai

makna.

I. Kredibilitas Data

Validitas penelitian kualitatif dilakukan untuk memeriksa akurasi penelitian dari sudut pandang peneliti, informan, maupun para pembaca. Hal tersebut dilakukan dengan cara member checking. Member checking adalah melaporkan deksripsi dan tema-tema spesifik informan untuk memastikan data tersebut telah akurat (Creswell, 2014).

J. Pedoman Wawancara

1. Agar mengetahui pengetahuan dan pemahaman remaja pria yang merantau tentang masa pubertas

 Sejak umur berapa mengalami pubertas ?

(36)

20

 Perasaan seperti apa yang kamu rasakan saat masa pubertas ?

 Apa gejolak terbesar saat masa pubertas yang sangat sulit untuk kamu tahan? Bagaimana caramu untuk dapat mengontrol hal tersebut ?

2. Agar mengeksplorasi tantangan yang dihadapi saat remaja pria merantau

 Selama menetap dan pindah ke Yogyakarta perbedaan apa yang kamu rasakan ?  Apakah kamu mampu beradaptasi dengan cepat selama menetap di Yogyakarta ?  Apa kiranya hal yang sangat sulit kamu hindari selama menetap di Yogyakarta ?  Apa godaan terbesarmu selama menetap di Yogyakarta ?

3. Agar mengetahui relasi dengan lawan jenis dari para mahasiswa rantau  Apakah kamu memiliki banyak teman putri ?

 Seberapa dekat kamu dengan teman – teman putri ?  Adakah dari sekian banyak teman putri yang kamu sukai ?  Apakah kamu pernah berpacaran dengan teman dekat ?  Tipe pacar yang seperti spa yang kamu sukai ?

4. Agar mengetahui cara pandang informan tentang seksualitas  Apa yang kamu ketahui tentang seks ?

 Seberapa dalam kamu memahami seksualitas ?  Seks seperti apa yang kamu ketahui ?

 Menurut kamu, pada usia berapa kamu merasa bahwa kamu boleh melakukan aktifitas seksual ?

5. Agar mengeksplorasi perilaku seksualitas remaja pria yang merantau demgan lawan jenis  Sejak kapan kamu mulai berpacaran?

(37)

21

 Usia waktu pacaran tersingkat kamu, seberapa lama?

 Dalam kurun waktu berapa lama entah hari atau bulan kamu dan pasanganmu mulai melakukan aktifitas seksual ringan misalnya berciuman?

 Apa kamu sudah melakukan hubungan seksual berat seperti penetrasi dengan lawan jenismu?

 Bagaimana perasaanmu ketika ingin mengajak pasanganmu melakukan hubungan seksual ?

 Apa yang kamu lakukan jika pasanganmu menolak melakukan hubungan seksual ?  Bagaimana perasaanmu ketika kamu berhasil mengajak pasanganmu melakukan

hubungan seksual ?

 Dalam kurun waktu seminggu berapa kali kamu melakukan hubungan seksual ?  Seandainya pasanganmu sedang tidak mood untuk melakukan hubungan seksual

dan kamu sedang ingin melakukan hubungan seksual, apa yang akan kamu lakukan ?

 Apakah kamu pernah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis yang bukan pacarmu ?

6. Agar melihat keengganan dari remaja pria yang merantau ketika melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis tanpa memakai tanpa memakai alat kontrasepsi

 Apabila kamu melakukan hubungan seksual, apakah kamu selalu memakai alat kontrasepsi? Berikan alasan jika iya atau tidak.

 Menurutmu alat kontrasepsi menjamin keamanan dalam melakukan hubungan seks?  Menurutmu, apakah kamu lebih memilih melakukan hubungan seks tanpa alat

(38)

22

 Jika lawan jenismu ingin kamu memakai alat pengaman sedangkan kamu tidak ingin menggunakannya, bagaimana caramu untuk meyakinkan lawan jenismu bahwa semuanya akan aman ketika berhubungan seksual ?

 Apa yang kamu rasakan ketika kamu melakukan hubungan seks dengan memakai alat pengaman ?

7. Agar mengetahui peran lingkungan sekitar terkait seksualitas remaja pria yang merantau  Apakah setelah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis kamu

menceritakan pengalaman tersebut dengan teman-temanmu ?

 Bagaimana tanggapan mereka setelah mendengar kamu sudah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis ?

Dari segi lingkungan tempat tinggal, apakah ada batasan – batasan dari induk semang terkait kamu sering menerima tamu lawan jenis di tempat tinggal ?

 Apa kamu merasa bahwa lingkungan yang ketat itu menjadi penghambat kamu tidak bisa melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis ?

 Apakah orang tuamu atau sanak saudaramu yang juga merantau tahu kamu melakukan aktifitas seksual dengan lawan jenis ?

8. Agar melihat gambaran masa depan seksualitas remaja pria yang merantau

 Adakah impian yang kamu impikan dan kamu harapkan dengan pasanganmu sekarang ?

 Apakah kamu memiliki niat untuk menjadikan pasanganmu yang sekarang sebagai istrimu kelak ?

 Apakah kamu nantinya akan jujur kepada pasanganmu kalau kamu tidak hanya melakukan hubungan seksual dengan dirinya ?

(39)

23

 Jika kelak pasanganmu mengetahui kamu sering melakukan hubungan seksual dengan wanita lain apa yang akan kamu lakukan ?

 Apabila kamu ditinggalkan oleh pasanganmu apa yang akan kamu lakukan ?

K. Definisi Operasional

Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia. Seksualitas adalah ubahan yang diukur dengan wawancara semi terstruktur yang meliputi analisis data dan di dalamnya terdapat cara-cara yaitu suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Kemudian, data dibaca kembali, diberi koding dan dianalisis.

(40)

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian 1. Persiapan dan Perizinan

Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan 10 orang remaja pria yang merantau yang sudah pernah melakukan aktivitas seksual sebagai informan, sebelum melakukan pengambilan data, peneliti terlebih dahulu meminta kesediaan informan dengan melakukan penandatangan informed consent. Dalam proses ini, informed consent dibacakan oleh peneliti. Peneliti menjelaskan secara rinci terkait poin-poin yang tercantum dalam lembar inform consent sehingga informan memahami proses dan konsekuensi dari penelitian yang akan dilakukan.

Dalam menjalankan proses penelitian ini, peneliti akan melakukan pendekatan kepada informan untuk memperoleh informasi yang mendalam. Hal ini dilakukan dengan tujuan menimbulkan kepercayaan, kedekatan, serta keterbukaan pada peneliti dapat terwujud. Pendekatan yang dilakukan peneliti bermula dari pertemanan dekat yang terjalin antara informan dan penelii yang sudah terjalin cukup lama. Proses pengambilan data sepenuhnya peneliti menyerahkan kebebasan sepenuhnya pada informan untuk memilih waktu dan tempat yang sesuai, kemudian peneliti menyesuaikan dengan waktu yang sudah ditentukan informan. Peneliti mengawali pengambilan data dengan memberi pemahaman kepada informan mengenai tujuan dari penelitian yang dilakukan. Demi kenyamanan proses wawancara, informan melakukan rapport sebelum memulai proses wawancara yang berupa pertanyaan sederhana dan ringan mengenai keseharian dari

(41)

25

informan atau pun pertanyaan yang berkaitan dengan hobi informan. Setelah proses rapport terasa cukup barulah peneliti memulai proses penelitian.

Selama proses wawancara, peneliti menggunakan teknik semi terstruktur yang lebih memberikan keleluasan pada informan dan melakukan melakukan probing. Selama proses wawancara berlangsung. Selama proses wawancara berlangsung, informan terkadang tersenyum dan tertawa serta merasa malu saat mengingat dan menceritakan pengalaman pribadinya. Atas izin dari informan, peneliti menggunakan alat perekam berupa handphone untuk merekam proses wawancara. Hasil rekaman suara tersebut akan di transkrip oleh oleh peneliti sehingga akan menghasilkan dokumentasi tertulis berupa verbatim dan kemudian melanjutkan ke langkah berikutnya ke analisis data.

Pelaksanaan penelitian dengan informan dilakukan secara terpisah sesuai dengan kesepakatan dengan informan dengan peneliti. Berikut ini adalah waktu dan tempat pelaksaan penelitian :

(42)

26

2.1. Tabel 1. Pelaksaana Penelitian

No Keterangan Informan 1 (De) Informan 2 (Jk) Informan 3 (Td) Informan 4 (Wt) Informan 5 (Tj) Informan 6 (Km) Informan 7 (Ep) Informan 8 (Am) Informan 9 (Ap) Informan 10 (Bs) 1. Pendekatan dengan informan Sabtu, 02 Maret 2019 15.00-19.00 Kamis, 07 Maret 2019 20.00-22.00 Rabu, 21 Maret 2019 15.00-18.00 Sabtu, 06 April 2019 10.00-14.00 Jumat, 19 April 2019 13.00-17.00 Minggu, 26 Mei 2019 10.00-15.00 Minggu, 02 Juni 2019 18.00-20.00 Jumat, 14 Juni 2019 15.00-18.00 Senin, 18 Juni 2019 14.00-17.00 Kamis,27 Juni2019 18.00 –22.00 2. Wawancara informan Senin, 04 Maret 2019 18.00-19.30. Kost De Jumat, 08 Maret 2019 11.00-12.45 Kost Jk Minggu, 24 Maret 2019 16.00-17.00 Kost Td Minggu, 07 April 2019 19.00-20.30 Kost Wt Sabtu, 20 April 2019 20.00-22.00 Kost Tj Rabu, 29 Mei 2019 18.00-19.30 Kost Km Senin, 03 Juni 2019 18.00-19.30 Kost Ep Mingggu, 16 Juni 2019 16.00-17.30 Kost Am Jumat, 21 Juni 2019 16.00-18.00 Kost Ap Sabtu, 29 Juni 2019 18.00-20.00 Kost Bs

(43)

27

B. Informan Penelitian

No Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan 7 Informan 8 Informan 9 Informan 10

1. Insial De Jk Td Wt Tj Km Ep Am Ap Bs

2. Usia 22 22 23 23 23 22 23 23 21 23

3. Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki 4. Urutan kelahiran Anak ke-1

dari satu bersaudara

Anak ke-4 dari empat bersaudara Anak ke-1 dari dua bersaudara Anak ke-3 dari tiga bersaudara Anak ke-3 dari tiga bersaudara Anak ke-2 dari tiga bersaudara Anak ke-3 dari tiga bersaudara Anak ke-1 dari tiga bersaudara Anak ke-2 dari tiga bersaudara

Anak ke-1 dari empat bersaudara 5. Pendidikan Terakhir Perguruan

Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi

6. Suku Jawa Flores Flores Jawa Flores Flores Flores Flores Jawa Flores

7. Agama Islam Katolik Katolik Islam Katolik Katolik Katolik Katolik Islam Katolik

8. Usia orang tua 52 48 55 60 64 55 66 50 50 50

9. Tingkat pendidikan orang tua

SMA SMA S1 S1 SMA S2 S1 SMA SMA SMA

(44)

28

C. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan narasi yang didefinisikan sebagai interpretasi terorganisir mengenai serangkaian kejadian. Interpretasi ini mencakup pemberian peranan (agency) kepada tokoh-tokoh yang ada di dalam narasi dan penggalian hubungan sebab-akibat yang ada di antara berbagai kejadian (Smith, 2014).

1. Narasi kehidupan D

Pubertas melatih tanggung jawab

D merupakan seorang remaja pria sekaligus mahasiswa berusia 22 tahun dari Jakarta. D anak pertama dari satu bersaudara. Kedua orang tuanya bersuku Jawa. D mengalami pubertas ketika duduk di kelas enam SD. Saat masa pubertas, D juga merasakan perubahan baik secara biologis, fisik, maupun psikologis. Dmengalami mimpi basah, mengalami pertumbuhan di bulu halus di beberapa tempat dan merasa cara berpikirnya mulai berubah.

”Contohnya mengalami mimpi basah , tumbuh buku di beberapa bagian tubuh ini secara fisik sedangkan secara psikologi lebih berpikir ke depan” (transkrip 2-4).

Karena sudah mengalami mimpi basah dan mengalami tumbuhnya bulu halus, D merasa bukan anak kecil lagi. Di sekolah juga ia mendapati pelajaran tentang mimpi basah, jadi saat mengalami mimpi basah D tidak merasa kaget.

“Gue mimpi basah, tumbuh bulu di beberap bagian, gue berpikiran udah gak kayak anak kecil lagi..Kalo dipendidikan kan udah dapet kalo seorang cowo bakalan akil balig jadi gue gak kaget karena udah tau” (transkrip 10-17)

(45)

29

Pada saat masa pubertas juga, D mulai dibatasi oleh orang tuanya. D juga merasa karena dibatasi pergaulannya oleh kedua orang tuanya, maka ia harus bisa mengontrol dirinya. Namun, D terkadang sering mengabaikan aturan yang sudah dibuat oleh orang tuanya. D mengisahkan beberapa kali ia pulang larut malam. Aturan yang dibuat ibunya adalah ia harus sudah pulang saat pukul 22.00 namun, D pulang larut malam hingga pukul 01.00 dini hari. Akibatnya, ia mendapat teguran dari ibunya.

“Ya ngontrol sendiri sendiri, karena udah dibatasi. Tapi yah ada beberapa kali si kejadian gue kelewat batas sampai harunya pulang jam 10 malah pulang jam satuan dan diomeli juga, tapi bisa dihitung juga berapa kalinya. Gue masih bisa ngontrol sih” (transkrip, 35-41)

Setelah kejadian tersebut, D selalu izin terlebih dahulu pada ibunya jika ingin pulang larut. Namun sayangnya, terkadang D ingkar janji dan pulang daru waktu yang telah ia sepakati dengan ibunya. Karena kajadian tersebut ibunya menanyakan D terkait pertanggungjawabannya.

“Sempet ada tapi balik lagi ke awal , aku balik lagi ke janji misalnya bu aku balik jam 11 tapi ternyata jam satu nah pas balik ditanya pertanggung jawabannya dimana” (transkrip 44-48)

Saat SMP, D juga mulai berpacaran saat ia duduk di kelas dua SMP “12 tahun saat SMP” (transkrip 164).

D mulai mencoba berpacaran karena ia sering melihat tayangan di televisi. Saat itu sekitar tahun 90an sering menampilkan adegan orang berpacaran karena

(46)

30

merasa penarasan D pun mencoba untuk berpacaran. Selain berpacaran, D juga sudah berciuman dengan pacarnya pada waktu itu.

“Kalo ciuman ringan di umur SMP udah pernah sama pacar ke sekian di kelas dua atau tiga” (transkrip 153-155)

“Aduh lupa yah kalo dijelasin, tapi generasi 90an pasti tau yah kalo pacaran itu karena apa, mungkin karena pas dulu karena dicekokin aja di televisi kayak orang pacaran” (transkrip 167-171).

Hubungan seks

Saat SMA, D kembali menjalin hubungan dengan beberapa lawan jenis. D berpacaran dengan beberapa perempuan. D juga sempat berselingkuh lalu ia ditinggalkan oleh pasangannya pada waktu itu. D memiliki enam orang mantan pacar.

“Ada 6 orang” (transkrip, 175)

“Pernah tiga bulan . dan putus gara-gara gue selingkuh waktu SMA” (transkrip, 177-178)

Selain itu, D membutuhkan waktu satu sampai tiga bulan untuk bisa berciuman dengan mantan pacarnya dulu.

“Mungkin kisaran satu bulan sampe tiga bulanlah itu udah ciuman” ( transkrip, 182-183)

D pun sudah melakukan pernah melakukan hubungan seksual. Menariknya, dari keenam mantan pacarnya, tiga orang sudah melakukan hubungan seksual dengan D.

(47)

31

“Sama pacar gue yang sekarang berarti ada 7 jadi ada 3 yang pernah” (transkrip, 190-191)

Ketika telah menyelesaikan ujian nasional SMA, D dan teman-temannya merayakannya dengan mengadakan pesta. Di pesta tersebut, D dan teman-temannya meminum minuman keras sehingga D mabuk. Ketika mabuk, D pun melakukan hubungan seks. Namun, saat ia sadar D merasa bingung dengan perbuatannya.

“Waktu pertama kali ada satu setelah UN ada party gitu dan gue pertama kali having seks pas gue mabuk dan pagi-paginya gue bingung pas paginya” (transkrip, 194-198)

Sejak kejadian itu, D menjadi sering berhubungan seksual. Mantan pacarnya pun sering mengajak D untuk berhubungan seksual.

“kalo yang lain setelah mantan gue yang ini yang udah karena sama-sama pernah kalo mau mulai yah mulai aja.pernah sih mantan gue ada yang minta disuruh main ke kost tapi karena guenya lagi gak mau yah tergantung waktunya aja sih” (transkrip, 198-204).

Mencari kepuasan

Selepas masa SMA, D memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Daerah yang dipilihnya untuk berkuliah adalah Yogyakarta. Saat pindah ke Yogyakarta, ia merasa harus menjadi sosok yang mandiri. D juga mengalami susah tidur dan dampaknya kuliahnya menjadi terbengkalai.

“Hal pertama yang paling gue rasain adalah yah kita atur diri kita , segalanya kita atur dari makan , baju kotor, beresin kamar sendiri” (50-53)

(48)

32

“Gue pengen cerita kalo dulu gue sebenarnya paling pertama yang gua alami itu pertama jam tidur gue kebalik, gue main sampe malam jam dua atau tiga bahkan jam empat baru pulang trus jam tujuh harus kuliah seterusnya kayak gitu. Gue jadinya sering kelewat kelas dan akhirnya TA. Jadi masalah waktu tidur yang kerasa bedanya” (transkrip, 75-82)

Di lingkungan yang baru, D berteman dengan orang yang berasal dari daerah yang sama dengan dirinya maupun dari daerah lainnya.

“Mampu karena banyak juga temen gue dari luar daerah, jadi kayak banyak temen dan banyak kegiatan yang gue bisa lakuin” (transkrip, 69-72)

“Kalo pergaulan di Jogja sih pergaulannya baik, temen-temen di Jogja nerima gue baik baik dan ajarin yang baik baik” (transkrip, 84-87).

Mereka menerima D dengan baik. D juga menyukai teman lawan jenisnya di kampus. D merasa perempuan tersebut memiliki banyak kesamaan dengan dirinya dan bisa memahaminya.

“Ada, kalo gue menilai diri gue sendiri karena cinlok gue sekelas, satu kegiatan di kampus, banyak yang factor yang bikin gue cinlok lah. Factor yang bisa bikin gue suka itu dia anak café juga dia dari Bekasi aku dari Jakarta terus gue liat dia orangnya aktif trus dia keliatan ekstrovert, kayak dia membuka dirinya dan gak suka bergaul dengan orang lain dan cantik juga sih” (transkrip, 104-114)

(49)

33

“Kebetulan kemaren yang gue kemaren nyari yang lebih tua dari gue beberapa bulan aja, jadi lahir ditahun yang sama jadi beda beberapa bulan, tuaan dia dan dia lebih agak dewasalah. Kalo semisal dia ada kegiatan dan gue ada kegiatan yang fine kalo gak ketemu. Yang penting gak terlalu nuntut kayak gitu aja sih yang bikin gak ribet dan yang cantik, objektiflah” (transkrip, 126-135)

D juga memiliki banyak teman perempuan entah itu teman kampus maupun teman dari luar kampus.

“Ada banyak, jumlahnya jelas diatas 10. Ada yang cuman sekedar say hi ada yang lebih dari sekedar say hy. Ada yang temen makan bareng ada yang cuman temen kampus, ada yang ngerjain tugas” (transkrip, 96-101)

Tidak jarang D berkumpul dengan teman-temannya hingga dini hari dan waktu pun banyak yang terbuang sia-sia. D merasa hidupnya di lingkungan baru sangatlah bebas.

“Kalo dari segi lingkungan sih kebetulan gue ada satu perkumpulan dari Jakarta terus kayak kita tu ngumpul bareng , maba-maba gitu trus sama sama bingung ngapain sih. Bingung ngabisin waktu, kayak kita di kota orang terus kita gak ada orang tua, saking bebasnya kita bingung mau ngapain, jadi waktu banyak yang terbuang padahal bisa ngelakuin sesuatu yang efisien” (transkrip, 55-66)

(50)

34

D tinggal di kostan yang penghuninya adalah laki-laki dan perempuan. Keadaan kost yang bebas tersebut membuat D dan pacarnya sering melakukan perbuatan yang tidak diinginkan.

“Godaan terbesar adalah kosan gue bebas, terus gue punya pacar trus kosan gue campur. Kadang ada hal yang terjadi yang diinginkan lah” (transkrip, 90-93)

Sepemahaman D, seks itu adalah hubungan badan yang dilakukan oleh dua orang dan mendapatkan kepuasan.

“Seks itu suatu hal yang terjadi antara dua insan yang berbeda. Seks di bahasa Indonesia yah ada dua orang berhubungan badan atau mendapatkan kepuasan dari hubungan badan itu” (transkrip, 145-149)

D dan pacarnya berhubungan pun seksual sebulan dua kali.

“Gak teratur sih, yah sebulan dua kali itu sama pasangan” (transkrip, 243-244)

D dan pasangannya tidak memiliki gaya favorit namun D merasa lebih merasa puas kalau pasangannya bisa mencapai orgasme.

“Biasanya aja sih gue gak sampe gaya gayaan ya udah sih, gak selalu begitu selalu berubah karena udah pasti puas” (transkrip, 212-214)

“Hampir pasti selalu orgasme kayaknya” (transkrip, 217)

(51)

35

Namun, terkadang pasangannya tidak bisa memenuhi keinginannya untuk berhubungan seksual. Jika pasangannya menolak, maka D akan mencari selingkuhannya. Selingkuhannya adalah seorang perempuan yang tinggal di sebelah kamar D.

“Pertama yang gue lakuin adalah nyari orang lain disekitar lingkungan gue. Selingkuhan gue, kalo ini lebih yang ke sekarang. Di saat cewe gue lagi gak bisa gue ngontak cewe yang sekosan gue lo lagi dimana” (transkrip, 226-231)

Selingkuhannya ini bebas masuk ke kamar D. Tidak jarang, saat ia ingin menyalurkan hasratnya perempuan tersebut langsung masuk ke kamar D lalu mereka berhubungan seksual.

“Dia pernah tau-tau masuk kamar gue, gue lagi nonton di kasur, terus dia masuk udah buka baju, trus gue langsung nanya ngapain lo udah diem katanya, terus dia langsung aja penetrasi” (transkrip, 235-240)

D mengakui tidak memiliki perasaan lebih pada selingkuhannya karena mereka sama-sama ingin mencari kepuasan. Mereka berhubungan seks pun tidak bisa ditentukan seberapa seringnya.

“Menurut gue yah karna sama-sama mencari kepuasanya yah fine-fine aja asal tau batasnya, dan gue merasa di posisi yang bener karena gue tau batasnya, gue seharunya gak punya perasaan sama cewe yang bukan pacar gue ini, dia cuman buat cari kepuasan” (transkrip, 248-255)

(52)

36

Pernah ada suatu kejadian pasangan dan selingkuhannya tidak berhubungan seksual. Maka, D menyalurkan hasratnya dengan melakukan masturbasi.

“kalo gak bisa yang gue masturbasi sendiri” (transkrip, 231-232) Ketika berhubungan seksual. D memilih menggunakan alat kontrasepsi. D memakai alat kontrasepsi dengan alasan ingin menjaga dirinya dari penyebaran virus dan ia juga belum siap memiliki keturunan.

“Pake. Pertama menjaga penyebaran virus kedua takut memiliki keturunan karena gue belum siap lahir dan batin” (transkrip, 260-262)

Sejauh ini alat kontrasepsi adalah alat yang paling menjamin keamanan. D akan berhenti memakai alat kontrasepsi saat ia menikah. Prinsipnya sekarang, ia hanya ingin mencari kepuasan.

“Selama ini sih menjamin, kalo selama ini belum pernah ada bocor” (transkrip, 265-266)

“Kalo sekarang gue masih pake pengaman tapi kalo udah sah ngapain lagi kan make pengaman” (transkrip, 269-271)

Lingkungan tempatnya tinggal pun cukup bebas. Pernah ada peristiwa saat warga melakukan penggrebegan di kostnya, dan mendapati tiga orang yang berlawanan jenis kelamin. Namun, penghuni kost memberi alasan yang masuk akal dan tidak ada tindakan lebih lanjut dari warga setempat.

“Ada satu kasus temenku ketauan sekamar tapi posisinya lagi bertiga, satu cewenya kosan disitu satu cowo kosan disitu satu cewe dari luar, jadi kaya sih cewe berdua ini berteman dan pindah kamar, jadi diakali

(53)

37

gitu, kalo cewe yang satu ini temen cewe yang tinggal dikosan” (transkrip, 295-302)

Tidak jarang juga ibunya menanyakan sejauh mana pergaulan D dengan lawan jenisnya. D pun tidak menutupi hal tersebut dari ibunya dan ibunya memberi tanggapan bahwa kalau ingin berhubungan seksual jangan lupa memakai pengaman.

“Kalo keluarga tau sih, kayak nyokap iseng aja nanya udah sampe mana, gue omongi ini sama nyokap sih dan responnya bagus asal pake pengaman jangan apa apain anak orang aja” (transkrip, 306-310)

Harapan D untuk masa depannya ia ingin pasangan yang sekarang menjadi istrinya. Menurutnya, banyak perubahan dalam dirinya saat ia menjalani hubungan dengan pasangannya yang sekarang.

“Harapan gue untuk pacar gue yang sekarang adlah tetap seperti ini gak ribet ribet. Tetap jadi diri dia sendiri yang tetap gue sayangi dan tetap gue butuhi, karena hidup gue teratur kalo ada dia” (transkrip, 313-318)

D pun ingin pasangannya tetap apa adanya. D juga berniat ingin jujur pada pasangannya sebelum menikah.

“Akan jujur sih sebelum gue lamar dia , gue lebih baik jujur duluan daripada nanti ada orang lain yang kasih tahu dia duluan,mending gue jujur duluan” (transkrip, 323-326)

D pun sudah siap dengan segala risiko yang terjadi saat ia telah mengakui perbuatan masa lalunya termasuk risiko terburuknya pasangannya akan meninggalkan dia.

(54)

38

“dan siap dengan segala risiko misalnya ditinggalin dan bakal cari cewe lain kalo semisal ditinggal. mungkin karena rasa percayanya dikhianati an kalo semisal gue udah jujur yah gue gini orangnya kalo gak suka ya udah” (transkrip, 327-332)

Analisis Perilaku Seksual D

Topik tentang hubungan seksual sering muncul pada narasi D sebagai mahasiswa pria yang merantau. D sebagai mahasiswa pria yang merantau merasa akan bebas dari tuntutan orangtua dan memberikan kebebasan kepada informan untuk melakukan apa yang mereka inginkan (Barus, Pradekso, 2018). Hal ini dialami D saat pertama kali pindah di Yogyakarta. D merasa kurang banyak melakukan kegiatan yang efisien.

Sebagai mahasiswa perantau, D dihadapkan pada berbagai perubahan dan perbedaan di berbagai aspek kehidupan, seperti pola hidup, interaksi sosial serta tanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, sehingga dituntut untuk mampu menyesuaikan diri (Rufaida, Kusnanti, 2017). Namun, D bisa melewati itu semua karena ia diterima dengan baik di oleh teman-temannya di lingkungan yang baru.

Di Yogyakarta, D pun memiliki pacar. Ia dan pasangannya sering melakukan aktifitas seksual seperti Kissing lips atau sering disebut ciuman bibir. Ciuman bibir adalah ciuman antara bibir dengan bibir yang disertai nafsu seksual (Imani & Pinasti, 2017). Perilaku seksual lainnya yang sering D lakukan bersama pacarnya adalah berhubungan seksual (vagina intercouse) adalah aktivitas melakukan senggama.

(55)

39

D melakukan perbuatannya tersebut di kos-kostan karena Perilaku tersebut didukung oleh kondisi lingkungan sekitar atau kost memberikan peluang besar terhadap remaja untuk melakukan hubungan intim dengan pasangannya dalam berpacaran (Anita, 2015).

Menurut D, motifnya dalam melakukan hubungan sexual intercouse adalah untuk mencari kepuasan saja karena pada penjelasannya tersebut ia sering melakukan hubungan seksual dengan wanita yang statusnya bukan pacar. Sehingga, menurut analisis peneliti hal ini sejalan dengan teori Strainberg (1986) pada kategori infatued love yaitu Infatued love adalah cinta gila atau cinta pada pandangan pertama atau hanya jatuh cinta dan mengalami gairah tanpa adanya keintiman dan komitmen

2. Narasi kehidupan J Kenakalan remaja

J adalah seorang laki-laki berusia 22 tahun. Berasal dari Flores. Orang tuanya juga berasal dari Flores. Orang tuanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil. J mengalami pubertas saat duduk di bangku SMP kelas dua dan pada saat itu ia berusia 14 tahun.

“umur 13 tahun atau 14 tahun sekitar itu,pas SMP kelas dua” (tranksrip,6-7)

Saat itu, J mengalami pergolakan di masa pubertas termasuk ketika ia telah mengalami mimpi basah rasa ingin tahunya ingin ia salurkan ke dunia nyata.

“Tahu akil balig itu masa dimana kita ingin tahu sesuatu, pokoknya bebaslah, masa masa ingin nakal, ada yang tidak juga” (transkrip, 1-5)

(56)

40

“Pernah,rasanya enak to, habis itu ingin tahu rasanya bagaimana” (transkrip, 17-18)

“Kalo praktek langsung” (transkrip, 20)

“Mimpi berhubungan seksual dengan perempuan” (transkrip, 23-24) Pergolakan lainnya saat ia di masa pubertas yang terjadi lainnya saat masa pubertas ia terlibat kenakalan remaja seperti sering terlibat perkelahian antar sekolah, bertengkar dengan orang rumah, sekolah tidak jelas, minum minuman keras

“Hancur saja ta,sekolah tidak jelas, liar,nakal, berkelahi terus, habis itu jarang dirumah, sering ribut dirumah dan disekolah” (transkrip, 11-14)

“Biasanya karena bela teman juga, lebih sering bela temanlah, bisa juga dipengaruhi oleh alcohol, pas ketemu dijalan pas baku lirik, tatapan tajam sio, itu saja e, gara-gara bela teman, bela kampung, kalau antar sekolah saya jarang palingan berkelahi diluar sekolah” (transkrip, 45-55)

Akibat dari kenakalan remaja tersebut, J harus merasakan mendekam di dalam penjara selama tiga hari.

“Masuk kantor polisi supaya ada efek jeranya. Saya pernah di dalam penjara selama tiga harilah” (transkrip, 58-60)

Menurut J, mendekam di di penjara akan menimbulkan efek jera, namun itu semua balik ke diri masing-masing karena ia masih akan tetap tinggal di lingkungan yang sama setelah keluar dari penjara. Di penjara pun, ia tidak mendapat kekerasan fisik namun ia merasa tertekan dari segi mental dan ia juga merasa jenuh.

Gambar

gambar ke dalam kategori, kemudian kategori tersebut diberi label

Referensi

Dokumen terkait

Posisi terakhir dilihat dari skor AG yaitu dimensi Information Control (Kualiats dan Akses Informasi) dengan skor 2,3 hal ini berarti kepuasan pemustaka tentang

Terlepas dari sumbangannya dalam mengakhiri kekerasan September 1999, negara-negara besar anggota masyarakat internasional ikut mengemban tanggungjawab atas kejahatan yang

Kinerja Sasaran Strategi 2.1 Meningkatka n penyediaan sarana dan prasarana dasar dengan kapasitas dan kualitas yang setara dengan standar dunia Berkembangnya

Translasi Ribosom membentuk polipeptida Codons tRNA molecules mRNA Growing polypeptide Large subunit Small subunit mRNA mRNA binding site P site A site P A Growing polypeptide

Penekanan OFF pada layar HMI ( Humman machine interface ) dibagian silo 1 untuk menghentikan sistem (Sistem akan berhenti secara otomatis ketika material

1 Kayu - Bahannya mudah didapat. - Indah bila dipropil dan dipolitur. Untuk tangga rumah tinggal, villa, tangga sementara. - Konstruksi agak sulit dibuat kaku. - Lekas aus

3 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak.. hukum yang dilakukan oleh masyarakat baik secara kualitas maupun kuantitasnya yang

Hasil sidik ragam ketebalan nata de coffea menunjukkan bahwa konsentrasi ZA berpengaruh tidak nyata terhadap ketebalan nata de coffea yang dihasilkan..