• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKTIVITAS POLITIK NURCHOLISH MADJID

NASIONALISME DALAM PANDANGAN NUIRCHOLISH MADJID

C. Nasionalisme Indonesia pada Masa Pembangunan

Intelegensia Muslim dan Kuasa

Merambah Jalan Baru Islam

Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa Oede Baru

Merambah Jalan Baru Islam

Political Power and Communications in Indonesia

wawasan “politik sebagai panglima” seperti yang dipraktikkan selama Orde Lama, kepada “ekonomi sebagai panglima”.134

Peristiwa penting yang langsung mempengaruhi ide pembangunan ekonomi Orba adalah kebutuhan mencetak ahli-ahli ekonomi sendiri yang didukung oleh kelompok militer Angkatan Darat (AD) yang menjadi lawan komunis. Dalam rangka itu, pendidikan SESKOAD melibatkan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) untuk mengajarkan dasar-dasar ilmu ekonomi kepada para perwira tinggi AD, salah seorang dari mereka adalah Mayor Jenderal Soeharto yang kemudian menjadi Presiden RI. 135

Segera setelah gerakan Partai Komunis Indonesia dibubarkan, lima tokoh Fakultas Ekonomi UI diundang menjadi tim penasehat ekonomi Jenderal Soeharto. Berdasarkan ide-ide para ahli ekonomi ini lahir konsep “pembangunan” dengan penekanan kuat pada pola atau model pembangunan negara-negara Barat: pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi.136 Secara garis besar tugas mereka adalah meningkatkan stabilisasi, rehabilitasi dan pembangunan.137 Untuk itu reformasi birokrasi dilakukan dengan jalan 1) Pemusatan proses pembuatan kebijakan pemerintah, 2) Membuat birokrasi efektif dan tanggap pada pemerintah 3) Memperluas wewenang pemerintah dan mengendalikan da erah-daerah. Dan secara konsepsional pemerintah menyiapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Rencana Pembangunan

134Yudi Latif, , 453.

135Fachry Ali dan Bahtiar Effendy,

(Bandung, Mizan, Cetakan I, April 1986), 104.

136Fachry Ali dan Bahtiar Effendy, , 104 -105.

137 Bruce Glassburner, “Indonesia’s New Economic Policy and Its Sociopolitical Implications”, in Karl D. Jackson and Lucian W. Pye, eds., (Berkeley, University of California Press, First Edition, 1980), 138. Lima orang ahli ekonomi tersebut adalah Prof. Widjojo Nitisastro, Mohammad Sadli, Ali Wardhana, Emil Salim, dan Subroto.

Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia,

Political Power and Communications in Indonesia

Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia,

Lima Tahun (Repelita).138 Sementara secara operasional birokrasi dijabat oleh para teknokrat sipil dan perwira militer yang berorientasi reformasi dan bisa diawasi dan dikendalikan baik pada tingkat pusat maupun daerah, maka mayoritas jabatan gubernur dan bupati diberikan kepada para perwira militer.139 Para teknokrat yang terdidik secara akademis itu menambah kredibilitas pemerintahan Soeharto di mata negara-negara Barat. Mereka dikenal dengan “mafia Berkeley” karena beberapa diantara mereka lulusan Universitas Berkeley.

Donal K. Emerson mendeskripsikan birokrasi Orba sebagaimana birokrasi Kerajaan Mataram dan menyimpulkan upaya Soeharto membangun birokrasi sbb.:

1) Dia mampu mengontrol jaringan pemerintahan yang sangat besar. Dia memecat ribuan orang yang terlibat dalam kegiatan PKI sebelum tahun 1966, 2) Dia membuat aparat administrasinya lebih loyal. Perwira-perwira direkrut untuk memperkuat jajaran birokrasi dengan cara komando militer, 3) Presiden Soeharto menjadikan birokrasi lebih aktif. Pendapatan pajak meningkat, gaji pegawai negeri dinaikkan.140 Dari semua itu kebijakan birokrasi terpenting Orba adalah komitmennya terhadap modernisasi yang sengaja dirancang untuk mendapatkan dukungan dan legitimasi politik rakyat dan menjadi kebijakan strategis untuk menarik dukungan negara-negara Barat atau investor asing agar memberikan bantuan bagi pelaksanaan pembangunan pada masa-masa awal Orba.141

Sebagai imbalan atas bantuan ekonomi yang diberikan negara-negara Barat, pemerintah Orba mengadopsi langkah -langkah reformasi yang terus-menerus dipuji oleh Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). Langkah-langkah itu

138M.Syafi’i Anwar, 18.

139M.Syafi’i Anwar, 18.

140 Donald K. Emmerson, “The Bureaucracy in Political Context: Weakness in Strenght” in Karl D. Jackson and Lucian W. Pye, eds.,

, (Berkeley, University of California Press, First Edition, 1980), 82-83.

141M.Syafi’i Anwar, 19.

Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia,

Pengkhianatan Demokrasi Ala Orde Baru Masalah dan Masa Depan Demokrasi Terpimpin Konstitusional

Pengkhianatan Demokrasi,

mendominasi kebijakan ekonomi pada tahun 1970-an.142 Dengan kebijakan seperti itu, Orba berhasil membangun birokrasi yang kuat dan berporos pada hubungan militer dengan sipil yang erat, bahkan Orba melebarkan fungsi birokrasinya menjadi mesin politik yang tangguh dalam merekayasa kehidupan sosial-politik masyarakat untuk mempertahan kan status quo maupun melaksanakan suksesi terencana di antara jaringan kekuasaan yang mengitarinya.143

Pembangunan ekonomi Indonesia ketika Orba berkuasa itu juga telah menciptakan jurang perbedaan dalam masyarakat secara horizontal dan vertikal, seperti kesenjangan desa-kota, daerah -pusat, Indonesia Timur–Indonesia Barat, pribumi–nonpribumi, kelompok ekonomi kuat yang diisi oleh sekitar 10 % penduduk, 40 % diisi oleh kelompok peralihan dari menengah bawah ke menengah atas dan 50 % diisi oleh kelas bawah.144

Dalam bidang politik, pemerintahan Orba di Indonesia telah berhasil menata konstruksi lembaga-lembaga politik secara struktural, sehingga di satu sisi semua lembaga-lembaga politik ditata sejalan dengan konstitusi dan di sisi lain isipasi politik masyarakat diarahkan pada saluran-saluran politik formal. Hasilnya adalah stabilitas politik yang terjaga selama lebih dari dua puluh tahun.145 Namun stabilitas politik berjalan dengan kesenjangan distribusi kekuasaan yang berimplikasi luas pada berbagai aspek kehidupan masyarakat karena hak-hak politik mereka kurang dihargai.Akibatnya pengawasan terhadap kekuasaan tidak dapat berkembang.

Orba saat berkuasa menghadapi berbagai aktivitas gerakan organisasi masyarakat Islam dengan dua strategi. Pertama

142MC Ricklefs, , ,603.

143M.Syafi’i Anwar, 18.

144 Eep Saefulloh Fatah,

(Bandung, Rosda Karya, edisi ke-2, 2000), 122-123.

145Eep Saefulloh Fatah, 122.

Ancient Greek

Oposisi Berserak Oposisi Berserak

mengkooptasi dan membujuk para pemuka organisasi masyarakat Islam bergabung dengan partai berkuasa, Golkar. Kedua mendeskriditkan mereka dengan cara menghubung-hubungkan mereka dengan ekstrimisme dan terorisme serta menganca dan menganiyaya mereka. Menurut Andres Uhlin, penguasa pa-da tahun 1990-an banyak menggunakan strategi kooptasi, seperti terlihat saat pembentukan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada Desember 1990. 146 Intelektual-intelektual Muslim M. Dawam Rahardjo, NCM dan Imaduddin Abdulrahim serta Amien Rais dan Adi Sasono dilibatkan dalam pembentukan ICMI. Mereka ingin menyatukan intelegensia Muslim yang terpecah-pecah dan terpinggirkan kedalam sebuah kelompok penekan politis. Akan tetapi, pemerintah telah betul-betul berhasil dalam mencoba mengarahkan ICMI kedalam sebuah etalase kerja sama antar Islam dan pemerintahan Soeharto. Menteri Riset dan Teknologi, B. Habibie terpilih menjadi ketua dan terdapat beberapa menteri negara dan banyak birokrat didalam kepemimpinan orgnanisasi ini. Sejak tahun 1994 NCM mengundurkan diri dari ICMI sebab menurutnya telah menjadi “terlalu politis.”.147 Angota ICMI dapat dibagi kedalam tiga kelompok : birokrat pemerintah; teolog dan ilmuwan muslim; serta aktivis dan politisi Islam. Kelompok birokrat sejauh ini merupakan kelompok yang paling berpengaruh, tetapi kelompok aktivis dan politisi tidak terlalu tidak signifikan. Mereka memiliki dua tujuan: a) Islamisasi Indonesia, dan b) demokratisasi dan demiliterisasi.

Demokrasi pada awal sejarahnya lahir sebagai bentuk politik partisipatoris yang melibatkan seluruh warga kecil yang disebut polis di Yunani Kuno ( ). Istilah demokrasi secara harfiah diambil dari kata bahasa Latin demos berarti rakyat dan kratos berarti kekuasaan. Secara h teori demokrasi lahir sebagai reaksi atas teori kedaulatan raja dan

146Andres Uhlin, , 70-71. 147Andres Uhlin, , 72.

Approaching Democracy

confucion democracy is clearly contradiction in terms. It is unclear whether ‘Islamic democracy’ is

, Filsafat Demokrasi , Filsafat Demokrasi

Teologi Baru Politik Islam Pertautan Agama, Negara

The Third Wafe: Democratization in the LateTtwentieth Century Teologi Baru Politik Islam

Indonesia Kita

kedaulatan Tuhan.148 Jadi dalam sejarah lahirnya demokrasi atau kedaulatan rakyat merupakan pardigma baru yang menjadi pembangkangan terhadap legitimasi kekuasaan Tuhan yang diatas -namakan oleh raja sebagai dasar kekuasaannya, sehingga pada gilirannya sekularisme dan antroposentrisme menjadi ciri yang melekat pada demokrasi, khususnya demokrasi Barat.

Demokrasi kemudian telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam sejarah pemikiran manusia tentang tatanan sosio-politik yang ideal. Larry Bermann dan Bruce Allen Murphy

dalam buku menyebutkan bahwa sampai

akhir tahun 1996 tidak kurang 118 negara dari 191 negara di dunia ini yang mendambakan sistem pemerintahan demokrasi.149

Bahtiar Effendy mencatat bahwa akhir kwartal abad ke-20 merupakan periode demokrasi yang paling menjanjikan dalam sejarah peradaban modern, karena pada kenyataannya tercatat antara 1974 hingga 1992 terdapat tiga puluh negara yang mengalami proses transisi ke demokrasi. Namun demikian para pengamat tidak memasukkan di dalamnya sebagian besar nia Islam.150

Para ahli seperti Larry Dimond, Juanz Linz, dan Seymour Martin Lipset berpendapat bahwa kebanyakan negara-negara Islam tak dapat diharapkan melakukan proses transisi ke demokrasi, bahkan Samuel P. Huntington menandaskan bahwa , “

.”.151 Menurut NCM, tesis Huntington tentang benturan budaya itu adalah tesis ilmiah palsu.152 Karena 148 Hendra Nurtjahjo , (Jakarta, Bina Aksara, Cetakan Pertama, 2006,) 31-44.

149Nurtjahjo , 1.

150 Bahtiar Effendy,

, dan Demokrasi, Yogyakarta, Galang Press, 101-102. 151 Samuel P. Huntington,

, dalam Bahtiar Effendy, ,

101.

152Nurcholish Madjid, , 176.

al-Khulafa> al-Ra>shidu>n

polyarchy

Rule of Law

Islam Doktrin dan Peradaban

Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, Filsafat Demokrasi

sebagaimana Robert N. Bellah telah simpulkan bahwa penyeleng -garaan pemerintahan yang dikembangkan Nabi Muhammad saw di Madinah bersifat egaliter dan partisifatif. Masyarakat Madinah pada masa klasik Islam itu yang terlihat dalam berbagai keteladanan Muhammad saw dan

menyerupai benar gambaran sebuah masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis seperti dalam konsep-konsep sosial politik modern.153

Demokrasi dalam pandangan NCM sesungguhnya merupakan konsep yang memiliki sinonim dengan apa yang disebut . Demokrasi dalam pengertian ini bukanlah sistem pemerintahan yang mencakup keseluruhan cita-cita demokratis, tetapi yang mendekatinya sampai batas-batas yang pantas. Oleh karena itu , setiap bentuk pengaturan politik yang demokratis memerlukan ikatan bersama yang dalam dunia modern saat ini dikenal dengan ikatan rasa kebangsaan.154 Pilihan umat Islam kepada demokrasi, menurutnya, bukan hanya karena secara prinsipil nilai-nilai demokrasi itu dibenarkan dan didukung oleh semangat ajaran Islam, tetapi juga karena fungsinya sebagai aturan politik yang terbuka untuk sewaktu-waktu mengadakan koreksi atas pemerintahan sesuai dengan ketentuan konstitusional.155

Secara konstitusional syarat-syarat dasar untuk terseleng-garanya pemerintahan yang demokratis di bawah ialah. 1.Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konsti-tusi, selain menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin; 2.Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak; 3.Pemilu yang bebas; 4.Kebebasan untuk menyatakan pendapat;5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi; 6.Pendidikan kewarganegaraan.156 153Nurcholish Madjid, , 114-115. 154Nurcholish Madjid, , 7. 155M.Syafi’i Anwar, 226. 156Nurtjahjo, , 43.

modern nation state

good governance clean government

modern nation state

Indonesia Kita

Islam dan Nasionalisme Reposisi Wacana Universal dalam Konteks Nasional

Pertama Kedua

Ketiga

keempat

Berdasarkan syarat-syarat dasar itu, menurut NCM, pemerintahan Soeharto kurang menghayati berbagai keharusan

sebuah , yaitu keharusan menerapkan prinsip

-prinsip: untuk menghasilkan

(sehingga praktek-praktek KKN yang sangat terkutuk itu dapat tercegah), melindungi kebebasan sipil, membela hak asasi manusia, menegakkan kedaulatan hukum, memperhatikan pendidikan seluruh warga negara di semua pelosok wilayah dengan sungguh-sungguh, dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.157

Kritik NCM atas pelaksanaan pembangunan Orba oleh Soeharto itu menunjukkan perkembangan pengertian

atau nasionalisme modern yang tidak hanya bertujuan melaksanakan pembangunan ekonomi saja, tapi seperti tahap perkembangan nasionalisme yang dikemukakan oleh Organsky, nasionalisme itu mengarah kepada pencapaian politik kesejahteraan dan kemakmuran.158

Secara umum dapat dikatakan bahwa pembangunan Orba di bawah Soeharto telah berhasil melewati stagnasi ekonomi dalam jangka pendek, sedang dalam jangka panjang Orba sukses meningkatkan produktivitas ekonomi dalam kerangka pembangu -nan yang berorientasikan pertumbuhan. Namun tidak demikian halnya dalam pemerataan hasil pembangunan. Sebagai contoh, rakyat hidup dalam kemiskinan di Aceh Utara, meskipun udah dibuka ladang gas dan minyak bumi di Lhokseumawe. Penghasilan yang didapat dari penjualan empat komoditi ladang minyak mentah, gas alam cair, LPG Propane, dan LPG Butane itu sebesar US$ 45 miliar selama periode 1979-1997. Sementara jumlah APBD provinsi Aceh pada periode tahun yang sama sebesar Rp 6,7

157Nurcholish Madjid, , 95-96. 158 Adhyaksa Dault,

(Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, Cetakan I, 2005), 99. Organsky membagi tahap perkembangan nasionalisme menjadi empat. , tahap perkembangan politik kesatuan nasional primitif. , tahap perkembangan politik industrialisasi. , tahap perkembangan politik kesejahteraan nasional; dan , tahap perkembangan politik kemakmuran.

Islam dan Nasionalisme Reposisi Wacana Universal dalam Konteks Nasional

Indonesia Kita

Titik Temu

Indonesia Kita

triliun.Suatu jumlah yang tidak sebanding.159 Dengan demikian, sebagaimana diisaratkan dalam salah satu bait lagu kebangsaan Indonesia Raya, pembangunan Orba baru menyentuh bagian “bangunlah badannya”, belum menyentuh bagian “bangunlah jiwanya” yang menjadi sisi primer pembangunan bangsa.160 Tekanan yang terlalu berat kepada pembangunan ekonomi, namun tidak disertai pembangunan etika dan moral pribadi dan sosial melalui keteladanan para pemimpin telah menjerumuskan sebagian anggota masyarakat kepada pandangan hidup hedonistik, enak-kepenak, dengan obsesi bagaimana mengumpulkan kekayaan pribadi sesingkat-singkatnya dan semudah-mudahnya, menempuh jalan pintas tanpa peduli kepada hukum dan kepada norma-norma etika dan moral.161

Suatu ironi besar pada Soeharto, bahwa ia meyatakan diri dan sistemnya terikat dengan nilai-nilai Pancasila, sementara dalam kehidupan sehari-hari marak dengan contoh tindakan yang bertentangan dengan salah satu atau mungkin malah semua dari prinsip-prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.162 Di tengah kemiskinan dan penderitaan rakyat yang mencekam, ada segolongan masyarakat yang fasik, yang dengan penuh kebanggaan memamerkan kekayaan dan kemewahan. Akibatnya ialah tumbuhnya jurang perbedaan yang menganga antara golongan kecil yang kaya dan super kaya pada satu pihak dan rakyat umum yang melarat hidup nestapa pada perihal lain.163

159 Adhyaksa Dault,

, 101.

160Nurcholish Madjid, , 96.

161 Nurcholish Madjid, “Mewujudkan Masyarakat Madani di Era Reformasi,” , Jurnal Dialog Peradaban, Volume 1, Nomor 2, Januari Juni 2009, 24-25.

162Nurcholish Madjid, , 96.

163 Nurcholish Madjid, “Mewujudkan Masyarakat Madani di Era Reformasi”, 25.

in making

Indonesia Kita Indonesia Kita

Selain itu jika dilihat berdasarkan nilai-nilai Pancasila, sikap dan sistem Orba pun menunjukkan kurangnya konsistensi berkenaan dengan paham kemajemukan: ia menolak keras ide tentang perlunya oposisi resmi terhadap pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hal itu menurut NCM bertentangan dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangroa, semangat paham kemajemukan di balik perbedaan formal, sebab tidak ada jalan kebaktian atau kebaikan yang mendua tujuan.164

Indonesia sebagai suatu bangsa baru yang masih berada

dalam pertumbuhan “penjadian diri” ( ), masih

memerlukan pengembangan pikiran-pikiran mendasar tentang kebangsaan dan kenegaraan, melanjutkan dan memperluas tradisi tukar-pikiran para tokoh pendirinya menuju cita-cita untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.165

Seperti telah diuraikan terdahulu, para pembangun kebangsaan Indonesia modern memulai gagasan mereka dengan meminjam istilah ilmu sosial dan kebahasaan “Indonesia” untuk menjadi alat identifikasi dan nama bagi keseluruhan bangsa yang mereka dambakan. Kemudian mereka mengangkat bahasa Melayu dialek Riau sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia.166

Menurut NCM, bahasa Indonesia adalah aset kebangsaan yang paling penting, paling nyata dan paling menentukan. “Jika kita punya cukup alasan bahwa bangsa kita tidak akan pecah berantakan, sebagian besar adalah karena suksesnya kita mengembangkan bahasa nasional itu, paling sukses di antara semua bangsa baru yang muncul setelah Perang Dunia II”.167 Tetapi alasan optimisme berdasarkan adanya bahasa persatuan tentu tidak akan

164Nurcholish Madjid, , 40. 165Nurcholish Madjid, , 104.

166Nurcholish Madjid, “Mewujudkan Masyarakat Madani di Era Reformasi”, 25.

167Nurcholish Madjid, “Mewujudkan Masyarakat Madani di Era Reformasi”, 25.

soft state

leniency easy going

weak governance

Indonesia Kita

Indonesia Kita

Reorientasi Wawasan Kebangsaan di Era Demokrasi

menjadi jaminan mutlak. Yang akan lebih menjamin masa n Indonesia ialah pelaksanaan sungguh-sungguh tujuan menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Apa yang sekarang terjadi di Indonesia adalah warisan gejala kesenjangan ekonomi berupa jurang pemisah antara kelompok kecil yang kaya dan rakyat umum yang miskin-papa. Bahaya korupsi yang besar pada masa Orba yang memiliki efek merusak berlipat ganda, menurut NCM, menjadi hambatan ma dalam membangun kembali negara, hal itu menjadi satu contoh betapa sulitnya membersihkan unsur-unsur sisa sistem Orba. Karena itu diperlukan peneguhan komitmen dan pembaharuan tekad bersama semua komponen bangsa dalam semangat persatuan untuk menghadapinya.168

Kenapa itu terjadi? Bahkan Indonesia saat ini mengalami krisis multidimensional, tidak hanya krisis finansial-moneter seperti negara tetangga. NCM menjawab hal ini dengan merujuk kepada penilaian Karl Gunnar Myrdal (1898-1987) bahwa “negara kita sebagai “ ”, “negara lunak”, yaitu negara yang pemerintah dan warganya tidak memiliki ketegaran moral sosial-politik. Kita umumnya mengidap kelembekan ( ), sikap serba memudahkan ( ), sehingga kita tidak memiliki kepekaan cukup terhadap masalah penyelewengan dan kejahatan korupsi.169 Jadi krisis multidimensional ini, ternyata sumbernya terletak dalam pengelolaan yang lemah ( ) dalam urusan pemerintahan dan kekuasaan, maka usaha menegakkan standar moral merupakan salah satu urgensi bagi bangsa kita.

Peta permasalahan kemelut sosial politik di Indonesia semestinya menjadi bahan pemikiran dalam mengatasinya merintis jalan ke masa depan, menurut Taufik Abdullah lah:170

168Nurcholish Madjid, , 104. 169Nurcholish Madjid, , 111-112.

170Taufik Abdullah, “Konflik dan Ancaman Disintegrasi” dalam Bambang Pranowo dan Darmawan,ed.

, 30-31.

Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity

social

capital Social

capital

Reorientasi Wawasan Kebangsaan di Era Demokrasi

pertama, sentralisasi kekuasaan dan penguasaan ideologi, kesada -ran, dan ingatan kolektif bangsa yang dijalankan oleh serakah, yang bernama Orba, bukan saja telah melemahkan masya -rakat, tetapi juga secara langsung memupuk tradisi otoriter dalam sistem wacana; kedua, semboyan “persatuan dan kesatuan” yang diwujudkan dalam sistem kekuasaan, yang sentralistik dan otoriter, serta sistem wacana yang hegemonik, secara pelan tetapi pasti telah menyebabkan bangsa tergelincir dalam reifikasi, ketika konsep telah dianggap sebagai realitas yang sesungguhnya; ketiga keberlanjutan “krisis saling percaya” antara para elit politik, yang segera diwujudkan dalam persaingan politik dalam konstalasi sistem kenegaraan yang demokratis, bukan saja menyebabkan krisis dari krisis manajemen berlanjut, tetapi juga kelemahan dalam menanggapi perkembangan dunia yang semakin global; keempat terpaksa juga harus direnungkan kembali sebuah ungkapan yang ternukil dalam Pembukaan UUD tentang tujuan mendirikan negara nasional, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Maka ini timbul pertanyaan, seperti apakah kehidupan bangsa yang cerdas itu? Apakah pengalaman bernegara selama ini telah memperlihatkan ciri-ciri dari kehidupan bangsa yang cerdas atau sebaliknya?

Dalam hal pembangunan SDM ini, Komaruddin Hidayat menggarisbawahi Francis Fukuyama dalam karyanya

(1995), bahwa yang perlu dibangun dan dipelihara adalah apa yang disebut “

” yang positif untuk pengembangan bangsa ini.

adalah nilai-nilai, tradisi, dan cita-cita sosial yang telah tumbuh yang kita sepakati sangat positif nilainya untuk masa depan bangsa dan aset pengembangan peradaban sebuah bangsa.171

Bekerjanya sebuah sistem demokratis sangat bergantung pada tingkat kesalingpercayaan yang dibangun di dalamnya. Hanya 171 Komaruddin Hidayat, “Pengembangan SDM yang Berwawasan Kebangsaan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional”, dalam Bambang Pranowo

dan Darmawan,ed. ,178.