• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah 3 Warna

Dalam dokumen Masnuatul Hawa S841102009 (Halaman 141-150)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

3. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah 3 Warna

Karya sastra memiliki kaitan yang erat dengan pendidikan. Dalam setiap karya sastra penulis memiliki tujuan untuk menyampaikan pendidikan agama, moral, sosial, maupun budaya. Nilai-nilai pendidikan itu ditampilkan melalui peran tokoh, peristiwa, dan percakapan antar tokoh. Nilai-nilai yang ditampilkan sangat bermanfaat bagi para pembaca. Suatu peristiwa, atau perbuatan yang negatif dalam novel bisa dijadikan contoh untuk masyarakat agar tidak mencontoh perbuatan atau sifat negatif tersebut, sedangkan untuk nilai-nilai positif dapat dijadikan acuan serta contoh yang patut di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna dapat dijadikan contoh bagi masyarakat sebagai penikmat sastra. karena pada dasarnya masyarakat cenderung lebih mudah terpengaruh pada tokoh-tokoh serta prilaku yang ditampilkan dalam novel. hal ini yang menjadikan tanggung jawab besar bagi penulis sastra untuk memasukkan unsur-unsur nilai pendidikan dalam karyanya.

Pembaca yang sudah menghayati novel akan meniru perilaku bahkan kebiasaan serta pola pikir tokoh dalam penceritaan novel. Novel yang dianggap bagus serta cocok dengan pengalaman pembaca akan mendapat nilai tersendiri di hati pembaca. Pendidikan dapat berfungsi bagi pembaca untuk akhirnya digunakan bekal dalam kehidupan bermasyarakat.

a. Nilai Pendidikan Agama

Agama adalah wahyu dari Allah yang di bawa oleh para Nabi untuk disampaikan kepada semua manusia sebagai pegangan hidup. Manusia terlahir tentu ada yang menciptakan tidak serta merta wujud tanpa ada yang mencipta. Hal inilah yang perlu disadari manusia bahwa di dalam kehidupan ini sudah sepantasnya kita bersyukur dan melaksanakan kewajiban kita kepada Allah SWT.

Di dalam agama terkandung aturan-aturan hidup yang dapat dijadikan pegangan manusia dalam menjalani kehidupan. Dengan agama manusia akan tertuntun dan lebih terarah dalam berperilaku. Agama dapat menenteramkan hati, menyejukkan jiwa dikala manusia sedang dalam keterpurukan atau dalam kebahagiaan.

Agama yang dianut dalam novel Ranah 3 Warna adalah agama Islam. Sesuai dengan aturan yang terdapat dalam agama Islam Alif merupakan orang yang taat beribadah, selalu bersyukur, dan bersabar ketika sedang menghadapi masalah hidup. Hal ini juga yang selalu diajarkan orang tua Alif , dia di beri pendidikan pondok pesantren sebelum akhirnya masuk ke pendidikan umum, dengan tujuan memberikan bekal akhirat kepada anaknya untuk kemudian dapat digunakan sebagai bekal dunia.

Hari pertandingan itu datang juga. Aku duduk di sebuah aula luas milik IKIP Padang bersama ratusan anak muda lain dari segala penjuru Sumatera Barat. Inilah hari yang mahapenting. Hari penentuan. Aku harus berani dan tidak ragu-ragu. Dengan commit to user

menggumamkan bismillah, mulailah aku buka lembar pertanyaan yang tertangkup di meja.

(Ahmad Fuadi: 26-27) Setelah salat, aku berjalan keluar rumah kos. Ke mana pun aku memandang yang kulihat adalah genteng belang-belang yang berimpit dengan antenna TV yang tumbuh disana-sini lengkap dengan beberapa bangkai layang-layang putus yang tersangkut.

(Ahmad Fuadi: 45) b. Nilai Pendidikan Moral

Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting di tegakkan pada suatu masyarakat karena dapat menjadi rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi masyarakat itu sendiri. Moral dihasilkan dari perilaku intelektual, emosi, hasil intuitif setiap individu yang pada akhirnya menjadi aturan dalam kehidupan untuk bisa menghargai dan membedakan antara yang benar dan yang salah.

Moral merupakan tingkah laku manusia yang dapat dinilai baik dan buruknya berdasarkan aturan agama, budaya, serta aturan yang dibuat di dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Di dalam novel nilai moral digambarkan dengan perilaku tokoh dalam menghormati orang tua sebagai keluarga yang paling dekat, teman, kiai atau guru yang mendidik dan memberikan makanan rohani, dan umumnya pada setiap manusia lainnya. Alif adalah sosok yang digambarkan dalam novel sebagai anak yang berbakti pada orang tuanya, menuruti apa yang menjadi kemauan dari orang tuanya. Selain itu ia juga sosok anak yang taat pada guru, melaksanakan dan mengamalkan apa yang menjadi wejangan dari commit to user

gurunya, begitu juga dia juga sosok teman yang bisa menghargai sesama, dan menjadi sahabat yang selalu ada di saat senang maupun susah.

Banyak pendidikan moral yang di tunjukkan para tokoh dalam novel Ranah 3 Warna. Sebagai sosok anak Alif tergolong anak yang patuh dan hormat kepada kedua orang tuanya. Hal ini di tunjukkan melalui sikap dan tuturan bahasa yang di gunakan Alif ketika sedang berbicara kepada orang tuanya. Selain itu Alif juga terbiasa mencium kedua tangan orang tuanya ketika hendak pergi meninggalkan rumah. Perlakuan mengasihi dan sikap berbaktinya kepada kedua orang tua juga selalu di tunjukkan melalui kerelaannya melaksanakan apa yang menjadi kemauan orang tuanya. Selain perilaku baik Alif terhadap orang tuanya dia juga banyak memberikan contoh perilaku baik lain yaitu jiwa kepedulian tinggi terhadap sesama manusia. Hal ini di tunjukkan dengan bentuk kesadaran untuk menyumbangkan sebagian rezeki yang ia miliki. Hatinya tidak rela ketika harus senang dan kenyang di atas kesusahan dan kelaparan yang di rasakan oleh saudara muslim lainnya.

“ sekali-sekali aku main ke sini, menyumbang sekedarnya, agar mereka bisa sekolah. Kebetulan ada yayasan yang membuka kelas belajar membaca di belakang rumah-rumah seng itu. Aku ajak juga orang tuanya yang kebanyakan pemulung untu menyadari pentingnya pendidikan untuk masa depan anak mereka. Kadang-kadang bawa makanan. Kalau melihat mereka hidup seperti ini, sungguh malu aku kalau tidak rajin berkarya”..

(Ahmad Fuadi: 161) commit to user

c. Nilai Pendidikan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial. Sudah selayaknya manusia melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sosialisasi atau kepedulian manusia terhadap sesama. Dalam rangka membina hubungan sosial kemasyarakan dapat dilakukan dengan cara membina komunikasi antar sesama manusia dengan baik, peduli sesama artinya tidak mementingkan kebutuhan diri sendiri, menyadari bahwa dalam hidup kita tidak akan lepas dari pertolongan orang lain. Dengan kesadaran akan hubungan tersebut akan menumbuhkan rasa peduli, tidak akan menganggap diri kita lebih baik dan orang lain derajatnya lebih rendah dibandingkan kita.

Nilai pendidikan sosial dalam novel Ranah 3 Warna ditunjukkan melalui kebiasaan yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel. tokoh Alif yang membuktikan kepedulian sosialnya dengan memberikan bantuan uang kepada panti asuhan tidak hanya ketika kondisi ekonominya bagus saja melainkan di saat kondisi ekonominya terpuruk pun dia merasa harus menyisihkan uang. Dia menyadari bahwa di setiap rizki yang di berikan oleh Allah ada haknya orang miskin yang harus kita berikan.

Sore itu aku datangi sebuah panti asuhan di jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam sambil khusyuk mendoakan aku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah.

(Ahmad Fuadi: 155) commit to user

Nilai pendidikan sosial juga ditunjukkan oleh tokoh Randai sahabat sekaligus orang yang selalu menjadi saingan Alif dalam setiap cita-cita dan keinginan. Randai adalah teman yang baik bagi Alif, disaat Alif pertama kali datang ke Bandung Randai adalah orang yang menawarkan tempat tinggal bagi Alif. Begitu juga ketika Alif sedang kesulitan ekonomi semenjak di tinggal mati ayahnya Randai dengan senang hati memberikan pinjaman uang bahkan pekerjaan untuk membantu menjual kain-kain dagangan ibunya sebagai modal usaha Alif.

Sebelum kembali ke Bandung tempo hari, Randai berkali-kali mengajak aku menginap di kamarnya di Dago. “sampai wa‟ang mendapatkan tempat kos sendiri”., katanya sambil menulis alamat lengkap di selembar kertas.

(Ahmad Fuadi: 43) Bentuk kepedulian terhadap sesama juga ditunjukkan melalui kebiasaan tokoh bang Togar yang sering memberikan bantuan makanan , uang, dan bantuan-bantuan dalam bentuk lain kepada anak-anak yang tinggal di pemukiman kumuh kota Bandung. Secara fisik dan ucapan bang Togar memang terlihat keras, tetapi sesungguhnya dia memiliki hati yang baik dan jiwa sosial yang tinggi. Kesadarannya akan kehidupan yang serba kecukupan tidak di raih dengan begitu saja, perlu usaha dan kerja keras. Pelajaran hidup yang pernah dialami bang Togar memberikan pelajaran bahwa masih ada banyak orang yang hidupnya jauh lebih menderita dan membutuhkan pertolongan.

Beberapa anak kecil dengan ingus turun-naik berlarian mendatangi kami. Anak-anak tanpa alas kaki dengan baju compang-camping commit to user

ini berteriak-teriak senang dan sejenak aku ttidak mengerti kenapa. Begitu mendekat, mereka berebutan menyalami dan mencium tangan bang togar. Dari jauh, beberapa orang tua melambaikan tangan kea rah kami. Anak-anak ini dengan senang mengiringi ke mana pun kami berjalan. Bang togar bertanya tentang pelajaran sekolah mereka. “Sebentar, Om punya hadiah buat kalian!” serunya. Dia kembali ke mobil dan membawa keluar sebuah kardus besar yang berisi aneka macam panganan dan memberikannya kepada mereka. Setelah berterima kasih, anak-anak itu bubar, berlari membawa makanan itu ke rumah seng dan tripleks mereka.

(Ahmad Fuadi: 160) d. Nilai Pendidikan Budaya

Budaya adalah sebuah tradisi yang dibuat oleh suatu masyarakat dan dilestarikan secara turun-temurun oleh golongan masyarakat itu sendiri. Sebuah budaya yang sudah terlanjur melekat akan menjadi pedoman yang dapat menimbulkan nilai baik ataupun buruk dari masyarakat. Budaya yang timbul di masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup sehari-hari, aturan, dan pola pikir manusia.

Nilai budaya yang di tunjukkan dalam novel tampak pada cerita melalui perbedaan kebiasaan makanan yang di konsumsi oleh santri yang ada di pondok pesantren, anak kos, dengan masyarakat di Quebec. Pondok pesantren dan tempat kos-kosan adalah merupakan dua hal yang sama yaitu hidup sebagai perantauan yang harus menghemat segala bentuk keperluan termasuk juga makan. Hal ini dilakukan karena banyaknya kebutuhan yang harus diutamakan dan bersifat jauh lebih penting di bandingkan kebutuhan makan enak. commit to user

Di lingkungan pesantren para santri terbiasa makan dengan lauk sambel dan tambahan lauk lain seadanya. Sedangkan di tempat kos Alif terbiasa menyantap sarapan paginya dengan satu porsi bubur ayam dengan harga ekonomis yang tidak akan membuat kantongnya kering. Berbeda dengan di pondok dan tempat kos kebiasaan makan di Quebec dilakukan Alif dengan menyantap sup sebagai menu pembuka sarapan paginya. Setelah itu baru menyantap makanan roti atau nasi dengan lauk daging, sayur, dan masih banyak pilihan lauk lainnya. Tidak cukup di situ saja minuman yang di hidangkan bukan sekedar air putih saja melainkan berbagai jus buah segar tersedia di hadapannya. Hal itu menjadi dua sisi budaya yang bertolak belakang dengan kehidupannya semasa susahnya dahulu.

Sambil mengobrol ngalor-ngidul, Mado berkeliling meja, menuangkan soupe aux pois yang berwarna kuning ke cawan putih kami sebagai entrée, makanan pembuka. Warna sup ini sekilas mirip kuah gulai kuning yang sering di masak amak, tapi lebih kental. Aku seruput sedikit dan tidak bisa berhenti menyeruput sam[pai tandas. “Ini makanan tradisional Quebec, dibikin dari kacang ercis kering yang berwarna kuning, terang Franc yang sudah menambah dua kali.

(Ahmad Fuadi: 313-314) B. Pembahasan

Kesuksesan Ahmad Fuadi merambah dunia sastra melalui novel Negeri 5 Menara yang kemudian dilanjutkan dengan novel keduanya Ranah 3 Warna adalah merupakan satu pembuktian bahwa Ahmad Fuadi merupakan sosok sastrawan muda yang piawai dalam merangkai kalimat dengan bahasa yang bisa

diterima di masyarakat (mudah dipahami) dan kekhasannya dalam menciptakan karya yang berbeda dengan karya-karya sastrawan lainnya. Pada setiap karya yang di ciptakan Ahmad Fuadi diceritakan dengan gaya yang memikat, detail, dan mampu menggambarkan latar dengan rinci sehingga dapat membawa pembaca seolah-olah ikut mengalami peristiwa tokoh dalam novel dan juga ikut merasakan suasana setiyap tempat yang diceritakan oleh pengarang.

Ada banyak sisi yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna. Salah satu yang digambarkan dengat sangat menyentuh adalah kegigihan seorang pemuda. Perjuangan hidup seorang pemuda yang mungkin akan sangat jarang ditemui pada zaman sekarang menjadikan cerita dalam novel hadir sebagai pencerahan baru yang banyak memberikan motivasi dan semangat yang bisa menyadarkan generasi muda saat ini, bahwa tidak semua orang sukses yang berhasil mencapai cita-citanya berasal dari keturunan orang berada, dan proses pencapaian kesuksesan dilalui tanpa adanya hambatan berarti. Justru dalam novel ini digambarkan realita perjuangan yang penuh dengan keadaan keterbatasan. Baik itu keterbatasan ekonomi, pikiran, serta kenyataan sang tokoh yang dibesarkan dari golongan masyarakat tingkat menengah. Ini semua merupakan pelajaran berharga bagi para pembaca, bahwa sesungguhnya hidup adalah perputaran roda nasib yang penuh rahasia. Perputaran roda kehidupan itu terjadi karena adanya usaha dari manusia itu sendiri untuk berusaha merubah nasib. Akan tetapi rahasia itu merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa agar manusia senantiasa tidak berhenti berusaha dan berdoa.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap novel Ranah 3 Warna, di bawah ini peneliti sajikan pembahasan terhadap temuan-temuan yang telah peneliti paparkan sebelumnya.

Dalam dokumen Masnuatul Hawa S841102009 (Halaman 141-150)