• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Pendidikan Karakter dalam novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia

PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

2. Nilai Pendidikan Karakter dalam novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia

Nilai pendidikan karakter yang penulis kaji dalam novel

Mengejar-Ngejar Mimpi karya Asma Nadia berangkat dari ketiga permasalahan

hidup manusia yang diklasifikasikan sebagai berikut, (1) hubungan manusia dengan diri sendiri. Pada hubungan pribadi ini, nilai yang dapat diambil adalah nilai moral yang terpancar dari kepribadian atau karakter tokoh tersebut, seperti jujur, kerja keras, disiplin, mandiri, rasa ingin tahu, tanggung jawab, dan gemar membaca, (2) hubungan manusia dengan pencipta. Pada hubungan ini, nilai yang dapat diambil dari hubungan ini adalah nilai religius, (3) hubungan manusia dengan alam lingkunga. Pada hubungan ini, nilai yang dapat diambil dari hubungan ini adalah nilai mengahargai prestasi dan bersahabat/komunikatif.

1. Hubungan manusia dengan diri sendiri. Pada hubungan pribadi ini, nilai yang dapat diambil adalah nilai moral yang terpancar dari kepribadian atau karakter tokoh tersebut, seperti jujur, kerja keras, disiplin, mandiri, rasa ingin tahu, tanggung jawab, dan gemar membaca

a. Jujur

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, pekerjaan, dan tindakan. Sikap jujur diterapkan pada tokoh Dedi. Hal ini terbukti dari kutipan di bawah ini.

“Maksudku, sejak kejadian itu aku pikir kau akan marah. Itulah yang aku sebut musibah. Tapi setelah aku bertemu sekarang, ternyata aku sudah berprasangka buruk. Jujur saja tadi sebenarnya aku pasrah menerima dengan ikhlas apa pun yang

akan kau lakukan kepadaku, dan aku pikir ini adalah waktu yang tepat untuk menebus kesalahanku,”jujur sekali aku di hadapan iyen, mengungkapkan keganjalan hati.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:21).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa setelah kejadian di Masa Orientasi Siswa Dedi mengira Iyen akan marah, tetapi setelah ngobrol dan bertemu langsung ternyata apa yang ia pikirkan buruk terhadap Iyen tidak benar.

“jujur saja aku hanya manusia biasa yang mempunyai perasaan. Meski berusaha menguatkan hati, sekuat apa pun berusaha, tetap saja hatiku sakit saat melihat di depan mataku sendiri Iyen dengan sengaja bersikap mesra terhadap orang lain. Dan aku tahu Iyen mengetahui itu...”

(Mengejar-ngejar Mimpi:94).

Kutipan di atas menjelaskan ketika Dedi masih merasa sedih meski ia sudah berusaha menguatkan hati untuk melupakan Iyen dan merelakannya bahagia bersama sahabatnya, tetapi rasa sakit hati masih ia rasakan ketika melihat Iyen dan Iton bermesraan dihadapannya.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kejujuran terlihat pada tokoh Dedi yang berusaha jujur kepada orang lain dan dirinya sendiri agar ia bisa merasa sedikit lega dengan perasaan yang ia rasakan.

b. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Sikap kerja

keras tercermin pada sikap Dedi. Hal ini terbukti dari kutipan di bawah ini.

“Sejak kelas satu SMP, nyaris setiap hari, setelah pulang sekolah, aku langsung menggantikan paman menjadi sopir angkot. Trayeknya dari perkampungan menuju pusat kota, yaitu terminal Pasar Sentral...”

(Mengejar-ngejar Mimpi:16).

Dari kutipan di atas kerja keras Dedi terlihat ketika hampir setiap hari ia harus bekerja menggantikan pamannya menjadi sopir angkot hingga malam. Hal itu ia lakukan agar ia masih bisa meneruskan sekolah ke jenjang selanjutnya.

“Aku akan membagikan buku di tempat yang tepat yaitu toko buku karena sudah pasti mereka yang berada di sana adalah orang-orang yang hobi membaca dan mencintai dunia tulis-menulis. Tak mengapa aku membagikan buku secara gratis. Anggap saja biasya promosi face to face. Jika dulu di Manado aku pernah untuk pertama kalinya kenal dengan yang namanya strategi door to door, maka saat ini yang aku lakukan lebih ekstrem lagi yaitu face to face.

(Mengejar-ngejar Mimpi:269).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa kerja keras yang dilakukan Dedi dalam memperkenalkan sendiri karyanya ke toko-toko buku merupakan wujud kerja keras yang pantang menyerah dalam mewujudkan impiannya menjadi seorang penulis terkenal agar karyanya juga dapat di baca oleh orang-orang yang juga mempunyai hobi sama dengan dirinya.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Dedi adalah pemuda yang mau bekerja keras dan selalu berjuang agar kehidupannya kedepan bisa lebih baik.

c. Disiplin

Disiplin adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, pekerjaan, dan tindakan. Sikap disiplin dalam novel Mengejar-ngejar Mimpi ditunjukan oleh Dedi. Hal ini terbukti dari kutipan di bawah ini.

“Jam dua siang aku biasanya sudah tiba di terminal untuk menggantikan paman menjadi sopir angkot sampai pukul sepuluh malam. Kalau penumpang banyak, tak jarang aku bekerja hingga tengah malam.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:31).

Dari kutipan di atas terlihat kedisiplinan pada diri Dedi.yang sudah pandai mengatur waktu. Setiap hari, sepulang sekolah Dedi langsung pergi ke terminal untuk menyupir angkot. Pekerjaan yang halal Dedi lakukan demi menyambung hidupnya yang serba kekurangan dan untuk membayar biaya sekolah.

“Setiap 3 bulan sekali, selama 2 tahun lebih, aku sengaja tidak menarik angkot, khusus menyempatkan diri datang ke kantor tersebut sepulang sekolah, tapi tak juga ada info lowongan kerja yang tersedia.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:124).

Kutipan di atas menjelaskan tentang kedisiplinan Dedi yang beberapa bulan sekali datang ke kantor Menakertrans untuk mencari info tentang pekerjaan. Hal yang dilakukan Dedi merupakan kedisiplinan waktu yang patut di contoh karena disela-sela waktu sekolah dan menyopir angkot Dedi tetap berusaha mencari info

tentang pekerjaan yang kelak nantinya akan mengantarkan ia ke gerbang kesuksesan.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan terlihat pada tokoh Dedi yang sangat disiplin oleh waktu, sehingga ia bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk kegiatan yang positif.

d. Mandiri

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Dalam novel Mengejar-ngejar Mimpi kemandirian tercermin pada diri Dedi Padiku. Hal ini terbukti pada kutipan di bawah ini.

“Hari-hari pertama aku hidup di pasar mencari tempat seadanya. Kemudian dari uang yang kukumpulkan sebagai kuli pasar, aku bisa mengontrak ruang kecil dan hidup berkecukupan untuk seorang diri di Manado.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:152).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa kemandirian terlihat pada diri Dedi Padiku. Di kota Manado ia benar-benar hidup sendiri tanpa ada orang yang ia kenalnya disana. Bekerja apa saja yang penting halal dan mencari uang di kota Manado untuk ia bertahan hidup disana dan menyisihkan sebagaian penghasilannya untuk menyewa sepetak ruangan sederhana agar biar tinggal layak disana.

“Tetapi uang yang dikumpulkan selama satu tahun di Palu tak cukup membawaku ke Jakarta. Manado adalah kota besar terdekat, pilihan tepat untuk sekedar batu loncatan. Kini setelah setahun di Manado, aku harus berjuang lagi mengejar

impian. Sayang, tabungan masih tak cukup. Aku butuh satu batu lompatan lagi sebelum ke Jakarta. Dan Makassar adalah pilihan masuk akal.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:176).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Dedi berjuang sendiri dalam menjalani hidup dan mewujudkan impiannya dengan cara hijrah ke beberapa kota untuk mencari pekerjaan di sana agar dapat mengumpulkan uang untuk ke kota besar yaitu Jakarta demi bertemu dengan seorang penulis dan penerbit yang akan membantunya dalam mewujudkan impiannya sebagai seorang penulis.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian terlihat pada tokoh Dedi yang harus hidup sendiri dan mau melakukan pekerjaan apapun yang penting halal agar bisa impiannya menjadi seorang yang sukses bisa terwujudkan. e. Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, atau di dengar. Dalam novel

Mengejar-ngejar Mimpi sikap rasa ingin tahun dilihat dari tokoh Dedi. Hal ini

terbukti dari kutipan di bawah ini.

“Aku tercekat, apa tak salah dengar. Sungguh aneh. Bukannya marah-marah, malah sebaliknya, Iyen menggodaku. Mimpi apa aku semalam, atau mungkin hari ini keberuntunganku? Aku semakin heran. Kutatap mata indahnya berharap menemukan sesuatu di situ. Aku merasakan hal aneh. Jantungku berdetak kencang, tubuhku panas dingin. Apakah ia merasakan hal yang sama?.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:20).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa sikap Iyen yang tidak menunjukan kemarahannya kepada Dedi, membuat rasa ingin tahunya semakin tak karuan. Bertanya-tanya dalam hati, Dedi menatap kedua mata Iyen dengan maksud agar mengetahui apa yang sebenarnya dipikirkan Iyen, karena sikap Iyen terlihat tidak wajar dimata Dedi.

“Kuamati motor itu lebih dekat, berusaha mencari apa yang membuat orang terkagum-kagum. Motor itu tak lebih dari rangka baja ditempeli mesin dengan dua buah roda dan kabel di sana-sini. Tapi bagi mereka pecinta modifikasi dan balap liar, itu adalah hasil harya spektakuler, atau karya seni yang sangat langka. Semakin aneh hasil karya berarti berarti semakin besar gengsinya.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:50).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tidak hanya ingin tahunya Dedi akan perasaan Iyen, tetapi keingin tahuannya Dedi juga telihat ketika berusaha mencari keistimewaan kendaraan roda dua milik sahabat sekolahnya yang telah di modifikasi, sehingga membuat rasa kagum semua orang yang melihatnya.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu terlihat pada tokoh Dedi yang selalu berusaha mencari tahu apapun yang membuat ia penasaran agar sesuatu yang tidak ia ketahui bisa ia ketahui juga.

f. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan

terhadap diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan YME. Dalam novel Mengejar-ngejar

Mimpi sikap tanggung jawab di tunjukan oleh Dedi Padiku. Hal ini

terbukti dari kutipan di bawah ini.

“Kita di percaya untuk membagikan brosur, dan cetak brosur itu mahal. Jadi saya akan tetap bagikan brosur ini. Kalau kamu mau nyantai terserah, tapi saya akan tetap membagikan brosur!”

(Mengejar-ngejar Mimpi:245).

Dari kutipan di atas terlihat pada saat teman kerja Dedi mengajaknya untuk tetap bersantai, tetapi Dedi tidak menghiraukan ajakan temannya dan tetap bertanggung jawab dengan amanah yang telah di percayakan atasannya kepada ia untuk membagikan brosur.

“Malam hari aku menulis. Semua memori masa lalu seperti kembali berdesakkan ingin kutuliskan. Setiap Sabtu dan Minggu seperti biasa aku mengunjungi Gramedia. Bab demi bab aku lewati, aku menulis dan menulis lagi.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:266).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Dedi sangat bertanggung jawab dengan impian yang selama ini di impikan, ia tunjukan dengan berusaha menyelesaikan karya dengan cara setiap malam selalu menulis dan melengkapi kekurang-kekurangan dari karyannya.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap tanggung jawab terlihat pada tokoh Dedi yang dapat bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang telah diamanahkan orang lain kepadanya dan juga menyelesaikan kewajiban yang harus ia selesaikan terhadap dirinya sendiri.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, dan tanggung jawab adalah nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Mengejar-ngejar Mimpi.

g. Gemar Membaca

Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Sikap gemar membaca ditunjukan oleh tokoh Dedi. Hal ini terbukti dari kutipan di bawah ini.

“Selepas itu adalah hari-hari di mana aku belajar dengan sungguh-sungguh. Di mana pun berada aku selalu membaca. Saat menunggu antrean penumpang aku juga terus membaca. Saat di rumah, istirahat sekolah, dan setiap ada kesempatan aku terus membaca.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:96).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa membaca merupakan kegiatan yang disenangi oleh tokoh Dedi Padiku. Hal itu terbukti dari kutipan di atas bahwa di dimanapun Dedi berada, ia selalu membaca.

“Karena senangnya dengan dunia membaca, aku sering ketinggalan waktu makan siang. Ibu Yana sampai bertanya alasan kenapa aku sering tidak bergabung bersama karyawan lain ketika jam makan siang. Kejelaskan kegiatanku setiap jam makan siang. Sebenarnya melu mengatakan jika selama ini aku mengutamakan membaca buku di Gramedia karena lebih memilih menghemat jika harus membeli buku. Mendengar jawabnku, terpancar tanda tak percaya dari matanya. Mungkin wanita itu tak menyangka ada sopir yang lebih memilih membaca dibanding makan siang.”

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa kegemaran membaca Dedi juga terlihat ketika disela-sela waktu istirahatnya selalu ia habiskan untuk membaca buku disalah satu toko buku yang dekat dengan pekerjaannya.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kegemaran membaca terlihat pada tokoh Dedi. Hal tersebut dapat dibuktikan ketika ia selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk tetap membaca.

2. Hubungan manusia dengan pencipta. Pada hubungan ini, nilai yang dapat diambil dari hubungan ini adalah nilai religius,

a. Religius

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam me-laksanakan ajaran agama yang dianutnya. Dalam novel Mengejar-ngejar

Mimpi kereligiusan digambarkan dari tokoh Dedi. Hal ini terbukti dari

kutipan di bawah ini.

“Dalam sekejap, sekelilingku langsung ramai penumpang berdesak-desak turun. Sesaat kutarik napas dalam-dalam, melafalkan doa tolak bala yang diajarkan kakekku dulu, kemudian ditutup dengan basmallah, didahului kaki kanan turun dari kapal.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:193).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa sesampainya kapal laut yang Dedi naiki dari kota Makassar menuju Jakarta di salah satu pelabuhan kapal di Jakarta, seluruh penumpang langsung berhampuran turun dari kapal tersebut. Dedi sebelum turun dari kapal berdoa terlebih dahulu dan menutupnya dengan bacaan basmallah agar mendapat berkah dari Allah,

kemudian sewaktu turun dari kapal Dedi memulainnya dengan kaki kanan terlebih dahulu karena memulai dari kanan sebelum melakukan sebuah aktivitas merupakan salah satu tuntunan islam yang mulia dan hal itu ia lakukan agar segala langkahnya di Jakarta diridhoi Allah dan juga terhindar dari segala godaan-godaan setan yang akan menyesatkannya.

“Subhanallah..”

“Bagaimana mungkin aku tidak menyadari sejak tadi? Ternyata aku berada di kompleks Monas. Tugu monas berdiri gagh perkasa menjulang ke langit. Cuek tak peduli dengan orang-orang di bawahnya. Namun tetap tajam mengawasiku sejak tadi. Aku terpaku di bawah kemegahannya. Saat itu ingin kutelepon teman-teman di kampung hanya untuk sekedar mengatakan kalau aku sekarang sudah berada di Monas.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:199).

Kutipan di atas menjelaskan pada saat Dedi sampai di kota Jakarta, ia tak menyadari bahwa dirinya berada di lingkungan Monas dan pertama kalinya melihat Monas yang menjulang tinggi ke atas, membuat Dedi merasa sangat takjub dan menyebut asma Allah dengan mengucap kalimat thayyibah sebagai pengungkapan rasa takjub akan keindahan yang ia lihat.

“Dengan langkah pasti aku melangkah keluar meninggalkan Plaza Semanggi. Aku terus tersenyum. Allah telah menjawab doaku setelah sekian lama berharap walau hanya sekejap bisa bertemu seorang penulis.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:258).

Dari kutipan di atas terlihat petualangan Dedi di kota Jakarta di mulai dari ia bekerja serabutan hingga selalu meluangkan waktu untuk membaca di toko buku yang berada di beberapa Mall jakarta. Dengan seizin-Nya, sebuah doa yang dipanjatkan seungguh-sungguh pasti

akan di dengar dan di kabulkan-Nya. Dengan kesabaran dan selalu berdoa kepada Allah, salah satu keinginann Dedi yang ingin sekali bertemu dengan salah seorang penulis akhirnya bisa terwujud saat Zetirra ZR mengadakan jumpa fans di salah satu Mall di daerah Jakarta yang kebelutan Dedi juga sedang berada di tempat tersebut.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kereligiusan terlihat pada tokoh Dedi yang selalu mengingat dan berdoakepada Allah dalam situasi apapun. Hal itu Dedi lakukan agar setiap langkah ia mendapat perlindunganNya dan apa yang ia inginkan bisa dikabulkanNya.

3. Hubungan manusia dengan alam lingkunga. Pada hubungan ini, nilai yang dapat diambil dari hubungan ini adalah nilai mengahargai prestasi dan bersahabat/komunikatif.

a) Menghargai Prestasi

Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. Menghargai prestasi ditunjukan oleh para guru dan teman-teman sekelas ketika Dedi berhasil menjawab tantangan ketua jurusan mesin dengan sempurna, selan itu, menghargai prestasi ditunjukan oleh sekolah ketika menyiapkan beberapa mobil untuk merayakan keberhasilan siswa-siswinya yang lulus dengan nilai terbaik. Hal ini terbukti dari kutipan di bawah ini.

“Di depanku, ia masih terperangah menyaksikan aku yang dengan enteng menjelaskan semua sistem pada mesin dengan sangat jelas bersama dengan skema dan simbol-simbol komponen mesin. Ia sama sekali tak menyangka aku mampu menjelaskan dengan sangat terperinci,”

“kulihat pak Gunawan dan pak toibin tersenyum bangga kepadaku.”

“Sedangkan Iton dan teman-teman sekelasku melonjak maju menghambur ke depan dan langsung menjujung aku dengan girang bukan main, karena telah mengangkat gengsi kelas kami di mata para siswa kelas lain yang sejurusan.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:92).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa pak Kasman selaku ketua jurusan masih tak percaya bahwa Dedi bisa menjawab pertanyaannya dengan sempurna. Semua guru dan siswa-siswi di lapangan yang menyaksikan sangat menghargai prestasi yang telah ditorehkan Dedi dengan cara Guru-guru yang melihatnya tersenyum, semua siswa bersorak gembira, dan teman sekelasnya maju ke depan mengangkat tubuhnya sebagai wujud kegembiraan.

“Tiga tahun berlalu sudah. Aku telah lulus menyelesaiakn studi dan berhasil meraih predikat siswa terbaik serta mengantongi ijazah dan sertifikat ujian kompetensi yang hanya beberapa orang saja menerimanya.”

“Euforia kegembiraan menyelimuti sekolah.” (Mengejar-ngejar Mimpi:113).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa dengan hasil yang memuaskan yang diperoleh Dedi dan teman-temanya selama tiga tahun belajar di sekolah tersebut. Sebagai wujud kegembiraan dan menghargai prestasi siswa-siswinya yang telah lulus dengan nilai yang memuaskan, pihak sekolah menyiapkan puluhan mobil untuk

merayakan keberhasilan para siswa-siswinya dengan cara berkonvoi mengelilingi kota Gorontalo.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa menghargai prestasi bisa di tunjukan dengan berbagai ekspresi, bisa ditunjukan dengan tepukan tangan, sorakan, bahkan dengan berkonvoi, seperti yang dilakukan teman-teman Dedi dan juga pihak sekolah tempat Dedi bersekolah.

b) Bersahabat/Komunikatif

Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Dengan sikap tersebut, secara tidak langsung menjadikan seseorang mudah berkomunikasi sekalipun dengan orang baru dikenal atau menjalin silaturohmi dengan saudara dekat. Hal itu terbukti dari kutipan di bawah ini.

“Di rumah, aku punya dua sahabat, Suwanda dan Iwan. Persahabatan kami begitu dekat, bahkan mengalahkan persaudaraan. Sejak kecil kami selalu bersama, tak terpisahkan. Suwanda dan Iwan tak pernah bosan membantuku mencuci mobil setiap malam, selama bertahun-tahun.”

(Mengejar-ngejar Mimpi:44).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa persahabatan yang di jalin Dedi, Suwanda, dan Iwan sejak kecil akantetap terjalin baik sejak kecil hingga dewasa. Mereka saling membantu disaat salah satu diantara mereka ada yang saling membutuhkan.Hal itu terbukti ketika Suwanda dan Iwan setiap malam selalu membantu Dedi memcuci angkot agar cepat selesai.

“Melihat aku bersekolah di tempat yang sama, bahkan kelas yang sama, membuat Iton bahagia. Segera ia minta duduk sebangku. Aku pun tak keberatan.”

“persahabatan kami pun terjalin erat di sekolah.” (Mengejar-ngejar Mimpi:56).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa persahabatan dapat di dimulai dimana saja, dengan siapa, dan kapan saja. Seperti persahabatan yang juga dijalin Dedi dengan Iton. Persahabatan yang dimulai di sekolah membuat mereka semakin dekat seperti saudara sendiri.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bersahabat atau komunikatif terlihat pada tokoh Dedi yang bisa menjalin persahabatan dimanapun dan mampu menjaga yang sudah terjalin, sehingga persahabatan itu bisa tetap terjaga dan dipertahankan sampai kapanpun.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajara novel Mengejar-ngjaar Mimpi karya