• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL MENGEJAR-NGEJAR MIMPI KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL MENGEJAR-NGEJAR MIMPI KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA"

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

NOVEL MENGEJAR-NGEJAR MIMPI KARYA ASMA NADIA

DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DI KELAS XI SMA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Devi Rahmawati NIM 112110087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama : Devi Rahmawati;

NIM : 112110087;

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar adalah hasil karya sendiri, bukan plagiat dari orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat karya orang lain, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, Maret 2016 Yang membuat pernyataan

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO



















“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (QS. Al-Insyirah : 6-7).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak Suprapto dan Ibu Sudarti, yang telah memberikan dukungan moral maupun materi serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan doa dan tiada doa yang paling khusuk selain doa yang terucap dari orang tua.

2. Yenti Setiyowati, S. Kom., dan Tri Susanti, S.Pd., yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doanya untuk keberhasilan ini, cinta kalian memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayangku untuk kalian kakak ku. 3. Galih Oka Prastiyo yang selalu mendoakan,

memberi semangat, dan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi.

4. Endang WidyasTuty Pratiwi, S. Pd., sebagai teman seperjuangan yang selama ini selalu menemani, memberi kekuatan dan semangat dalam menyusun skripsi.

(6)

vi

PRAKATA

Alhamdullillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang berupa kesehatan dan kesabaran, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Pendidikan Karakter Novel Mengejar-ngejar Mimpi Karya Asma Nadia dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA”. Skripsi ini diselesaikan guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Keberhasilan penyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa dukungan dan bantuan banyak pihak, karya ilmiah dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ini tidak akan berarti apa-apa. Oleh sebeb itu, penulis merasa wajib menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menuntut ilmu di kampus Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan surat keterangan izin penelitian.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(7)

vii

4. Dra. Hj. Kadaryati, M. Hum., selaku pembimbing I dan Drs. H. Bagiya, M. Hum., selaku pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran tanpa mengenal lelah, dan mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian dari awal penyusunan skripsi sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi.

5. Berbagai pihak yang telah memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca. Semoga skripsi ini telah bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Purworejo, 05 Maret 2016 Penulis

(8)

viii

ABSTRAK

Devi Rahmawati. 2016. “Analisis Nilai Pendidikan Karakter Novel

Mengejar-ngejar Mimpi Karya Asma Nadia dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di

Kelas XI SMA”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) struktur novel

Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia; (2) nilai pendidikan karakter; dan (3)

pembelajaran struktur novel dan nilai pendidikan karakter dalam novel

Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia di Kelas XI SMA.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian: novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia. Objek penelitian: sikap dan perilaku tokoh dalam novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia dan pembelajarannya yang dapat digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra di SMA. Fokus penelitian: nilai pendidikan karakter dalam novel Mengejar-ngejar

Mimpi karya Asma Nadia dan pembelajarannya di kelas XI SMA. Sumber data:

penelitian ini berupa kutipan-kutipan dari novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia. Intumen penelitian: buku pencatatan dan data yang lengkap dengan alat tulisnya. Teknik pengumpulan data: teknik observasi dan teknik pustaka. Teknik analisis data: analisis isi. Teknik penyajian hasil analisis data: teknik penyajian informal.

Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa (a) tema: perjuangan tokoh Dedi Padiku dalam mengejar mimpi/cita-citanya. (b) tokoh utamanya: Dedi Padiku (pekerja keras, baik, mempunyai nyali besar, berprestasi, dan mempunyai banyak impian), sedangkan tokoh tambahannya: Iyen (tidak pendendam dan berhati lembut), Alun (peduli), Suwanda (jiwa kepercayaan diri yang tinggi dan sangat suka dengan dunia fashion), Iwan (percaya dengan dunia gaib dan memiliki kepedulian dengan sahabatnya), Iton (anak orang kaya bersifat baik), Budi Makmur (bijaksana dan cerdas), Ibu Yana (pengusaha gorden yang memiliki sifat baik), Drg Rafausy Baygas (seorang dokter yang tidak lain saudara Ibu Yana yang memiliki sifat Baik), Zara zettira ZR (seorang penulis yang mempunyai sifat baik), dan Gol A Gong (seorang penulis yang sangat ramah dan ia juga pendiri rumah dunia). (c) alur: alur campuran, (d) latar dibagi menjadi 3 yaitu latar tempat: sekolah, lapangan sepak bola, kantin, kantor, kota Palu, kota Manado, kota Makasar, asrama dan monas, latar waktu: (semalam, tiga tahun, dan pukul 07.00), latar situasi: jatuh cinta, sakit hati dan putus asa; (2) nilai pendidikan karakter dalam novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia ada 10 yaitu religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, dan tanggung jawab; (3) pembelajaran novel dengan materi nilai pendidikan karakter pada novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia kelas XI SMA menggunakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran

dan untuk mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator sebagaimana dijelaskan dalam kurikulum.

(9)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi ABSTRAK ... viii DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Kegunaan Penelitian ... 10

E. Kegunaan Penelitian ... 11

F. Sistematika Skripsi ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ... 13

A. Tinjauan Pustaka ... 13

B. Kajian Teoretis ... 16

C. Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 68

A. Subjek Penelitian ... 68

B. Objek Penelitian ... 68

C. Fokus Penelitian ... 69

D. Sumber Data ... 69

E. Instrumen Penelitian ... 70

F. Teknik Pengumpulan Data ... 70

G. Teknik Analisis Data ... 71

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 72

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA ... 73

A. Penyajian Data ... 73 B. Pembahasan Data ... 82 BAB V PENUTUP ... 153 A. Simpulan ... 153 B. Saran ... 155 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Substansi Nilai/Karakter yang ada pada SKL SMA/MA ... 28

Tabel 2. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter ... 31

Tabel 3. Indikator Nilai Pendidikan Karakter Tokoh ... 33

Tabel 4. Struktur novel Mengejar-ngejar Mimpi ... 74

Tabel 5. Nilai Pendidikan karakter novel Mengejar-ngejar Mimpi ... 75

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sinopsis

Lampiran 2. Biografi Pengarang Lampiran 3. Kutipan Data Lampiran 4. Silabus

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 6. Kartu Bimbingan Skripsi

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dikemukakan latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan kegunaan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika skripsi.

I. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani dan ruhani, secara formal, informal, dan nonformal yang berjalan terus menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi (baik nilai insaniyah maupun ilahiyah). Dalam hal ini pendidikan berarti menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab sehingga pendidikan terhadap diri manusia adalah laksana makanan yang berfungsi memberi kekuatan, kesehatan, dan pertumbuhan, untuk mempersiapkan generasi yang menjalankan kehidupan guna memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien (Kurniawan, 2013: 27–28).Sudah saatnya pendidikan di Indonesia dibenahi tanpa meninggalkan jati diri bangsa Indonesia. Salah satunya dengan program pendidikan karakter, selain menjadi bagian dari proses pembentukan karakter anak bangsa, pendidikan karakter diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam membentuk generasi berkualitas.

Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3, yang menyebutkan bahwa

(14)

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sebagai permasalahan di atas, pendidikan karakter mulai digalakkan dan ditransformasikan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mensinergikan antara olah pikir, olah raga, olah hati, dan olah rasa dan karsa (Kemendiknas, 2011: 9-10).

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyebutkan salah satu Kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai siswa SMA adalah siswa mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dalam tokoh cerita (BSNP, 2006a: 113). KD ini dapat dimanfaatkan oleh pendidik bahasa Indonesia untuk menanamkan nilai-nilai karakter atau akhlak mulia yang tercermin dari tingkah laku tokoh dalam sebuah karya sastra khususnya novel. Untuk melakukan hal tersebut, pendidik bahasa Indonesia dituntut memiliki kepekaan dalam memilih bahan ajar yang relevan dan model pembelajaran yang tepat.

Menurut Nurhayati (2012: 1), karya sastra diciptakan sepanjang sejarah kehidupan manusia. Hal itu disebabkan manusia memerlukan karya

(15)

satra.Seorang pemikir Romawi bernama Horatius mengemukakan istilah dulce

et utile yang berarti bahwa sastra memiliki fungsi ganda yakni, menghibur dan

sekaligus bermanfaat bagi pembacanya. Sastra menghibur karena menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi.

Keindahan yang disajikan dalam sebuah karya sastra merupakan salah satu pemicu utama ketertarikan pembaca pada sebuah karya tulis, keindahan yang disajikan di dalamnya terdapat sebuah peristiwa yang tidak dapat diduga-duga oleh pembaca sebab, adanya alur sebagai jalan sebuah peristiwa yang menceritakan kisah yang dibuat berdasarkan imajinasi pengarang atau pun berdasarkan potret kehidupan nyata. Alur atau jalan cerita tersebut mampu membuat pembaca mencoba untuk terus berimajinasi atau membuat pembaca penasaran akan kelanjutan cerita selanjutnya.

Karya sastra adalah sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran.Di dalam karya sastra, terdapat pesan yang sangat jelas disampaikan atau yang bersifat tersirat secara halus. Karya sastra juga dapat dipakai untuk menggambarkan apa yang ditangkap oleh pengarang tentang kehidupan sekitarnya. Karya sastra dapat diibaratkan sebagai „potret‟ kehidupan. Namun, „potret‟ di sini berbeda dengan cermin karena karya sastra sebagai kreasi manusia mengandung pandangan pengarangnya berdasarkan dari mana dan bagaimana pengarang melihat kehidupan tersebut (Nurhayati, 2012: 1-2).

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik menganalis nilai pendidikan karakter dalam sebuah karya sastra, karena pendidikan sangat

(16)

penting untuk kelangsungan hidup Bangsa ini. Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik, dan berkelanjutan untuk menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, dan tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab. Selain itu, nilai-nilai pendidikan sangat erat kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra (dalam hal ini novel) selalu mengungkapkan nilai-nilai pendidikan baik itu nilai pendidikan moral, agama, sosial, maupun estetis (keindahan). Dalam hal ini, penulis berharap dengan adanya berbagai wawasan yang dikandung dalam karya sastra khususnya novel menunjukan bahwa pada dasarnya suatu karya sastra akan selalu mengandung bermacam-macam nilai kehidupan yang sangat bermanfaat bagi pembaca. Dengan demikian, nilai pendidikan dalam sastra adalah sifat-sifat (hal-hal) atau merupakan sesuatu yang positif yang berguna dalam kehidupan manusia dan pantas untuk dimiliki tiap manusia.

Asma Nadia adalah salah satu pengarang novel yang mampu menarik perhatian pembaca dengan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novelnya. Beberapa novel yang pernah diterbitkan oleh Asma Nadia yaitu;

Assalammualaikum Beijing, Catatan Hati Pengantin, Gara-Gara Indonesia, Sebuah Catatan Hati Jangan Bercerai Bunda, Catatan Hati Bunda, Twitografi Asma Nadia, La Tahzan For Hijabers, Mengejar-ngejar Mimpi,

(17)

dan lain sebagainya. Pemilihan novel Mengejar-ngejar Mimpi

dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk memahami nilai-nilai pendidikan karakter yang tercermin dari perilaku tokoh-tokoh dalam novel ini.Novel Mengejar-ngejar Mimpi mempunyai nilai didik positif yaitu penjelasan mengenai nilai-nilai keteladanan tokoh Dedi Padiku sehingga dapat dijadikan panutan bagi pembacanya.Novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia dipilih karena memiliki kelebihan-kelebihan dalam isi maupun bahasanya.

Dari segi isi, novel Mengejar-ngejar Mimpi berkisah tentang seorang pemuda dari Bonebolango, Provinsi Gorontalo, yang bernama Mohamad Febri Padiku atau Dedi Padiku yang telah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya semenjak kecil. Dedi kemudian hidup bersama pamannya dan telah menafkahi diri sendiri dengan menjadi sopir angkot sejak belia. Di masa Sekolah menengah Kejuruan (SMK), dedi bertemu dengan cinta pertamanya, yang sayangnya harus kandas karena kemiskinannya sekaligus tekadnya untuk mengejar impiannya ke kota rantau. Berawal dari keinginan menjadi seorang tenaga kerja indonesia di luar negeri, Dedi menjejakan kaki ke tanah Palu untuk mengikuti tes terakhir penerimaan calon TKI ke Jepang. Sayangnya dia gagal meloloskan diri dari tes tinggi badan, yang ironisnya tinggi kurang dari 2 cm, dan terpaksa mengubur cita-citanya bekerja ke negeri sakura.Karena malu atas kegagalannya, Dedi bersekiras di Palu dan bekerja sebagai kuli bangunan yang kemudian berganti menjadi sopir pribadi seorang

(18)

anggota dewan.Pertualangan Dedi berlanjut di Manado, di mana lagi-lagi pekerjaan kasar yang digelutinya demi menyambung hidup.

Kisah selanjutnya, di novel Mengejar-ngejar Mimpi berkisah tentang nasib yang lebih baik yang dia alami ketika menetap dimakasar bersama kalangan mahasiswa.Di Makassar juga impiannya menjadi seorang penulis kian terlecut.Maka demi mendekatkan langkah kakinya pada impian besar, Dedi memutuskan hijrah ke Jakarta, menampik pekerjaan yang mulai kian menjajikan di Makasar. Di Jakarta Dedi pun harus bekerja keras dan berjuang untuk meraih mimpinya menjadi penulis. Sampai akhirnya ketika Dedi tiba di suatu titik jenuh dan putus asa, dia teringat pada sosok Asma Nadia, dan pertemuannya dengan seorang penulis terkenal membukakan jalannya menuju impiannya.

Novel Mengejar-ngejar Mimpi ini mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat dimanfaatkan bagi pembacanya.Nilai-nilai yang dapat kita ambil manfaatnya yaitu nilai moral dan nilai sosial yang terkandung pada novel tersebut.Sebagai contoh Dedi Padiku memiliki nilai moral yang terpancar dari kepribadian atau karakter, seperti jujur, kerja keras, disiplin dan lainnya. Pembaca dapat memanfaatkan novel Mengejar-ngejar Mimpi untuk diambil nilai-nilai pendidikannya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan diterapkan pada pembelajaran bagi siswa.

Pembelajaran sastra tidak lepas dari pendidikan.Karya sastra khususnya novel juga mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak didik, karena pembelajaran

(19)

sastra dapat membantu siswa dalam mengekspresikan sebuah karya sastra dengan baik.Melalui pembelajaran sastra, siswa diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat mengambil nilai-nilai yang baik untuk dicontoh.

Sastra diajarkan di sekolah dengan tujuan membentuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta rasa, serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto. 1988 : 16). Selain itu, tujuan pembelajaran sastra di sekolah secara umum adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan daya apresiasi siswa.Pendidikan mempunyai peranan penting termasuk dalam pembelajaran sastra.Berdasarkan tujuan tersebut, sastra memang sangat perlu diajarkan dei sekolah.

Dalam pembelajaran sastra di SMA, novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia diharapkan dapat menambah khasanah tentang arti perjuangan dalam hidup dan dapat mengambil nilai-nilai positif dalam upaya pembentukan kepribadian serta dapat meningkatkan apresiasi terhadap sastra.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis novel

Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia dengan judul “Analisis Nilai

Pendidikan Karakter Novel Mengejar-ngejar Mimpi Karya Asma Nadia dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarandi Kelas XI SMA” dengan alasan sebagai berikut ini.

1. Asma Nadia adalah seorang penulis novel dan cerpen Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri Forum Lingkar Pena dan Manajer Asma Nadia publishing House. Ia pernah mengikuti pertemuan Sastrawan Nusantra XI di Brunei Darusalam, bengkel kerja kepenulisan novel yang diadakan Majelis Sastra

(20)

Asia Tenggara (Mastera). Dari hasil kegiatan kepenulisan Mastera, Asma Nadia menghasilkan novel yang berjudul Derai sunyi. selaian pernah mengikuti pertemuan Sastrawan Nusantra XI di Brunei Darusalam, ia juga pernah mendapatkan penghargaan diantarannya, penghargaan Buku Remaja Terbaik 1 (2001) untuk bukunya Rembulan di Mata, penghargaan sebagai pengarang fiksi remaja terbaik dari Mirza Award (2003) untuk kumpulan cerpen terbaik majalah Anninda: Merajut Cahaya (Puataka Anninda), dan lain sebagainnya. ia juga sudah menciptakan banyak karya baik cerpen maupun novel, salah satunya adalah novel Mengejar-ngejar

Mimpi.

2. Novel Mengejar-ngejar Mimpi sangat menarik untuk dibaca bagi para pelajar, mahasiswa, serta masyarakat pada umumnya karena novel tersebut dapat memberikan motivasi dan semangat kepada pembaca untuk terus berjuang mencapai impian dan cita-citanya.

3. Novel Mengejar-ngejar Mimpi sarat dengan nilai-nilai pendidikan yang dapat diteladani dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi para pelajar dan mahasiswa dalam menuntut ilmu untuk berjuang meraih cita-citanya.

4. Novel Mengejar-ngejar Mimpi memiliki bahasa yang mudah dipahami sehingga memudahkan pembaca dalam memahami isi cerita.

J. Penegasan Istilah

Judul skripsi yang penulis pilih yakni, Analisis “Analisis Nilai Pendidikan Karakter Novel Mengejar-ngejar Mimpi Karya Asma Nadia dan

(21)

Rencana Pelaksanaan Pembelajarandi Kelas XI SMA”.Untuk menghindari kesalah pahaman terkait judul skripsi tersebut, penulis merasa perlu menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian sebagai berikut ini.

1. Nilai Pendidikan Karakter

Nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus, 2007: 10004) diartikan sebagai sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Adapun pendidikan karakter menurut Mulyasa (dalam Manajemen Pendiddikan Karakter, 2014: 1) merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never

ending process), sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang

berkesinambungan (continuous quality improvement), yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Dengan demikian, nilai pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah yang berguna untuk mewujudkan manusia berkarakter di masa depan.

2. Mengejar-ngejar Mimpi

Mengejar-ngejar Mimpi adalah novel karya Asma Nadia yang

diterbitkan oleh Asma nadia Publishing House cetakan pertama, Mei 2014. 3. Asma Nadia

Asma Nadia adalah Pengarang NovelMengejar-ngejar Mimpi yang lahir di di Jakarta, 26 Maret1972.

(22)

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaranmerupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

5. SMA

SMA adalah Jenjang Pendidikan Sekolah Menegah Atas yang digunakan peniliti.

K. Rumusan Masalah

Berdasarka latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian berikut.

1. Bagaimanakah struktur novel Mengejar-ngejar Mimpi Karya Asma Nadia? 2. Bagaimanakah nilai pendidikan karakter dalam novel Mengejar-ngejar

Mimpi Karya Asma Nadia?

3. Bagaimanakah pembelajaran Novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia?

L. Tujuan Kegunaan Penelitian

Sebagaimana permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan :

1. struktur novel Mengejar-ngejar Mimpi Karya Asma Nadia;

2. nilai pendidikan karakter dalam novel Mengejar-ngejar Mimpi Karya Asma Nadia;

(23)

3. pembelajaran novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia di Tingkat SMA.

M. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistemetis dan dapat berguna secara umum.Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan peneliti ini ada dua, yaitu dari segi teoretis dan praktis.

1. Secara Teoretis

Dari segi teoretis, dengan membaca hasil penelitian ini diharapkan dapat: a. menambah wawasan keilmuan tentang nilai pendidikan karakter

dalam novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia .

b. menambah wawasan keilmuan tentang pembelajaran nilai pendidikan karakter karya Asma Nadia di tingkat SMA.

c. menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan khususnya Prodi Pendidikan Guru SMA, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UMP Purworejo.

2. Secara Praktis

Dari segi praktis, dengan membaca hasil penelitian ini diharapkan:

a. mampu menambahas pengetahuan dan wawasan bagi penyusun mengenai nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam karya sastra terutama novel.

b. menjadi bahan acuan bagi penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

(24)

c. dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan agar sastra tidak hanya memprioritaskan pada nilai komersial saja. Oleh karena itu, novel hendaknya diperhatikan juga pada aspek pendidikan karakter yang ingin disampaikan dalam pembuatan sebuah karya sastra. Tidak semata-mata sebagai media hiburan saja tetapi juga sebagai media pendidikan karakter bagi para pembacanya.

N. Sistematika Skripsi

Sistematika ini bertujuan untuk memberikan gambaran skripsi yang disusun. Skripsi ini terdiri dari lima bab.

Bab I memuat pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika skripsi.

Bab II berisi tinjauan pustakadan kajian teoretis sebagai acuan dalam penelitian.

Bab III memuat metode penelitian, terdiri dari objek penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analisis data dan teknik hasil analisis.

Bab IV berisi analisis data yang membahas atau menganalisis dengan teori struktural, nilai-nilai pendidikan, dan pembelajarannya di SMA.

Bab V berisi simpulan dan saran hasil penelitian terhadap objek penelitian.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Pada bab ini dipaparkan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi tinjauan kritis terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan kajian teoretis yang berisi paparan teori yang menjadi acuan penelitian.

O. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini disajikan tinjauan pustaka yang berisi beberapa hasil kajian buku yang dirujuk dan hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan yang berkaitan dalam penelitian pendidikan karakter dalam karya sastra ditingkat SMA.

1. Kajian Buku yang Dirujuk

Banyak buku yang memuat tentang pendidikan karakter. Dalam tinjauan pustaka ini, peneliti menyajikan beberapa hal yang dirujuk untuk dijadikan acuan penelitian. Setiap buku diklarifikasikan berdasarkan jenis pembahasannya, selanjutnya dikelompokan dengan buku-buku lainnya yang sejenis.

Buku yang berjudul Pendidikan Karakter Konsepsi dan

Inmplementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat (Kurniawan: 2013) memuat : (1)

definisi pendidikan karakter; (2) deskripsi Nilai pendidikan Karakter yang meliputi delapan belas pendidikan karakter.

(26)

Buku yang berjudul Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Samani dan Hariyanto 2013) memuat : (1) peranan penting pendidikan karakter bagi pembangun bangsa; (2) substansi nilai/ karakter yang ada pada SKL SMK/MAK.

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam hal ini banyak sekali peneliti yang mengkaji mengenai nilai pendidikan karakter dalam karya sastra, antara lain oleh Nursiti (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Kajian Nilai Pendidikan Karakter Tokoh Remaja dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi dan Alternatif Pembelajarannya di SMA”. Hasil penelitian Nursiti menunjukkan bahwa pendidikan yang ada dalam novel Negeri 5 Menara meliputi nilai religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, peduli, dan tanggung jawab.

Persamaan penelitian Nursiti dengan penulis adalah sama-sama meneliti aspek-aspek atau nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel dan pembelajarannya. Perbedaannya, penulis tidak hanya memfokuskan pada nilai pendidikan karakter saja, tetapi juga menganalisis struktur novel. Selain itu, perbedaan dapat dilihat dari objek penelitiannya. Objek penelitian Nursiti adalah novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, sedangkan penelitian ini mengkaji novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia.

Selain Nursiti, kajian mengenai nilai pendidikan karakter dalam karya sastra juga pernah dilakukan oleh Kurniawati (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Nilai Pendidikan Karakter Novel Burlian Karya

(27)

Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA”. Di dalam penelitian ini penulis menganalisis mengenai unsur instrinsik, pendidikan karakter, dan skenario pembelajarannya dalam novel Burlian di SMA.

Persamaan dalam penelitian Kurniawati dengan penulis adalah sama-sama menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam sebuah novel. Perbedaaan penelitian ini hanya pada objek penelitiannya. Kuniawati menggunakan Novel Burlian Karya Tere Liye, sedangkan peneliti dalam analisisnya menggunakan novel Mengejar-ngejar Mimpi karya Asma Nadia.

Sementara itu, selaian Nursiti dan kurniawati kajian mengenai nilai pendidikan karakter juga pernah dilakukan oleh Arif (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Dalam penelitian ini Arif menganalisis nilai pendidikan karakter berdasarkan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara, dan skenario pembelajarannya di Kelas XI SMA.

Persamaan dalam penelitian Arif (2014) dengan penulis adalah sama-sama memfokuskan penelitian pada nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Persamaan lainnya antara penelitian Arif (2014) dengan penelitian ini adalah sama-sama menerapkan hasil penelitiannya sebagai bahan pembelajaran bagi siswa di kelas XI SMA.

(28)

Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Arif (2014) menggunakan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara sebagai objek yang diteliti, sedangkan penelitian ini menggunakan novel

Mengejar-Ngejar Mimpi Karya Asma Nadia sebagai objek penelitiannya.

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bukanlah penelitian yang baru, tetapi penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian-penelitian terdahulu sehingga penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan mendukung penelitian sebelumnya.

P. Kajian Teoretis

Sebagai acuan penelitian, berikut ini penulis paparkan teori mengenai (1) struktur novel, (2) nilai pendidikan karakter dalam karya sastra, dan (3) pembelajarannya di SMA.

1. Struktur Novel

Menurut Stanton, membedakan unsur pembangun sebuah novel dibedakan ke dalam tiga bagian: fakta, tema, dan sarana pengucapan (sastra). Fakta (fact) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh cerita), plot, latar. Ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat dibayangkan peristiwanya, eksistensinya, dalam sebuah novel. Oleh karena itu, ketiganya dapat pula disebut sebagai struktur faktual (factual structure) dan tingkat faktual (factual level) sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2013: 31-32). Dari pendapat di atas, struktur novel dalam penelitian ini dibatasi pada tema dan fakta, karena keduannya yang paling banyak mendukung

(29)

nilai pendidikan karakter. Di bawah ini terdapat penjelasan struktur novel dalam sebuah karya fiksi.

a. Tema

Tema sering dimaknai sebagai ide sentral dalam sebuah cerita. Mengacu pada beberapa pendapat ahli Nurgiantoro (2012: 25), Aminudin (2013: 91), terkait dengan tema penulis dapat menyimpulkan bahwa ketiga ahli di atas mempunyai pemikiran yang sepaham bahwa tema merupakan ide atau gagasan sentral dalam suatu karya fiksi. Tema adalah pokok utama permasalahan yang dijadikan tujuan utama oleh seorang pengarang dalam karyanya. Kaitannya dengan pokok permasalahan yang hendak dijadikan sebagai tema, seorang pengarang biasanya menggunakan pengalaman kehidupannya, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah cerita yang utuh. Tema adalah hal yang pokok dalam sebuah cerita, tanpa adanya sebuah tema suatu cerita akan kabur dan tidak terarah. Itu sebabnya tema dikatakan sebagai gagasan pokok sebuah cerita.

Kaitannya dengan tema, Nurgiyantoro (2012: 82-83), membagi tema menjadi dua, yaitu tema mayor (tema utama) dan tema minor (tema tambahan). Tema mayor diartikan sebagai makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum cerita itu, sementara tema minor sendiri diartikan sebagai makna yang hanya terdapat

(30)

pbagian-bagian tertentu cerita saja yang fungsinya hanya mempertegas eksitensi makna utama atau tema mayor.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam sebuah cerita. Nurgiyantoro (2012: 165) mengatakan bahwa istilah tokoh menunjukan pada orangnya (pelaku cerita) sementara istilah penokohan menunjukan pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak dalam sebuah cerita.

Aminudin (2013: 80-81) mengungkapkan bahwa dalam upaya memahami watak pelaku, pembaca dan menelusurinya lewat (1) tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya, (2) gambaran lingkungan kehidupan ataupun cara berpakaian yang dihadirkan oleh pengarang, (3) perilakunya, (4) cara berbicara tokoh itu tentang dirinya sendiri, (5) jalan pikirannya, (6) tokoh lain membicarakan tentang dirinya, (7) perbincangan tokoh lain dengannya, (8) reaksi tokoh lain terhadapnya, (9) reaksi tokoh itu terhadap tokoh lain. Kaitannya dengan uraian di atas, Barabin (1985: 55-57), mengungkapkan bahwa ada dua macam cara dalam memperkenalkan tokoh atau perwatakan tokoh dalam sebuah karya fiksi, yaitu secara analitik dan secara dramatik. Secara analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya, sementara secara dramatik itu sendiri, yaitu pengarang dalam

(31)

memperkenalkan tokoh tidak diceritakan secara langsung, tetapi melalui pilihan nama tokoh, penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungannya, melalui dialog tokoh yang bersangkutan dalam interaksinya dengan tokoh-tokoh yang lain.

Tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita terdiri dari beberapa macam, dan semuanya itu akan membuat cerita makin menarik karena akan memunculkan konflik-konflik. Dalam buku Nurgiyantoro (2013: 258-278) pengarang membedakan tokoh menjadi:

1) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Pembedaan tokoh ke dalam kategori ini didasarkan pada peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita fiksi secara keseluruhan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Kehadiran tokoh tambahan diperlukan untuk mendukung tokoh utama.

2) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal

(32)

bagi pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tidak langsung, bersifat fisik ataupun batin. Tokoh antagonis adalah yang menyebabkan timbulnya konflik dan ketegangan sehingga cerita menjadi menarik.

3) Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

Tokoh sederhana dan tokoh bulat dibedakan berdasarkan perwatakannya, tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli, adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak tertentu saja, sedangkan tokoh bulat, tokoh kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.

4) Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang

Tokoh ini dibedakan berdasarkan kriteria berkembang, tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan per-kembangan dan perubahan peristiwa dan plot dikisahkan.

5) Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral

Altenbernd dan Lewis berpendapat tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih

(33)

banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Altenbernd dan Lewis merupakan tokoh imajinatif yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi. Ia hadir atau dihadirkan semata-mata demi cerita, atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan.

Tokoh dan penokohan merupakan peranan penting dalam sebuah karya sastra, tokoh merupakan lakon dalam sebuah cerita yang menjalankan cerita tersebut, sedangkan penokohan merupakan penggambaran sifat dari tokoh.

c. Plot atau Alur

Plot atau alur merupakan jalan cerita dalam suatu karya sastra untuk memperjelas kejadian secara runtun yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menimbulkan keutuhan dalam sebuah cerita.

Alur atau plot sering juga disebut pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Plot memegang peranan penting dalam cerita. Fungsi plot adalah memberikan penguatan dalam proses membangun cerita. Menurut Waluyo (2008: 146-147), plot memiliki fungsi untuk membawa ke arah pemahaman cerita secara rinci dan menyediakan tahap-tahap tertentu bagi pengarang untuk melanjutkan cerita berikutnya.

Menurut Sukirno (2013: 85), alur cerita jika dilihat dari urutan peristiwanya terdiri atas bagian awal, tengah, dan akhir. Lebih terinci

(34)

lagi terdiri atas eksposisi, konflik, klimaks, pelarian, dan penyelesaian. Jika dilihat dari jenisnya, alur dapat dikelompokkan menjadi alur maju atau progresif (peristiwa diceritakan dari awal, tengah, dan akhir), alur mundur atau regresif (peristiwa diceritakan dari bagian akhir, tengah, baru bagian awal), alur gabungan atau alur maju-mundur (peristiwa kadang-kadang diceritakan dari bagian tengah, baru kebagian awal dan akhir), dan alur melingkar (peristiwa diceritakan dari awal sampai akhir, tetapi akhir peristiwa kembali ke peristiwa awal). Jika dilihat dari cara mengakhiri cerita, terdapat alur tertutup (pengarang telah menyimpulkan atau menyelesaikan cerita) dan alur terbuka (pengarang tidak menyimpulkan akhir cerita, pembaca atau penyimak dipersilakan menyimpulkan akhir cerita itu).

Alur dapat dilihat dari kualitasnya, yaitu alur padat dan alur

longgar. Alur padat maksudnya peristiwa itu tidak dapat diselipi oleh

alur-alur kecil. Adapun alur longgar dapat diselipi oleh alur-alur kecil. Berdasarkan kualitasnya, alur memiliki dua jenis, yaitu alur tunggal (hanya menceritakan satu episode kehidupan) dan alur ganda (menceritakan lebih dari satu episode kehidupan).

Secara teoretis plot biasanya dikembangkan dalam urutan-urutan tertentu. Waluyo (2008: 15-18) dalam Nurhayati (2012: 12) mengatakan bahwa rangkaian kejadian yang menjalin plot meliputi tujuh tahapan : (1) eksposisi; (2) inciting moment; (3) rising action; (4)

(35)

Eksposisi artinya paparan awal cerita. Pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh cerita, wataknya, tempat kejadiannya, dan hal-hal yang melatar belakangi tokoh itu sehingga akan mempermudah pembaca mengetahui jalinan cerita sesudahnya.

Inciting moment artinya mulainya masalah cerita itu muncul.

Peristiwa mulai adanya masalah-masalah yang ditampilkan oleh pengarang untuk dikembangkan atau ditingkatkan. Rising action artinya konflik dalam cerita meningkat. Complication menunjukkan konflik yang semakin ruwet. Climax atau puncak cerita atau puncak peggawatan, yaitu puncak dari kejadian-kejadian dan merupakan jawaban dari semua problem atau konflik yang tidak mungkin dapat meningkat atau dapat lebih ruwet lagi. Falling action, yaitu konflik yang dibangun cerita itu menurun karena telah mencapai klimaksnya.

Denoument, yaitu penyelesaian.

d. Latar

Nurhayati (2012: 17) menjelaskan bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, mengacu pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Kadang-kadang dalam sebuah cerita ditemukan latar yang banyak mempengaruhi penokohan dan kadang membentuk tema. Pada banyak prosa khususnya novel, latar membentuk suasana emosional tokoh cerita, misalnya cuaca yang ada di lingkungan tokoh memberi pengaruh terhadap perasaan tokoh cerita tersebut.

(36)

Menurut Suharto (2010: 54), dalam analisis novel, latar (setting) juga merupakan unsur yang sangat penting pada penentuan nilai estetik karya sastra. Latar sering disebut sebagai atmosfer karya sastra (novel) yang turut mendukung masalah, tema, alur, dan penokohan. Oleh karena itu, latar merupakan salah satu fakta cerita yang harus diperhatikan, dianalisis, dan dinilai.

Menurut Sukirno (2013: 89), latar cerita terdiri atas latar tempat dan latar waktu. Latar tempat dapat berupa alam yang terbuka luas, di dalam ruang yang luas, dan ruang yang lebih sempit. Latar waktu dapat menunjukkan pukul, pagi, siang, sore, malam, hari, pekan, bulan, tahun, dan zaman. Sukirno juga menambahkan bahwa latar juga memiliki latar situasi dan latar budaya. Latar situasi berupa penceritaan situasi hujan, terang, sibuk, tenang, marah, aman, rusuh, duka, suka dan situasi lainnya. Latar budaya adalah kondisi dan adat istiadat masyarakat disekitarnya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah landasan utama dalam karya sastra yang mengacu pada tempat, waktu, situasi dan budaya.

2. Nilai Pendidikan Karakter dalam Karya Sastra

Nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus, 2007: 10004) diartikan sebagai sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Adapun pendidikan karakter menurut Mulyasa (2014: 1) merupakan proses yang berkelanjutan dan tak

(37)

pernah berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan (continuous quality improvement), yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Dengan demikian, nilai pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah yang berguna untuk mewujudkan manusia berkarakter di masa depan.

Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja keras, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkaraker baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung-jawabkan setiap akibat dari keputusanya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Selain itu, Warsono dkk. (2010: 35) mendefinisikan karakter sebagai sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral (Samani, 2013: 41-42).

Mengacu pada pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seseorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai

(38)

kepada para siswanya (Winton, 2010). Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kenerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, keuletan dan ketabahan, tanggung jawab, menghargai diri sendiri dan orang lain.

Dahulu pada masa orde lama pendidikan karakter sempat mewarnai kurikulum di Indonesia, dengan nama pendidikan budi pekerti yang terintegrasi dalam berbagai bidang studi. Hanya memang penekananya berbeda dengan pendidikan karakter yang dikembangkan saat ini. Dengan landasan perkembangan kebudayaan, pendidikan budi pekerti lebih banyak menekankan pada hubungan antarmanusia, antarsiswa, dan guru, antarsiswa dan orang tua, dan antarsiswa. Saat ini di samping mengembangkan hubungan yang beradab antarsesama manusia, pendidikan karakter juga mengembangkan bagaimana hubungan yang pantas dan layak antara manusia dengan Pencipta, Al-Khalik, serta dengan alam lingkungan (Samani, 2013: 7 - 8).

Selanjutnya, nilai-nilai pendidikan karakter yang akan dibahas dalam penelitian ini berangkat dari ketiga permasalahan manusia di atas. Berikut diuraikan lebih lanjut nilai-nilai pendidikan yang didasarkan pada ketiga hal tersebut.

(39)

a. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri

Dari hubungan pribadi ini, nilai yang dapat diambil adalah nilai moral yang terpancar dari kepribadian atau karakter tokoh tersebut, seperti jujur, kerja keras, disiplin, dan lainnya.

b. Hubungan Manusia dengan Pencipta

Dalam ajaran agama Islam, hubungan ini disebut juga

Hablumminallah, yakni hubungan hamba dengan pencipta-Nya. Nilai

yang dapat diambil dari hubungan ini adalah nilai religius yang antara lain berupa ketaatan dalam beribadah, sikap pasrah kepada Allah (Tawakkal), dan lainnya.

c. Hubungan Manusia dengan Alam Lingkungan

Terkait dengan hal ini, pada hari Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2011, Mohammad Nuh, Menteri Pendidikan nasional telah mencanangkan tema peringatan Pendidikan Karakter sebagai

pilar kebangkitan bangsa dengan subtema raih prestasi junjung tinggi budi pekerti. Dalam kesempatan tersebut, Mendiknas menegaskan :

“Di sinilah mengapa pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya menjadi penting dan mutlak. Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya karakter berbasis kemuliaan diri yang semata, tetapi secara bersamaan kita bangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi.”

(40)

Sementara itu, dalam arah dan kebijakan serta prioritas pendidikan karakter ditegaskan bahwa pendidikan karakter sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencapaian visi pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025. Terkait hal tersebut untuk melaksanakan fungsi dan tujuan pendidikan karakter telah diterbitkan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Jika dicermati secara mendalam, sesungguhnya hampir pada setiap rumusan SKL tersebut secara implisit maupun eksplisit, baik pada SKL SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK, membuat substansi nilai/karakter, tetapi dalam pebelitian ini difokuskan pada Standar kompetensi Lulusan (SKL) Sekolah Menengah Atas (SMA).

Tabel 1

Substansi Nilai/Karakter yang ada pada SKL SMA/MA

No Rumusan SKL Nilai/Karakter

1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja.

Iman dan taqwa, bersyukur

2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.

Adil, mawas diri

3. Menunjukan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya.

Tanggung jawab, mandiri

4. Berpartisipasi dalam penegakkan aturan-atuiran sosial.

Disiplin, kepatuhan 5. Menghargai keberagamaan agama,

bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkungan global.

Nasionalistik, harmonis, terbuka, menghargai (respect), terbuka 6. Membangun dan menerapkan

informasi dan pengetahuan secara

Bernalar, kritis, kreatif, inovatif

(41)

logis, kritis, inovatif.

7 Menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, inovatif dalam pengambilan keputusan.

Bernalar, kritis, kratif, inovatif, bijaksana

8. Menunjukan kemampuan

mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri.

Bervisi, kreatif

9. Menunjukan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Gigih, ulet, sportif,

fairness

10. Menunjukan kemampuan

menganalisis dan memecahkan masalah kompleks

Bernalar, analitis, memecahkan masalah (problem solving)

11. Menunjukan kemampuan

menganalisis gejala alam dan sosial.

Bernalar, analitis 12. Memanfaatkan lingkungan secara

produktif dan bertanggung jawab.

Tanggung jawab, peduli lingkungan, harmonis

13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Nasionalistik,

kewargaan (civic) kewarganegaraan (citizenship) 14. Mengekspresikan diri melalui

kegiatan seni dan budaya.

Peduli, kreatif 15. Mengapresiasi karya seni dan

budaya.

Peduli 16. Menghasilkan karya kreatif, baik

individual maupun kelompok.

Kreatif, kerja sama 17. Menjaga klesehatan dan keamanan

diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan.

Bersih, sehat, waspada, peduli lingkungan

18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.

Santun, menghargai orang lain

19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam bergaulan dimasyarakat.

Tanggung jawab, terbuka

20. Menghargai adanya perbedaan pen-dapat dan berempati terhadap orang lain.

Terbua, peduli, toleran, respect,

empati 21. Menunjukan keterampilan membaca

dan menulis naskah secara sistematis dan estetis.

Gigih, kreatif, kuriositas

22. Menunjukan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan

(42)

berbicara dalam bahasa indonesia dan inggris.

23. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi.

Bervisi, bernalar

(Samani ; 2013 : 30)

Berkaitan dengan dirasakan semakin mendesaknya implementasi pendidikan karakter di Indonesia tersebut, usat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleren, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuannya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.

Dalam publikasi Pusat Kurikulum tersebut dinyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Dalam kaitan itu telah diidentifikasi sejumlah nilai pembentukan karakter yang merupakan hasil kajian empirik Pusat kurikulum. Nilai-nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)

(43)

semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Di bawah ini disajikan deskripsi ke delapan belas nilai pendidikan karakter di atas.

Tabel 2

Nilai Dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

No Nilai Deskripsi

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam me-laksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, pekerjaan, dan tindakan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda adri dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan

patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak, yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari se-suatu yang dipelajarinya, dilihat, atau di dengar. 10. Semangat

Kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelomponya. 11. Cinta Tanah

Air

Cara berfikir, bertindak, berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara

(44)

diatas diri dan kelompoknya. 12. Menghargai

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam dan sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan YME

(Kurniawan, 2013: 41-42 )

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangan dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang di prioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan

(45)

mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/ wilayah yakni bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun (Kemendiknas, 2011: 3 ).

Dari penjelasan di atas, pembahasan penelitian ini difokuskan pada pembahasan pendidikan karakter pada tokoh yang berkenaan dengan nilai-nilai jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, dan peduli sosial. Berikut ini disajikan tabel nilai karakter tokoh peserta indikatornya.

Tabel 3

Indikator Nilai Pendidikan Karakter Tokoh

No Karakter Indikator Sikap/Perilaku Tokoh

1 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, pekerjaan, dan tindakan.

2 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda adri dirinya

3 Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

4 Kerja keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

(46)

tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

6 Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, atau di dengar.

7 Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong diri-nya untuk menghasilkan sesuatu yang ber-guna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. 8 Bersahabat/

komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

9 Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 10 Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin

memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Dari uraian di atas, dapat diartikan bahwa nilai pendidikan karakter adalah hal yang berguna dan dapat ditransformasikan untuk menumbuh kembangkan kepribadian seseorang. Nilai pendidikan karakter yang menjadi fokus penelitian adalah pendidikan karakter yang dibutuhkan oleh siswa SMA ynag mencakup amanah (jujur), toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, dan peduli sosial.

(47)

Q. Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA

Terkait dengan pembelajaran apresiasi sastra di SMA, di bawah ini penulis uraikan (a) pengertian apresiasi sastra, (b) tujuan pembelajaran apresiasi sastra di SMA, (c) manfaat pembelajaran apresiasi sastra, (d) bahan pembelajaran sastra (e) metode pembelajaran, (f) langkah-langkah pembelajaran sastra, (g) media pembelajaran, (h) sumber belajar, (i) alokasi waktu, dan (j) evaluasi.

a. Pengertian Pembelajaran Apresiasi Sastra

Banyak pakar yang sudah memberikan pengertian apresiasi sastra. Sufanti (2012: 24) menyajikan beberapa definisi apresiasi sastra dari para pakar ahli yakni:

1) apresiasi adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (definisi Effendi);

2) apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan yang sadar dan kritis (definisi Tarigan);

3) apresiasi sastra ialah proses (kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara individual, subjektif dan eksistensial, rohaniah dan budiah, serta intensif dan total supaya memperoleh sesuatu daripadanya sehingga tumbuh, berkembang, dan

(48)

terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra (definisi Saryono).

Dari ketiga pendapat itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran apresiasi sastra adalah kegiatan belajar mengajar untuk menikmati dan menghayati karya sastra dengan sungguh-sungguh memperoleh pemahaman dan manfaatnya yang dilakukan secata sadar, kritis, dan bersifat individual karena sifat sastra yang multitafsir.

b. Tujuan Pembelajaran Apresiasi Sastra Di SMA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2009: 10). KTSP menegaskan bahwa tujuan pembelajaran sastra di SMA adalah dikuasainya kompetensi sastra pada siswa, yakni kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra melalui kegiatan mendengarkan, menonton, membaca, dan melisankan hasil sastra; mendiskusikan, memahami, dan menggunakan pengertian teknis konvensi kesusastraan dan sejarah sastra, untuk menjelaskan, meresensi, menilai dan menganalisis sastra; dan mampu memerankan drama, serta menulis puisi, cerpen, novel, dan drama (BSNP, 2006a: 5). c. Manfaat Pembelajaran Apresiasi Sastra

Endraswara (2005: 51–59) menyatakan bahwa pembelajaran sastra bermanfaat untuk memberi wawasan kemanusiaan, mendidik jiwa bangsa,

(49)

dan memberi wawasan budaya kepada peserta didik. Moody menyatakan bahwa pembelajaran sastra dapat membantu pendidikan yang cakupannya meliputi 4 manfaat, yakni: membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak. Berikut ini dijabarkan keempat manfaat tersebut (dalam Endraswara, 2005: 56–57).

1) Membantu ketrampilan Berbahasa

Pembelajaran sastra akan membantu siswa melatih kamampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam pembelajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengar-kan suatu karya sastra yang dibacamendengar-kan oleh guru, teman, atau rekaman. Siswa dapat melatih ketrampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa juga dapat meningkatkan ketrampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa.

2) Meningkatkan Pengetahuan Budaya

Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu dan menyajikan banyak hal yang apabila dihayati akan semakin menambah pengetahuan orang yang menghayatinya. Pembelajaran sastra dapat mengantar para siswa mengetahui budaya-budaya yang ada dalam suatu masyarakat. 3) Mengembangkan Cipta dan Rasa

Pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan kecakapan yang bersikap penalaran, perasaan, dan kesadaran sosial. Selain itu, pembelajaran sastra dapat menghadirkan berbagai problem atau situasi

(50)

yang merangsang tanggapan perasaan atau emosional yang memungkinkan kita tergerak untuk mengembangkan perasaan kita sesuai dengan kodrat kamanusiaan kita.

4) Menunjang Pembentukan Watak

Pembelajaran sastra mempunyai kemungkinan untuk mengantar siswa mengenal seluruh rangkaian kehidupan manusia seperti kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri, dan keputusan. Pembelajaran sastra memberikan bantuan dalam mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa.

d. Bahan Pembelajaran Sastra

Pada dasarnya dalam memilih bahan pembelajaran penentuan jenis dan kandungan materi sepenuhnya terletak di tangan guru. Walaupun begitu, ada beberapa hal atau kriteria yang perlu diperhatikan sebagai dasar pegangan untuk memilih bahan pembelajaran yang berkaitan dengan pembinaan apresiasi sastra.

Kriteria kelayakan bahan ajar sastra, menurut Suharianto (2009: 75), adalah :

1) melatih keterampilan berbahasa;

2) memperluas wawasan tentang manusia dan kehidupannya (adat istiadat, agama, kebudayaan, dan sebagainya);

3) memberi kenyamanan dan kepuasan; 4) membantu pengembangan kepribadian;

(51)

6) membantu pembentukan watak; dan 7) mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Mengacu pada kriteria-kriteria bahan ajar sastra tersebut, dapat disimpulkan bahwa novel yang akan dijadikan sebagai bahan ajar, haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) melatih keterampilan berbahasa;

2) membantu siswa dalam upaya mendewasakan diri, memperpeka perasaan, dan menumbuhkan simpati, melalui kontak langsung dengan masalah-masalah kemanusiaan;

3) mampu menyampaikan kebenaran;

4) membantu memerangi nilai-nilai yang peristiwa yang menyebabkan sikap apatis, ilusi, dan manarik diri.

5) membantu siswa untuk memiliki dasar yang humanistik dalam hal saling menghormati berkaitan dengan masalah-masalah kamanusia-an ykamanusia-ang bersifat abadi, bukkamanusia-an kesementarakamanusia-an;

6) menyampaikan nilai-nilai sosial dan moral, serta mendukung upaya pengembangan berbagai potensi untuk menumbuhkan kepribadian atau pembentukan karakter siswa;

7) memperluas wawasan tentang manusia dan kehidupannya; 8) memberi kenyamanan dan kepuasan;

(52)

10) memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperjelas dan memperdalam pengertian-pengertian tentang keyakinan, perasaan, dan perilaku manusia;

11) membantu siswa untuk lebih mengenal dirinya dan orang lain. Kriteria-kriteria di atas tentu saja tidak bersifat mutlak. Seseorang pengajar masih dapat menentukan sendiri skala prioritas yang dirasakan lebih mengena bagi kepentingan pembelajaran. Hal ini disesuaikan dengan kondisi objektif siswa dan tenaga pengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran.

e. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran satra adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan pembelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat (Djamarah, 2013: 76).

Majid (2013: 21) menyatakan bahwa metode digunakan oleh pendidik untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas dimana pendidik dan peserta didik terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda berdasarkan pada tujuan yang

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mewujudkan tegaknya konstitusi dalam upaya mewujudkan Negara hukum Indonesia yang demokratis, maka dalam amandemen ketiga Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia

[r]

Ronald Londam Tambun Kopertis

Attitude, price quality inference, past purchase, personal appearance, and social influence are the factors influencing consumer intention to purchase original and

pada saat memiliki masalah dengan jaringan internet. b) Nasabah dapat membuat transaksi atau membayar tagihan kapanpun. Nasabah dapat menghemat banyak waktu. c) Mobile banking

[r]

[r]

1 butir 2: Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap, dan langkah Pemerintah Republik Indonesia yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain,