• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Q. Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA

Terkait dengan pembelajaran apresiasi sastra di SMA, di bawah ini penulis uraikan (a) pengertian apresiasi sastra, (b) tujuan pembelajaran apresiasi sastra di SMA, (c) manfaat pembelajaran apresiasi sastra, (d) bahan pembelajaran sastra (e) metode pembelajaran, (f) langkah-langkah pembelajaran sastra, (g) media pembelajaran, (h) sumber belajar, (i) alokasi waktu, dan (j) evaluasi.

a. Pengertian Pembelajaran Apresiasi Sastra

Banyak pakar yang sudah memberikan pengertian apresiasi sastra. Sufanti (2012: 24) menyajikan beberapa definisi apresiasi sastra dari para pakar ahli yakni:

1) apresiasi adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (definisi Effendi);

2) apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan yang sadar dan kritis (definisi Tarigan);

3) apresiasi sastra ialah proses (kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara individual, subjektif dan eksistensial, rohaniah dan budiah, serta intensif dan total supaya memperoleh sesuatu daripadanya sehingga tumbuh, berkembang, dan

terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra (definisi Saryono).

Dari ketiga pendapat itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran apresiasi sastra adalah kegiatan belajar mengajar untuk menikmati dan menghayati karya sastra dengan sungguh-sungguh memperoleh pemahaman dan manfaatnya yang dilakukan secata sadar, kritis, dan bersifat individual karena sifat sastra yang multitafsir.

b. Tujuan Pembelajaran Apresiasi Sastra Di SMA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2009: 10). KTSP menegaskan bahwa tujuan pembelajaran sastra di SMA adalah dikuasainya kompetensi sastra pada siswa, yakni kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra melalui kegiatan mendengarkan, menonton, membaca, dan melisankan hasil sastra; mendiskusikan, memahami, dan menggunakan pengertian teknis konvensi kesusastraan dan sejarah sastra, untuk menjelaskan, meresensi, menilai dan menganalisis sastra; dan mampu memerankan drama, serta menulis puisi, cerpen, novel, dan drama (BSNP, 2006a: 5). c. Manfaat Pembelajaran Apresiasi Sastra

Endraswara (2005: 51–59) menyatakan bahwa pembelajaran sastra bermanfaat untuk memberi wawasan kemanusiaan, mendidik jiwa bangsa,

dan memberi wawasan budaya kepada peserta didik. Moody menyatakan bahwa pembelajaran sastra dapat membantu pendidikan yang cakupannya meliputi 4 manfaat, yakni: membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak. Berikut ini dijabarkan keempat manfaat tersebut (dalam Endraswara, 2005: 56–57).

1) Membantu ketrampilan Berbahasa

Pembelajaran sastra akan membantu siswa melatih kamampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam pembelajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengar-kan suatu karya sastra yang dibacamendengar-kan oleh guru, teman, atau rekaman. Siswa dapat melatih ketrampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa juga dapat meningkatkan ketrampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa.

2) Meningkatkan Pengetahuan Budaya

Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu dan menyajikan banyak hal yang apabila dihayati akan semakin menambah pengetahuan orang yang menghayatinya. Pembelajaran sastra dapat mengantar para siswa mengetahui budaya-budaya yang ada dalam suatu masyarakat. 3) Mengembangkan Cipta dan Rasa

Pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan kecakapan yang bersikap penalaran, perasaan, dan kesadaran sosial. Selain itu, pembelajaran sastra dapat menghadirkan berbagai problem atau situasi

yang merangsang tanggapan perasaan atau emosional yang memungkinkan kita tergerak untuk mengembangkan perasaan kita sesuai dengan kodrat kamanusiaan kita.

4) Menunjang Pembentukan Watak

Pembelajaran sastra mempunyai kemungkinan untuk mengantar siswa mengenal seluruh rangkaian kehidupan manusia seperti kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri, dan keputusan. Pembelajaran sastra memberikan bantuan dalam mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa.

d. Bahan Pembelajaran Sastra

Pada dasarnya dalam memilih bahan pembelajaran penentuan jenis dan kandungan materi sepenuhnya terletak di tangan guru. Walaupun begitu, ada beberapa hal atau kriteria yang perlu diperhatikan sebagai dasar pegangan untuk memilih bahan pembelajaran yang berkaitan dengan pembinaan apresiasi sastra.

Kriteria kelayakan bahan ajar sastra, menurut Suharianto (2009: 75), adalah :

1) melatih keterampilan berbahasa;

2) memperluas wawasan tentang manusia dan kehidupannya (adat istiadat, agama, kebudayaan, dan sebagainya);

3) memberi kenyamanan dan kepuasan; 4) membantu pengembangan kepribadian;

6) membantu pembentukan watak; dan 7) mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Mengacu pada kriteria-kriteria bahan ajar sastra tersebut, dapat disimpulkan bahwa novel yang akan dijadikan sebagai bahan ajar, haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) melatih keterampilan berbahasa;

2) membantu siswa dalam upaya mendewasakan diri, memperpeka perasaan, dan menumbuhkan simpati, melalui kontak langsung dengan masalah-masalah kemanusiaan;

3) mampu menyampaikan kebenaran;

4) membantu memerangi nilai-nilai yang peristiwa yang menyebabkan sikap apatis, ilusi, dan manarik diri.

5) membantu siswa untuk memiliki dasar yang humanistik dalam hal saling menghormati berkaitan dengan masalah-masalah kamanusia-an ykamanusia-ang bersifat abadi, bukkamanusia-an kesementarakamanusia-an;

6) menyampaikan nilai-nilai sosial dan moral, serta mendukung upaya pengembangan berbagai potensi untuk menumbuhkan kepribadian atau pembentukan karakter siswa;

7) memperluas wawasan tentang manusia dan kehidupannya; 8) memberi kenyamanan dan kepuasan;

10) memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperjelas dan memperdalam pengertian-pengertian tentang keyakinan, perasaan, dan perilaku manusia;

11) membantu siswa untuk lebih mengenal dirinya dan orang lain. Kriteria-kriteria di atas tentu saja tidak bersifat mutlak. Seseorang pengajar masih dapat menentukan sendiri skala prioritas yang dirasakan lebih mengena bagi kepentingan pembelajaran. Hal ini disesuaikan dengan kondisi objektif siswa dan tenaga pengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran.

e. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran satra adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan pembelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat (Djamarah, 2013: 76).

Majid (2013: 21) menyatakan bahwa metode digunakan oleh pendidik untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas dimana pendidik dan peserta didik terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda berdasarkan pada tujuan yang

akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menghindari rasa jenuh terhadap peserta didik, pendidik dapat menggunakan metode yang beragam dan menggunakan media pembelajaran agar belajar di dalam kelas lebih efektif. Metode yang dapat digunakan oleh pendidik adalah menggunakan metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, dan pemberian tugas.

1) Metode Ceramah

Ceramah sebagai suatu metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan (lecturer). Metode ini bagus jika penggunannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media, serta memer-hatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ceramah adalah isi ceramah mudah diterima dan dipahami serta mampu menstimulasi pendengar (peserta didik) untuk mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah (Majid, 2013: 194).

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah adalah sebagai berikut:

a) Tahap Persiapan

Menurut Supriadie, hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam menyiapkan ceramah, sebagai berikut:

(1) analisis sasaran (audience), baik dari sisi jumlah, usia, maupun kemampuan awal yang dimilikinya;

(2) analisis sifat materi yang sesuai dan cukup hanya dengan dituturkan atau diinformasikan;

(3) menyusun durasi waktu yang akan digunakan untuk ceramah secara efektif dan efisien serta memperkirakan variasi yang dapat dikembangkan;

(4) memilih dan menetapkan jenis media yang akan digunakan; (5) menyiapkan sejumlah pertanyaan sebagai bentuk kontrol dan

upaya memperoleh umpan balik;

(6) memberikan contoh dan analogi yang sesuai dengan pengalaman yang pernah diperoleh;

(7) menyiapkan ikhtisar yang sekiranya akan membantu kelancaran ceramah.

b) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini ada tiga langkah pembelajaran yang harus dilakukan, yaitu: (1) langkah pembukaan, (2) langkah penyajian, dan (3) langkah mengakhiri atau menutup ceramah.

(1) Langkah Pembukaan

Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan keberhasilan pelaksanaan ceramah. (2) Langkah Penyajian

Tahap penyajian adalah tahap penyiapan materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas sebagai metode pembelajaran, pendidik harus menjaga perhatian peserta didik agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan.

(3) Langkah mengakhiri atau menutup ceramah

Ceramah harus ditutup dengan ringkasan pokok-pokok materi agar materi pembelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai peserta didik tidak menguap kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan peserta didik tetap mengingat materi pembelajaran.

c) Kelebihan Metode Ceramah

Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan:

(1) ceramah merupakan metode yang „murah‟ dan „mudah‟ untuk dilakukan;

(2) ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas;

(3) ceramah dapat memberikan pokok materi yang perlu ditonjolkan;

(4) melalui ceramah pendidik dapat mengontrol keadaan kelas; (5) organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur

menjadi lebih sederhana. d) Kelemahan Metode Ceramah

Di samping kelebihan di atas metode ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:

(1) materi yang dapat dikuasai peserta didik sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai pendidik;

(2) ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme;

(3) ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan jika pendidik kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik;

(4) melalui ceramah sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh peserta didik sudah mengerti apa yang dijelaskan.

e) Solusi Atas Kelemahan Metode Ceramah

Ada beberapa solusi untuk mengatasi kelemahan metode ceramah, diantaranya:

(1) seorang pendidik harus melakukan kegiatan tanya jawab bersama peserta didik sebagai rangsangan peserta didik untuk mengingat dan memahami materi yang dijelaskan;

(2) pendidik menggunakan alat peraga untuk membantu jalannya kegiatan pembelajaran serta mendemonstrasikannya mengenai konsep yang akan disampaikan;

(3) menciptakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik;

(4) pendidik melakukan gaya mengajar yang bervariasi agar peserta didik tidak merasa bosan.

2) Metode Diskusi

Killen berpendapat bahwa diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan peserta didik, serta untuk membuat suatu keputusan (Majid, 2013: 200).

a) Langkah Persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi diantaranya:

(1) merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus;

(2) menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai;

(3) menetapkan masalah yang akan dibahas;

(4) mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, jika diperlukan.

b) Pelaksanaan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi, sebagai berikut:

(1) memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memepengaruhi kelancaran diskusi;

(3) melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan;

(4) memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya;

(5) mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.

c) Menutup Diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:

(1) membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi;

(2) me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

d) Kelebihan Metode Diskusi

Ada beberapa kelebihan metode diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar

(1) metode diskusi dapat merangasang pemikiran peserta didik lebih kreatif;

(2) dapat melatih membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan;

(3) dapat melatih peserta didik untuk mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.

e) Kelemahan Metode Diskusi

Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan seperti berikiut:

(1) sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara; (2) kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas sehingga

kesimpulan menjadi kabur;

(3) memerlukan waktu yang cukup panjang, dan kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan;

(4) dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.

f) Solusi Atas Kelemahan Metode Diskusi

Untuk mengatasi kelemahan metode diskusi dapat menggunakan solusi sebagai berikut:

(1) dalam diskusi harus mempunyai kerja sama yang baik serta, memberikan kesempatan kepada anggota lainnya untuk menyampaikan pendapat;

(2) adanya batasan dalam mendiskusikan pokok permasalahan; (3) adanya batasan waktu dalam menjalankan diskusi;

(4) dalam diskusi harus memiliki moderator yang memimpin jalannya diskusi sehingga, jika ada perbedaan pendapat antara teman diskusi moderator mampu menjadi penengah.

3) Metode Tanya Jawab

Menurut Majid (2013: 210), tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way trafic karena pada saat yang sama terjadi dialog antara pendidik dan peserta didik. Pendidik bertanya peserta didik menjawab atau peserta didik bertanya pendidik menjawab. Metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang berpikir peserta didik dan membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara pendidik dan peserta didik.

a) Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab:

(1) untuk mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh peserta didik;

(2) untuk merangsang peserta didik berpikir;

(3) memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengajukan masalah yang belum dipahami;

(4) memotivasi peserta didik untuk menimbulkan sikap kompetensi dalam belajar;

(5) melatih peserta didik untuk berpikir dan berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran orosinil.

b) Jenis Pertanyaan

Pada dasarnya ada dua jenis pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran. Pertanyaan

ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada peserta didik. Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana cara berpikir anak dalam menanggapi suatu persoalan.

c) Teknik Mengajukan Pertanyaan

Berhasil tidaknya metode tanya jawab sangat bergantung kepada teknik pendidik dalam mengajukan pertanyaannya. Metode tanya jawab biasanya digunakan jika:

(1) bermaksud mengulang bahan pelajaran; (2) ingin membangkitkan peserta didik belajar; (3) tidak terlalu banyak peserta didik;

(4) sebagai selingan metode ceramah. d) Kelebihan Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab mempunyai kelebihan, antara lain: (1) kelas akan hidup karena peserta didik aktif berpikir dan

menyampaikan pikiran melelui berbicara;

(2) baik sekali untuk melatih peserta didik agar berani mengemuka-kan pendapatnya;

(3) akan membawa kelas kesuasana diskusi. e) Kelemahan Metode Tanya Jawab

Selain beberapa kelebihan, tanya jawab juga mempunyai beberapa kelemahan seperti berikut:

(1) dengan tanya jawab kadang-kadang pembicaraannya menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan per-tanyaan peserta didik menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru; (2) membutuhkan waktu yang banyak dalam proses tanya jawab

dari pendidik untuk peserta didik.

f) Solusi Atas Kelemahan Metode Tanya Jawab

Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan metode tanya jawab diantaranya sebagai berikut:

(1) untuk mencegah terjadinya persoalan baru dalam kegiatan tanya jawab pendidik memberikan batasan pada pokok materi yang dibahas agar peserta didik mampu lebih memahami dengan baik materi tersebut;

(2) seorang pendidik harus membuat batasan waktu supaya sesuai dengan perencanaan dalam pembelajaran.

4) Metode Pemberian Tugas

Majid (2013: 208) menyatakan bahwa metode pemberian tugas adalah suatu metode mengajar yaitu pendidik memeberikan tugas kepada peserta didik untuk meningkatkan mutu dan frekuensi isi pembelajaran. Metode ini digunakan untuk merangasang peserta didik supaya aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dapat dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.

Pelaksanaan pemberian metode tugas diawali dengan membuat rancangan tugas sesuai dengan kompetensi dan indikator, hasil belajar, materi pokok, uraian tugas yang harus dikerjakan, waktu yang dibutuhkan, dimana tugas harus dikerjakan, serta membuat format secara jelas.

Dengan adanya metode pembelajaran di atas, kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif apabila pendidik dan peserta didik menjalin komunikasi dengan asumsi bahwa pendidik memahami mengenai karya sastra.

a) Kelebihan Metode Pemberian Tugas

Menurut Roestiyah (1991: 134), ada beberapa kelebihan metode pemberian tugas, antara lain:

(1) peserta didik dapat mendalami dan mengalami sendiri pengetahuan yang dicarinya;

(2) peserta didik dapat mengembangkan daya berpikiran sendiri, daya inisiatif, daya kreatif, tanggung jawab, dan melatih berdiri sendiri.

b) Kelemahan Metode Pemberian Tugas

Menurut Roestiyah (1991: 135), selain kelebihan di atas terdapat kelemahan antara lain:

(1) jika pendidik tidak mengawasi peserta didik dalam mengerjakan tugas, kemungkinan peserta didik hanya meniru pekerjaan temannya;

(2) jika pendidik tidak mengawasi peserta didik dalam mengerjakan tugas, ditakutkan peserta didik tidak dapat menghayati sendiri proses belajar mengajar itu sendiri.

c) Solusi Atas Kelemahan Metode Pemberian Tugas

Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan metode tanya jawab sebagai berikut:

(1) pendidik harus memantau peserta didik dalam mengerjakan tugas untuk melatih kemandirian peserta didik;

(2) pendidik memantau peserta didik dalam mengerjakan tugas agar peserta didik lebih fokus dalam mengerjakan.

f. Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Dan Learning). Dalam buku Model-model Pembelajaran karya Rusman (2002) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching

and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru

mengaitkan anatar materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan sastra antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan

pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalamai sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru.

CTL, sebagai suatu model, dalam implementasinya tentu saja

memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL. Setiap model pembelajaran, di samping memiliki unsur kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi pada adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat pembelajaran yang disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu: (1) konstruktivisme (Contructivism), (2) Menemukan (Inquiri), (3) Bertanya (Questioning), (4) Masyarakat Belajar (Learning Community), (5) Pemodelan (Modeling), (6) Refleksi (Reflection), dan (7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

a. Konstruktivisme (Contructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam

CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

c. Bertanya (Questioning)

Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-temannya. Seperti yang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam learning community dikembangkan.

e. Pemodelan (Modeling)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beranekaragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi.

Oleh karena itu, kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup hitrogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

g. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian dari intergal dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka

akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang dengan oleh guru, yaitu dalam bentuk skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam program tersebut harus tercermin penerapan dari ketujuh komponen CTL dengan jelas, sehingga setiap guru memiliki persiapan yang utuh mengenai rencana yang akan dilaksanakan dalam membimbing kegiatan belajar-mengajar di kelas.